Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 kulit pisang

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup

banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2009), volume produksi pisang di

Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2009 berturut-turut sebesar 5.454.226

ton, 5.741.351 ton,dan 6.373.533 ton. Padahal, kulit pisang mempunyai

manfaat baik karena secara umum kulit pisang memiliki kandungan pektin dan

selulosa. Gugus aktif dari pektin dan selulosa berpotensi untuk digunakan

sebagai alternatif bahan baku adsorben ion-ion logam berat. Sehingga

pemanfaatan limbah kulit pisang dapat diolah menjadi arang aktif yang

mampu mengadsorsi ion-ion logam bebahaya yang terkandung dalam air

tercemar, seperti ion logam Pb, Fe , Cu, Mn, dan lain – lain.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_pisang

Tabel 2.1 Kandungan Kulit Pisang

5
2.2 Ion Timbal (II)

Ion timbal(II) merupakan ion logam berat yang dalam persenyawaanya

relatif stabil dan sering ditemukan. Sumber-sumber timbal(II) diperairan

sebagian besar berasal dari air buangan limbah industri. Beberapa contohnya

adalah PbCl2 yang digunakan untuk produksi kaca yang menstranmisikan

inframerah, PbS (galena) yang digunakan dalam industri pertambangan, dan

Pb(NO3)2 atau timbal(II) nitrat yang digunakan dalam industri sianidasi. Ion

timbal(II) dalam persenyawaanya yang akan di adsorpsi dalam penelitian ini

adalah timbal(II) nitrat karena apabila dibandingkan dengan senyawa timbal

lain, timbal(II) nitrat ini sangat mudah larut dalam air, bersifat racun,

pengoksidasi, dan karsinogenik terhadap manusia sehingga perlu dilakukan

penanganan untuk mengurangi dampak buruk tersebut.(Alfiany, H, 2013).

Karakteristik timbal(II) nitrat disajikan pada tabel 2.2 .

Tabel 2.2 Karakteristik Timbal(II) nitrat

Timbal(II) bersifat kumulatif. Dengan waktu paruh Timbal(II) dalam sel

darah merah adalah 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari,

sedangkan dalam tulang selama 30 hari. Paparan dosis Pb+2 yang tinggi dapat

6
menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin,

memperpendek umur sel darah merah, dan menurunkan jumlahsel darah

merah dan retikulosit, serta meningkatkan kandungan logam Pb+2 dalam

plasma darah, jika kandungan Pb+2 dalam darah terlalu tinggi maka akan

mengurangi tingkat IQ seseorang.

Intiksikasi logam timbal bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan

atau minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat

parenteral. Logam timbal tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila

makanan atau minuman tercemar logam timbal maka tubuh akan

mengeluarkannya. Sebagian kecil logam timbal diekskresikan melalui urin

dan feses karena sebagian terikat oleh protein dan sebagian lainnya lagi

terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut.

2.3 Karbon Aktif

Karbon aktif atau sering juga disebut sebagai arang aktif adalah suatu

jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa

dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu

gram dari karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki luas

permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas

nitrogen). Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas

permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan

meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri.

Karbon aktif adalah amorf solid dengan luas permukaan spesifik dan

porositas tinggi yang dianggap sebagai salah satu alotrop plutonium yang

7
paling penting dari karbon. Komponen utama dari karbon aktif adalah karbon

(85-95%) karbon bebas. Sisanya yang berisi jumlah sedikit hidrogen, oksigen,

sulfur, nitrogen, zat mineral yang digunakan sebagai kadar abu (zat sisa

setelah pembakaran), alkali dan alkali tanah logam silikat.

Tabel 2.3 Kegunaan Karbon Aktif

MAKSUD/TUJUAN PEMAKAIAN

I. UNTUK GAS

1. Pemurnian gas Desulfurisasi, menghilangkan gas beracun, bau

busuk, asap, menyerap racun

2. Pengolahan LNG Desulfurisasi dan penyaringan berbagai bahan

mentah dan reaksi gas

3. Katalisator Reaksi katalisator atau pengangkut vinil kiorida,

dan vinil acetat

4. Lain-lain Menghilangkan bau dalam kamar pendingin dan

mobil

II. UNTUK ZAT CAIR

1. Industri obat dan Menyaring dan menghilangkan warna, bau, rasa

makanan yang tidak enak pada makanan

2. Minuman ringan, Menghilangkan warna, bau pada arak/ minuman

minuman keras keras dan minuman ringan

3. Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah, zat perantara

4. Pembersih air Menyaring/menghilangkan bau, warna, zat

pencemar dalam air, sebagai pelindung dan

8
penukaran resin dalam alat/penyulingan air

5. Pembersih air buangan Mengatur dan membersihkan air buangan dan

pencemar, warna, bau, logam berat.

6. Penambakan udang dan Pemurnian, menghilangkan ban, dan warna

benur

7. Pelarut yang digunakan Penarikan kembali berbagai pelarut, sisa metanol,

kembali eti acetat dan lain-lain

III. LAIN-LAIN

1. Pengolahan pulp Pemumian, menghilangkan bau

2. Pengolahan pupuk Pemurnian

3. Pengolahan emas Pemurnian

4. Penyaringan minyak Menghilangkan bau, warna, dan rasa tidak enak

makan dan glukosa

(http://www.pdii.lipi.go.id/- PDII-LIPI, 2011)

Menurut Standart Industri Indonesia (SII No. 0258-88) yang dikeluarkan

oleh DepartemenPerindustrian, persyaratan karbon aktif adalah sebagai

berikut:

1. Bagian yang hilang pada suhu 9500C= 25 %

2. Air = 15 %

3. Abu = 10 %

4. Bagian yang tidak diperarang = tidak ada

5. Daya serap I2 = min. 20 %

9
(http://www.dekindo.com/content/teknologi/PembuatanArangAktifDariTe

mpurung Kelapa.htm - LIPI, 1998/1999)

Syarat mutu arang aktif Indonesia diatur dalam Standar Nasional

Indonesia meliputi kadar air maksimal 15%, kadar abu maksimal 10%,

dan daya serap iod minimal 750 mg/g. (SNI 06-3730-1995).

Proses aktivasi pada pembuatan karbon aktif pada dasarnya

bertujuan untuk mengaktifkan permukaan karbon aktif sehingga daya

serapnya menjadi lebih baik.

Proses aktivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Proses Aktivasi Termal atau Fisika

Proses aktivasi termal adalah proses aktivasi yang melibatkan

adanya gas pengoksidasi seperti udara pada temperatur rendah, uap,

CO2, atau aliran gas pada temperatur tinggi.

2. Proses Aktivasi Kimia

Aktivasi kimia dilakukan dengan mencampur material karbon

dengan bahan bahan kimia atau activator. Agen aktivasi yang umum

digunakan adalah H2SO4, ZnCl2, H3PO4, KOH dan NaOH. Bahan

kimia lain yang juga dapat digunakan seperti logam alkali besi

karbonat dan kalium sulfida. (Shabanzadeh, 2012). Secara umum,

faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai

berikut:

10
1. Luas permukaan

Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat

yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh

ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.

2. Konsentrasi Adsorbat

Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka

semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada

permukaan adsorben.

3. Temperatur

Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan

daya serap adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori

adsorben lebih terbuka pemanasan yang terlalu tinggi

menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan

penyerapannya menurun.

4. pH

pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas

gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam

proses adsorpsi.

5. Waktu Kontak

Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas

adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.

11
2.4 Kadar Air Metode Gravimetri

Analisis gravimetri adalah suatu cara penentuan unsur atau senyawa

berdasarkan berat dimanaunsur yang ditentukan dipisah dan dirubah

menjadi senyawa tertentu dan murni kemudian baru ditimbang.

Penimbangan hasil reaksi dilakukan menggunakan timbangan neraca

analitik agar diperoleh hasil yang lebih teliti karena dapat mengukur

sampai berat 0,0000 gram. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan

dengan mengeringkan sampel di dalam oven pada suhu 105-110oc selama

3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. (Hermayanti, Gusti, 2006)

Tujuan penetapan kadar air untuk mengetahui sifat higroskopis dari

karbon aktif. Terikatnya molekul air yang ada pada karbon aktif oleh

aktivator menyebabkan poro-pori pada karbon aktif semakin besar.

Semakin besar pori-pori maka luas permukaan karbon aktif semakin

bertambah, dengan bertambahnya luas permukaan ini mengakibatkan

semakin meningkatnya kemampuan adsorbsi dari karbon aktif sehingga

semakin baikmkualitas dari karbon aktif tersebut. Rendahnya kadar air

dalam arang aktif menunjukan bahwa kandungan air bebas dan air terikat

yang terdapat dalam arang aktif telah menguap selama proses karbonisasi.

(Yeniza, 2005)

2.5 Kadar Abu Metode Gravimetri

Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada

suhu yang tinggi, yaitu kisaran 500-600oc dan melakukan penimbangan zat

12
yang tinggal setelah proses pengabuan tersebut. Pengabuan dianggap

selesai apabila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih

abu-abu dan berat konstannya dengan selang waktu 30 menit.

Penimbangan terhadap sampel dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu

krusibel yang berisi abu dikeluarkan dari dalam furnace dan dimasukkan

kedalam oven bersuhu 105oc agar suhunya turun menyesuaikan dengan

suhu didalam oven, barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,

barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan.

(Anonim, 2010)

2.6 Penentuan Kadar Zat Mudah Menguap Metode Gravimetri

Penetapan kadar zat mudah menguap ini untuk mengetahui kandungan

senyawa yang mudah menguap yang terkandung dalam karbon aktif pada

suhu 950oc. Nilai kadar zat mudah menguap hilang pada pemanasan 950oc.

Besarnya kadar abu ini disebabkan terdapatnya senyawa non karbon yang

menempel pada permukaan arang aktif terutama atom H maupun atom O

yang terikat kuat pada atom C pada permukaan karbon aktif dalam bentuk

CO2, CO, CH4, dan H2. Senyawa non karbon tersebut merupakan suatu

pengotor yang menutupi pori-pori dari karbon aktif, sehimgga akan

mengurangi efektifitasnya dalam menyerap adsorbat.

2.7 Daya Serap Arang Aktif Terhadap Iod (I2)

Daya serap terhadap iodium merupakan indikator penting dalam

menilai karbon aktif, semakin tinggi daya serap iodium maka semakin

13
baik kualitas karbon aktif. Daya adsorbsi karbon aktif terhadap iodium

memiliki kolerasi dengan luas permukaan dari arang aktif. Semakin besar

angka iodium maka semakin besar kemampuan mengaadsorbsi adsorbat

atau zat terlarut. Salah satu metode yang digunakan dalam analisis daya

adsorbsi arang aktif terhadap iodium adalah dengan metode titrasi

iodometri. Kereaktifan dari arang aktif dapat dilihat dari kemampuannya

mengadsorbsi subtratnya. (Ilham, Raldy. 2016)

2.8 Kadar Karbon Terikat

Karbon dalam karbon adalah zat yang terdapat pada fraksi pada

tripolisis selain abu (zat organik) dan zat-zat atsiri yang masih terdapat

pada pori-pori karbon aktif. (Ferry, 2002)

14

Anda mungkin juga menyukai