Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang
tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek
mekanikal maupun aspek fisiologikal.Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh
badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh.Sedangkan dari dari aspek
fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan
lainnya.Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma.Selain itu
tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium.Namun
karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami
patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.Salah
satunya adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius-ulna, yaitu Fraktur Antebrachi.
Tulang lengan bawah terdiri dari radius dan ulna. Oleh karena pembentuakan tulang
lengan bawah yang dihubungkan kuat oleh membrane interosseous, sehingga fraktur
salah satu tulang tersebut akan menyebabkan dislokasi pada tulang lainnya. Umumnya
fraktur pada radius ulna terjadi pada bagian tengah, jarang terjadi fraktur pada salah satu
tulang tapi tidak menyebabkan dislokasi pada tulang lainnya.Pembedahan merupakan
suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya
dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan,
selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2012). Secara garis besar pembedahan dibedakan menjadi dua,
yaitu pembedahan mayor dan pembedahan minor (Mansjoer, 2010). Orif merupakan
prosedur pembedahan minor dengan membuka tulang melalui penyayatan melalui
lapisan-lapisan kulit untuk mendapatkan bagian tulang di dalamnya yang mengalami
masalah fraktur. Tindakan orif biasanya dilakukan pada pasien dengan indikasi pada frakur
(Sjamsuhidayat dan Jong, 2010).
Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan insisi/sayatan yang merupakan
trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala.
Salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri(Sjamsuhidajat dan Jong, 2012).
Dengan demikian selain bertujuan menghilangkan penderitaan, mengatasi nyeri merupakan
salah satu upaya menunjang proses penyembuhan (Wirjoatmodjo, 2009). Dalam hal ini
praktek pelayanan anestesi mengharuskan setiap penata anestesi meningkatkan

1
pengetahuan dan keterampilannya dalam proses pelayanan kesehatan dan memahami
penyakit dengan memperhatikan pemeberian asuhan keperawatan anestesi kondisi pasien
secara individual (Rovers et al., 2013 ). Berdasarkan pembahasan latar belakang diatas,
maka penting dilakukan tindakan anestesi umum pada pasien dengan tindakan operasi
open reduction inflan fixation (Orif).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan anestesi pada pasien fraktur radius ulna
dengan teknik anestesi umum.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien pre, intra dan post operasi yang akan dilakukan pemberian anestesi
umum.
b. Peserta didik pelatihan diharapakan mampu melakukan perhitungan dan
pemberian terapi cairan pada saat pre, intra dan post operasi.
c. Peserta didik pelatihan diharapkan mampu melakukan perhitungan dosis
pembrian obat-obat anestesi.
d. Peserta didik pelatihan diharapkan mampu melakukan tindakan intubasi
dan memberikan pemeliharaan tindakan anestesi.
e. Peserta didik diharapakan mampu memberikan asuhan keperawatan
setelah selesai operasi dan akhir dari anestesi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Fraktur Radius Dan Fraktur Ulna

Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan
menyangga dengan siku ekstensi (Brunner & Suddarth, 2002).Fraktur antebrachii adalah
terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior
dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis
fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna
sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang (Mansjoer, 2000).Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat & Dee Jong, 2004).
Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3
distal.Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa
dislokasi sendi.Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak-anak (Muttaqin,
2008).Fraktur os radius dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian
tungkai depan. Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi
karena trauma terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut (Alex, 2008).
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam
hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi
pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).General Anestesi merupakan tindakan
menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible).
Tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general
anestesi denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi yaitu
dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan
endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena (Latief, 2007). General
anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan dengan 3 teknik, yaitu:
a) General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi
parenteral langsung ke dalam 11 pembuluh darah vena.
b) General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat
anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat
atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.

3
c) Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat
anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik general
anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal dan
berimbang, yaitu:
(1) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau obat
anestesi
umum yang lain.
(2) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat atau obat
generalanestesi atau dengan cara analgesia regional.
(3) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot atau
general
anestesi, atau dengan cara analgesia regional.

2.2 Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, penganiayaan;
terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak
meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang,
osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau
penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh
fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan otot
meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan aktifitas
melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang
peningkatan tekanan (Corwin, 2009).
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke tulang.
Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas untuk menahan.
Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah
mengikuti gaya tekanan tersebut(Muscari, 2005). Disaat demikian itu, terjadilah trauma
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Setelah fraktur terjadi,
peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak.Kemudian timbul pendarahan pada sekitar patahan dan dalam
jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk hematoma pada rongga medulla
tulang, edema, dan nekrokrik sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian distal tubuh
(Suratun, 2008).

4
Etiologi patah tulang menurut (Barbara C. Long,2006) adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang
terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika
kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur
mungkin tidak ada. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya :
benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur
pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.
c. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur
juga disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau
karena tarikan spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak
mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya.
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan
tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis.

2.3 Anatomi Fisiologi Tulang Lengan


Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang
tangan (Sloane 2003).Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan
memberi bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit, yang digerakan oleh
kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium, fosfor,
natrium dan elemen-elemen lain, untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan
trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu (Watson, 2002)
1. Tulang - tulang lengan bawah
Adalah ulna sisi medial dan tulang radius disisi lateral (sisi ibu jari) yang di
hubungkan denagn suatu jaringan ikat fleksibel, membrane interoseus.

5
a. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang terletak
sebelah medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah ke siku mempunyai
taju yang disebut prosesus olekrani, gunanya ialah tempat melekatnya otot dan
menjaga agar siku tidak membengkok kebelakang. Terdapat dua ekstremitas.
Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris, persendian
dengan trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan yang disebut
olekranon.Pada tepi distal dari insisura semilunaris ulna terdapat prosesus koroideus
ulna, bagian distal terdapat tuberositas ulna tempat melekatnya M. brakialis, bagian
lateral terdapat insisura radialis ulna yang berhubungan dengan karpi ulnaris.
Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai prosessus
stiloideus ulnae.Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya tendo M. ekstensor
karpi ulnaris yaitu sulkus M. ekstensor karpi ulnaris.
b. Radius
Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan ibu
jari. Di bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya berbentuk bundar yang
memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup.Terdapat dua ujung
(ekstremitas).
Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang terletak
melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan humeri.Sirkumferensia
artikularis yang merupakan lingkaran yang menjadi tepi kapitulum radii dipisahkan
dengan insisura radialis ulna.Kapitulum radii dipisahkan oleh kolumna radii dari
korpus radii, bagian medial kolumna radii terdapat tuberositas radii tempat
melekatnya M. biseps brakhii.Korpus radii berbentuk prisma mempunyai tiga
permukaan (fasies).
Ekstremitas distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada bagian
dorsalis, terdapat alur (sulkus) M. ekstensor karpi radialis.Di sebelah lateral sulkus
M. ekstensor kommunis dan diatara kedua sulkus ini terdapat sulkus M. ekstensor
polisis longus.Sebelah lateralis ekstremitas lateralis radii terdapat tonjolan yang
disebut prosesus stiloideus radii, bagian medial ditemukan insisura ulnaris radii
untuk persendian dengan kapitulum.

2.4 Patofisiologi Fraktur Radius Ulna


Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalam keadaan
outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi.

6
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi (pemutaran lengan
bawah kea rah dalam) dengan tangan dalam keadaan outstretched. Fraktur pada batang
radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak usia 10 tahun
(5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap
ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.Adanya fraktur
dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian.Kerusakan pada
periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama
pada tulang panjang.Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam
pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak.
Apabila emboli lemak ini sampai padpat terjadia pembuluh darah yang sempit dimana
diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi
hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena
adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan
persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai
dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Medianus. Jika kerusakan terjadi
pada otot sbb:
1. M. Pronator Teres : mengakibatkan ketidakmampuanpronasi lengan bawah
2. M. fleksus kapi radialis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan abduksi
pergelangan tangan
3. M. Palmaris longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi pergelangan
tangan
4. M. fleksor digitorum superfisialis: mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dua falang
proksimal dan pergelangan tangan
5. M. fleksor polisis longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi semua sendi
jempol
6. M. pronator kuadratus : mengakibatkan ketidakmampuan pronator lengan bawah
7. M. abductor polisisi brevis: mengakibatkan ketidakmampuan abduksi jempol
8. M. oponens polisis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal
Jempol.

7
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Ulnaris. Jika kerusakan terjadi pada
otot
1. M. Fleksor karpi ulnaris : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan adfuksi
pergelangan tangan
2. M. abductor polisis : mengakibatkan ketidakmampuan adduksi jempol
3. M. abductor digiti minimi : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal
jempol
4. M. oponenes digiti minimi: mengakibatkan ketidakmampuan oposisi terhadap
kelingking

2.5 Penatalaksanaan
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur
radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga
umumnya membutuhkan terapi operatif.Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi
ekstra artikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulnadapat diatasi secara efektif
dengan primary care provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-anak dan
remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya
dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur semirip
mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Biodata Pasien


Nama : Tn. A
No.RM : 201900
Umur : 26 th
Alamat : palimanan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan pabrik
Diagnose : Fratur radius ulna dektra
Tindakan : Orif pemasangan screw dan plate
Nilai ASA : II
Tanggal Masuk RS : 21 Januari 2019 Jam 09.35
Tanggal Pengkajian (OK IBS) : 22 Januari 2019 Jam 10:00

3.1.2 Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
Pasien dengan terjadi kecelakaan lalu lintas dengan mengalami cidera pada tangan
kanan, terdapat luka pada bagian lengan tangan kanan, tulang tampak menonjol.
Tangan kanan tidak bisa digerakan dan nyeri hebat saat bergerak. Pasien merasakan
cemas saat mulai tindakan operasi.
b.Keluhan Tambahan
Pasien merasa cemas saat masuk ke ruang kamar operasi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit diabetes, hipertensi, paru dan
jantung
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien tidak memiliki riwayat penyakt asma, darah tinggi dan penyakit diabetes.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan orang tuanya memiliki penyakit hipertensi

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Kepala : Lonjong, simetris, kulit kepala bersih, rambut utuh
b. Mata : conjungtiva anemis, sclera tampak iterik, pupil isokor kiri kanan.
c. Hidung : tidak ada kelainan, sekret tidak ada.
d. Telinga : simetris kiri kanan, tidak ada kelainan
e. Mulut : bibir tidak ada sianosis, tidak ada gigi palsu.
f. Tenggorokan :Tidak ada kelainan
g. Leher : Tidak ada kelainan
h. Thorak : tidak ada jejas pada dada, ictus kordis terlhat, kontraksi dada

9
mengembang saat inspirasi ekspirasi, dada simetris kiri kanan,
auskultsi terdengar vesicular pada area lapang paru, tidak ada
suara napas ambahan wheezing.
i. Abdomen : tidak ditemukan jejas pada area abdomen, tidak ada benjolan,
simetris, terdengar bising usus 11 x menit.
j. Genitalia : tidak ada cidera pada genital, tidak ada pembesaran.
k. Ektremitas : adanya deformitas pada tagan kanan terutama pada bagian
lengan, tangan kanan terpasang bidai, tangan kanan tidak bisa
digerakan, terdapat luka pada bagian lengan, terdapat edema
pada lokasi yang cidera, nyeri tekan dan adanya krepitasi pada
bagian lengan kanan.
l. Tanda-tanda vital :
Keadaan umum : baik, kooperatif
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : 125/78 mmHg
Nadi : 101x/menit, reguler, adekuat
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,6 º C

3.1.4 Pemerisaaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Interpretasi
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 15.5 g/dl 13.5 – 17.5 Normal
Hematokrit 47,9 % 33 – 45 Normal
Leukosit 6.5 Ribu/Ul 4.5 – 11.0 Tinggi
Trombosit 316 Ribu/Ul 150 – 450 Normal
Eritrosit 5.52 Juta/Ul 4.50 – 5.90 Normal
HEMOSTASIS
CT 4 menit 2-6 Normal
BT 1’30” menit 1-3 Normal
INR 1.210
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Natrium darah 137 Mmol/L 136 – 145 Normal
Kalium darah 3.1 Mmol/L 3.3 – 5.1 Rendah
Chlorida darah 101 Mmol/L 58 – 100 Tinggi
HbSAg Rapid 0,01 S//CO Negativ < 0.13 Normal
Hiv Non reaktif Non reaktif

b. Radiologi
Foto thorak : Corakan bronkosvaskular normal, sinus costophreni cus lanci,
diafragma licin, cor CTR < 0,5, sitema tulang infact.
Foto antebrachia extra :Fraktur os radius dextra distal, fraktur os ulna dextra
medial, angulationem, contractionem

10
3.2 Persiapan anestesi :

3.2.1. Alat Mesin anestesi :


a. Gas terdiri dari Oksigen dan Nitro Oxide
b. Gas Volotile terdiri dari Sevofluren dan Isofluren
c. Monitor TTV dan EKG
d. STATICS :
Stetoskop dan Laringoskop no blade 3
Tube ( Selang endotrakeal tube) ETT non kin kin no 7.5 Cup +
Air way ( Gudel / Mayo ) ukuran medium no 4
Tape ( Plester )
Introducer ( mandrein, stilet )
Conector
Suction
3.2.2 Persiapan obat anestesi
a. Obat emergency :
- Sulfat atropine 5 amp ( 1 amp 0,25 mg)
- Epedrine 1 amp ( 1 amp 50 mg)
- Epineprin 1 amp ( 1 amp mg)
- Amiodaron HCL inj 50mg/ml, 3ml
- Calcii Gluconas inj 100mg/ml, 10ml
- Natrium bicarbonat inj 8.4%, 25ml
- Dopamin inj 40mg/ml, 5ml
- Dobutamin inj 50mg/ml, 5ml
- Lidocain inj 2%, 2ml
- Noreprinefrin inj 1mg/ml, 4ml
- Dexametason inj 5mg/ml, 1ml
- Diazepam inj 5mg/ml, 2ml

b. Premedikasi : tidak dilakukan


c. Prakinduksi : Pemeriksaan TTV
TD : 125/78 mmHg
Nadi : 101x/menit, reguler, adekuat
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,6 º C
d. Induksi :
- Propofol 1 amp 200 mg
e. Analgetik :
- Fentanyl 1 amp 100 mcg
f. Relaksan:
- Atracurium 2 amp 50 mg
g. obat-obat mantenan :
- Atracurium 1 amp 25 mg

11
3.3 Penatalaksanaan Anestesi
3.3.1 Ruang persiapan
Pasien masuk ke kamar persiapan pada pukul 10.00 WIB, pasien langsung diganti baju
operasi, infus terpasang pada tangan kanan dengan iv line ukuran 18 dan lancar. Selama
di ruang persiapan pasien kooperatif dengan tingkat kesadaran compos mentis GCS 15.
Sebelum tindakan anestesi diperlukan pengecekan inform concernt.
Tanda –tanda vital pasien :
Tekanan darah : 125 / 78 mm/Hg
Nadi : 103 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Saturasi : 98 %
Berat badan : 65Kg

3.3.2 Ruang operasi


a. Pasien masuk ke kamar operasi pada pukul 10.30 wib, Pasien di baringkan dengan
posisi supine di meja operasi dan atur kecepatan infus.
b. Menyalakan mesin anestesi, monitor tanda-tanda vital dan melakukan pengecekan
mesin, gas dan kebocoran kuregatet dan balon.
c. Pasien dilakukan pemasangan monitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen,
precordial.
d. Menunggu intruksi dan lapor kepada konsulen dan operator bila sudah siap.
e. Menganjurkan pasien untuk berdoa
f. Pasien dilakukan pemberian premedikasi : midazolam 2 mg dan ondansentron 8 mg
g. Kemudian dilakuka induksi pada jam 10.44 wib dengan obat :
- fentanyl 100 mcg IV
- Propofol 100 mg IV
- Atracurium 30 mg IV
- sevofluren / isofluran 2 MAC ( sesuai kebutuhan pasien)
- obat tambahan Tramadol 100 mg IV
h. Reflek bulu mata hilang, terjadi penurunan pernapasan dan dilakukan baging dengan
jaw trust dan chin lift.
i. Pelaksanaan intubasi dilakukan pada jam 10.48 wib dengan prosedur :
- Posisikan kepala pasien dengank ektensi
- Buka mulut pasien dengan cross finger pegang laringoskop dengan tangan kiri
kemudian masukan kedalam mulut kemudian menyingkirkan lidah ke kiri pasien
dengan posisi laringoskop membuka rongga mulut
- Cari epiglottis, tempatkan ujug bilah laringoskop di valekula.
- Angkat epiglottis denga elevasi laringoskop ke atas ( jangan menekan gigi) untuk
melihat plica vocalis.
- Bila sudah terlihat ambil selang ETT yang sudah terpasang stilet dengan tangan
kanan.
- Masukan ETT dari sisi mulut kanan, sampai masuk ke saluran trakea dengan
ukuran batas mulut minimal 20 cm.
- lepaskan stilet dari ETT, isi balon sebanyak 10 cc udara kemudian hubungkan
dengan konektor kuregatet mesin anestesi.

12
- Tes kedalam ETT dengan stetoskope pada daerah apex kanan dan kiri, basal kanan
kiri dan epigatrium untuk memastikan ETT benar-benar masuk kedalam trakea dan
mengecek kesimbangan pengembangan antara paru-paru kanan dan kiri.
- Stelah ETT sudah dipastikan dalam keadaan seimbang maka dilakukan fiksasi
dengan menggukan plester agar tidak terjadi perubahan letak posisi ETT. Jam
10.50 pasien terhubung ke ventilator.
- Jam 11.10 di mulai tindakan operasi
j. Perhitungan respirasi selama operasi.
Perhitungan rencana pemberian ventilasi :
1. Tidal Volume
Tidal Volume = BB (Kg) x Konstanta (6-10)
= 65 x 8
= 520 ml
2. Minute Volume
Minute Volume = Tidal volume x Respirasi rate ( 12-16 x/menit)
= 520 x 12/menit
= 6240 ml = 6,2L/menit
3. Menggunkan teknik ventilator IPPV ( )
TV RR PEEP I:E
520 12 4 Ratio
ml X/menit 1:2

K. Monitoring Intake dan output cairan


1. Perhitungan cairan pasien selama operasi :
BB : 65 kg
Jenis Operasi : Sedang
Puasa : 8 jam
2. Kebutuhan cairan mentenance untuk pasien BB 65 Kg
Rumus 4 2 1
Kebutuhana caira maintenance :
4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 45 = 45
Jumah = 105 ml/jam
3. Kebutuhan cairan selama puasa
Maintenace x lama puasa
105 ml/jam x 8 jam = 840 cc
4. Insensible Water Lose (IWL)
Stres Operasi : Ringan = 2 – 4 ml, sedang = 4 -6 ml, berat = 6 – 8 ml
IWL = Stress operasi x BB (Kg) pasien
= 4 x 65 kg
= 260 ml
5. Estimated Blood Volume
EBV laki-laki dewasa 70 cc/kgbb
EBV perempuan dewasa 65 cc/kgbb

13
= ( 70 x 65 kg )
= 4550 ml
6. Estimated bood lose
EBL (10 %, 15 %, 20 % )
Ringan = 10 % x 4550 cc = 455 ml
Sedng = 15 % x 4550 cc = 682 ml
Berat = 20 % x 4550 cc = 910 ml
7. Jumlah pendarahan1 jam pertama :
Suction = 30 ml
kasa( 1 kasa = 10 cc) = 30 ml
Perdarahan di ganti dengan cairan kristaloid dengan perbandingan 1:3 =
60 cc darah : 180 cc Cairan kristaloid
Jumlah pendarahan1 jam Kedua :
Suction = 20 ml
kasa( 1 kasa = 10 cc) = 30 ml
Perdarahan di ganti dengan cairan kristaloid dengan perbandingan 1:3 =
50 cc darah : 150 cc Cairan kristaloid
8. Kebutuhan cairan selama operasi
Rumus :Puasa + Maintenance + IWL + Perdarahan =ml
Jam 1 = ½ Puasa + Maintenance + IWL + Perdarahan =ml
½ 840 + 105 + 260 + 180 = 965 ml
Jam 2 = ¼ Puasa + Maintenance + IWL + Perdarahan =ml
¼ 840 + 105 + 260 + 150 = 725 ml
9. Total cairan yang keluar
Darah = 110 ml
Urine = 150 ml
10. Cairan yang sudah diberikan (Kristaloid)
Pre operasi =500 ml
Intra operasi 1 jam pertama = 965 ml
Intra operasi 1 jam kedua = 725 ml
Total = 2190 cc
11. Jumlah tetesan / menit 1 jam pertama = 965 x 20 tetes/ menit
60 menit
= 321 tetes/menit
Jumlah tetesan / menit 1 jam Kedua = 725 x 20 tetes/ menit
60 menit
= 241 tetes/menit

l. Pengakhiran anestesi
Operasi selesai pada pukul 13.20 wib pasien dilakukan spontanisasi pada
pernapasan dengan baging ( axis) tanpa menggunakan ventilator dan di berikan
terapi injeksi neostigmine 0,5 mg + sulfat atropine 0.25 mg untuk menghilangkan
efek dari obat relaksan (atrakurium). Pasien bernapas spontan dengan adekuat
dengan tanda bisa menelan, pasien sadar penuh, mampu bernps bila di perintah,
kekuatan otot sudah pulih, tensi normal, saturasi normal dan tidak ada distensi

14
lambung. Pasien di lakukan ekstubasi pada jam 13. 40 wib, dan pindah ke ruang
pemulihan (RR) pada jam 14.00.

3.3.3 Ruang pemulihan


Pasien keluar dari kamar oparasi menuju ruang pemulihan pada jam 14.00 wib. Pada
saat masu ke ruang pemulihan pasien masih terpantau. Tanda tanda vital pasien TD
126/80mmHg, Nadi 94 x/menit. Cairan di ganti dengan Rl dan injeksi ketorolac 30 mg,
ondansentron 8 mg dan oksigen nasal kanul diberikan 3 liter/menit. Pasien keluar dari
ruang pemulihan menuju ke ruang perawatan pada pukul 14.35 dengan nilai alderete
score > 8.

15
3.4 Analisa Data

Symptom /Sign Etiologi Problem


Ds : Proses penyakit (fraktur Nyeri akut
P: Klien mengatakan nyeri saat tangan kanan digerakan atau tersentuh. radius ulna)
Q: Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri di bagian lengan kanan
S: Klien menunjukkan nyeri dengan skala 8
T: Klien mengatakan nyeri hilang timbul tidak menentu.

DO :
Klien tampak meringis kesakitan dan memegangi daerah lengan kanan saat nyeri muncul. Hasil
tanda-tanda vital:
TD : 135/78 mmHg,
Nadi : 103 x/menit, regular
RR : 22x/menit, iramanormal
Suhu :36.60C.
Ds : Tindakan operasi Cemas
Klien mengatakan cemas akan akan dilakukan tindakan operasi yang akan di jalaninya, takut jika di
jika pelaksaan operasi terjadi nyeri

Do:
Klien tampakgelisah, berkeringat dan mulut kering, tidak tenang, klien tampak pucat dan muka
tegang,
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 128/80mmHg,
Nadi : 105x/menit, regular
RR : 22x/menit
Suhu : 36,60C

16
DS: - Obtruksi jalan napas : Bersihan jalan napas
DO : benda asing pada jalan tidak efektif
Terdapa banyak mucus pada rongga mulut. napas (penggunaan ETT)
TTV : TD : 134 / 87 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respiasi : 24 x / menit
Suhu : 36,40C

3.5 Diagnosa keperawatan Pre Anetesi


1. Nyeri behubungan dengan agen cidera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
3.6 Diagnosa keperawatan Intra Anetesi
1. Resiko perdarahan berhubungn dengan efek sampng terkaid terapi obat anestesi.
2. Bersihan Jalan napas berhubungan dengan obtruksi jalan napas : benda asing
pada jalan napas ( penggunaan ETT).
3.7 Diagnosa keperawatan Post Anetesi
1. Bersihan Jalan napas berhubungan dengan obtruksi jalan napas : mukus

17
3.8 Intervensi dan Implementasi

NO/TGL DIAGNOSA TUJUAN / NOC INTERVENSI/NIC IMPLEMENTASI EVALUASI


Pre anestesi
1. Nyeri b/d Haraan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengkajian nyeri S : Klien mengatakan nyeri saat
agen cidera berkurang dengan komprehensif yang komprehensif yang meliputi Tangan kanan mengalami
22/01/2019 fisik kriteriahasil: meliputi lokasi, lokasi, karakteristik, onset pergerakan, nyeri seperti
 Melaporkan karakteristik, onset atau atau durasi, frekusensi,
Jam 09.20 tertusuk-tusuk, nyeri
nyeri durasi, frekusensi, kualitas, intensitas atau
 Melaporkan kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor dengan skala 6
panjangnya beratnya nyeri dan faktor pencetus O : - wajah klien tampak
episode nyeri pencetus 2. Mengobservasi adanya meringis kesakitan
 Ekspresi nyeri 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai - TTV : TD : 130/83 mmHg
wajah petunjuk nonverbal ketidaknyamanan N : 83 x/menit
mengenai 3. Mendukung istirahat atau RR: 23 x/ menit
ketidaknyamanan tidur yangadekuat
Suhu : 36,6oC
3. Dukung istirahat atau 4. Memberikan informasi
tidur yangadekuat mengenai nyeri, seperti A : Nyeri
4. Berikan informasi penyebab nyeri, berapa lama P : - Masalah belum teratasi
mengenai nyeri, seperti nyeri di rasakan dan - lanjutkan itervensi
penyebab nyeri, berapa antisipasi dari
lama nyeri di rasakan dan ketidaknyamanan akibat
antisipasi dari prosedur
ketidaknyamanan akibat 5. Mengajarkan penggunaaan
prosedur teknik nonfarmakologi
5. Ajarkan penggunaaan (relaksasi,)
teknik nonfarmakologi 6. Melakukan kolaborasi dengan
(misalnya relaksasi, terapi dokter anestesi untuk
musik, aplikasi panas atau pemberian analgetik :
dingin dan

18
pijatan,bimbingan - Ketorolac 30 mg IV
antisipatif)
6. Kolaborasipemberian
analgetik.

2. Ansietas b/d Kontrol diri 1. Bina hubungan saling 1. Mendekatkan diri untuk S : - Klien mengatakan cemas
tindakan Terhadap percaya membina kepercayaan Berkurang.
22/01/2019 operasi Ketakutan 2. Kaji tanda verbal dan 2. Untuk meihat tanda dari - Klien mengatakan merasa
kriteriahasil: nonverbalkecemasan kecemasan pada wajah klien ngantuk setelah di
Jam 10.00  Memantau 3. Instruksikan 3. Mendorong verbalisasi lakukan pemberian obat
intensitas Menggunakan teknik perasaan, persepsi dan O : - Klien tampak mulai tenang
ketakutan relaksasi ketakutan saat menjelang Operasi
 Menghilangka 4. Jelaskan prosedur dan 4. Untuk mengalihkan - Klien tampak mengantuk,
n penyebab sensasi yang di rasakan perhatianpasien gelisah berkurang
ketakutan selama prosedur di setelah pemberian
 Mencari lakukan midazolam 2 mg IV
informasi untuk TTV : TD : 130/83 mmHg
mengurangi N : 82 x/menit
nyeri RR: 19 x/ menit
 Menghindari Suhu : 36,6oC
sumber A : Cemas
ketakutan P : - Cemas pasien mulai teratasi
jika - lanjutan intervensi
memungkinan
Menggunakn
strategi koping
yang efektif

19
Post anestesi
1. Bersihan - respirasi status : 1. Auskultasi suara napas 1. Auskultasi suara napas S:-
jalan napas ventilasi sebelum dan sesudah di sebelum dan sesudah di O : -Terdapat banyak mucus
22/01/2019 b/d obtruksi - Air way patency sucton sucton pada
jalan napas Krteria Hasil : 2. Berikan oksigen 2. Memerikan oksigen dengan
Jam 13.40 rongga mulut pada saat
oleh 1. Memdemontra denganmengunakan mengunakan nasal kanul
sputum sika batuk nasal kanul 3. Menganjukan pasien untuk ektubasi dan setelah di
efektif dan 3. Anjukan pasien untuk napas dalam setelah ETT di ektubasi.
suara napas napas dalam setelah ETT kelukan - pasien sudah bernapas
yang bersih, di kelukan 4. Membuka jalan napas lebih spontan.
mampu 4. Buka jalan napas degan terbuka - Terdengar suara stidor pada
mengekuarkan teknik chin lift atau jaw 5. Membebaskan hambatan rongga mulut.
sputum dan trush bila perlu. pada jalan napas
- Refplek menelan masih
mampu 5. Posisikan pasien untuk 6. Mengeluarkan secret atau
bernapas memaksimalkan ventilasi batuk dengan suction sangat lemah.
dengan mudah. 6. Pasang mayo bila perlu. TTV :
2. Menunjukan TD : 120/78 mmHg
jalan napas N : 82 x/menit
yang paten RR: 19 x/ menit
dengan Suhu : 36,6oC
pernapasan
A : Bersihan jalan napas tidak
dalam dan
normal efektif
P :- masalah teratasi sebagian
- lanjutkan intervensi

20
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTERGRASI (CPPT)

REVIEW &
VERIFIKASI
DPJP
(Tulis nama,
beri paraf,
Tgl/Jam PROFESIONAL HASIL ASESMEN PENATALAKSANAAN INTRUKSI PPA tgl, jam)
PEMBERI PASIEN TERMASUK PASCA DPJP harus
ASUHAN BEDAH membaca /
mereview
seluruh
rencana
asuhan
22/01/2019 S : Pasien mengatakan nyeri pada
lengan tangan kanan.
Jam 13.40 O : - wajah klien tampak meringis
kesakitan
- Klien di berikan injeksi
ketorolac 30 mg
- TTV : TD : 130/83 mmHg
N : 83 x/menit
RR: 23 x/ menit
Suhu : 36,6oC
A : Nyeri
P : - Masalah belum teratasi
- lanjutkan itervensi

S : - Klien mengatakan cemas


22/01/2019 Berkurang.
- Klien mengatakan merasa
Jam 13.50 ngantuk setelah di lakukan
pemberian obat
O : - Klien tampak mulai tenang
saat menjelang Operasi
- Klien tampak mengantuk,
gelisah berkurang setelah
pemberian midazolam 2 mg IV
TTV : TD : 120/78 mmHg
N : 82 x/menit
RR: 19 x/ menit
Suhu : 36,6oC
A : Cemas
P : - Cemas pasien mulai teratasi

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan
menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal.
2372). Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan
satu sama lain. Etiologi terjadinya fraktur radius-ulna dibedakan menjadi 4 yaitu Fraktur
Colles, Fraktur Smith, Fraktur Galeazzi, dan Fraktur Montegia. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya.

4.2 Saran
Setelah penulisan makalah ini, kami sarankan untuk peserta lebih aktif dalam memberikan
asuhan keperawatan anestesi pada Fraktur Ulna radialis. Dengan tindakan operasi yang
dilakukan, maka komplikasi dari anestesi dapat di cegah.

22
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Budisasmita, Faisal. 2015. Fraktur Radius Ulna.


Helmi zairin noor. 2013. Buku ajar gangguan musculoskeletal. Jakarta: salemba medika.

http://id.scribd.com/doc/109703776/Fraktur- Radius-Ulna#scribd Diakses tanggal 8 Maret


2015 pukul 14:00
http://ota.org/media/23057/97042.4Radius-2fUlna-S19-S30.pdf diakses pada tanggal 13
maret pukul 10.00

http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/images/pdf/Fraktura%20Os%20Radius%20dan%20Ul
na.pdf diakses pada tanggal 10 maret pukul 15.00

https://www.academia.edu/7615395/BAB_I_TINJAUAN_PUSTAKA diakses pada tanggal 12


Maret 2015
Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes Radiologi. Edisi
kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 218-219.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth.
Ed.8. Jakarta: EGC.
Suratun, & SKM, dkk. (2008).Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan
Keperawatan.Jakarta: EGC.
Taylor, C. M., & Ralph, S. S. (2010).Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana
Asuhan.Jakarta: EGC.
Zairin, N. (2012). Buku Ajar Muskuloskeletal (Vol. Jilid I). Jakarta: Salemba Medika.

23

Anda mungkin juga menyukai