Anda di halaman 1dari 8

1.

Kerajaan Turki Usmani

a. Sejarah Munculnya Kerajaan Turki Usmani


Nama kerajaan Turki Usmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang
pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogol Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala
kabilah Kab di Asia tengah1[1]. Setelah Ertoghrol meninggal dunia tahun 1289 M,
kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrol inilah yang dianggap sebagai
pendiri kerajaan Usmani. Turki Usmani berkuasa pada abad ke-13 sampai abad ke-202[2].
b. Keadaan Politik, Ekonomi, dan Ilmu Pendidikan Kerajaan Turki Usmani
Keadaan politik kerajaan Turki Usmani pada awal-awal pemerintahannya sangat maju,
tetapi pada abad ke-17, banyak mengalami kemunduran, munculnya kemunduran Turki diawali
dari kekacauan yang dipimpin oleh sultan Muhammad III pengganti Murod III. Dalam situasi
seperti itu dimanfaatkan oleh Australia sehingga mampu memukul mundur kerajaan Turki
Usmani3[3]. Melihat kenyataan itu para negarawan Turki mulai memikirkan langkah-langkah
perbaikan dalam segala bidang demi kestabilan dan kekuatan kerajaan. Langkah-langkah
tersebut mulai diusahakan oleh sultan Murod IV dan memperoleh kemajuan. Namun, situasi
politik yang sudah membaik itu kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim, karena ia
termasuk orang yang lemah.
Ketidakstabilan politik kerajaan Turki Usmani pada abad ke-17, memberikan pengaruh
besar terhadap perkembangan ekonomi Negara. Akibat perang yang tidak pernah berhenti,
perekonomian negara merosot, pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar,
termasuk biaya perang4[4]. Pada abad tersebut, jumlah penduduk Turki semakin banyak,
sementara pada saat yang sama, kerajaan menghadapi problem intern sebagai dampak
pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Selanjutnya, nilai tukar mata uang Turki
terhadap mata uang asing menurun drastis meskipun pemerintahan telah berupaya untuk
mengendalikan harga tingkat inflasi dan nilai tukar mata uangnya. Situasi perekonomian yang
serba sulit ini memaksa kerajaan untuk mengevaluasi mata uangnya kembali, sehingga
mengakibatkan dislokasi baru dan krisis keuangan.
Dalam kaitanya dengan masalah ilmu pengetahuan dan teknologi kerajaan Turki Usmani
mengalami banyak kemandegan. Dalam masa ini, filsafat, ilmu sejarah, astronomi, kedokteran,
mekanik, dan lain-lain tidak berkembang. Kemandegan ilmu pengetahuan kerajaan Turki
Usmani ada kaitanya dengan perkembangan metode berpikir yang kolot dan tradisional, di
kalangan ulama mereka cenderung menutup diri dari pengaruh kemajuan Eropa. 5[5]
c. Kemajuan Yang Dicapai Oleh Kerajaan Turki Usmani
Kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Turki Usmani antara lain, meliputi dalam seni dan
syair serta arsitektur dan juga militer dan pemerintahan. Dalam bidang militer dan pemerintahan
Kerajaan Turki Usmani berhasil membentuk kelompok militer yang disebut Jenissari dan
Inkisyari. Pasukan ini dapat mengubah kerajaan Turki Usmani menjadi mesin perang yang
paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non
muslim.
Dalam bidang seni, syair, dan arsitektur kerajaan Turki Usmani mempunyai jasa yang tidak
kecil. Dalam bidang seni bersyair hampir semua sultan Turki mempunyai minat yang besar.
Dalam bidang arsitektur, daulah Usmaniyah mempunyai madzhab tersendiri yang disebut style
Usmaniyah, gaya ini muncul ketika Usmaniyah dapat mengalahkan kerajaan Byzantium, sejak
itulah bermunculan masjid baru dengan style Usmani, yang termegah adalah masjid Aya Sophia.
Dalam bidang arsitektur, banyak ditemukan hiasan-hiasan indah khot yang menghiasi masjid-
masjid dan tempat-tempat umum lainnya.
Bangsa Turki mempunyai wilayah paling strategis, dalam peta dunia mereka berada di
Jazirah Balkan tempat yang tepat untuk mengawasi perkembangan di Asia dan Eropa.
Ibukotanya Konstantinopel berada di antara laut hitam dan laut tengah yang langsung
berhubungan dengan daratan Asia dan daratan Eropa. Itulah Ibukota paling tepat bagi sebuah
kerajaan besar yang menguasai 3 Benua: Asia, eropa, dan Afrika.6[6]
d. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Pada tahun 1700-1800 merupakan fase kemunduran kerajaan ini, Secara spesifik,
karakteritik Islam pada abad ke-17 ditandai dengan ketertutupan (psikologi orang bangkrut) yang
sebelumnya jaya. Islam lebih bersifat reaksioner terhadap kemajuan negara barat, perpecahan
internal masih tetap kental antarumat Islam. 7[7]
Kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran dikarenakan adanya disintegrasi bangsa,
sebagai akibat adanya penyerangan dari Spanyol. Fase kemunduran Turki Usmani berjalan
secara perlahan-lahan, fase kemunduran ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan
prajurit Usmani yang mengakibatkan ekonomi semakin memburuk dan sistim pemerintahan
tidak berjalan semestinya, sehingga sampailah pada kemunduran yang cukup drastic di abad ke-
17 dan abad ke-18, dan berakhir pada abad ke-20.8[8]

2. Kerajaan Syafawi

a. Sejarah Berdirinya Kerajaan Syafawi


Kerajaan Syafawi berdiri sejak tahun 1503-1772 M, kerajaan ini berasal dari sebuah
gerakan tarikat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarikat ini disebut tarikat
Syafawiyah, yang diambil dari nama pendirinya Ishaq Syafiyuddin, ia merupakan keturunan dari
Imam Syiah yang keenam, Musa al-Kazim. Oleh karena itu, pada selanjutnya kerajaan Syafawi
menyatakan Syi’ah sebagai madzhab negara ketika dipimpin oleh Ismail bin Haidar.9[9]
b. Kondisi Ekonomi, Politik dan Keagamaan Kerajaan Syafawi
Kondisi ekonomi pada masa kerajaan Syafawi mengalami kemajuan di sektor pertanian
terutama di daerah bulan sabit subur. Namun, setelah kepemimpinan Abbas I, Syafawi lambat
laut mengalami kemunduran dan puncak kemundurannya terjadi pada masa kekuasaan Syafi
Mirza. Pada masa itu, rakyat cenderung masa bodoh karena mereka sudah banyak memperoleh
penindasan dari Syafi Mirza, tetapi saudagar-saudagar bangsa asing banyak berdiam di Iran dan
mengendalikan kegiatan ekonomi.
Kondisi politik pada masa Syafawi mulai bangkit setelah Abbas naik tahta dari tahun 1587-
1629M, ia menata adninistrasi negara dengan baik. Langkah-langkah yang dilakukannya antara
lain:
1. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari pusat.
2. Pemindahan ibukota ke Isfahan
3. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas kerajaan Syafawi dengan cara
membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang berasal dari tawanan
perang.
4. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani.10[10]
Kondisi keagamaan pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti pemimpin-
pemimpin sebelumnya yang senantiasa memaksakan Syi’ah sebagai agama negara, tetapi ia
menanamkan sikap toleransi. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, tetapi orang sunni dapat
hidup bebas mengerjakan ibadahnya, bahkan pendeta-pendeta Nasrani mengembangkan ajaran
agamanya dengan leluasa.
c. Kemajuan Yang Dicapai Oleh Kerajaan Syafawi
Kerajaan Syafawi sangat maju dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi, karena bangsa
Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Berkembangnya ilmu pengetahuan masa kerajaan Syafawi tidak lepas dari suatu doktrin
mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka, tidak
seperti kaum Sunni yang mengatakan ijtihad telah terhenti dan orang mesti taqlid saja. Di bidang
ekonomi kemajuan dibuktikan dengan dikuasainya Kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun
diubah menjadi Bandar dagang Abbas pada masanya,
Di bidang seni, kemajuan tampak begitu jelas gaya arsitektur bangunannya, seperti
terlihat pada masjid Syah yang dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat dalam
bentuk kerajinan tangan, kerajinan karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, embikar, dan
benda seni lainnya. Selain bidang seni, kerajaan Syafawi juga sangat maju dalam bidang syair,
diantara tokohnya yaitu Muhammad Damad, ia juga ahli filsafat dan ahli ilmu pasti. Semua
kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Syafawi tersebut terjadi pada masa pemerintahan Abbas,
setelahnya kondisi ilmu pengetahuan dan seni mengalami banyak kemunduran.11[11]
d. Kemunduran Kerajaan Syafawi
Sebab-sebab kemunduran Kerajaan Safawi, antara lain:
1. Para Pemimpin yang lemah.
2. Para Pemimpin suka minum-minuman keras.
3. Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpin. Hal ini juga turut mempercepat
proses kehancuran kerajaan Safawi.
4. Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang beraliran Syi’ah.
5. Karena pasukan ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat
perang yang tinggi seperti Qizilbash.
6. Adanya konflik internal kerajaan, dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga
istana.12[12]
Kerajaan Syafawi mengalami kemunduran yang paling drastis yaitu setelah Abbas I karena
rajanya orang yang lemah. Kemunduran pada kerajaan ini ditandai dengan terjadinya perebutan
suksesi kerajaan, terjadinya sejumlah pemberontakan kelompok separatis Hindu.

3. Kerajaan Mughal Di India

a. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal

Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Syafawi. Jadi, di antara
3 kerajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang paling muda. Kerajaan Mughal didirikan
oleh Zahiruddin Babur, salah satu dari cucu timur Lenk. Silsilah keturunannya bersambung pada
Hulagho, dia adalah putra Syeh Umar yang menjadi amir di negeri Farghanah, keturunan
langsung dari Miransyah, dan ibunya keturunan Jengis Khan. Kerajaan Mughal mulai berkuasa
sejak tahun 1526 sampai tahun 1707.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya kerajaan Mughal di India adalah:

1.Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia


2.Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.13[13]
Kerajaan Mongol dan Mughal di India memiliki keterkaitan, karena sama-sama didirikan
oleh bangsa Mongol dan keturunannya, sedangkan pengambilan nama Mughal adalah dari
Kebesaran bangsa Mongol.

b. Kondisi Politik, Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Mughal

Di masa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak mengayu dengan
rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang lain dan dirinya
pun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun
pentadbiran secara teratur yang jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudian
setelah menaklukkan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi
Sultan Akbar.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, kerajaan Mughal pada abad ke-17 mengalami
kemajuan dalam bidang pengetahuan, seni dan budaya. Di bidang pengetahuan kebahasaan,
Akbar telah menjadikan 3 bahasa sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa
agama, bahasa Turki sebagai bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan
kesusastraan.

c. Kemajuan Yang Dicapai Kerajaan Mughal

Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan di
bidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemajuan bidang ekonomi ditandai
dengan kemajuan sektor pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penanganan
pertanian secara terstruktur.
Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan kemajuannya di
masa-masa sebelumnya. Yang lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang syair dan seni
arsitektur. Karya seni yang merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah
karya arsitektur yang indah dan mengagumkan, seperti istana Fatpur Sikri di Sikri dan Taj Mahal
pada masa Syekh Jihan di Agra.
Karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun bahasa India. Karya seni yang dapat dinikmati sekarang merupakan
karya seni terbesar yang dicapai Kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada zaman Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Tajmahal di
Aqra.

d. Kemunduran Kerajaan Mughal India

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan uang negara
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.
4.Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan. 14[14]

E. Simpulan
Dari uraian singkat tentang masa tiga kerajaan besar Islam (Usmani,
Mughal dan Syafawi) di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut merupakan
kerajaan Islam terbesar, karena dalam waktu kurun yang panjang setelah Bani Abbas mengalami
keruntuhan dengan ditandainya jatuhnya kota Baghdad ke tangan bangsa Mongol pada tahun
1258 M, setelah itu umat islam mengalami kemunduran. Umat islam bangkit kembali dengan
adanya kerajaan Usmani yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina, kemudaian
kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Akan tetapi, dalam perjalanannya ketiga kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal yang
paling urgen penyebab kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain adalah: adanya
dekadensi moral yang melanda para pemimpin; semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir
adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan; adanya tradisi korupsi; perebutan
kekuasaan; dan terjadinya stagnasi militer.

Anda mungkin juga menyukai