2. Kerajaan Syafawi
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Syafawi. Jadi, di antara
3 kerajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang paling muda. Kerajaan Mughal didirikan
oleh Zahiruddin Babur, salah satu dari cucu timur Lenk. Silsilah keturunannya bersambung pada
Hulagho, dia adalah putra Syeh Umar yang menjadi amir di negeri Farghanah, keturunan
langsung dari Miransyah, dan ibunya keturunan Jengis Khan. Kerajaan Mughal mulai berkuasa
sejak tahun 1526 sampai tahun 1707.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya kerajaan Mughal di India adalah:
Di masa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak mengayu dengan
rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang lain dan dirinya
pun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun
pentadbiran secara teratur yang jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudian
setelah menaklukkan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi
Sultan Akbar.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, kerajaan Mughal pada abad ke-17 mengalami
kemajuan dalam bidang pengetahuan, seni dan budaya. Di bidang pengetahuan kebahasaan,
Akbar telah menjadikan 3 bahasa sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa
agama, bahasa Turki sebagai bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan
kesusastraan.
Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan di
bidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemajuan bidang ekonomi ditandai
dengan kemajuan sektor pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penanganan
pertanian secara terstruktur.
Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan kemajuannya di
masa-masa sebelumnya. Yang lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang syair dan seni
arsitektur. Karya seni yang merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah
karya arsitektur yang indah dan mengagumkan, seperti istana Fatpur Sikri di Sikri dan Taj Mahal
pada masa Syekh Jihan di Agra.
Karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun bahasa India. Karya seni yang dapat dinikmati sekarang merupakan
karya seni terbesar yang dicapai Kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada zaman Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Tajmahal di
Aqra.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan uang negara
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.
4.Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan. 14[14]
E. Simpulan
Dari uraian singkat tentang masa tiga kerajaan besar Islam (Usmani,
Mughal dan Syafawi) di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut merupakan
kerajaan Islam terbesar, karena dalam waktu kurun yang panjang setelah Bani Abbas mengalami
keruntuhan dengan ditandainya jatuhnya kota Baghdad ke tangan bangsa Mongol pada tahun
1258 M, setelah itu umat islam mengalami kemunduran. Umat islam bangkit kembali dengan
adanya kerajaan Usmani yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina, kemudaian
kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Akan tetapi, dalam perjalanannya ketiga kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal yang
paling urgen penyebab kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain adalah: adanya
dekadensi moral yang melanda para pemimpin; semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir
adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan; adanya tradisi korupsi; perebutan
kekuasaan; dan terjadinya stagnasi militer.