Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN

MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERILAKU


PENCEGAHAN FILARIASIS

Satri Mayu Santi1, Febriana Sabrian2, Darwin Karim3

Email: satry.mayoe@gmail.com

Abstract

The aim of this research was to identify the effectiveness of health education using audiovisual media to improve filariasis
prevention behavior. This was quasi experiment study with implementation of health education using audiovisual media. This
research was conducted in Kelurahan Sungai Apit, Desa Mengkapan, Desa Teluk Batil, Desa Harapan, Kecamatan Sungai
Apit Kabupaten Siak with 32 respondents. Researcher used questionnaire instrument about knowledge, attitude, action, and
observation sheet, which was developed by researcher. The data were analyzed by univariate and bivariate analysis with
dependent t-test. The result showed a health education using audiovisual media was effective for filariasis prevention behavior
with p value < α (0,00 < 0,05). Based on the result of this study, health provider’s in Puskesmas are recommended to apply
this methods to improve community behavior for preventing filariasis disease.

Keyword : Audiovisual, filariasis, health education, prevention behavior

PENDAHULUAN 1582/MENKES/SK/XI/2005 tanggal 18


Indonesia sebagai negara yang beriklim November 2005 (Kemenkes RI, 2010a).
tropis banyak menghadapi masalah kesehatan Sekitar 1,3 miliar penduduk di dunia pada
yang disebabkan oleh berbagai penyakit tropis. tahun 2009 beresiko tertular filariasis. Wilayah
Salah satunya adalah penyakit filariasis (kaki yang memiliki negara endemis terbanyak adalah
gajah). Filariasis merupakan masalah kesehatan benua Afrika, Amerika, dan wilayah bagian
masyarakat terutama di daerah pedesaan timur Mediterania. Untuk wilayah Asia
(Ambarita, 2006). Tenggara sekitar 66% dari populasi global
Filariasis bersifat menahun (kronis) dan beresiko filariasis termasuk Indonesia (WHO,
dapat menimbulkan kecacatan yang menetap. 2010).
Filariasis mudah menular, kriteria penularan Pada tahun 2003, penyakit filariasis di
penyakit ini adalah jika ditemukan mikrofilarial Indonesia dilaporkan sebanyak 6.571 kasus.
rate ≥ 1% pada sampel darah penduduk di sekitar Pada tahun 2007 dijumpai 11.473 kasus dan
kasus filariasis, atau adanya dua atau lebih kasus pada tahun 2008 terdapat 11.699 kasus kemudian
filariasis di suatu wilayah pada jarak terbang meningkat menjadi 11.914 kasus pada tahun
nyamuk yang mempunyai riwayat menetap 2009 (Kemenkes RI, 2010a).
bersama selama lebih dari setahun. Angka kesakitan filariasis yang ada di
WHO sudah menetapkan program eliminasi Provinsi Riau pada bulan Oktober 2013 tersebar
filariasis melalui kesepakatan global (The Global di beberapa kabupaten. Kabupaten Siak
Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a merupakan Kabupaten yang memiliki angka
Public Health problem by The Year 2020) kesakitan 4 terbesar di Provinsi Riau (Dinkes
melalui pengobatan massal dengan Prov. Riau, 2013), di Kabupaten Siak sendiri,
diethylcarbamazine (DEC) dan Albendazole angka kesakitan filariasis terbesar terdapat di
setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang Kecamatan Sungai Apit (Dinkes Kabupaten
endemis dan perawatan kasus klinis untuk Siak, 2013).
mencegah kecacatan dan mengurangi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
penderitanya (WHO, 2010). Yunita (2004) berkesimpulan bahwa terdapat
Menteri Kesehatan Republik telah perubahan yang bermakna pada tindakan
menetapkan eliminasi kaki gajah sebagai salah pencegahan penularan filariasis pada ibu-ibu
satu program prioritas. Pedoman pengendalian yang mendapatkan penyuluhan kesehatan di
penyakit filariasis tertuang dalam Keputusan Jorong Koto Bakuruang Nagari Mungo Kec.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Luak Kab. 50 Kota.

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 1


Penyuluhan kesehatan menggunakan dalam satu tempat pada waktu bersamaan. Hal
banyak alat bantu atau media. Salah satunya ini disebabkan oleh luasnya daerah binaan
adalah media audiovisual. Media audiovisual Puskesmas Sugai Apit.
lebih efektif dalam menerima pembelajaran Berdasarkan hal ini, maka peneliti tertarik
karena dapat memberikan pengalaman nyata untuk melakukan pendidikan kesehatan
lebih dari yang disampaikan media audio menggunakan media audiovisual di daerah
maupun visual (Sudjana, 2007). binaan Puskesmas Sungai Apit yang mana
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan nantinya peneliti akan melakukan pendidikan
oleh Jusmiati (2013) di dapatkan hasil bahwa kesehatan di daerah yang ada ditemukan
setelah diberikan pendidikan kesehatan tingkat penderita filariasis sebelumnya.
pengetahuan dan kemampuan merawat bayi baru Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
lahir menjadi lebih tinggi dibanding sebelum efektifitas pendidikan kesehatan menggunakan
diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual terhadap perilaku pencegahan
menggunakan media audiovisual. filariasis di Puskesmas Sungai Apit.
Survei pendahuluan yang dilakukan di Manfaat dari penelitian ini yaitu hasil
Puskesmas Sungai Apit Kabupaten Siak pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
tanggal 02 Februari 2014 terdapat 14 penderita informasi untuk mengembangkan ilmu
filariasis yang akut maupun kronis. Penderita pengetahuan khususnya bidang keperawatan,
filariasis ini mulai ditemukan pada tahun 2010. sebagai evidence based bagi penelitian di masa
Beberapa faktor yang sangat berperan pada mendatang, sebagai informasi bagi puskesmas
penularan kasus filariasis ini antara lain, sehingga puskesmas dapat mengadakan
lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Sungai pendidikan kesehatan menggunakan media
Apit yang masih banyak ditemui hutan, rawa, audiovisual tentang filariasis, memotivasi
lobang bekas yang berisi air, dan ketidaktahuan perawat puskesmas untuk melakukan
masyarakat akan penyakit filarisis tersebut. Saat penyuluhan lanjutan dan melakukan kunjungan
ini Puskesmas Sungai Apit sedang menjalankan rumah terhadap penderita filariasis, memberikan
program eliminasi filariasis dengan cara wawasan kepada masyarakat betapa bahayanya
pembagian obat massal selama 5 tahun berturut- filariasis sehingga masyarakat mematuhi
turut dan telah berjalan selama 2 tahun terakhir pengobatan massal yang diberikan untuk
ini. Obat yang dibagikan yaitu Albendazole pemberantasan filariasis, sebagai sumber
sebagai obat pilar dan diethylcarbamazine informasi bahan kepustakaan dalam
(DEC) sebagai obat cacing. Menurut petugas pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
Puskesmas Sungai Apit, saat pembagian obat kesehatan.
massal pada bulan Oktober 2013, dari semua
masyarakat di daerah binaan Puskesmas Sungai METODOLOGI PENELITIAN
Apit, hanya 85 % yang bersedia menerima Jenis penelitian ini menggunakan desain
pembagian obat massal ini, 15 % lainya menolak Quasy experiment dengan rancangan Pre and
menerima obat dengan alasan hamil, demam dan post test without control (kontrol diri sendiri)
lain sebagainya. Hasil wawancara kepada 10 (Dharma, 2011).
orang yang mendapat pembagian obat massal Teknik pengambilan sampel pada
filariasis di wilayah kerja Puskesmas Sungai penelitian ini dengan menggunakan Cluster
Apit, hanya 5 orang yang mengkonsumsi obat sampling. Penelitian ini menggunakan jumlah
tersebut. sampel minimal, yaitu sebanyak 30 orang (Burns
Puskesmas Sungai Apit sendiri sebenarnya & Grove, 2005). Dalam banyak keadaan peneliti
sudah pernah melakukan pendidikan kesehatan telah mengantisipasi kemungkinan subjek
sebelumnya, tetapi Puskesmas Sungai Apit terpilih yang drop out, loss follow up, atau
hanya memberikan pendidikan kesehatan subyek yang tidak taat dengan menambahkan
tersebut pada salah satu daerah saja dan itupun sejumlah subyek agar besar sampel tetap
dengan waktu yang sangat terbatas. Hal ini terpenuhi (Sastroasmoro & Ismail, 2008).
dikarenakan petugas puskesmas hanya meminta Berdasarkan perhitugan jumlah sampel,
waktu diantara acara yang diadakan masyarakat. didapatkan jumlah sampel untuk penelitian ini
Menurut salah satu petugas Puskesmas, kendala adalah 33 responden. Tetapi pada penelitian ini
dalam melakukan pendidikan kesehatan ini peneliti menetapkan 35 responden untuk
adalah susahnya mengumpulkan masyarakat menghindari drop out yang lebih banyak.
JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 2
Sampel yang dijadikan responden dalam awal
penelitian ini adalah 25% dari 7 RW di - Dewasa 12 37,5
akhir
Kelurahan Sungai Apit yaitu 2 RW, 25 % dari 3 Total 32 100
RW di Desa Mengkapan yaitu 1 RW, 25 % dari 3. Pendidikan
2 RW di Desa Teluk Batil yaitu 1 RW, dan 25 - Tidak 3 9,4
% dari 2 RW di Desa Harapan yaitu 1 RW. sekolah
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dalam - SD 4 12,5
- SMP 6 18,8
setiap strata didapatkan sampel di kelurahan
- SMA 11 34,4
Sungai Apit RW 01 sebanyak 6 orang, dan RW - Perguruan 8 25,0
06 sebanyak 9 orang, Desa Mengkapan (RW 02) tinggi
sebanyak 6 orang, Desa teluk Batil (RW 01) Total 32 100
sebanyak 7 orang dan Desa Harapan (RW 02) 4. Pekerjaan
sebanyak 7orang. - Petani 4 12,5
- Wiraswata 10 31,2
Prosedur pengumpulan data penelitian ini - Pegawai 5 15,6
yaitu setelah mendapatkan responden yang negeri
sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti kemudian - Tidak 13 40,6
membagikan kuesioner pre test kepada bekerja
responden tersebut, setelah pengisian kuesioner Total 32 100
selesai peneliti memberikan intervensi kepada
responden tersebut. 2 minggu setelah pemberian Tabel 4 menunjukan bahwa
intervensi, peneliti datang kembali untuk kelompok jenis kelamin terbanyak pada
melalukan post test. Setelah data terkumpul responden yang berada di wilayah
diperiksa kelengkapannya, kemudian dilakukan Kelurahan Sungai Apit, Desa Mengkapan,
analisa data. Desa Teluk Batil dan Desa Harapan
Analisa data yang dilakukan adalah Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak
analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat adalah perempuan yaitu sebanyak 21 orang
digunakan untuk mengetahui karakteristik (65,6%), sedangkan dari kelompok usia
responden dan untuk mendapatkan gambaran terbanyak berada pada kelompok umur
pengetahuan, sikap dan tindakan responden dewasa akhir yaitu sebanyak 12 orang
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan (37,5%). Dilihat dari tingkat pendidikan,
kesehatan menggunakan media audiovisual. terdapat 11 orang (34,4%) dari 32
Analisa bivariat menggunakan uji beda dua responden yang berpendidikan SMA,
mean atau T dependent (paired sample test) sedangkan dilihat dari pekerjaan terdapat
untuk menganalisa selisih beda dua mean pada 13 orang (40,6%) yang tidak bekerja.
data subjek sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan 2. Rata-rata Pengetahuan Responden
Mengenai Perilaku Pencegahan Filariasis
HASIL PENELITIAN Sebelum dan Sesudah Diberikan
Hasil dari penelitian ini sebagai berikut: Pendidikan Kesehatan Menggunakan
A. Analisa Univariat Media Audiovisual
1. Karekteristik responden Tabel 2.
Tabel 1. Rata-rata pengetahuan responden
Distribusi frekuensi jenis kelamin, umur, mengenai perilaku pencegahan filariasis
pendidikan dan pekerjaan responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
No Karakteristik Frek Persentase
responden kesehatan menggunakan media
1. Jenis kelamin audiovisual
- Laki-laki 11 34,4 Pre test Post test
- Perempuan 21 65,6 Pengetahuan 7,53 9,69
Total 32 100

2. Kategori umur
Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat
- Remaja 9 28,1
akhir dilihat bahwa rata-rata pengetahuan
- Dewasa 11 34,4 responden sebelum diberikan pendidikan

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 3


kesehatan adalah 7,53. Setelah diberikan Tabel 5.
pendidikan kesehatan rata-rata Perbandingan tingkat pengetahuan
pengetahuan responden meningkat menjadi responden mengenai perilaku pencegahan
9,69. filariasis sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan menggunakan media
3. Rata-rata Sikap Responden Mengenai audiovisual
Perilaku Pencegahan Filariasis Sebelum Mean SD P
dan Sesudah Diberikan Pendidikan value
Kesehatan Menggunakan Media  Sebelum
diberikan
Audiovisual pendidikan 7,53 1,685
Tabel 3. kesehatan
Rata-rata sikap responden mengenai 0,00
perilaku pencegahan filariasis sebelum  Sesudah
dan sesudah diberikan pendidikan diberikan
pendidikan 9,69 1,615
kesehatan menggunakan media kesehatan
audiovisual
Pre test Post test
Berdasarkan tabel 8 di atas,
Sikap 43,22 45,13 didapatkan rata-rata pengetahuan
Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat responden sebelum diberikan pendidikan
dilihat bahwa rata-rata sikap responden kesehatan adalah 7,53 dengan standar
sebelum diberikan pendidikan kesehatan deviasi 1,685. Sesudah diberikan
adalah 43,22. Setelah diberikan pendidikan pendidikan kesehatan didapatkan rata-rata
kesehatan rata-rata sikap responden pengetahuan responden adalah 9,69
meningkat menjadi 45,13. dengan standar deviasi 1,615. Perbedaan
nilai mean sebelum dan sesudah diberikan
4. Rata-rata Tindakan Responden Mengenai pendidikan kesehatan dengan adalah 2,156.
Perilaku Pencegahan Filariasis Sebelum Hal ini menunjukan bahwa terdapat
dan Sesudah Diberikan Pendidikan perbedaan antara mean pengetahuan
Kesehatan Menggunakan Media responden terhadap perilaku pencegahan
Audiovisual filarisis sebelum dan sesudah diberikan
Tabel 4. pendidikan kesehatan dengan
Rata-rata tindakan responden mengenai menggunakan media audiovisual dengan
perilaku pencegahan filariasis sebelum nilai p value 0,00 pada alpha 5%.
dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan menggunakan media 2. Perbandingan Sikap Responden Mengenai
audiovisual Perilaku Pencegahan Filariasis Sebelum
Pre test Post test dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Menggunakan Media
Tindakan 12,25 13,50
Audiovisual
Tabel 6.
Berdasarkan tabel 7 diatas, dapat Perbandingan sikap responden mengenai
dilihat bahwa rata-rata tindakan responden perilaku pencegahan filariasis sebelum
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan sesudah diberikan pendidikan
adalah 12,25. Setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media
kesehatan rata-rata tindakan responden audiovisual
meningkat menjadi 13,50.
Mean SD P value
B. Analisa Bivariat  Sebelum
diberikan
1. Perbandingan Tingkat Pengetahuan pendidikan 43,22 3,035
Responden Mengenai Perilaku Pencegahan kesehatan
Filariasis Sebelum dan Sesudah Diberikan 0,00
Pendidikan Kesehatan Menggunakan  Sesudah
Media Audiovisual diberikan
45,13 2,240
JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 4
pendidikan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan kesehatan dengan menggunakan media
audiovisual dengan nilai p value 0,00 pada
Berdasarkan tabel 9 di atas, alpha 5%.
didapatkan rata-rata sikap responden
sebelum diberikan pendidikan kesehatan PEMBAHASAN
adalah 43,22 dengan standar deviasi 3,035. Penelitian ini melibatkan responden
Sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 32 orang masyarakat yang berada di
didapatkan rata-rata sikap responden wilayah Kelurahan Sungai Apit, Desa
adalah 45,13 dengan standar deviasi 2,240. Mengkapan, Desa Teluk Batil dan Desa
Perbedaan nilai mean sebelum dan sesudah Harapan, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten
diberikan pendidikan kesehatan adalah Siak.
1,906. Hal ini menunjukan bahwa terdapat A. Analisa Univariat
perbedaan antara mean sikap responden 1. Karakteristik Responden
terhadap perilaku pencegahan filarisis Berdasarkan jenis kelamin,
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan didapatkan hasil sebanyak 21 orang
kesehatan dengan menggunakan media (65,6%) responden berjenis kelamin
audiovisual dengan nilai p value 0,00 pada perempuan. Responden yang mayoritas
alpha 5%. perempuan pada tempat yang diteliti
berdasarkan pada faktor dominannya ibu
3. Perbandingan Tindakan Responden yang mengurus rumah tangga pada
Mengenai Perilaku Pencegahan Filariasis keluarga (Sinaga, 2008). Dengan
Sebelum dan Sesudah Diberikan demikian perempuan lebih bertanggung
Pendidikan Kesehatan Menggunakan jawab terhadap keluarga dan segala
Media Audiovisual kegiatan yang berkaitan dengan urusan
Tabel 7. rumah tangga (Kementerian Negara
Perbandingan tindakan responden Pemberdayaan Perempuan RI, 2006).
mengenai perilaku pencegahan filariasis Kelompok umur responden yang
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan terbanyak dalam penelitian ini adalah
kesehatan menggunakan media dewasa akhir (36-45 tahun) yang
audiovisual berjumlah 12 orang (37,5%). Menurut
Mean SD P value Wawan & Dewi (2010), semakin cukup
 Sebelum
diberikan
umur seseorang, tingkat kematangan dan
pendidikan 12,25 2,286 kekuatan seseorang lebih matang dalam
kesehatan berfikir dan bekerja.
0,00 Hasil penelitian pada tabel 4
 Sesudah menunjukan bahwa pendidikan responden
diberikan
13,50 1,884 terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 11
pendidikan
kesehatan orang (34,4%). Hal ini membuktikan
bahwa seseorang yang berpendidikan
Berdasarkan tabel 10 di atas, tinggi dapat memahami informasi dengan
didapatkan rata-rata tindakan responden lebih baik terhadap penjelasan yang
sebelum diberikan pendidikan kesehatan diberikan (Meliano, 2007).
adalah 12,25 dengan standar deviasi 2,286. Selain itu, berdasarkan hasil
Sesudah diberikan pendidikan kesehatan penelitian pada tabel 4 pekerjaan terbanyak
didapatkan rata-rata tindakan responden responden adalah tidak bekerja yaitu
adalah 13,50 dengan standar deviasi 1,884. sebanyak 13 orang (40,6%). Notoatmodjo
Perbedaan nilai mean sebelum dan sesudah (2005) menyatakan pekerjaan merupakan
diberikan pendidikan kesehatan dengan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
menggunakan media audiovisual adalah Orang yang sering berinteraksi dengan
1,250. Hal ini menunjukan bahwa terdapat orang lain lebih banyak pengetahuannya
perbedaan antara mean tindakan responden dibandingkan dengan orang tanpa ada
terhadap perilaku pencegahan filarisis interaksi dengan orang lain.

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 5


2. Rata-Rata Pengetahuan Responden tidak menanggapi tindakan tersebut dan
Mengenai Perilaku Pencegahan Filariasis juga sebagian orang melahirkan reaksi
Sebelum dan Sesudah Diberikan tingkah laku yang terbuka yaitu respon
Pendidikan Kesehatan Menggunakan yang dapat menyikapi suatu tindakan baik
Media Audiovisual tindakan negatif maupun tindakan positif.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
bahwa mean pengetahuan responden B. Analisa Bivariat
sebelum diberikan pendidikan kesehatan 1. Pengaruh Pengetahuan Responden
adalah 7,53. Setelah diberikan pendidikan Mengenai Perilaku Pencegahan Filariasis
kesehatan mean pengetahuan responden Sebelum dan Sesudah Diberikan
meningkat menjadi 9,69. Menurut Pendidikan Kesehatan Menggunakan
Notoatmodjo (2005), informasi yang Media Audiovisual
diperoleh dapat mempengaruhi sudut Mean pengetahuan sebelum
pandang, cara berfikir, pengetahuan, sikap diberikan pendidikan kesehatan adalah
seseorang. 7,53 kemudian meningkat menjadi 9,69
setelah diberikan pendidikan kesehatan
3. Rata-Rata Sikap Responden Mengenai dengan selisih 2,156 dan p value = 0,00
Perilaku Pencegahan Filariasis Sebelum atau p value <0,05. Hal ini berarti
dan Sesudah Diberikan Pendidikan pendidikan kesehatan menggunakan media
Kesehatan Menggunakan Media audiovisual efektif terhadap peningkatan
Audiovisual pengetahuan masyarakat tentang
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat pencegahan filariasis.
bahwa mean sikap responden sebelum Hasil penelitian ini didukung oleh
diberikan pendidikan kesehatan adalah penelitian yang dilakukan oleh Agrina dan
43,22. Setelah diberikan pendidikan Arneliwati (2011), Yusyaf (2012), Jusmiati
kesehatan mean sikap responden (2013).
meningkat menjadi 45,13. Hal ini sesuai
dengan peran pendidikan kesehatan dalam 2. Perbandingan Sikap Responden Mengenai
merubah perilaku, pendidikan kesehatan Perilaku Pencegahan Filariasis Sebelum
bukan hanya proses penyadaran dan Sesudah Diberikan Pendidikan
masyarakat atau pemberian dan Kesehatan Menggunakan Media
peningkatan pengetahuan masyarakat Audiovisual
tentang kesehatan saja tetapi juga disertai Mean sikap sebelum diberikan
upaya-upaya memfasilitasi perubahan pendidikan kesehatan adalah 43,22
sikap (Notoatmodjo, 2005). kemudian meningkat menjadi 45,13
setelah diberikan pendidikan kesehatan
4. Rata-Rata Tindakan Responden Mengenai dengan selisih 1,906 dan p value = 0,00
Perilaku Pencegahan Filariasis Sebelum atau p value <0,05. Hal ini berarti
dan Sesudah Diberikan Pendidikan pendidikan kesehatan menggunakan media
Kesehatan Menggunakan Media audiovisual efektif terhadap perubahan
Audiovisual sikap masyarakat dalam pencegahan
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat filariasis.
bahwa mean tindakan responden sebelum Hasil penelitian ini sesuai dengan
diberikan pendidikan adalah 12,25. Setelah penelitian yang dilakukan oleh Pulungan
diberikan pendidikan kesehatan mean (2007), Wibawa (2007).
tindakan responden meningkat menjadi
13,50. Menurut Notoadmodjo (2007), 3. Perbandingan Tindakan Responden
adanya suatu tindakan seperti pendidikan Mengenai Perilaku Pencegahan Filariasis
kesehatan akan menjadi stimulus Sebelum dan Sesudah Diberikan
rangsangan dalam diri seseorang, Pendidikan Kesehatan Menggunakan
kemudian akan terjadi proses stimulus Media Audiovisual
yang memungkinkan seseorang untuk Mean tindakan sebelum diberikan
mengambil suatu respon yang ada pada pendidikan kesehatan adalah 12,25
akhirnya melahirkan sikap tertutup yaitu kemudian meningkat menjadi 13,50
JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 6
setelah diberikan pendidikan kesehatan Teluk Batil dan Desa Harapan mengenai
dengan selisih 1,250 dan p value = 0,00 perilaku pencegahan filariasis.
atau p value <0,05. Hal ini berarti
pendidikan kesehatan menggunakan media SARAN
audiovisual efektif terhadap perubahan Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan
tindakan masyarakat dalam pencegahan untuk dijadikan sebagai salah satu pendidikan
filariasis. kesehatan menggunakan media audiovisual
Hal ini sesuai dengan penelitian yang terhadap perilaku pencegahan filariasis.
dilakukan Yunita (2004), Shidiq (2010), Diharapkan perawat puskesmas/perawat
Kusumawardani (2012). komunitas mampu terlibat langsung dalam
Hasil kuesioner pada saat post test melakukan kegiatan penyuluhan atau kegiatan
mengalami peningkatan yang signifikan lainya di masyarakat.
pada setiap item pertanyaan (25-30%), Diharapkan masyarakat untuk dapat
tetapi satu item tidak mengalami berperan aktif dalam upaya pencegahan
peningkatan yang signifikan (10%) yaitu filariasis. Selain itu diharapkan masyarakat
memakai jaket, celana panjang dan obat agar lebih meningkatkan tindakan terutama
nyamuk saat beraktifitas pada malam hari. untuk memakai kasa nyamuk pada ventilasi,
Hasil observasi tindakan responden yang tidak menggantung pakaian bekas dibelakang
paling meningkat membersihkan dan pintu atau dinding, menimbum barang-barang
menutup saluran tempat pembuangan bekas yang dapat menampung air hujan serta
limbah rumah tangga serta menutup tempat memakai jaket, celana panjang dan obat
penampungan air (28-34%). Tindakan nyamuk saat beraktifitas pada malam hari.
responden yang tidak tampak Untuk peneliti selanjutnya agar dapat
peningkatanya adalah masih banyaknya melakukan penelitian yang berkaitan dengan
responden yang tidak memakai kawat kasa pemberian pendidikan kesehatan
nyamuk pada ventilasi (12%), meggantung menggunakan media audiovisual secara
pakaian dibelakang pintu atau dinding individual dan berkelompok. Selain itu juga
kamar (9%) serta tidak menimbun barang- dapat menghubungkan antara karakteristik
barang bekas yang dapat menampung air responden dengan angka kejadian filariasis.
hujan (17%).
1
Satri Mayu Santi: Mahasiswa Program Studi
KESIMPULAN Ilmu Keperawatan Universitas Riau
2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Febriana Sabrian: Dosen Departeman
diketahui bahwa responden terbanyak adalah Keperawatan Jiwa Komunitas Program Studi
perempuan, berada pada usia dewasa akhir, Ilmu Keperawatan Universitas Riau
3
pendidikan tertinggi SMA dan pekerjaan Darwin Karim: Dosen Departemen
terbanyak adalah ibu rumah tangga. Keperawatan Medikal Bedah Program Studi
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada Ilmu Keperawatan Universitas Riau
perbedaan perilaku responden sebelum diberikan
pendidikan kesehatan menggunakan media DAFTAR PUSTAKA
audiovisual dengan setelah diberikan pendidikan Agrina & Arneliwati. (2011). Peningkatan
kesehatan menggunakan media audiovisual. pengetahuan masyarakat tentang deman
Setelah diberikan pendidikan kesehatan berdarah melalui pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual perilaku langsung. Diperoleh tanggal 1 Juli 2014
responden terhadap pencegahan filariasis dari
menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum http://lib.unri.ac.id/skripsi/index.php?p=sh
diberikan pendidikan kesehatan menggunakan ow_detail&id=41543
media audiovisual dengan nilai p value (0,00) < Ambarita, L. & Sitorus, H. (2006). Studi
α (0,05), maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan komunitas nyamuk di Desa Sebubus
bahwa pendidikan kesehatan menggunakan (daerah endemis filariasis) Sumatera
media audiovisual efektif terhadap peningkatan Selatan Tahun 2004. Jurnal Ekologi
pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat di Kesehatan Vol 5, No. 1 : 368-375
Kelurahan Sungai Apit, Desa Mengkapan, Desa

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 7


Burns, N. & Groves, S. K. (2005). The practice Shidiq, P. (2010). Keefektifan penyuluhan
of nursing research; Conduct, critique, keluarga terhadap pemberantasan demam
and utilitation. USA: Elseviers berdarah dangue di Kabupaten
Dharma, K. (2011). Metodologi penelitian Bondowoso. Diperoleh tanggal 2 juli 2014
keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info dari
Media http://eprints.uns.ac.id/4656/1/1386410082
Dinas Kesehatan Kabupaten Siak. (2013). Data 01007541.pdf
penemuan penyakit filariasis. Siak: Dinkes Sinaga. (2008). Buku saku rumah tangga sehat
Kabupaten Siak dengan ber-PHBS. Diperoleh tanggal 26
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2013). Data Mei 2014 dari
penemuan penyakit filariasis. Pekanbaru: http://jobelist.com/lowker/buku-saku-
Dinkes Provinsi Riau rumah-tangga-sehat-dengan-phbs-pusat-
Jusmiati. (2013). Efektifitas pendidikan promosi-kesehatan-depkes-ri-jakarta-2007
kesehatan menggunakan media Sudjana, D. (2007). Ilmu dan aplikasi
audiovisual terhadap tingkat pendidikan. Jakarta: Grasindo
pengetahuan dan kemampuan ibu Wawan, A & Dewi, N. (2010). Pengetahuan,
merawat bayi baru lahir. Skripsi. Tidak sikap dan perilaku manusia. Jakarta:
dipublikasikan Nuha Medika
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Wibawa, C. (2007). Efektifitas pendidikan
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. kesehatan dengan metode demonstrasi
(2010a). Buletin jendela epidemiologi: tentang pemberantasan DBD terhadap
Filariasis di Indonesia. Diperoleh tanggal peningkatan pengetahuan dan sikap anak
10 Oktober 2013 dari SD di Kecamatan Wedarijaksa
http://www.depkes.go.id/downloads/publ Kabupaten Pati. Diperoleh tanggal 2 Juli
ikasi/buletin/ buletin%20filariasis.pdf 2014 dari
Kementerian Pemberdayaan Negara Perempuan. https://www.google.co.id/url?q=http://ejo
(2008). Pemberdayaan perempuan dalam urnal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/d
pencegahan penyabaran HIV/AIDS. ownload/
Jakarta World Health Organization. (2010) . Newsletter
Kusumawardani, E. (2012). Pengaruh Action Against Worms, ISSUE 14.
penyuluhan kesehatan terhadap tingkat Diperoleh tanggal 21 Oktober 2013 dari
pengetahuan, sikap dan praktik ibu dalam http://www.healthinternetwork.com/negle
pencegahan demam berdarah dengue pada cted_diseases/preventive_chemotherapy/
anak. Diperoleh tanggal 2 Juli 2014 dari Newsletter14_En.pdf
http://eprints.undip.ac.id/37522/1/erika_k_ Yunita, E. (2008). Pengaruh penyuluhan
g2a008072_-_laporan_ hasil_ kti.pdf kesehatan terhadap perubahan tindakan
Meliano & Irmayanti. (2007). MPKT Modul 1. pencegahan penularan filariasis oleh
Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI ibu-ibu di Jorong Koto Bakuruang
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan Nagari Mungko Kec. Luak Kab. 50 Kota
teori dan aplikasi. Jakarta: PT. Asdi tahun 2008. Padang: Universitas andalas.
Mahasatya Diperoleh tanggal 19 Oktober 2013 dari
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan ilmu http://repository.unand.ac.id/17928/1/pen
perilaku. Jakarta: Sugeng Seto garuh-penyuluhan-terhadap-perubahan-
Pulungan, R. (2007). Pengaruh penyuluhan tindakan-pencegahan-penularan-
terhadap peningkatan pengetahuan dan filariasis.Oleh.pdf
sikap dokter kecil dalam pemberantasan Yusyaf, S. R. (2012). Efektifitas pendidikan
sarang nyamuk demam berdarah (psn-dbd) kesehatan menggunakan metode
di Kecamatan Helvetia tahun 2007. pendidikan individual terhadap
Diperoleh tanggal 1 Juli 2014 dari peningkatan pengetahuan keluarga
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 tentang demam berdarah dengue.
6789/6813/1/09E01341.pdf Skripsi. Tidak dipublikasikan
Sastroasmoro, S. & Ismail, S. (2008). Dasar-
dasar metodelogi klinik. Jakarta: Sugeng
Seto
JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 8

Anda mungkin juga menyukai