Anda di halaman 1dari 10

LBM 2 MODUL UROGENITALIA

Penderita pria 40 tahun dengan gangguan nyeri pinggang kanan tembus kedepan perut sampai di ulu
hati, keluhan dirasakan sejak beberapa hari yang lalu. Kadang disertai mual dan muntah. Buang air kecil
lancar, warna kuning. Riwayat pernah buang air kecil berpasir dan berwarna kemerahan. Pasien
keseharian bekerja sebagai petani. Pasien sehari-hari minum dari air sumur di rumahnya. Pasien tinggal
di Kendal. Riwayat keluarga, ibu pasien pernah menjalani operasi pyelolithotomi sekitar 15 tahun yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak kesakitan. Abdomen tidak didapatkan kelainan. Pada
pemeriksaan flank kanan tidak didapatkan bulging, warna kulit seperti sekitar, tidak tampak adanya
sikatriks dan nyeri ketok CVA +, teraba ginjal kanan ballotemen +.

STEP 1
1. Bulging : distensi abdomen, pembengkakan, penonjolan. Bisa karena cairan, gas sehingga
menyebabkan perut menjadi menggembung lebih dari orang normal
2. Pyelolithotomi : teknik bedah yg digunakan utk membuang batu ginjal yg berukuran besar di
pelvis renal
3. Ballotemen : salah astu pemeriksaanpada ginjal pada inspirasi tinggi ditekan di T10 positif bisa
karena nyeri, bila teraba terdapat pembesaran
4. Flank : ginjal dekstra letaknya setengah lebih turun dari ginjal sinistra. Flank adalah area yg
dibatasi oleh arcus costa - SIAS utk bag anterior. Sdgkn bag posterior dr arcus costa – SIPS
(pinggang)
5. CVA : kepanjangan dari costovertebral angle

STEP 2
1. Apa hubungan penyakit pasien dengan tinggal di Kendal dan pekerjaan sebagai petani?
2. Apa hubungan pasien dg kebiasaan minum air sumur?
3. Apa hubungan riwayat keluarga dengan keluhan pasien?
4. Mengapa nyeri dapat menjalar sampai ulu hati?
5. Apa hubungan riwayat pasien BAK berpasir dan warna merah dg keluhan pasien saat ini?
6. Apa etiologi dari scenario?
7. Bagaimana patofisiologi pada scenario?
8. Apa pemeriksaan fisik dan penunjang yang diajukan?
9. Apa dx dan dd?
10. Apa penatalaksaan yang diajukan?

STEP 3
1. Apa hubungan penyakit pasien dengan tinggal di Kendal dan pekerjaan sebagai petani?
Pekerjaan : Pekerjaan yang menuntut untuk bekerja di lingkungan yang bersuhu tinggi serta
intake cairan yang dibatasi atau terbatas dapat memacu kehilangan banyak cairan dan
merupakan resiko terbesar dalam proses pembentukan batu karena adanya penurunan jumlah
volume urin (Colella, et al., 2005).
Aktivitas fisik dapat mempengaruhi terjadinya urolithiasis, hal ini ditunjukkan dengan aktivitas
fisik yang teratur bisa mengurangi resiko terjadinya batu asam urat, sedangkan aktivitas fisik
kurang dari 150 menit per minggu menunjukkan tingginya kejadian renal calculi seperti kalsium
oksalat dan asam urat (Shamsuddeen, et al., 2013).

Lingkungan : Faktor yang berhubungan dengan lingkungan seperti letak geografis dan iklim.
Beberapa daerah menunjukkan angka kejadian urolithiasis lebih tinggi daripada daerah lain
(Purnomo, 2012). Urolithiasis juga lebih banyak terjadi pada daerah yang bersuhu tinggi dan
area yang gersang/ kering dibandingkan dengan tempat/ daerah yang beriklim sedang (Portis &
Sundaram, 2001). Iklim tropis, tempat tinggal yang berdekatan dengan pantai, pegunungan,
dapat menjadi faktor resiko tejadinya urolithiasis (Colella, et al., 2005).

Daerah yang kaya akan mineral dan tinggi kadar kapurnya juga menjadi resiko.

2. Apa hubungan pasien dg kebiasaan minum air sumur?


Cairan : Asupan cairan dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari, kurangnya intake cairan inilah
yang menjadi penyebab utama terjadinya urolithiasis khususnya nefrolithiasis karena hal ini
dapat menyebabkan berkurangnya aliran urin/ volume urin (Domingos & Serra, 2011).
Kemungkinan lain yang menjadi penyebab kurangnya volume urin adalah diare kronik yang
mengakibatkan kehilangan banyak cairan dari saluran gastrointestinal dan kehilangan cairan
yang berasal dari keringat berlebih atau evaporasi dari paru-paru atau jaringan terbuka. (Colella,
et al., 2005). Asupan cairan yang kurang dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi dapat meningkatkan insiden urolithiasis (Purnomo, 2012).
Beberapa penelitian menemukan bahwa mengkonsumsi kopi dan teh secara berlebihan dapat
meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis. Begitu hal nya dengan alkohol, dari beberapa kasus
didapatkan bahwa sebanyak 240 orang menderita batu ginjal karena mengkonsumsi alkohol hal
ini disebabkan karena seseorang yang mengkonsumsi alkohol secara berlebih akan banyak
kehilangan cairan dalam tubuh dan dapat memicu terjadinya peningkatan sitrat dalam urin,
asam urat dalam urin dan renahnya pH urin. Selain itu, mengkonsumsi minuman ringan
(minuman bersoda) dapat meningkatkan terjadinya batu ginjal karena efek dari glukosa dan
fruktosa (hasil metabolisme dari gula) yang terkandung dalam minuman bersoda menyebabkan
peningkatan oksalat dalam urin.

3. Apa hubungan riwayat keluarga dengan keluhan pasien?


Pada umumnya urolithiasis terjadi akibat berbagai sebab yang disebut faktor resiko. Terapi dan
perubahan gaya hidup merupakan intervensi yang dapat mengubah faktor resiko, namun ada
juga faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain: umur
atau penuaan, jenis kelamin, riwayat keluarga, penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes
mellitus dan lain-lain.
Riwayat Keluarga :Pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan urolithiasis ada kemungkinan
membantu dalam proses pembentukan batu saluran kemih pada pasien (25%) hal ini mungkin
disebabkan karena adanya peningkatan produksi jumlah mucoprotein pada ginjal atau kandung
kemih yang dapat membentuk kristal dan membentuk menjadi batu atau calculi (Colella, et al.,
2005).
4. Mengapa nyeri dapat menjalar sampai ulu hati?
Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih
sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar (Brooker, 2009). Nyeri kolik juga
karena adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam
usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan
tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi
pada ginjal (Purnomo, 2012) sehingga menyebabkan nyeri hebat dengan peningkatan produksi
prostglandin E2 ginjal (O’Callaghan, 2009). Rasa nyeri akan bertambah berat apabila batu
bergerak turun dan menyebabkan obstruksi. Pada ureter bagian distal (bawah) akan
menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada pria dan labia mayora pada wanita. Nyeri
kostovertebral menjadi ciri khas dari urolithiasis, khsusnya nefrolithiasis (Brunner & Suddart,
2015).

5. Apa hubungan riwayat pasien BAK berpasir dan warna merah dg keluhan pasien saat ini?
Adanya keluhan BAK yang berpasir paling pertama dipertimbangkan adalah adanya batu pada
salauran kemih atau dikenal sebagai urolithiasis. Saluran kemih yang dimaksud adalah mulai dari
ureter, uretra, kandung kemih atau sampai ke ginjal. Pada umumnya siapa saja beresiko untuk
terkena kondisi ini. Namun, ada beberapa hal yang meningkatkan resiko terjadinya batu pada
saluran kemih:
1. Adanya aktivitas fisik yang sangat minim. Biasanya pada pekerja-pekerja yang memang
menghabiskan waktu dengan duduk saja tanpa dibarengi dengan olahraga yang rutin. Seperti,
pegawai kantoran, supir, penjahit, dll.
2. Adanya kandungan asam urat yang tinggi di dalam tubuh yang tidak terkontrol
3. Konsumsi vitamin C dosis tinggi / makanan tertentu.
4. Obat –obatan dan beberapa suplemen tertentu misalnya kalsium.
5. Pada penderita hipertensi dan penyakit metabolik lainnya misalnya hpertiroid.
6. Adanya pengaruh genetik yaitu riwayat keturunan batu saluran kemi
7. Adanyanya gangguan atau abnormalitas bentuk ginjal / saluran kemih.
8. Infeksi saluran kemih berulang
Adapun beberapa gejaa yang bisa ditimbulkan akibatnya adanya batu pada saluran kemih
1. Adanya nyeri pinggang jika batu memang berada pada ginajl dan salurannya
2. BAK berdarah. Hal ini disbebabkan adanya irtiasi pada saluran kemih akibat batu yeng
menggesek bagian tersebut
3. Mual dan muntah
4. Frekuensi BAK yang sering, namun sedikit demi sedikit
5. Adanya urin yang keruh dan berpasir jika sebagian batu pecah di dalam saluran kemih dan
keluar bersam urin
Selain kondisi adanya batu saluran kemih, perlu dipikirkan juga kondisi lain yang bisa
menyebabkan adanya BAK berpasir yaotu:
1. Adanya batu prostat
2. Adanya massa atau tumor pada saluran kemih
3. Adanya infeksi pada saluran kemih
Untuk memastikan kondisi Anda dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa
dilakukan seperti X-Ray, USG, CT-Scan dan lainnya. Dengan demikian sangat disarankan untuk
melakukan konsultasi ke dokter untuk memastikan tindakan yang bisa dilakukan selanjutnya
sesaui dengan kondisi pasien.

6. Apa etiologi dari scenario?


Penyebab terjadinya urolithiasis secara teoritis dapat terjadi atau terbentuk diseluruh salurah
kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis urin)
antara lain yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalis
(stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi intravesiko kronik, seperti Benign Prostate
Hyperplasia (BPH), striktur dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu (Prabowo & Pranata, 2014). Menurut Grace &
Barley (2006) Teori dalam pembentukan batu saluran kemih adalah sebagai berikut:
1) Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti batu yang membentuk kristal
atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari senyawa jenuh yang lama kelamaan akan mengalami
proses kristalisasi sehingga pada urin dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk
terbentuknya batu karena mudah sekali untuk terjadi kristalisasi.
2) Teori Matriks Batu
Matriks akan merangsang pembentukan batu karena memacu penempelan partikel pada
matriks tersebut. Pada pembentukan urin seringkali terbentuk matriks yang merupakan sekresi
dari tubulus ginjal dan berupa protein (albumin, globulin dan mukoprotein) dengan sedikit
hexose dan hexosamine yang merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
3) Teori Inhibisi yang Berkurang Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau
berkurangnya faktor inhibitor (penghambat) yang secara alamiah terdapat dalam sistem
urinaria dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah satunya adalah mencegah
terbentuknya endapan batu. Inhibitor yang dapat menjaga dan menghambat kristalisasi mineral
yaitu magnesium, sitrat, pirofosfat dan peptida. Penurunan senyawa penghambat tersebut
mengakibatkan proses kristalisasi akan semakin cepat dan mempercepat terbentuknya batu
(reduce of crystalize inhibitor).
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin.
Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan
pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi) (Boyce, 2010; Moe, 2006)
Penyebab terbentuknya batu dapat digolongkan dalam 2 faktor antara lain faktor endogen
seperti hiperkalsemia, hiperkasiuria, pH urin yang bersifat asam maupun basa dan kelebihan
pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan keseimbangan cairan yang
masuk dalam tubuh dapat merangsang pembentukan batu, sedangkan faktor eksogen seperti
kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium
dalam pelvis renal akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk, tempat yang bersuhu panas
menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat, yang akan mempermudah pengurangan
produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu, dan makanan yang mengandung purin
yang tinggi, kolesterol dan kalsium yang berpengaruh pada terbentuknya batu (Boyce, 2010;
Corwin, 2009; Moe, 2006)

7. Bagaimana patofisiologi pada scenario?


8. Apa pemeriksaan fisik dan penunjang yang diajukan?
Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis urolithiasis dapat
ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan seperti:
1) Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH dan volume total (Portis & Sundaram, 2001).
2) Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.
3) Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin (bacteriuria)
(Portis & Sundaram, 2001).
4) Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-
opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak
dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non
opak (radio-lusen) (Purnomo, 2012). Urutan radiopasitas beberapa batu saluran kemih
seperti pada tabel:

5) Intra Vena Pielografi (IVP)


IVP merupakan prosedur standar dalam menggambarkan adanya batu pada saluran kemih.
Pyelogram intravena yang disuntikkan dapat memberikan informasi tentang baru (ukuran,
lokasi dan kepadatan batu), dan lingkungannya (anatomi dan derajat obstruksi) serta dapat
melihat fungsi dan anomali (Portis & Sundaram, 2001). Selain itu IVP dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun non-opak yang tidak dapat dilihat oleh foto polos perut.
Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi
ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd (Brunner & Suddart,
2015; Purnomo, 2012).
6) Ultrasonografi (USG)
USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya batu dan merupakan manajemen pada
kasus urolithiasis. Meskipun demikian USG merupakan jenis pemeriksaan yang siap sedia,
pengerjaannya cepat dan sensitif terhadap renal calculi atau batu pada ginjal, namun tidak
dapat melihat batu di ureteral (Portis & Sundaram, 2001). USG dikerjakan bila pasien tidak
memungkinkan menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan seperti alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, pada pada wanita yang sedang hamil
(Brunner & Suddart, 2015; Purnomo, 2012). Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di
ginjal atau buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal (Portis & Sundaram,
2001).

- pemeriksaan fisik
a. nyeri ketok CVA (costovertebrae angle tenderness)
melakukan perkusi di CV di antara costa 12 – columna vertebrae, di perkusi utk
mengetahui kelailan ginjal
b. ballotemen
inspirasi tinggi ditekan di T10 (untuk daerah ginjal)
c. flank pain
mengetuk area region ren, yg depan arcus costa – SIAS. yg belakang arcus costa - SIPS

9. Apa dx dan dd?


Dd : urolithiasis, gagal ginjal kronis, appendixitis (nyeri kolik pd region kanan), hidronefrosis,
pyelonephritis (ballotemen + & CVA +), pancreatitis (nyeri region kiri), kolik bilier (nyeri di ductus
billiaris)

Dx : urolithiasis (ballotemen +, CVA +)

10. Apa penatalaksaan yang diajukan?


Penatalaksanaan medis
Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah untuk menyingkirkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah penghancuran nefron, mengontrol infeksi, dan
mengatasi obstruksi yang mungkin terjadi (Brunner & Suddart, 2015; Rahardjo & Hamid,
2004). Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi dan
infeksi. Beberapa tindakan untuk mengatasi penyakit urolithiasis adalah dengan melakukan
observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa
intervensi), agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan batu), mengurangi
obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy (ESWL), terapi invasif minimal: ureterorenoscopy (URS), Percutaneous
Nephrolithotomy, Cystolithotripsi/ ystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi,
nefrektomi, pyelolithotomi, uretrolithotomi, sistolithotomi (Brunner & Suddart, 2015;
Gamal, et al., 2010; Purnomo, 2012; Rahardjo & Hamid, 2004)
Pencegahan terbentuk batu kembali
Tindakan selanjutnya yang tidak kala penting setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih
adalah pencegahan atau menghindari terjadinya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% tahun dalam 10 tahun
(Purnomo, 2012). Pencegahan dilakukan berdasarkan kandungan dan unsur yang menyusun
batu sauran kemih dimana hasil ini didapat dari analisis batu (Lotan, et al., 2013). Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet makanan, cairan dan aktivitas
serta perawatan pasca operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi.
Beberapa tindakan gaya hidup yang dapat dimodifikasi dalam upaya pencegahan
kekambuhan urolithiasis adalah:
1) Cairan
Strategi pengobatan yang umum digunakan pada urolithiasis yang bukan disebabkan karena
infeksi bakteri adalah dengan meningkatkan konsumsi air. Peningkatan konsumsi air setiap
hari dapat mengencerkan urin dan membuat konsentrasi pembentuk urolithiasis berkurang.
Selain itu, saat mengkonsumsi makanan yang cenderung kering hendaknya mengkonsumsi
air yang banyak. Konsumsi air sebanyak-banyaknya dalam satu hari minimal 8 gelas atau
setara
dengan 2-3 liter per hari (Lotan, et al., 2013)
Anggraini (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pencegahan lain dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi air jeruk nipis atau jeruk lemon yang berfungsi sebagai penghambat
pembentukan batu ginjal jenis kalsium dengan mekanisme utamanya yaitu menghambat
pembentukan batu kalsium melalui reaksi pemutusan ikatan antara kalsium oksalat maupun
kalsium posfat oleh sitrat, sehingga pada akhir reaksi akan terbentuk senyawa garam yang
larut air, endapan kalsium tidak terbentuk dan tidak tidak terbentuk batu saluran kemih
jenis batu kalsium. Penelitian ini didukung oleh Colella, et al., (2005) dan Purnomo, (2012)
yang menyatakan bahwa asupan jeruk nipis yang rendah dapat menyebabkan hipositraturia
dimana kemungkinan dapat meningkatkan resiko terbentuknya batu.
2) Makanan
a. Konsumsi makanan seperti ikan dan kurangi konsumsi oksalat (seperti daging) untuk
menurunkan oksalat dalam urin dan resiko pembentukan batu oksalat (Maalouf, et al.,
2010).
b. Mengurangi diet protein hewani dan purin lainnya untuk menurunkan kadar asam urat
dalam urin dan resiko pembentukan batu asam urat (Maalouf, et al., 2010).
c. Mengurangi makanan yang mengandung tinggi kadar garam karena dapat meningkatkan
rasa haus, selain itu garam akan mengambil banyak air dari dalam tubuh sehingga tubuh
akan mengalami dehidrasi tanpa disadari. Disarankan jika terlalu banyak mengkonsumsi
garam hendaknya anda imbangi dengan mengkonsumsi banyak air yang berfungsi untuk
melarutkan garam yang ada di dalam tubuh (Maalouf, et al., 2010).
d. Meningkatkan diet kalsium untuk mengikat oksalat di usus dan dengan demikian akan
menurunkan kadar oksalat dalam urin
3) Aktivitas
Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya urolithiasis. Tingginya aktivitas
yang dilakukan dengan diimbangi asupan cairan yang seimbang maka ada kemungkinan
akan memperkecil resiko terjadinya pembentukan batu, latihan fisik seperti treadmill atau
aerobic ini dapat dilakukan selama 1 jam/ hari selama 5 hari atau anda dapat melakukan
olahraga lari selama 20 meter/ menit selama 5 hari (Shamsuddeen, et al., 2013).
Aktivitas fisik dapat menyebabkan kehilangan banyak cairan sehingga memungkinkan untuk
berada dalam kondisi dehidrasi tanpa disadari maka dari itu disarankan untuk
mempertahankan hidrasi (cairan) dalam tubuh sebanyak-banyaknya selama melakukan
aktivitas, khususnya aktivitas berat seperti latihan fisik (treadmill) untuk mengganti ciaran
tubuh yang hilang saat melakukan aktivitas (Colella, et al., 2005; Purnomo, 2012).
4) Dukungan sosial
Rahman, et al., (2013) dalam penelitiannya tentang hubungan antara adekuasi hemodialisa
terhadap kualitas hidup pasien menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu
indikator yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dukungan sosial dapat
diberikan dari keluarga dan lingkungan sekitar dapat meningkatkan keoptimisan pada diri
sendiri untuk sembuh dari penyakit dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Dukungan yang
dapat diberikan berupa memberikan dukungan kepada orang lain untuk beradaptasi dengan
kondisinya saat ini (Guundgard, 2006).
11. Komplikasi
Batu mungkin dapat memenuhi seluruh pelvis renalis sehingga dapat menyebabkan obstruksi
total pada ginjal, pasien yang berada pada tahap ini dapat mengalami retensi urin sehingga pada
fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika terus berlanjut maka dapat
menyebabkan gagal ginjal yang akan menunjukkan gejala-gejala gagal ginjal seperti sesak,
hipertensi, dan anemia (Colella, et al., 2005; Purnomo, 2012). Selain itu stagnansi batu pada
saluran kemih juga dapat menyebabkan infeksi ginjal yang akan berlanjut menjadi urosepsis dan
merupakan kedaruratan urologi, keseimbangan asam basa, bahkan mempengaruhi beban kerja
jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh (Colella, et al., 2005; Portis & Sundaram,
2001; Prabowo & Pranata, 2014).

Anda mungkin juga menyukai