Anda di halaman 1dari 2

Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah destilasi

air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan metode yang sederhana dan
membutuhkan biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan destilasi uap.
Namun belum ada penelitian tentang pengaruh kedua metode destilasi tersebut terhadap
minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi oleh
kelenjar minyak, pembuluh–pembuluh, kantung minyak atau rambut granular. Sebelum
diproses, sebaiknya bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya) terlebih dahulu.
Namun dalam proses destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan yang digunakan
tidak seragam, karena proses pengecilan ukurannya hanya melalui proses penghancuran
sederhana.
Ma’mun (2009), menyatakan bahwa bahan yang mengalami proses pengeringan akan
terjadi penguapan air dari bahan. Lepasnya air dari bahan menyebabkan pecahnya sel-sel
minyak sehingga memudahkan pengambilan minyak selama penyulingan. Sedangkan tujuan
pengecilan ukuran untuk menambah luas permukaan bahan sehingga minyak yang dihasilkan
lebih banyak (Ketaren, 1993). mengetahui pengaruh variasi perlakuan pendahuluan (daun
segar utuh, daun pemeraman, daun kering angin giling kasar (15 mesh), dan daun kering
angin giling halus (60 mesh)) terhadap karakteristik mutu minyak atsiri daun jeruk purut.
Tujuan dari penelitian ini yakni mengetahui pengaruh variasi perlakuan pendahuluan (daun
segar utuh, daun pemeraman, daun kering angin giling kasar (15mesh), dan daun kering angin
giling halus (60 mesh)) terhadap karakteristik mutu minyak atsiri daun jeruk purut meliputi
meliputi randemen, berat jenis, putaran optik, indeks bias, viskositas, dan kelarutan dalam
alkohol 70% dan mengetahui kandungan dan kadar senyawa aktif minyak atsiri daun jeruk
purut terpilih.
Feriyanto (2013) menyatakan
bahwa pencacahan/ perajangan merupakan usaha untuk memperluas area penguapan dan
kontak dengan air sehingga atsiri lebih mudah terekstraksi. Berbeda halnya dengan perlakuan
pemeraman yang menunjukkan rendemen yang lebih tinggi dari perlakuan utuh segar, hal ini
disebabkan karena proses pemecahan sel-sel minyak pada daun (Ketaren, 1989). Pada
perlakuan pemeraman dengan cara diremas dan disobek acak juga menyebabkan enzim yang
terdapat pada sel-sel daun memecahkan sel-sel daun sehingga menyebabkan minyak mudah
keluar (Nugraheni, 2012).
Kulit jeruk yang telah dibersihkan selanjutnya dilakukan fermentasi. Fermentasi yang
digunakan adalah fermentasi padat (solid state fermentation) yaitu kulit jeruk diperciki
akuades sebanyak 5 ml dengan tujuan untuk menjaga kondisi bahan baku agar lembab
kemudian ditaburkan ragi tempe dan dilakukan agitasi selama 5 menit setiap hari. Fermentasi
dilakukan selama 2, 4 dan 6 hari dalam kondisi anaerob ditutup dengan kain basah bertujuan
untuk menjaga kelembaban pada suhu ruang (Raharjo dan Retnowati (2012) dalam Khasanah
(2012)). Setiap perlakuan menggunakan kulit jeruk sebesar 400 gram dengantujuan untuk
memberikan keseragaman antar perlakuan.

Pak meka, pak arjono,


Artikel
Pretritmen
Jenis mikroorga:rizovus oligusporus atau sacromices carivise
Bacillus(kareteristik mikroorganisme,mulai dari morpologi
Jenis prementasi,padat bagaiman,bahasa.
Penyulingan tahap akhir.
Pendahulu kenapa harus memilih jenis kkapnag dan bakteri
ini dan afapungsinya, kandungan daun,minyak itu
Struktur daun,katong minyak,inggin memecah,
mau ngenghancurkan bagian bir dapat minyak nya,
internasional.
cari buku tentang bakteri,
pahami pola premntasi,apa yang terjadi selama proses
prementasi.

Anda mungkin juga menyukai