Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi. Refrigeran
merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena refrigeran yang menimbulkan efek
pendinginan dan pemanasan pada mesin refrigerasi. ASHRAE (2005) mendefinisikan refrigeran
sebagai fluida kerja di dalam mesin refrigerasi, pengkondisian udara, dan sistem pompa kalor.
Refrigeran menyerap panas dari satu lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya
melalui mekanisme evaporasi dan kondensasi.
2. Rumusan Masalah
4. penyelesaian masalah
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
1. REFRIGERAN
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin
pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang
didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke udara sekeliling di luar
benda/ruangan yang didinginkan.
2. PENGELOMPOKAN REFRIGERAN
Refrigeran yang pertama kali digunakan adalah eter oleh Perkins pada mesin kompresi
uap [1]. Selanjutnya pada tahun 1874 digunakan sulfur dioksida (SO2), dan pada tahun 1875
mulai digunakan ethyl chloride (C2H5Cl) dan ammonia. Selanjutnya metil khlorida (CH3Cl)
mulai digunakan tahun 1878 dan karbon dioksida (CO2) tahun 1881. Nitrogen oksida (N2O3) dan
hidrokarbon (CH4, C2H6, C2H4, dan C3H8) banyak digunakan sekitar tahun 1910 sampai
1930. Dichloromethane (CH2Cl), dichloroethylene (C2H2Cl2) dan monobromomethane(CH3Br)
juga digunakan sebagai refrigeran pada mesin sentrifugal.
Penggunaan refrigeran-refrigeran yang disebutkan diatas tersingkir setelah ditemukannya
Freon (merek dagang) oleh E.I. du Point de Nemours and Co pada sekitar tahun 1930an, dan
menjadi sangat populer sampai dengan tahun 1985. Refrigeran ini disebut sebagai refrigeran
halokarbon (halogenated hydrocarbon) karena adanya unsur-unsur halogen yang digunakan (Cl,
Br) atau kadangkala disebut sebagai refrigeran fluorokarbon (fluorinated hydrocarbon) karena
danya unsure fluor (F) dalam senyawanya. Berdasarkan jenis senyawanya, refrigeran dapat
dikelompokan menjadi:
1. Kelompok refrigeran senyawa halokarbon.
2. Kelompok refrigeran senyawa organik cyclic.
3. Kelompok refrigeran campuran Zeotropik.
4. Kelompok refrigeran campuran Azeotropik.
5. Kelompok refrigeran senyawa organik biasa.
6. Kelompok refrigeran senyawa anorganik.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 2
7. Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh.
1. Kelompok Refrigeran Senyawa Halokarbon
Kelompok refrigeran senyawa halokarbon diturunkan dari hidrokarbon (HC) yaitu
metana (CH4), etana (C2H6), atau dari propana (C3H8) dengan mengganti atom-atom hidrogen
dengan unsur-unsur halogen seperti khlor (Cl), fluor (F), atau brom (Br). Jika seluruh atom
hidrogen tergantikan oleh atom Cl dan F maka refrigeran yang dihasilkan akan terdiri dari atom
khlor, fluor dan karbon. Refrigeran ini disebut refrigeran chlorofluorocarbon(CFC). Jika hanya
sebagian saja atom hidrogen yang digantikan oleh Cl dan atau F maka refrigeran yang terbentuk
disebut hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Refrigeran halokarbon yang tidak mengandung atom
khlor disebut hydrofluorocarbon (HFC).
Berdasarkan pembahasan di atas refrigeran halocarbon dapat dituliskan sebagai:
Jika (m-1) sama dengan nol maka angka nol dihilangkan. Sebagai contoh CCl3F
(trichlorofluoromethane) dituliskan sebagai R-11 atau CFC-11.
CCl2F2 (Dichlorodifluoromethane) dituliskan sebagai R-12 atau CFC-12.
CHClF2(Chlorodifluoromethane) dituliskan sebagai R-22 atau HCFC-22. C2Cl3F3 dituliskan
sebagai R-113 atau CFC-113. Metana (CH4) dituliskan sebagai R-50, etana (C2H6) adalah R-170,
propane (C3H8) R-290 dan seterusnya.
Untuk refrigeran yang mengandung bromida dituliskan dengan menambahkan huruf B dan angka
yang menyatakan jumlah atom khlor yang digantikannya. Sebagai contoh R-13B1 adalah
refrigeran R-13 yang satu atom khlornya digantikan oleh satu aton Br.
Jika senyawa mempunyai isomer yaitu senyawa yang mempunyai jumlah unsur sama
tetapi berbeda dalam struktur molekulnya, maka nomor refrigeran ditambahkan huruf a,b, dst
bergantung apakah struktur molekulnya simetri atau tidak.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 3
Untuk senyawa tak jenuh ditambahkan angka jumlah ikatan tak jenuh didepan (m-1) contoh
adalah ethylene(C2H4) dituliskan sebagai R-1150 karena mempunyai satu ikatan rangkap (CH2 =
CH2).
Gambar 1 menunjukkan 15 refrigeran halokarbon gugus metana, sedangkan Gambar 2
menunjukkan 28 refrigeran dari 55 refrigeran gugus etana yang mungkin (termasuk isomernya).
Sedangkan dari propana dapat diturunkan 332 refrigeran halokarbon.
Tabel 1 dan Tabel 2 masing-masing memperlihatkan refrigeran halokarbon gugus metana dan
gugus etana beserta masing-masing Normal Boiling Point (NBP).
Tabel 1 Refrigeran halokarbon gugus metana dan NBP nya (oC) [1]
Jumlah atom H
Jumlah 3– 2– 1– 0–
Atom F 4–H H H H H
0–F CH4
R-50
-164,0CH3Cl
R-40
-23,74CH2Cl2
R-30
40CHCl3
R-20
61,2CCl4
R-10
76,71 – F CH3F
R-41
-78,0CH2ClF
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 4
R-31
-9,0CHCl2F
R-21
8,9CCl3F
R-11
23,72 – F CH2F2
R-32
-51,6CHClF2
R-22
-40,8CCl2F2
R-12
-29,83 – F CHF3
R-23
-82,2CClF3
R-13
-81,54 – F CF4
R-14
-127,8
Refrigeran yang mempunyai banyak atom Cl cenderung beracun. Atom F ditambahkan
agar senyawa menjadi stabil. Dari tabel-tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa senyawa yang
mempunyai banyak atom Cl akan mempunyai NBP yang lebih tinggi. Sedangkan meningkatnya
jumlah atom F cenderung menurunkan NBP senyawa yang terbentuk.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 5
Kelompok refrigeran ini diturunkan dari butana. Aturan penulisan nomor refrigeran
adalah sama dengan cara penulisan refrigeran halokarbon tetapi ditambahkan huruf C sebelum
nomor. Contoh dari kelompok refrigeran ini adalah:
Kelompok refrigeran ini merupakan refrigeran campuran yang bisa terdiri dari campuran
refrigeran CFC, HCFC, HFC, dan HC. Refrigeran yang terbentuk merupakan campuran tak
bereaksi yang masih dapat dipisahkan dengan cara destilasi.
Tabel 2 Refrigeran halokarbon gugus etana dan NBP nya (oC) [1]
Jumlah Atom H
Jumlah
atom F 6–H 5–H 4–H 3–H 2–H 1–H 0 -H
CH2Cl- CHCl3 –
CH2Cl- CHCl2R- CHCl2R-
CH2Cl2R- 140 130
150
113,0 145,0
84,0 CH3- CH2Cl-
CHCl2 –
CH3-CHl2 CCl3 CCl3
C2H6R- C2H5ClR- CCl3R- C2Cl6R-
R- R- R-
170 160 120 110
150a(?) 140a(?) 130a(?)
0–F
-88,6 12,0 57,0 75,0 128,0 162,0 185,0
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 6
CHCl2–
CHClFR-
CH2Cl- 131
CHClFR-
102,0
141
CCl3-
65,0 CH2F
CH3- CHCl2-
CH3- R-
CHClFR- CCl2FR-
CCl2F 131a(?)
151 121
R- 90,0
4,0 141a(?) CH2Cl- 115,7
CH2Cl – 42,0 CCl2F CCl3-
CH2F CHCl2- R- CHClF
CCl3-
R- CH2F 131b(?) R-
C2H5FR- CCl2FR-
151a(?) R-141b 86,0 121a(?)
1–F 161 111
-37,7 32,1 117,0
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 7
60 72,0
CH2Cl-
CClF2
R-
132c(?)
49,0
Jumlah Atom H
Jumlah
atom F 6–H 5–H 4–H 3–H 2–H 1–H 0 -H
Refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan 4 sedangkan digit selanjutnya dibuat sesuai
perjanjian. Yang termasuk refrigeran ini adalah
Kelompok refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan angkalima, sedangkan digit berikutnya
dibuat sesuai perjanjian, sebagai contoh:
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 8
R-500: R-12 (73.8%) + R-152a (26.2%), Temperatur azeotropik: 0oC
R-502: R-22 (48.8%) + R-115 (51.2%), Temperatur azeotropik: 19oC
Kelompok refrigeran ini sebenarnya terdiri dari unsur C, H dan lainnya. Namun demikian
cara penulisan nomornya tidak dapat mengikuti cara penomoran refrigeran halokarbon karena
jumlah atom H nya jika ditambah dengan 1 lebih dari 10 sehingga angka kedua pada nomor
refrigeran menjadi dua digit. Sebagai contoh butana (C4H10), jika dipaksakan dituliskan sesuai
dengan cara penomoran refrigeran halokarbon, maka refrigeran ini akan bernomor R-3110,
sehingga akan menimbulkan kerancuan.
Nomor kelompok refrigeran ini dimulai dengan angka 6 dan digit lainnya dipilih sebarang
berdasarkan kesepakatan. Contoh refrigeran dari kelompok ini adalah:
R-702 : hidrogen
R-704 : helium
R-717 : amonia
R-718 : air
R-744 : O2
R-764 : SO2
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 9
Kelompok refrigeran ini mempunyai nomor empat digit, dengan menambahkan angka
kempat yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap didepan ketiga angka yang sudah dibahas
dalam sistem penomoran refrigeran halokarbon.
1. Sifat termodinamika,
2. Tingkat mampu nyala,
3. Tingkat racun,
4. Kelarutan dalam air,
5. Kelarutan dalam minyak pelumas,
6. Reaksi terhadap material komponen mesin,
7. Sifat-sifat fisik,
8. Kecenderungan bocor,
9. Pengaruhnya terhadap lingkungan hidup, dan
10. Harga.
1. Sifat termodinamika
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 10
Pemilihan refrigeran yang mempunyai sifat termodinamika yang tepat biasanya
dilakukan berdasakan kapasitas refrigerasi yang diperlukan (sangat kecil, kecil, sedang atau
besar) dan temperatur refrigerasi/pendinginan yang diperlukan. Misalnya untuk pengkondisian
udara 5oC, lemari es -10 s/d 2oC, cold storage -25oC, lemari pembeku daging atau ikan -40oC.
Tekanan dan temperatur jenuh akan menentukan kondisi operasi di evaporator dan
kondensor. Kondisi yang diinginkan adalah pada temperatur pendinginan yang diinginkan
refrigeran masih mempunyai tekanan di atas tekanan atmosfer sehingga tidak ada tekanan vakum
dalam sistem yang dapat menyebabkan masuknya udara dan uap air ke dalam sistem. Pada
temperatur kondensor yang sedikit di atas temperatur kamar, diharapkan refrigeran mempunyai
tekanan yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak diperlukan kompresor dengan perbandingan
kompresi yang tinggi dan berdaya rendah. Disamping itu diinginkan refrigeran yang mempunyai
tekanan kondensor dan evaporator yang tidak terlalu tinggi juga. Hal ini dimaksudkan agar tidak
diperlukan struktur komponen yang kuat dan berat.
Dengan mengetahui tekanan dan temperatur jenuh refrigeran, maka dapat diketahui apakah suatu
refrigeran beroperasi pada kisaran tekanan dan temperatur yang sama dan dapat saling
menggantikan. Gambar 5 menunjukkan kurva jenuh beberapa refrigeran. Dari kurva tersebut
dapat dilihat bahwa kurva R-12 berimpit dengan R-134a dan R-152a. Dengan demikian
refrigeran R-134a dan R-152a dapat menggantikan refrigeran R-12. dari kurva ini pula dapat
diprediksi bahwa campuran R-32 yang bertekanan tinggi dengan R134a yang bertekanan lebih
rendah dapat dihasilkan refrigeran untuk menggantikan R-22. Berbagai kombinasi campuran
refrigeran bertekanan tinggi dan rendah dapat dilakukan untuk menggantikan refrigeran yang
tekanannya berada di antara kedua tekanan refrigeran-refrigeran yang dicampur .
Kurva jenuh ini dapat dibuat linier, jika diplot ln Psatterhadap 1/Tsat. Hal ini ditunjukan pada
Gambar 6. berdasarkan persamaan Clausius – Clayperon kemiringan garis akan menunjukan
panas laten pengupan refrigeran tersebut. Semakin curam kemiringan garis, semakin besar panas
laten penguapannya.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 11
beberapa sifat termodinamika refrigeran yang umum digunakan. Dari Normal Boiling
Point (NBP) biasanya digunakan untuk mengetahui kondisi refrigeran pada tekanan atmosfer.
Dari NBP juga dapat diketahui apakah refrigeran tersebut dapat beroperasi pada temperatur
rendah atau lebih tinggi. Sebagai contoh R-12 mempunyai NBP – 29,8oC, dengan demikian
refrigeran ini banyak digunakan pada mesin refrigerasi yang beroperasi pada kisaran temperatur
0 s/d -25oC. Dapat terlihat bahwa refrigeran ini masih bertekanan di atas tekanan atmosfer pada –
25oC.
R-11 yang mempunyai NBP 23,7oC (Tabel 3) merupakan refrigeran dengan titik didih
tinggi oleh sebab itu akan menyebabkan tekanan evaporator vakum, bahkan untuk pemakaian
pada pengkondisian udara sekalipun yang bertemperatur 5oC. Kondisi vakum akan menyebabkan
besarnya volume spesifik uap refrigeran yang keluar dari evaporator. Oleh sebab itu diperlukan
kompresor sentrifugal untuk menghasilkan laju aliran massa yang besar.
R-10 mempunyai NBP yang lebih besar lagi (76,7oC, Tabel 2.1) oleh sebab itu refrigeran ini
tidak dapat digunakan meskipun dengan kompresor sentrifugal.
R-22 mempunyai NBP yang lebih rendah – 40,8oC. Dengan demikian refrigeran ini dapat
digunakan untuk temperatur pendinginan yang lebih rendah dari temperatur R-12 tanpa
mengalami vakum.
R-134a mempunyai NBP yang dekat dengan R-12 oleh sebab itu refrigeran ini digunakan untuk
menggantikan R-12 yang penggunaanya mulai di hapus karena merusak lapisan ozon.
R-290 mempunyai NBP yang dekat dengan R-22. refrigeran hidrokarbon ini berpotensi
untuk menggantikan R-22.
R-113 mempunyai dua isomer, yang satu mempunyai NBP 45,9oC sedangkan yang lain
mempunyai NBP 47,6oC. Dengan demikian refrigeran ini biasa digunakan dengan kompresor
sentrifugal mirip dengan R-11. Namun demkian seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 baik tekanan
evaporator maupun kondensor keduanya adalah vakum.
Tekanan dan temperatur kritik merupakan batas atas dari pemakaian refrigeran pada
mesin refrigerasi kompresi uap. Tidak ada refrigeran yang dioperasikan di atas tekanan atau
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 12
temperatur kritik dalam siklus kompresi uap. Untuk mendapatkan COP yang besar refrigeran
harus dioperasikan jauh di bawah titik kritiknya agar diperoleh efek refrigerasi yang besar.
Dari refrigeran yang terdapat dalam Tabel 2.3 hanya CO2(31oC) yang mempunyai
temperatur kritik di bawah temperatur kondensor yang normal. Oleh sebab itu refrigeran ini
digunakan pada sistem yang berbeda, R-14 bahkan belum pernah digunakan sebagai refrigeran.
1. c.Titik beku
Titik beku refrigeran merupakan batas bawah temperatur operasi dari refrigeran tersebut.
Siklus refrigeran harus beroperasi di atas titik bekunya. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa hanya
air yang mempunyai titik beku 0oC, sedangkan refrigeran lainnya jauh di bawahnya. Oleh sebab
itu penggunaan air sebagai refrigeran hanya dilakukan untuk temperatur di atas 0oC, meskipun
temperatur yang lebih rendah dapat dicapai dengan penurunan tekanan di bawah tekanan
atmosfer.
Tabel 2.3 memperlihatkan laju aliran volumetrik per TR beberapa refrigeran (m3/h/TR)
yang dihitung berdasarkan tekanan operasi kondensor 40oC dan tekanan evaporasi 5oC (kecuali
CO2, temperatur kondensor 25oC, dan air ,H2O, temperatur evaporator 5oC).
Dapat terlihat bahwa V* yang dibutuhkan meningkat dengan meningkatnya NBP.
Amonia yang mempunyai panas laten yang terbesar ternyata mempunyai kebutuhan V* yang
hampir sama dengan R-22. Keduanya mempunyai NBP yang hampir sama. Dengan demikian
maka NBP sangat menentukan V* atau sebaliknya sangat menentukan kapasitas refrigerasi
volumetrik (1/V*).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa refrigeran dengan NBP
yang tinggi seperti R-11, dan R-113 akan beroperasi pada tekanan evaporator yang rendah dan
memerlukan laju aliran volumetrik sisi isap yang besar. Oleh sebab itu kompresor yang lebih
tepat digunakan pada sistem refrigerasi ini adalah kompresor sentrifugal dan digunakan untuk
kapasitas yang besar (diatas 400 TR). Sebaliknya refrigeran dengan NBP yang rendah seperti
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 13
amonia, R-22, propana, CO2 dsb. Beroperasi pada tekanan evaporator diatas tekanan atmosfer.
Kompresor yang digunakan adalah dari jenis perpindahan positif (reciprocating, dan screw).
Refrigeran ini biasanya digunakan untuk kapasitas refrigerasi sedang dan kecil. Namun demikian
R-22 juga digunakan dengan kompresor sentrifugal pada mesin pengkondisian udara kapasitas
besar dimana laju aliran volumetrik sisi isap cukup besar untuk penggunaan kompresor
sentrifugal. Refrigeran dengan NBP menengah seperti R-600a, R-152a, R-134a, dan R-12 pada
umumnya digunakan pada mesin refrigerasi kapasitas kecil dengan kompresor torak, seperti
refrigerasi domestik, dan AC mobil. R-114 yang memiliki NBP 3,6oC merupakan refrigeran
dengan NBP menengah. Refrigeran ini biasanya digunakan pada mesin refrigerasi dengan
kompresor rotari. Namun demikian karena refrigeran ini adalah refrigeran CFC yang sudah
dihapuskan produksinya, maka penggunaan refrigeran ini tidak banyak lagi.
Tabel 2.3 menunjukkan besarnya panas laten penguapan (hfg) beberapa refrigeran pada
Tkond= 40oC dan Teva= -15oC. Dari data tersebut nampak bahwa beberapa refrigeran mempunyai
panas laten yang lebih besar dari yang lainnya. Namun demikian COP dari mesin refrigerasi
hampir sma untuk semua refrigeran. Dengan demikian panas laten tidak mempengaruhi COP.
1. 2. Sifat kimia
Sifat kimia refrigeran yang harus diperhatikan antara lain adalah sifat mampu nyala,
tingkat racun, reaksinya terhadap air, minyak pelumas dan material konstruksi/komponen serta
terhadap produk yang dibekukan jika terjadi kebocoran refrigeran dari sistem.
Sifat mampu nyala ditentukan oleh komposisi campuran udara –refrigeran dan titik nyala
dari refrigeran tersebut. Berdasarkan kemudahan terbakarnya refrigeran dibagi menjadi tiga kelas
yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3[2].
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 14
Refrigeran yang mempunyai titik nyala di atas 750oC dianggap tidak mudah terbakar
karena temperatur nyalanya sudah melebihi temepartur leleh material komponen refrigerasi.
refrigeran kelompok ini termasuk
Refrigeran dengan titik nyala di bawah 750o dan batas bawah penyalaan (LFL = Lower
Flammability Limit, atau LEL = Lower Explotion Limit) adalah lebih besar dari 3,5% volume
(campuran dalam udara), maka refrigeran ini termasuk refrigeran kelas 2. Sedangkan jika batas
bawah penyalaan kurang dari 3,5% maka refrigeran tersebut masuk kelas 3.
Tabel 3 Sifat termodinamika beberapa refrigeran
Tekanan Operasi
V*,
Tekana Refrigeran,
Temperatu hfg,
n Titik m3/hr/T
r bar kJ/kg
Beku R
Kritik,
Refrigera Kritik, ,
NBP, o pevapad pkondpad Pada Tkond= 40oC
n Bar
o o
C C C a 5oC a 40oC dan Teva= -15oC
-
111,
R-11 23,7 197,78 43,7 0 0,4967 1,748 0,772 148,5
-
136,
R-12 -29,8 112,04 41,15 0 3,62 9,60 10,867 108,4
-
160,
R-22 -40,8 96,02 96,02 0 5,836 15,331 6,668 108,4
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 15
R-114 3,6 145,8 32,7 -94,0 1,069 3,454 37,6 88,6
-
117,
R-152a -24,15 113,3 45,2 0 3,149 9,092 11,572 226,5
-
187,
R-290 -42,1 96,8 42,56 1 5,478 13,664 7,737 252,4
-
159,
R-600a -11,73 135,0 36,45 6 1,88 5,361 21,24 226,5
0,0087 2342,5
R-718 100 374,5 221,3 0,0 4 0,0738 825,6 *
156,7*
R-744 -78,4 31,1 73,72 -56,6 – – 1,33 *
refrigeran kelas A1: tidak beracun tidak mudah terbakar. Semua refrigeran halokarbon
masuk kedalam kelas refrigeran ini.
Refrigeran kelas A2: tidak beracun, tetapi tingkat nayala masuk kelas 2. Refrigeran
campuran zeotropik antara kelas A1 dan A3 bisa masuk kelas refrigeran ini. R-32, R-141b,
dan R-152a juga masuk dalam kelas refrigeran ini.
Refrigeran kelas A3: tidak beracun, tetapi mudah terbakar. Refrigeran hidrokarbon, masuk
ke dalam kelas ini.
Refrigeran kelas B1: beracun tetapi tidak mudah terbakar. Tidak ada refrigeran masuk
kelas ini.
Refrigeran kelas B2: beracun dan bisa terbakar. Amoniak termasuk kelas refrigeran ini.
Refrigeran kelas B3: beracun dan mudah terbakar. Kelas refrigeran ini tidak pernah
digunakan.
Adanya air atau uap air dalam sistem tidak diinginkan, karena dapat menyebabkan
penyumbatan pada alat ekspansi (moisture choking), korosi, rusaknya isolasi dak kumparan
motor listrik dalam kompresor hermetik, dan terbentuk kerak dalam pipa tembaga.
Uap air dapat berada dalam sistem apabila proses evakuasi (vakum) tidak dilakukan dengan baik,
atau terjadi kebocoran pada sisi tekanan rendah (untuk sistem yang bekerja pada tekanan
vakum), kebocoran pada penukar kalor berpendingin air, pelumas yang basah karena bersifat
higroskopik, atau kebocoran melalui sekat poros untuk kompresor tak hermetik.
Pembentuk air dan es dapat terjadi apabila air atau uap air tidak larut atau terlepas dari
larutan refigeran –pelumas. Dengan demikian semakin tinggi kelarutan air dalam refrigeran atau
pelumas semakin baik. Namun tingkat kelarutan air dalam refrigeran biasanya menurun dengan
menurunnya temperatur, sehingga keberadaan air dalam refrigeran selalu dicegah dengan
memasang pengering silica gel atau molecular sieve.
Tabel 4 memeuat kelarutan air pada beberapa refrigeran. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa air
mempunyai kelarutan yang lebih rendah dalam R-12 dan R-11 dibandingkan dalam R-22 atau R-
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 17
134a. Dengan demikian persoalan moisture choking lebih banyak ditemui pada sistem dengan
refrigeran seperti R-12 dan R-11. Namun demikian semakin rendah temperatur semakin kecil
kelarutannya. Hal ini dapat menyebabkan terpisahnya air dari refrigeran dan akan menimbulkan
persoalan, Oleh sebab itu keberadaan air dalam sistem tetap harus dicegah.
Tabel 4 Kelarutan air dalam beberapa refrigeran cair [3]
Kelarutan, mg/kg
R-
R-11 R-12 R-22 134a
Temperatur, oC
Refrigeran dan pelumas dapat bercampur atau tidak bercampur dengan pelumas
bergantung pada jenis dan ukuran kompresor. Pada kompresor sentrifugal pelumas mempunyai
sistem tersendiri yang terpisah dari saluran refrigeran, sehingga pada sistem ini, tidak perlu
dikhawatirkan pengaruh kelarutan refrigeran dalam minyak pelumas atau sebaliknya. Namun
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 18
demikian pada jenis kompresor torak dan ulir refrigeran bercampur dengan minyak pelumasnya.
Untuk jenis kompresor ini maka diperlukan pasangan refrigeran – minyak pelumas yang saling
tidak larut, dengan demikian minyak pelumas dan refrigeran dapat dipisahkan dengan memasang
pemisah oli pada sisi keluaran kompresor.
Pada kompresor torak kapasitas kecil dimana tidak memungkinkan untuk dipasang
pemisah oli, maka diperlukan pasangan refrigeran oli–refrigeran yang larut dengan baik satu
sama lain agar pelumas tidak tertinggal di kondensor, katup ekspansi atau evaporator.
Pelumas refrigeran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu oli
mineral yang berasal dari minyak bumi dan oli sintetik. Terdapat dua jenis oli mineral yaitu oli
mineral Napthenic dan Paraffinic, keduanya merupakan senyawa hidrokarbon jenuh, tetapi oli
mineral napthenic mempunyai ikatan cyclic yang menyebabkan oli jenis ini viskositas dan
temperatur curahnya lebih rendah dibandingkan oli mineral Paraffinic yang banyak mengandung
lilin parafin. Dalam praktek keduanya terdapat dalam mineral oli dengan komposisi yang
berbeda-beda[3]. Refrigeran sintetik yang banyak digunakan adalah Alkyl-benzene, Polyo ester
(POE), dan polyalkyl glycol (PAG).
Hampir semua refrigeran halokarbon larut dengan baik dalam oli mineral, kecuali R-22,
R-114, R-502 yang hanya larut sebagian. Oleh sebab itu penggunaan refrigeran yang hanya
terlarut sebagian ini pada sistem refrigerasi yang kecil dan refrigeran tercampur dengan minyak
pelumas memerlukan perhatian pada sistem pemipaan yang memungkin minyak pelumas
kembali ke kompresor secara gravitasi. Sebagai contoh R-22 dengan 10% mineral oil merupakan
larutan yang baik pada kondensor temperatur, tetapi akan terpisah pada temperatur evaporator –
5oC. Jika kandungan oli mencapai 18% pemisahan akan terjadi pada temperatur 0,5oC[1].
Amonia dan CO2 tidak larut dalam oli mineral oleh sebab itu pemakaian refrigeran ini pada
mesin refrigerasi besar tidak menjadi masalah karena pencampuran dapat diatasi dengan
memasang pemisah oli. R-134a tidak bercampur dengan oli mineral, sehingga pasangan
refrigeran-minyak pelumas ini tidak digunakan pada mesin refrigerasi kapasitas kecil yang tidak
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 19
memungkinkan dipasangnya pemisah oli. Tabel 5 memperlihatkan kelarutan beberapa refrigeran
dalam oli mineral.
Pada umumnya viskositas danmassajenis oli pelumas akan menurun jika bercampur
dengan refrigeran. Besarnya penurunan viskositas danmassajenis ini meningkat dengan
meningkatnya jumlah refrigeran yang terlarut, temperatur dan tekanan[3]. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan agar penurunan viskositas danmassajenis ini tidak sampai menyebabkan kegagalan
pelumasan. Tabel 6 menunjukkan kisaran viskositas minyak pelumas yang direkomendasikan
pada beberapa aplikasi refrigerasi kapasitas kecil.
Sebagian larut
Seluruhnya Tidak
larut Tinggi Sedang Rendah larut
R-
R-11 13B1 R-22 R-13 NH3
R-600a
R-290
R-
R-21 R-115 134a
R-113
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 20
R-152a
R-500 R-502
1. 3. Sifat fisika
1. a. Kekuatan Dielektrik
Refrigeran halokarbon dan hidrokarbon mempunyai kekuatan dielektrik yang baik dan
bersifat isolator. Sebagai perbandingan terhadap nitrogen R-11, R-113, R-12 dan R-22
mempunyai kekuatan dielektrik masing-masing sebesar 3, 2,6, 2,4 dan 1,31. sedangkan ammonia
dan CO2 mempunyai nilai kekuatan dielektrik masing-masing 0,88 dan 0,82.
Tabel 6 Kisaran viskositas minyak pelumas pada beberapa aplikasi refrigerasi kapasitas
kecil[3]
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 21
Viskositas
Pelumas pada
Jenis 38oC
Refrigeran kompresor
SSUa mm2/s
280 –
Ammonia Screw 300 60 – 65
150 –
Ammonia Reciprocating 300 32 – 65
Carbon
280 –
dioksida Reciprocating 60 -65
300b
280 –
R-11 Sentrifugal 300 60 – 65
280 –
R-123 Sentrifugal 300 60 – 65
280 –
R-12 Sentrifugal 300 60 – 65
150 –
32 –
R-12 Reciprocating 300
65c
R-12 Rotary 60 – 65
280 –
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 22
300
280 –
R-134a Sentrifugal 400 60-86
280 –
R-134a Screw 300 60-65
280 -
R-22 Sentrifugal 400 60 – 86
150 –
R-22 Reciprocating 300 32 – 65
280 –
R-22 Scroll 300 60 – 65
280 – 60 –
R-22 Screw 800 173
a
SSU = Saybolt Seconds Universal = SUS
b
beberapa aplikasi menggunakan minyak pelumas yang lebih encer 14-17 mm2/s (75-85 SSU),
dan ada pula yang menggunakan minyak pelumas lebih kental 108-129 mm2/s (500 – 600 SSU).
C
Pemakaian R-12 pada AC mobil memerlukan minyak pelumas dengan viskositas yang lebih
kental 97-107 mm2/s (450 – 500 SSU)
Tabel 7 Kompatibilitas beberapa refrigeran terhadap material komponen mesin refrigerasi
R- R-
Material Penggunaan 12 134a HC
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 23
Konstruksi,
Baja pipa
1. Kecenderungan bocor
Semua refrigeran saat ini mempunyai kecenderungan bocor yang kecil. Deteksi
kebocoran sangat mudah dilakukan dengan adanya detekt0r elektronik refrigeran halokarbon
yang tidak berbau. Cara yang paling mudah mendeteksi kebocoran adalah dengan menggunakan
air sabun.
Ammonia mempunyai bau yang sangat kuat sehingga mudah terdeteksi. Namun demikian
refrigeran ini termasuk refrigeran beracun sehingga keboroan dapat berakibat fatal dan
mengkontaminasi produk yang didinginkan. Namun demikian dengan dihapusnya penggunaan
CFC, refrigeran amonia menjadi salah satu alternatif pengganti.
Refrigeran hidrokarbon yang mudah terbakar disarankan untuk diberi pembau. Namun demikian
pembau merkaptan pada kosentrasi tertentu dapat menyebabkan korosi.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 24
1. 6. Harga refrigerant
Harga refrigeran di Indonesia sangat ditentukan oleh mekanisme pasar dan nilai tukar
rupiah. Apabila persediaan melimpah dan harga kurs rupiah stabil, maka harga refrigeran
menjadi murah.
Refrigeran pengganti cenderung lebih mahal dibandingkan dengan refrigeran yang digantikan.
Refrigeran yang dikenal dengan sebutan CFC, HCFC, dan HFC adalah contoh-contoh
refrigeran sintetik. Sedangkan hidrokarbon (HC), karbon dioksida (CO2), air (H2O), udara dan
ammonia (NH3) adalah contoh refrigeran alami yang sering digunakan.
CFC adalah singkatan dari chlorofluorocarbon. Seperti namanya refrigeran ini terdiri dari unsur
khlor (Cl), fluor (F) dan karbon (C).
Karena tidak mengandung hydrogen CFC adalah senyawa yang sangat stabil dan tidak
mudah bereaksi dengan zat lain meskipun terlepas ke atmosfer. Karena mengandung khlor,
CFC merusak ozon di atmosfer (stratosfer) jauh di atas muka bumi. Zat ini mempunyai nilai
potensi merusak ozon (Ozone Depletion Potential = ODP) yang tinggi (ODP =1). Lapisan ozon
melindungi mahluk hidup dari pancaran sinar ultra violet intensitas tinggi.
HCFC merupakan singkatan dari hydrochloro-fluorocarbon. Meskipun mengandung khlor (Cl),
yang merusak lapisan ozon, zat ini juga mengandung hidrogen (H), yang membuat zat ini
menjadi kurang stabil jika berada di atmosfer. Refrigeran ini sebagian besar akan terurai pada
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 25
lapisan atmosfer bawah dan hanya sedikit yang mencapai lapisan ozon. Oleh sebab itu HCFC
mempunyai ODP yang rendah. Contoh refrigeran ini adalah R-22 (HCFC-22).
Refrigeran HFC (hydrofluorocarbon) tidak mempunyai unsur khlor. Oleh sebab itu
refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon dan nilai ODPnya sama dengan nol. Contoh dari
refrigeran ini adalah R-134a (HFC-14a), R-152a (HFC-152a), R-123 (HFC-123).
Refrigeran alami (HC, CO2, NH3) tidak mengandung khlor oleh sebab itu, refrigeran ini
tidak merusak lapisan ozon, ODP = 0
5. KEMASAN REFRIGERAN
Refrigeran untuk mesin refrigerasi biasanya disimpan dalam tangki-tangki bertekanan,
atau drum (bagi R-11). Hal ini diperlihatkan pada Gambar 7.
6. PENGGUNAAN REFRIGERAN
Tiap jenis refrigeran dipakai untuk keperluan tertentu. Tabel 9 memuat beberapa aplikasi
dari refrigeran yang umum digunakan.
Penggunaan
Penggunaan pada pada
Refrigeran bidang pendingin bidang lain
ChillerSentrifugal
Pengembang busa
R-11
Pelarut
Lemari es rumah
tangga
Dispenser air
Pendingin minuman
R-12
botol
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 26
Display cabinetdi
supermarket
Cold storage
AC mobil
Chiller
Pengembang busa
AC rumah tanggal
dan komersial
Chiller
R-22
Cold storage
Air Conditioner atau yang biasa disebut dengan AC merupakan suatu alat yang berfungsi
untuk memindahkan kalor (panas). Di Indonesia biasanya AC dipasang pada ruangan sebagai
pendingin. AC umumnya menggunakan prinsip Siklus Refrigerasi, begitu pula pada kulkas. Jadi,
kulkas dan AC memiliki cara kerja yang sama tetapi berbeda dalam hal pemakaian dan hal
lainnya.
Untuk dapat berfungsi, setidaknya AC memiliki empat komponen utama yang memiliki
fungsi masing-masing dan refrigeran sebagai fluida kerja. Komponen-komponen tersebut antara
lain:
1. Kompresor
2. Kondenser
3. Piranti ekspansi/katup ekspansi
4. Evaporator
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 27
Sedangkan refrigeran adalah fluida yang di Indonesia biasa disebut dengan “FREON”.
Sebenarnya “FREON” adalah salah satu merek dari Refrigeran. Refrigeran merupakan fluida
kerja akan terus menerus berputar-putar pada siklus refrigerasi melalui komponen-komponen
utama refrigerasi. Refrigeran mengalami proses-proses sesuai dengan fungsi komponen tersebut.
Gambar diatas merupakan skema dari siklus refrigerasi. Pada gambar terdapat empat
komponen utama yang dihubungkan dengan garis berpanah. Garis tersebut merupakan pipa yang
mengalirkan refrigeran
dari komponen satu ke komponen lainnya, anak panah menunjukkan arah aliran
refirgeran dalam siklus refrigerasi, sedangkan penomoran dari 1 sampai dengan 4 merupakan
tempat keluaran dan masukan untuk masing-masing komponen yang memiliki besaran yang
berbeda-beda.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 28
KOMPONEN – KOMPONEN REFRIGERASI
1. KOMPRESOR
Kompresor merupakan jantung dari siklus refrigerasi. Fungsi dari kompresor adalah
menghisap refrigeran dari evaporator (dalam bentuk gas) dan mengalirkannya ke kondenser
sehingga siklus terjadi. Beberapa buku dituliskan bahwa fungsi kompresor adalah menaikkan
tekanan refrigeran dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Hal ini tidak salah, namun kurang
tepat. Kenaikan tekanan sebenarnya terjadi karena adanya kompresor dan piranti ekspansi. Kerja
sama kedua komponen ini yang meyebabkan terjadinya perbedaan tekanan.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 29
Kompresor mengalirkan refrigeran, sedangkan piranti ekspansi menghambat aliran
refrigeran tersebut. Sehingga tekanan setelah kompresor sampai piranti ekspansi menjadi tinggi
(ditandai dengan garis merah). Sebaliknya, setelah piranti ekspansi tekanan menjadi rendah
karena refrigeran terhisap oleh kompresor untuk dialirkan kembali.
2. KONDENSER
Kondenser pada AC biasanya merupakan Heat Exchanger yang terdiri pipa yang
dilengkapi dengan kisi-kisi. Udara dialirkan melalui kisi-kisi kondenser tersebut sehingga terjadi
perpindahan (pelepasan) kalor. Pelepasan kalor (perpindahan kalor) dari kondenser ke udara
dapat terjadi karena suhu kondenser lebih tinggi dari pada udara luar.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 30
3. PIRANTI EKSPANSI
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 31
4. EVAPORATOR
Evaporator berfungsi untuk menguapkan refrigeran yang berupa cair menjadi gas
(kebalikan dari Kondenser). Untuk menguapkan cairan (dalam hal ini refrigeran dalam bentuk
cair) menjadi gas membutuhkan kalor. Kalor yang digunakan berasal dari objek yang ingin
didinginkan, dalam hal ini udara ruangan yang ingin didinginkan menjadi sumber kalornya.
Evaporator seperti halnya kondenser yang merupakan Heat Exchanger. Evaporator juga
terdiri dari pipa yang dilenkapi dengan kisi-kisi udara. Udara ruangan yang tadinya tidak dingin
dialirkan melalui evaporator, kemudian kalor dari udara tersebut diambil (ditarik) oleh refrigeran
dalam evaporator, sehingga setelah melewat evaporator udara tersebut menjadi lebih dingin.
Kalor berpindah dari udara ke evaporator dapat terjadi karena temperatur evaporator lebih rendah
dari pada udara ruangan.
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 32
TEKANAN, SUHU, DAN FASA PADA SIKLUS REFRIGERASI
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa gas memiliki hubungan tekanan berbanding lurus
dengan Suhu. Semakin tinggi tekanan maka semakin tinggi Suhunya, begitu pula sebaliknya.
Setelah mengetahui fungsi dan proses pada masing-masing komponen dan juga hubungan
tekanan-temperatur, maka pada penomoran dari satu sampai dengan empat (gambar 1)
dijabarkan sebagai berikut:
1. Keluaran dari evaporator yang akan dihisap oleh kompesor. Tekanan: rendah, Suhu: rendah,
fasa (bentuk) refrigeran: gas
2. Keluaran Kompresor yang akan masuk ke kondenser. Tekanan: tinggi, Temperatur: Suhu, fasa
refrigeran: gas (super heated)
3. Keluaran dari kondeser yang akan diekspansikan melalui piranti ekspansi. Tekanan: tinggi,
suhu: tinggi, fasa refrigeran: cair
4. Keluaran dari piranti ekspansi yang akan masuk ke evaporator. Tekanan: rendah, suhu:
rendah, fasa: Campuran (lebih banyak cair).
Daftar Pustaka
Catatan Teknik at 3:13 AM
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 33
MAKALAH .NURUDIN,NOFAL
Page 34