Anda di halaman 1dari 6

32

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 32-37

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM METODEDIRECT


SMEAR DAN METODE IMUNOCHROMATOGRAPHI TEST PADA TERSANGKA
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI UPT. KESEHATAN PARU MASYARAKAT
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Denrison Purba1, Desima Bintang Sari Manurung2


1
Program Studi D III Analis Kesehatan, Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan, Universitas Sari Mutiara
Indonesia

ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.Diagnosis yang tepat dan cepat untuk menemukan TB secara dini sangat diperlukan dalam
memutus mata rantai penularan TB.Pemeriksaan BTA merupakan pemeriksaan awal yang dianjurkan oleh
WHO dan Nasional sedangkan Pemeriksaan ICT TB merupakan pemeriksaan serologik untuk mendeteksi
antibodi Mycobacterium tuberculosis dalam serum dan dapat dilakukan secara mudah dan cepat.Penelitian
ini bertujuan untk mendeskripsikan hasil pemeriksaan BTA Metode Direct Smear dan Metode
Imunochromatografi Test. Penelitian ini menggunakan Disain Deskriptif Cross Sectional.Penelitian
dilakukan di Laboratorium UPT.Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan
dilakukan terhadap 10 sampel pasien tersangka penderita TB Paru yang datang memeriksakan diri. Hasil
yang didapatkan pada penelitian ini adalah sensitivitas uji ICT TB sebesar 33,33% dan spesifisitas uji ICT
TB sebesar 100. Sensitivitas uji ICT TB adalah rendah (33,33%) dan spesifisitasnya cukup baik (100%)
namun uji ICT TB ini masih kurang baik jika digunakan untuk screening awal dalam mendeteksi TB Paru.

Kata Kunci : BTA Direct Smear, Imunochromatographi Test.

Jurnal Analis Laboratorium Medik 32


32 November 2016, Vol.1.No.1
33

1. PENDAHULUAN lama. Mulai dari pengumpulan spesimen yang


Tuberkulosis (TB) Paru merupakan menggunakan metode SPS (sewaktu, pagi,
penyakit paru yang disebabkan oleh sewaktu) yang membutuhkan waktu 2 hari
Mycobacterium tuberculosis.Sampai sekarang hingga prosedur pengerjaan pembuatan sediaan
penyakit tersebut belum dapat disembuhkan dan pewarnaan hingga akhirnya pemeriksaan
secara sempurna bahkan sebaliknya jumlah dibawah mikroskop juga memerlukan waktu
penderita baru dari hari ke hari semakin yang cukup lama (Depkes RI 2006).
meningkat (Kemenkes 2013). Selain pemeriksaan mikroskopis BTA,
Menurut laporan WHO, di negara kultur merupakan standar baku emas (gold
sedang berkembang memiliki risikokematian standard), metode diagnosis akurat
TB yang tidak diobati adalah 55%, sedangkan Mycobacterium tuberculosis. Di sisi lain kultur
yang diobati 15%.Oleh karena itu diperlukan merupakan metode pemeriksaan cukup rumit
diagnosis yang tepat untuk menemukan TB dan membutuhkan waktu 4 – 6 minggu untuk
secara dini diharapkan dapat memutuskan mata menumbuhkan koloni kuman Mycobacterium
rantai penularan TB (Setiono 2011). tuberculosis pada media padat.Jika tidak
Diagnosis terhadap TB Paru umumnya tumbuh koloni dalam kurun waktu tersebut,
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan maka waktu inkubasi dan butuh waktu 8
klinis terlebih dahulu (dari anamnesis terhadap minggu untuk dapat memastikan bahwa kultur
keluhan penderita dan hasil pemeriksaan fisik negatif dengan tidak ditemukannya
penderita), hasil pemeriksaan foto toraks, hasil pertumbuhan koloni kuman di permukaan
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan media padat (Lestari 2006).
penunjang lainnya. Sampai sekarang diagnosa Hasil UjiImmunochromatographic
laboratorium terhadap penyakit TB Paru masih Tuberculosis(ICT) TB pada penelitian
merupakan masalah penting di Indonesia.Salah sebelumnya memiliki hasil yang bervariasi.
satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan Pada penelitian Setiono (2011) pemeriksaan
untuk mendiagnosa TB Paru adalah serologi ICT TB pada tersangka penderita TB
pemeriksaan laboratorium di bidang paru di RSUP Dr Kariadi Semarang yang
mikrobiologik yaitu pemeriksaan Basil Tahan menggunakan pengecatan BTA sputum dengan
Asam (BTA) metode Direct Smear. Diagnosa metode Ziehl Neelsen sebagai gold standarnya
laboratorium di bidang mikrobiologik terhadap mempunyai sensitivitas uji diagnostik sebesar
TB Paru dapat ditegakkan dengan 48,64 %, sedangkan pada penelitian Bartolini et
ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA) dalam al. (2003) mendapatkan hasil sensitivitas alat
sediaan apus sputum (Lestari 2006). ICT TB sebesar 61% dan dari penelitian Aryati
Pemeriksaan mikroskopis BTA dari Kadek Mulyantariyang melakukan penelitian di
spesimen saluran nafas atau sputum memegang RSU Dr Soetomo Surabaya mendapatkan
peran penting dalam diagnosis awal dan sensitivitas sebesar 76,7% sedangkan
pemantauan pengobatan TB Paru.Teknik spesifisitas yang didapat oleh Aris Setiono
pewarnaan yang banyak digunakan adalah Ziehl adalah sebesar 77,05% dan Aryati mendapatkan
Neelsen yang dapat mendeteksi BTA dengan spesifisitas 86,7%2, 5.
mikroskop biasa. Metode pemeriksaan Untuk membatasi kendala tersebut
mikroskopis BTA yang banyak digunakan maka kemudian muncul pemeriksaan untuk
adalah metode dengan menggunakan sediaan mendeteksi kuman Mycobacterium tuberculosis
yang dibuat secara langsung dari spesimen yaitu dengan pemeriksaan metode ICT
(metode Direct smear), sayangnya pemeriksaan (Immunochromatographi Test) atau yang sering
mikroskopis BTA ini masih memiliki banyak disebut dengan Rapid Test, pemeriksaan Rapid
kekurangan (Lestari 2005). Test ini dapat dilakukan dengan cepat, hanya
Kekurangan yang dimiliki oleh memerlukan waktu 10 – 15 menit. Uji Rapid
pemeriksaan mikroskopis BTA metode Direct Test ini merupakan salah satu dari deretan uji
Smear salah satunya adalah waktu yang antibodi terhadap TB Paru, uji serologi ini
diperlukan untuk pemeriksaan tersebut cukup untuk mendeteksi respon antibodi yang

Jurnal Analis Laboratorium Medik 32 November 2016, Vol.1.No.1


34

signifikan terhadap antigen Mycobacterium laludiratakan setipis mungkin, sehingga ukuran


tuberculosis(PDPI 2016). diameternya ⅔ bagian dari permukaan objek
Penelitian ini dilakukan untuk glass.Kemudian difiksasi hingga kering,
mengetahui pengaruh perbedaan metode dinginkan dan diberi label.
pemeriksaan mikroskopis BTA Direct smear
dibandingkan dengan pemeriksaan metode Pemeriksaan BTA sputum Metode Direct
Imunochromatographi Test pada keberhasilan Smear dengan pewarnaan Ziehl Neelseen
identifikasi Mycobacterium pada tersangka Setelah sediaan yang di fiksasi telah
penderita TB Paru di UPT. Kesehatan Paru dingin, teteskan carbol fucshin 0,3%(campuran
Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera fucshin dan phenol) hingga menutupi
Utara. permukaan sediaan.Kemudian dipanaskan
diatas lampu bunsen sampai menguap, hati –
2. METODE PENELITIAN hati tidak boleh sampai mendidih. Kemudian
Disain Penelitian tunggu 3 – 5 menit.Lalu bilas dengan air suling
Disain penelitian yang digunakan pada mengalir secara perlahan sampai sisa zat warna
penelitian ini yang digunakan pada penelitian terbuang.Selanjutnya sediaan ditetesi larutan
ini adalah penelitian deskriptif cross sectional. peluntur yaitu zat HCl Alkohol 3% hingga zat
warna tidak luntur lagi.Kemudian tetesi zat
Lokasi dan WaktuPenelitian warna penutup yaitu methylen blue 0,3% hingga
Lokasi penelitian adalah di UPT. menutupi permukaan sediaan, tunggu selama 1
Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan – 2 menit. Kemudian bilas dengan air kran yang
Sumatera Utara. Penelitian dilakukan mulai dari mengalir secara perlahan sampai zat warna
bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni terbuang.Setelah itu keringkan, tetesi imersi oil
2015. lalu periksa di bawah mikroskop dengan lensa
okuler pembesaran 10x dan lensa obyektif
Populasi dan Sampel pembesaran 100x.
Populasi penelitian ini adalah tersangka
TB Paru yang datang memeriksakan diri ke UPT. Pembacaan sediaan apus BTA secara
Kesehatan Paru. Masyarakat Dinas Kesehatan mikroskopis
Sumatera Utara.Sampel penelitian yang diteliti Pengamatan mikroskop sediaan apus
adalah sebanyak 10 orang dari tersangka penderita dilakukan dengan mengamati mulai dari ujung
TB Paru yang datang memeriksakan diri ke UPT. kiri ke ujung kanan minimal 100 lapang
Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan pandang, pada garis horizontal terpanjang, bila
Sumatera Utara. kuman BTA tidak ditemukan dalam 100 LP
maka dilakukan kembali pemeriksaan yang
lebih seksama harus dilakukan lagi mulai dari
kanan ke kiri pada tempat lain. Kuman BTA
Metode Pengumpulan Data tampak seperti batang merah halus dan sedikit
Data pasien dikumpulkan dengan melengkung, batang tunggal, berpasangan atau
menggunakan data primer yaitu data yang berkelompok dengan latar belakang
diperoleh setelah pemeriksaan langsung biru.Interpretasi hasil menggunakan skala
terhadap sampel, dan data Sekunder yaitu data IUATLD (International Union Agains
yang diperoleh dari rekam medik. Tuberculosis Lung Disease) yaitu : negatif
jikatidak ditemukan BTA minimal
Prosedur Penelitian dalam 100 lapang pandang; Scanty jika
Prosedur pembuatan sediaan apus sputum ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang
Objek glass dan lidi/ose steril (menuliskan jumlah BTA yang ditemukan);
disediakan.Dengan menggunakan lidi 1+ jika ditemukan 10-99 BTA dalam 100
steril,sputum diambil pada bagian lapang pandang; 2+ jika ditemukan 1-10 BTA
mukopurulennya, ambil seujung lidi setiap 1 lapang pandang (memeriksa minimal

Jurnal Analis Laboratorium Medik 32 November 2016, Vol.1.No.1


35

50 lapang pandang); 3+ jika ditemukan ≥ 10


BTA dalam 1 lapang pandang (memeriksa Pemeriksaan ICT TB
minimal lapang pandang)11. Sebelum dilakukan pengujian sampel
spesimen, diluent dan test card AIMTM TB
Pengambilan Darah Vena diletakkan di suhu ruang sehinggamencapai
Persiapkan alat yang suhu ruang. Sample test carddibuka sesaat
diperlukan.Persilahkan pasien duduk atau tidur sebelum pengujian dimulai. Tanda identitas
dengan rileks.Instruksikan kepada pasien agar pasien dituliskan pada test card AIMTM
mengepalkan tangan kanan atau tangan kirinya TB.Pipet diisi dengan spesimen, kemudian
agar analis dapat meraba vena yang akan dengan memegangnya secara vertikal,
ditusuk.Setelah vena yang akan ditusuk dapat diteteskan 1 tetes (25µl) serum atau plasma ke
diraba, bersihkan atau sterilkan daerah vena dalam lubang sampel. Jika menggunakan darah,
yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas diteteskan 2 tetes (50µl) ke dalam lubang
alcohol, biarkan hingga kering dengan sampel.Ditambahkan 5 – 6 tetes diluent (200µl)
sendirinya.Sebelum menusuk vena, pastikan ke dalam lubang sampel. Hasil dibaca 10 – 15
spuit dalam keadaan baik dan berfungsi, menit sesudah penetesan sampel. Pembacaan
pastikan juga udara yang ada di dalam spuit hasil tidak dapat dilakukan setelah 15 menit.
telah dibuang.Lalu tusuk vena dari bawah (
tidak berada ditengah – tengah vena ) jangan Pengolahan Data
terlalu dalam, perhatikan darah yang mengalir Data diolah secara statistik dengan
ke dalam spuit melalui naalnya.Bila darah menggunakan tabel 2 x 2 untuk menghitung
sudah mengalir ke dalam spuit maka tarik sensitivitas dan spesifisitas pada alat ICT TB.
batang spuit secara perlahan agar darah
mengalir ke dalam lebih banyak atau sampai 2
cc.Setelah darah yang masuk telah sesuaike
volume 2 cc, maka hentikan penarikan batang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
spuit, segera lepaskan torniquet, lalu letakkan Hasil
kapas alcohol diatas daerah vena yang ditusuk, Dari hasil penelitian yang dilakukan
tarik secara perlahan dan lembut naal keluar terhadap 10 sampel laboratorium UPT.
dari vena. Setelah spuit berhasil keluar dari Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan
vena, maka biarkan kapas alkohol tetap berada Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 Juni
pada bekas tusukan vena, biarkan sampai darah 2015 sampai dengan 30 Juni 2015, diperoleh
berhenti keluar, sementara darah yang berada hasil sebagai berikut.Tabel 1 menunjukkan dari
pada spuit dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 10 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa 4
tunggu ± 30 menit atau sampai darah benar – orang (40%) mempunyai BTA Negatif dengan
benar membeku sehingga dapat dicentrifuge. hasil ICT yang juga Negatif (Tabel 2). Dari 10
sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa 2
Pembuatan serum orang (20%) mempunyai BTA Positif dan ICT
Setelah didiamkan selama ± 30 menit juga Positif (Tabel 3).Dari 10 sampel
dan darah sudah membeku secara sempurna, penelitian, didapatkan hasil bahwa 4 orang
sentrifugasi dengan kecepatan 3000rpm selama (40%) mempunyai BTA Positif namun pada
10 menit.Serum yang dipisahkan dari pemeriksaan ICT hasilnya Negatif. Hasil
komponen darah dandimasukkan serum ke lainnya seperti BTA Negatif namun
dalam tabung serum. pemeriksaan ICT Positif tidak ditemukan dalam
penelitian (Tabel 4 dan 5).

Tabel 1 Hasil pemeriksaan Basil Tahan Asam Metode Direct Smear dan Imunochromatografi
Test

Jurnal Analis Laboratorium Medik 32 November 2016, Vol.1.No.1


36

No Kode Jenis Umur Hasil Pemeriksaan BTA Hasil Pemeriksaan Metode


Sampel Kelamin Metode Direct Smear Imunochromatografi Test
1. S1 Laki – laki 63 Negatif Negatif
2. S2 Laki – laki 37 Negatif Negatif
3. S3 Laki – laki 27 (3+) Negatif
4. S4 Laki – laki 24 (3+) Positif
5. S5 Laki – laki 50 (3+) Negatif
6. S6 Laki – laki 75 Negatif Negatif
7. S7 Laki – laki 22 (3+) Negatif
8. S8 Laki – laki 47 (3+) Negatif
9. S9 Perempuan 41 (3+) Positif
10. S10 Laki – laki 29 Negatif Negatif

Tabel 2.Distribusi sampel pada pemeriksaan ICT TB dibandingkan dengan pemeriksaan


BTA Sputum
BTA Sputum Positif BTA Sputum Negatif
ICT Positif 2(a) 0(b)
(c)
ICT Negatif 4 4(d)

Analisis dan Uji Statistik adalah sebagai berikut :


Sensitivitas : x 100% = x 100% = 33,33%

Spesifisitas : x 100% = x 100 = 100%

Pembahasan 33,33% pasien yang positif TB dengan


Berdasarkan penelitian yang dilakukan di pewarnaan BTA.
UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Hasil pemeriksaan serologi yang dilakukan
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara terhadap 10 Setiono (2011) yang juga menggunakan BTA
sampel penelitian, maka didapatkan hasil dari sputum sebagai pembandingnya menunjukkan
10 sampel penelitian ini ditemukan 4 sampel uji serologi mampu mendeteksi 48,64%,
(40%) mempunyai BTA Negatif dengan hasil sedangkan hasil penelitian Bartoloniet al.
ICT TB negatif. Kemudian dari 10 sampel (2003) mendapatkan nilai sensitivitas sebesar
penelitian ini ditemukan 2 sampel (20%) 61,10%, sementara itu hasil penelitian
mempunyai BTA Positif dan pada pemeriksaan Mulyantari (2007) mendapatkan nilai sebesar
ICT TB hasilnya juga Positif. Lalu dari 10 76,70%. Kemampuan uji serologi untuk
sampel penelitian ini juga ditemukan 4 sampel mendeteksi infeksi TB yang dihasilkan dalam
(40%) yang mempunyai BTA Positif namun penelitian ini sama dengan hasil penelitian
pada pemeriksaan ICT TB hasilnya Negatif. Ongut et al. (2006) mendapatkan nilai
Sedangkan hasil lainnya seperti BTA Negatif sensitivitas yang sama besar dengan penelitian
namun pada pemeriksaan ICT hasilnya Positif ini yaitu sebesar 33,33%. Kemampuan
tidak ditemukan pada penelitian ini. mendeteksi uji serologi yang rendah
Pemeriksaan serologiImunochromatographi kemungkinan disebabkan rendahnya titer
Test Tuberculosis (ICT TB) pada tersangka antibodi spesifik M.tuberculosisdan tidak
penderita tuberkulosis paru di UPT. Kesehatan memenuhi standard kadar yang bisa dideteksi
Paru Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi oleh alat ICT TB, yaitu ≥ 350mIU/ml.
Sumatera Utara yang menggunakan BTA Hasil pemeriksaan ICT TB tergantung pada
metode Direct Smear dengan pengecatan Ziehl perjalanan penyakit pada penderita TB.Metode
Neelsen hanya mampumediagnosa sebesar ini tidak dapatdigunakan untuk mendeteksi

Jurnal Analis Laboratorium Medik 32 November 2016, Vol.1.No.1


37

penyakit TB Paru yang tidak menyebar Metode Imunokromatografi Pada


sistemik, sehingga untuk mendeteksi penyakit Penderita Tuberkulosis Paru Di RSU
TB paru diperlukan sistem pengujian yang lain Dr.Soetomo Surabaya, 2007
seperti pemeriksaan BTA. PDPI.Tuberkulosis.Pedoman Diagnosis Dan
Spesifisitas pemeriksaan ICT TB telah Penatalaksanaan Tuberkulosis Di
dilaporkan oleh Bartoloniet al. (2003) yang Indonesia. Jakarta, 2006
mendapatkan nilai spesifisitas sebesar 56,70%, Mual Booby E Parhusip : Peranan Foto Dada
sedangkan hasil penelitian Setiono (2011) yang Dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru
mendapatkan nilai spesifisitas sebesar 77,05%, Tersangka Dengan BTA Negatif Di
Mulyantari (2007) yang mendapatkan nilai Puskesmas Kodya Medan. Dept Ilmu
spesifisitas sebesar 86,70%, sementara itu hasil Penyakit Paru FK USU/ SMF Paru RSUP
penelitian Ongut et al. (2006) menghasilkan H.Adam Malik Medan, 2009
nilai spesifisitas sebesar 100%. Danusantoso H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru
Ed : Suyono J – Jakarta : EGC, 2013
4. KESIMPULAN Djojodibroto D. Respirologi (Respiratory
Dari penelitian pemeriksaan BTA Direct Medicine)Ed : Teuku Istia Muda, Diana
Smear dan ICT TB terhadap 10 orang pasien Susanto – Jakarta : EGC, 2009
tersangka penderita TB Paru di UPT. Kesehatan Alsagaff H. Dasar – dasar Ilmu Penyakit Paru
Paru Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Ed : Hood Alsagaff, Abdul Mukty –
Sumatera Utara menunjukkan kemampuan ICT Surabaya : Airlangga University Press,
TB untuk menegakkan diagnosa TB masih 2005
kurang baik jika dibandingkan BTA. Depkes RI. Panduan Bagi Petugas
Diperlukan jumlah sampel yang memadai untuk Laboratorium Pemeriksaan Mikroskopis
melakukan sensitivitas dan spesifisitas uji ICT Tuberkulosis – Jakarta : Direktorat
TB. Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Supported By
5. REFERENSI Global Fund, 2006
Kemenkes Republik Indonesia.Pedoman Isa Mohamad. Imuno Patologi Tuberkulosis.
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata dalam : Isa M, Soefyani A, Juwono O,
Laksana Tuberkulosis. Jakarta, 2013 Budiarti LY, Eds. Tuberkulosis Tinjauan
Setiono A : Uji Diagnostik Pemeriksaan Multidisipliner. Banjarmasin : Pusat
Imunochromatograpic Test Tuberculosis Studi FK Universitas Lambung
(ICT TB) Dibandingkan Dengan Mangkurat , 2001
Pemeriksaan BTA Sputum Pada PT. Akurat Intan Madya . Petunjuk Pemakaian
Tersangka Penderita TB Paru Di RSUP AIM TBTM Rapid Card. Jakarta
DR Kariadi Semarang, 2011 Radji Maksum. Imunologi dan Virologi Ed :
Lestari E :NilaiDiagnostik Pemeriksaan Ferry Budi Cahyon, Dani Rachadian –
Mikroskopis BTA Metoda Konsentrasi Jakarta : PT. ISFI Penerbitan, 2010
Dibandingkan Dengan Kultur Pada Bartoloni.A, Strohmeyer. M, Bartalesi. F,
Sputum Tersangka Tuberkulosis Paru, Messeri. D, dkk : Evaluation of a Rapid
2005 Immunochromatographi test for the
Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan serologic diagnosis of tuberculosis in
Tuberkulosis Ed : Aditama TY, Kamso Italy, 2003
S, Basri C, Surya A – Jakarta : Gerdunas Ongut. G, Ogunc. D, Gunseren. F, Ogus. C, dkk
- TB, 2006 : Evaluation of the ICT Tuberculosis test
Mulyantari K, Kadek : Deteksi Antibodi for the routine of tuberculosis in Turkey,
Terhadap Antigen Tuberkulosis Dengan 2006.

Jurnal Analis Laboratorium Medik 32 November 2016, Vol.1.No.1

Anda mungkin juga menyukai