OLEH :
KELAS D III KEPERAWATAN TK.1
KELOMPOK 07:
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Keperawatan Medikal Bedah I Dekompensasi Kordis
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ...............................................................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................................
BAB II ..............................................................................................................................
C. Etiologi ......................................................................................................................
D. Patofisiologi ..............................................................................................................
E. Patoflowdiagram .......................................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................
I. Komplikasi ................................................................................................................
KESIMPULAN ................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Decompensation cordis adalah suatu keadaan dimana jantung tak dapat menunaikan
tugasnya dalam memberi aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Tugas jantung adalah memompa darah melalui system nadi, sehingga kebutuhan
jaringan-jaringan tubuh akan darah terpenuhi. Selama diastole darah terkumpul di bilik,
kemudian akan di pompa dalam aortaria pulmonalis dan aorta selama systole.
Macam macam decompensasi jantung
1. Dekompenssi jantung kanan (right heart faelure)
2. Dekompensasi jantung kiri (left heart faelure)
3. Dekompensasi jantung kanan dan kiri
B. Rumusan masalah
1) Jelaskan Pengertian decompensasi cordis?
2) Jelaskan Etiologi decompensasi cordis?
3) Jelaskan Klasifikasi decompensasi cordis?
4) Jelaskan Patofisiologi decompensasi cordis?
5) Jelaskan Tanda dan Gejala decompensasi cordis?
6) Jelaskan Faktor-faktor Penyebab decompensasi cordis?
7) Jelaskan pemeriksaan penunjang decompensasi cordis?
8) Jelaskan Penatalaksanaan decompensasi cordis?
C. Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian decompensasi cordis
2) Mahasiswa dapat mengetahui Etiologi decompensasi cordis
3) Mahasiswa dapat mengetahui Klasifikasi decompensasi cordis
4) Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi decompensasi cordis
5) Mahasiswa dapat mengetahui Tanda dan Gejala decompensasi cordis
6) Mahasiswa dapat mengetahui Faktor-faktor Penyebab decompensasi cordis
7) Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang decompensasi cordis
8) Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan decompensasi cordis
C. Sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta
sistematika
Data makalah ini diambil dari reverensi buku yang terkait dengan sistem pencernaan
atau hati serta dari media informasi seperti internet, majalah,dan lainnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya di atas dan puncaknya di bawah, apex (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat
jantung kira-kira 300 gram. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena dilihat
dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya
menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf
6
otonom). (Pearce, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, 2000; Syaifudin,
Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
a. Kedudukan jantung
Jantung berada dalam thorax antara kedua paru-paru dan di belakang
sternum dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan, tepatnya di
dalam rongga dada sebelah depan. Sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, di atas diafragma, pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan VII dua jari di bawah papilla mammae. Pada tempat
ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus kordis.(Syaifudin,
Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
b. Lapisan-lapisan jantung
Lapisan-lapisan jantung terdiri atas :
1) Endokardium; merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah
dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang
melapisi permukaan rongga jantung.
2) Miokardium; merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari
otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot
yaitu bundalan otot atria yang membentuk serambi atau aurikula kordis,
bundalan ventrikuler yang membentuk bilik jantung. Bundalan otot
atrioventrikuler yang merupakan dinding pemisah antara serambi dan
bilik jantung.
3) Pericardium; lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkus terdiri dari 2 lapisan yaitu : lapisan parietal dan visceral
yang bertemu di pangkal jantung membentuk katup jantung. Di antara
dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelican untuk menjaga
agar pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan
terhadap jantung.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
7
c. Siklus jantung
Jantung adalah alat pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi
dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan
jantung berasal dari nodus sinus atrial. Kemudian kedua atrium
berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas his dan
kemudian ventrikel berkontraksi.
Gerakan jantung terdiri atas dua jenis yaitu kontraksi atau systole
dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari kedua atrium terjadi
serentak dan disebut systole atrial, pengendorannya adalah diastole atrial.
Serupa dengan itu kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga
systole dan diastole ventrikuler.
Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap
pengendorannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut
terus menerus, siang malam selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat
istirahat selama diastole ventrikuler.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel
lebih lama dan lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang
terkuat karena mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan
tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompa
volume darah yang sama, tetapi tugasnya mengirimkannya ke sekitar
paru-paru dimana tekanannya lebih kuat. (Pearce, Evelyn C, Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis, 2000)
d. Bunyi jantung
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang
disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama
disebabkan menutupnya katup atroventrikuler dan kontraksi dari
ventrikel, bunyi kedua karena menutupnya katup aortic dan pulmoner
sesudah kontraksi dari ventrikel.
Yang pertama adalah panjang terdengar “lub” dan yang kedua
pendek dan tajam terdengar “dub”. Dalam keadaan normal jantung tidak
8
mempunyai bunyi lain, tetapi bila arus darah cepat atau bila ada kelainan
pada katup atau salah satu ruangnya, maka dapat terjadi bunyi lain,
biasanya disebut “bising”. (Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa
Perawat, 1992)
9
4) Valvula semilunaris aorta. Terletak antara ventrikel sinistra dengan
aorta dimana darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
g. Sirkulasi darah
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel
kiri melalui arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena
disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran darah ventrikel
kanan melalui paru-paru ke atrium kiri adalah peredaran darah kecil atau
sirkulasi pulmonal.
1) Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a) Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar
dari ventrikel dekstra menuju ke paru-paru. Mempunyai 2 cabang
yaitu dekstra dan sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri yang
banyak mengandung CO2 di dalam darahnya.
b) Vena pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa
darah dari paru-paru masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di
dalamnya berisi darah yang banyak mengandung O2.
10
Cabang-cabangnya : arteri brakia sefalika atau arteri anomina, arteri
subklavia sinistra dan arteri karotis komunis sinistra.
c) Aorta desendens, bagian aorta yang menurun mulai dari vertebra torakalis
IV sampai vertebra lumbalis IV.
Letaknya :
Aorta torakalis. Dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menembus diafragma.
Percabangannya sampai pada dinding toraks dan alat-alat visceral yang ada di
dalam rongga toraks.
Aorta abdominalis. Pada vertebra torakalis XII terbagi 2 : arteri iliaka komunis
dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra. Percabangannya sampai pada dinding
perut dan alat dalam rongga perut, panggul dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel destra → valvula semilunaris
→ arteri pulmonalis → paru-paru kiri dan kanan → vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra → valvula
semilunaris aorta → aorta → arteri → arteriole → kapiler arteri → kapiler vena
→ venolus → vena kava → atrium dekstra. (Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk
Siswa Perawat, 1992)
C. Etiologi
a. Kegagalan miokard
Yaitu ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna.
Penyebab kegagalan miokard adalah iskemia miokard, infark miokard,
miokarditis, kardiomiopati.
b. Beban tekanan berlebihan (abnormal pressure overload)
Beban tekanan berlebihan yang dihadapi ventrikel pada waktu kontraksi
(sistolik), dalam batas tertentu yang dapat ditanggulangi oleh kemampuan
kontraktilitas miokard ventrikel. Beban sistolik yang berlebihan di luar
kemampuan ventrikel (sistolik overload) menyebabkan hambatan pada
11
pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi
sekuncup. Contoh keadaan ini yaitu : stenosis aorta, hipertensi, koarktasio
aorta.
12
D. Patofisiologi
Decompensasi Cordis kiri terjadi karena gangguan pemompaan darah oleh
ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan pada akhir
diastolik dalam ventrikel kiri meningkat. Hal ini menjadi beban atrium kiri dalam
kerjanya mengisi ventrikel kiri saat diastolik, akibatnya terjadi kenaikan rata-rata dalam
atrium kiri. Tekanan atrium kiri yang meninggi menyebabkan hambatan pada aliran
masuknya darah dari vena-vena pulmonal.
Decompensasi Cordis kanan terjadi karena hambatan pada daya pompa ventrikel
kanan sehingga isi sekuncupnya menurun tnpa didahului adanya gagal jantung kiri.
Akibat tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan akan meningkat dan menjadi
beban bagi atrium dalam mengisi ventrikel kanan saat diastolik yang berakibat naiknya
tekanan atrium kanan dan dapat menyebabkan hambatan pada aliran masuk darah dari
vena kava superior adan inferior ke jantung pada akhirnya menyebabkan bendungan
pada vena – vena tersebut ( vena jugularrs dan vena porta ) bial berlanjut terus maka
terjadi bendungan sitemik yang lebih berat dengan timbulnya udem tumit dan tungkai
bawah serta asites.
Decompensasi Cordis Congestif terjadi bila gangguan jantung kiri dan kanan
terjadi bersamaan dengan ditandai adanya bendungan paru dan bendungan sistemik pada
saat yang sama.
13
akibat ke belakang mengakibatkan toleran dan volume akhir diastole meningkat
sehingga terjadi bendungan vena pulmonalis, kemudian terjadi di paru-paru.
Akibat adanya sisa tekan di ventrikel kiri mengakibatkan rangsang hipertrofi sel
yang menyebabkan kardiomegali. Beban atrium kiri meningkat dan akhirnya terjadi
peningkatan beban vena pulmonalis, kemudian mendesak paru-cvx paru dan akhirnya
terjadi oedema. Hemoptisis dapat terjadi pada dekompensasi kordis karena dinding
kapiler jantung sangat tipis dan rentan sehingga dapat mengakibatkan perdarahan.
E. Patoflowdiagram
14
F. Tanda dan Gejala
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem
pulmonal antara lain :
Lelah
Angina
Cemas
Oliguri. Penurunan aktifitas GI
Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara lain :
Batuk
Reles paru
Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Dispneu
Orthopneu
Paroksimal nokturnal dispneu
Batuk
Mudah lelah
Gelisah dan cemas
Menurut Arif Mansjar DKK (2001 : 434) manifestasi klinis dari gagal jantung adalah:
a. Gagal jantung kanan:
Eodema
Ascites
15
Hepatomegali
Pertambahan berat badan
Penurunan keluaran Urine (nocturia)
Gallop ventrikel kanan G3
Nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas
Syanosis
Lemah
Ronkhi
Distensi vena
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan
kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas :
Kelas 1;Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
Kelas 2;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari
aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
Kelas 3;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa
keluhan.
Kelas 4;Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun
dan harus tirah baring.
16
G. Kelainan katup jantung
Konsep dasar
Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka akan
mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara sempurna (biasanya
karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila
katup tidak dapat menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai
proses yang disebut regurgitasi atau insufisiensi.
Kelainan katup mitral dibagi menjadi beberapa kategori berikut:
• Sindrom prolaps katup mitralis
• Stenosis katup mitralis
• Insufisiensi katup mitralis (regurgitasi)
Kelainan katup aorta dikategorikan sebagai berikut:
• Stenosis katup aorta
• Insufisiensi katup aorta (regurgitasi)
1. Kelainan katup kiri
SINDROM PROLAPS KATUP MITRALIS (MVP)
1. Definisi
Sindrom prolaps katup mitralis adalah disfungsi bilah-bilah katup mitralis yang
tidak dapat menutup dengan sempurna dan mengakibatkan regurgitasi, sehingga
darah merembes dari ventrikel kiri ke atrium kiri.
2. Manifestasi Klinik
Banyak orang yang mempunyai sindrom ini tapi tidak menunjukkan gejala.
Terkadang gejala pertama kali ditemukan pada saat pemeriksaan fisik jantung,
dengan ditemukannya bunyi jantung tambahan yang dikenal sebagai mitral click.
Adanya klik merupakan tanda awal bahwa jaringan katup menggelembung ke
atrium kiri dan telah terjadi gangguan aliran darah. Mitral klik dapat berubah
menjadi murmur seiring dengan semakin tidak berfungsinya bilah-bilah katup.
Dengan berkembangnya proses penyakit, bunyi murmur menjadi tanda terjadinya
regurgitasi mitral (aliran balik darah). Prolaps katup mitral terjadi lebih sering
pada wanita dibanding pria.
17
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis ditujukan untuk mengontrol gejala yang terjadi.
Beberapa pasien mengalami disritmia yang mengganggu dan memerlukan
antidisritmia, sedangkan yang lain mengalami gagal jantung ringan dan
memerlukan terapi. Pada tahap lanjut, penggantian katup mungkin diperlukan.
Pasien dengan sindrom ini perlu diberi penyuluhan mengenai pentingnya
terapi profilaksis antibiotik sebelum menjalani prosedur invasif (mis: perawatan
gigi prosedur genitouriner atau gastrointestinal, terapi IV yang dapat
menyebabkan masuknya bahan infeksius ke dalam sistem tubuh. Apabila klien
merasa ragu mengenai faktor risiko dan perlunya antibiotika, maka anjurkan
untuk berkonsultasi dengan dokter.
18
mungkin terjadi sembab alveolar. Pecahnya vena bronkialis akan menyebabkan
hemoptisis.
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningkat,
kemudian terjadi pelebaran ventrikel kanan dan insufisiensi pada katup trikuspid
atau pulmonal. Akhirnya vena-vena sistemik akan mengalami bendungan pula.
Bendungan hati yang berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi
hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah
takikardi. Tetapi kompensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung
karena pada tingkat tertentu akan mengurangi masa pengisian diastolik.
Regangan pada otot-otot atrium dapat menyebabkan gangguan elektris sehingga
terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan mengganggu pengisian ventrikel dari atrium
dan memudahkan pembentukan trombus di atrium kiri.
4. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis mungkin tidak ada atau sebaliknya parah, bergantung
pada tingkat stenosis.
Dapat terjadi kongesti paru, dengan tanda-tanda dispnu (sesak napas) dan
hipertensi paru.
Dapat terjadi rasa bergoyang dan kelelahan akibat penurunan pengeluaran
ventrikel kiri. Kecepatan denyut jantung mungkin meningkat akibat
rangsangan simpatis.
Dapat terjadi hipertrofi atrium kiri sehingga timbul disritmia atrium dan
gagal jantung kanan.
5. Pemeriksaan Penunjang
Dapat terdengar murmur jantung sistolik sewaktu darah masuk melalui
orifisium yang menyempit.
Dapat digunakan ekokardiografi untuk mendiagnosis struktur dan
gerakan katup yang abnormal.
19
6. Penatalaksanaan
Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnya infeksi.
Penatalaksanaan gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan
kardiotonikum dan diuretik. Intervensi bedah meliputi komisurotomi untuk
membuka atau ‘menyobek’ komisura katup mitral yang lengket atau mengganti
katup mitral dengan katup protesa. Pada beberapa kasus dimana pembedahan
merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu menghasilkan hasil
yang diharapkan, maka dapat dilakukan valvuloplasti transluminal perkutan
untuk mengurangi beberapa gejala.
1. Definisi
Insufisiensi katup mitralis (regurgitasi) adalah kembalinya darah ke
atrium kiri dari ventrikel kiri melalui katup mitralis, yang terutama terjadi
sewaktu ventrikel berkontraksi.
2. Etiologi
Insufisiensi mitralis terjadi akibat katup mitralis yang inkompeten. Katup
mitralis gagal menutup sempurna sewaktu sistol ventrikel dimulai. Regurgitasi
katup mitralis biasanya disebabkan oleh demam rematik, infeksi bakteri lainnya
pada jantung, atau ruptur katup pada penyakit arteri koroner.
3. Patofisiologi
Insufisiensi mitral akibat reumatik terjadi karena katup tidak bisa
menutup sempurna waktu sistolik. Perubahan pada katup meliputi klasifikasi,
penebalan, dan distorsi daun katup. Hal ini mengakibatkan koaptasi yang tidak
sempurna waktu sistolik. Selain pemendekan korda tendinea mengakibatkan
katup tertarik ke ventrikel, terutama bagian posterior, dapat juga terjadi dilatasi
anulus atau ruptur korda tendinea. Selama fase sistolik, terjadi aliran regurgitasi
ke atrium kiri, mengakibatkan gelombang V yang tinggi di atrium kiri,
sedangkan aliran ke aorta berkurang. Pada saat diastolik, darah mengalir dari
atrium kiri ke ventrikel. Darah tersebut selain yang berasal dari paru-paru
20
melalui vena pulmonalis, juga terdapat darah regurgitan dari ventrikel kiri waktu
sistolik sebelumnya. Ventrikel kiri cepat distensi, apeks bergerak ke bawah
secara mendadak, menarik katup, korda, dan otot papilaris. Hal ini menimbulkan
vibrasi membentuk bunyi jantung ketiga. Pada insufisiensi mitral kronik,
regurgitasi sistolik ke atrium kiri dan vena-vena pulmonalis dapat ditoleransi
tanpa meningkatnya tekanan baji dan aorta pulmonal.
4. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis mungkin tidak ada atau sebaliknya parah, bergantung
pada tingkat regurgitasi.
Dapat terjadi kongesti paru, dengan tanda-tanda dispnu dan hipertensi
pulmonaris, apabila darah kembali ke sistem vaskular paru.
Penurunan curah jantung akibat penurunan volume sekuncup dapat
menyebabkan rasa bergoyang dan kelelahan. Kecepatan denyut jantung
mungkin meningkat akibat perangsangan simpatis.
Hipertrofi ventrikel kiri dan atrium kiri dapat terjadi, sehingga timbul
gagal jantung kongestif.
5. Pemeriksaan Penunjang
Murmur jantung sistolik dapat didengar pada saat darah mendorong
dengan kuat melewati katup.
Ekokardiografi dapat digunakan untuk mendiagnosa adanya struktur dan
gerakan katup yang abnormal.
6. Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik untuk mencegah reaktivasi reumatik dan timbulnya
endokarditis infektif. Intervensi bedah meliputi penggantian katup mitral.
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen katup di antara ventrikel kiri dan
aorta.
21
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan
dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan
tekanan ventrikel kiri menghasilkan beban tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri,
yang diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel).
Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah
diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya
beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan
menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul akibat kurangnya aliran
darah koroner ke miokard yang hipertrofi.
4. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis dapat parah atau tidak muncul sama sekali, tergantung dari
derajat stenosis.
Kongesti paru, disertai tanda-tanda dispnea dan hipertensi pulmonal, dapat
terjadi jika aliran balik darah mencapai sistem vaskular paru.
Pusing dan kelemahan dapat terjadi akibat menurunnya curah jantung dan isi
sekuncup. Frekuensi jantung meningkat melalui rangsangan simpatis.
Hipertrofi ventrikel kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kongestif.
5. Pemeriksaan Penunjang
Murmur jantung sistolik terdengar seperti aliran darah yang dipaksa masuk
melalui lumen yang sempit.
Ekokardiografi dapat digunakan untuk mendiagnosa struktur dan gerakan katup
abnormal.
22
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian katup aorta
secara bedah. Terdapat risiko kematian mendadak pada pasien yang diobati saja tanpa
tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan gagal jantung
permanen yang tidak berespons terhadap terapi medis.
2. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan katup dan
pangkal aorta juga bisa menimbulkan insufisiensi aorta. Pada insufisiensi aorta kronik
terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katup, dengan atau tanpa klasifikasi, yang
umumnya merupakan sekuele dari demam reumatik.
3. Patofisiologi
Pada tahap kronik, faktor miokard primer atau lesi sekunder seperti penyakit
koroner dapat menurunkan kontraktilitas miokard ventrikel kiri dan menimbulkan
peningkatan volume diastolik akhir serta penurunan fraksi ejeksi. Selanjutnya dapat
meningkatkan tekanan atrium kiri dan hipertensi vena pulmonal.
23
Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik.
Kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya. Ventrikel kiri
tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta. Peningkatan
secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit
dilatasi ventrikel.
4. Manifestasi Klinik
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat
untuk penggantian katup masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada semua
pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala
lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan
penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.
H. Pemeriksaan penunjang
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
24
3. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
Hemoglobin dan eritrosit menurun sedikit karena hemodilusi. Kadar
hemoglobin di bawah 5% sewaktu-waktu dapat menimbulkan gagal
jantung, setidaknya keadaan anemi akan menyebabkan bertambahnya
beban jantung. Jumlah leukosit dapat meninggi; bila sangat meninggi
mungkin terdapat superinfeksi, endokarditis atau sepsis yang akan
memberatkan jantung. Laju endap darah (LED) biasanya menurun, bila
gagal jantung dapat diatasi tapi infeksi atau karditis masih aktif ada maka
LED akan meningkat. Kadar natrium dalam darah sedikit menurun
walaupun natrium total bertambah. Keadaan asam basa tergantung pada
keadaan metabolisme, masukan kalori, keadaan paru, besarnya shunt dan
fungsi ginjal.
b. Urine
Jumlah pengeluaran urine berkurang, berat jenis meninggi, terdapat
albuminuria sementara. (Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah :
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, 1996; Soeparman, Ilmu Penyakit
Dalam, 1987)
25
5. Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi
fleura yang menegaskan diagnisa CHF.
7. Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil
hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air. (Nursalam M, 2002)
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan gagal jantung bertujuan untuk menurunkan kerja jantung,
meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan retensi garam
dan air. Penatalaksanaan, meliputi :
1. Tirah baring
Untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit di sembuhkan.
2. Pemberian diuretic
Akan menurunkan preload dan kerja jantung.
3. Pemberian Morfin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran
balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
4. Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien
dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan
volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan
pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
5. Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
6. Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat
frekuensi ventrikel, peningkatan efisiensi jantung.
7. Inotropik positif
26
a. Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfa-adrenergik beta-
adrenergik. Reseptor dopamin ini mengakibatkan keluarnya katekolamin dari
sisi penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi
sekuncup. Dilatasi ginjal serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis
maksimal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokontriksi dan
mengakibatkan beban kerja jantung.
b. Dobutamin
Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip dopamin memperbaiki isi
sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokontriksi dan takikardia.
Tindakan mekanis :
1. Dukungan mekanis ventrikel kiri (mulai 1967) dengan konterpulasi balon
intraaorta atau pompa PBIA. Berfungsi untuk meningkatkan aliran koroner,
memperbaiki isi sekuncup dan mengurangi preload dan afterload ventrikel
kiri.
2. Tahun 1970, dengan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). Alat
ini menggantikan fungsi jantung paru. Mengakibatkan aliran darah dan
pertukaran gas. ECMO dapat digunakan untuk memberi waktu hingga S
tindakan pasti, seperti bedah bypass arteri koroner, perbaikan septum atau
transplantasi jantung dapat dilakukan.
J. Komplikasi
Komplikasi dari decompensasi cordis adalah:
1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan penyakit yang disebabkan kegagalan fungsi
jantung dalam memompa. Akibatnya, curah jantung berkurang, bahkan berhenti
sama sekali untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel yang
menyebabkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
27
jaringan. Untuk mendiagnosa syok kardiogenik dengan mengetahui adanya
tanda-tanda syok dan adanya penyakit jantung, seperti gangguan irama jantung,
infark miokard yang luas, temponade jantung, emboli paru, kelainan sekat
jantung atau katub jantung.
2. Episode tromboemboli
Kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan adannya gangguan
sirkulasi yang menyertai kelainan ini berperan dalam pembentukan thrombus
intrakardial dan intravaskuler. Begitu pasien meningkatkan aktivitasnya setelah
mobilitas lama, sebuah thrombus dapat terlepas (thrombus yang terlepas
dinamakan embolus) dan dapat terbawa ke otak, ginjal, usus dan paru.
Episode emboli yang sering adalah emboli paru. Gejala emboli paru
meliputi nyeri dada, sianosis, nafas pendek, dan cepat serta hemoptisis (dahak
berdarah). Emboli paru akan menyumbat sirkulasi ke bagian paru, menghasilkan
suatu daerah infark paru. Nyeri yang dirasakan bersifat pleuritik, artinya akan
semakin nyeri saat bernafas dan menghilang saat pasien menahan nafasnya.
Namun demikian nyeri jantung akan tetap berlanjut, dan biasanya tidak
dipengaruhi pernafasan.
Emboli sistemik dapat berasal dari ventrikel kiri. Sumbatan vaskuler
dapat menyebakan stroke atau infark ginjal, juga dapat mengganggu suplai darah
ke ekstermitas.
28
cairan terjadi dengan cepat (seperti yang mungkin terjadi setelah trauma atau
pecah miokard) sesedikit 100 ml dapat menyebabkan tamponade.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia,
nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pad aktivitas.
II. Sirkulasi
Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit
jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda :
TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
Irama Jantung ; Disritmia
Frekuensi jantung ; Takikardia.
29
Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara
inferior ke kiri.
Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
Murmur sistolik dan diastolic.
Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
kapiler lambat.
Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas.
III. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
IV. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
V. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu
terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
VI. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan
diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
30
VII. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
VIII. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas
dan sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi
diri.
IX. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda :
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
X. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot,
kulit lecet.
XI. Interaksi social
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
XII. Pembelajaran/pengajaran
31
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya
: penyekat saluran kalsium.
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
B. Diagnosa keperawatan
32
2. Diagnosa jantung kanan
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan sesak nafas
Nyeri berhubungan dengan hepatomegali, nyeri abdomen.
Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia & mual.
Sindrom perawatan diri berhubungan dengan sesak nafas
Cemas berhubungan dengan sesak nafas, asites.
C. Intervensi
Intervensi:
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
33
frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
34
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-
tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase
akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan
konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu
fungsi gaster/intestinal
Tujuan
Setelah diberikan askep diharapkan kepatenan jalan nafas pasien terjaga dengan
Kriteria hasil :
35
Intervensi
Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, missal mengi, krekels,
ronki.
Pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Diskusikan dengan pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Memberikan air hangat.
Rasional
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat/ tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal
penyebaran, krekels basah (bronchitis) ; bunyi nafas redup dengan
ekspirasi mengi (emfisema) atau tak nya bunyi nafas (asma berat).
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama distress.
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi .
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea.
Hidrasi air membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah
pengeluaran.
4. Penurunan perfusi jaringan behubungan dngan penurunan O2 ke otak
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan gangguan perfusi jaringan berkurang /
tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS dengan kriteria hasil:
Daerah perifer hangat
Tak sianosis
Gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
RR 16-24 x/ menit tak terdapat clubbing finger kapiler refill 3-5 detik,
nadi 60-100x / menit. TD 120/80 mmHg
36
Intervensi
Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan
tekanan nadi yang semakin berat.
Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk
Disritmia lainnya.
Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.
Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
normalnya
Rasional
Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernapasan. Namun,
dispnea tiba-tiba/berlanjut.
Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan
pada saat ada fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat
mengikuti kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi)
5. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan
menbran kapiler-alveolus.
dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas
batas kemampuan/situasi.
Intervensi :
37
Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Pola nafas efektif dengan kriteria
hasil RR Normal , tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu
Intervensi
Rasional
38
Bunyi nafas tambahan menunjukkan.
Pasien dengan gangguan nafas membutuhkan oksigen yang adekuat.GDA untuk
mengetahui konsentrasi O2 dalam darah.
Tanda vital menunjukan keadaan umum pasien. Pada pasien dengan gangguan
pernafasan TTV meningkat maka perlu dilakukan tindakan segera.
Tujuan/kriteria evaluasi:
Intervensi:
39
Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi
obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi..
Tujuan
Intervensi
Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk
nonverbal, dan respon hemodinamik (meringis, menangis, gelisah,
berkeringat, mencengkeram dada, napas cepat, TD/frekwensi jantung
berubah).
Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi,
intensitas (0-10), lamanya, kualitas (dangkal/menyebar), dan
penyebarannya.
Observasi ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina,
atau nyeri IM. Diskusikan riwayat keluarga.
Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan
nyaman (mis,,sprei yang kering/tak terlipat, gosokan punggung).
Pendekatan pasien dengan tenang dan dengan percaya.
Bantu melakukan teknik relaksasi, mis,, napas dalam/perlahan, perilaku
distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi.
Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik.
40
Rasional
41
dilakukan tindakan keperawatan selam di RS : RR Normal,tak ada bunyii nafas
tambahan,penggunaan otot bantu pernafasan.
Intervensi
Rasional
Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi
sputum, dan obat. Selain itu, banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan
makan buruk, meskipun kegagalan pernapasan membuat status
hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori. Sebagai akibat,
pasien sering masuk RS dengan beberapa derajat malnutrisi. Orang yang
mengalami emfisema serig kurus dengan perototan kurang.
Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan
aktifitas dan hipoksemia.
Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
nafsu makan dan dapat membuat mual, muntah dengan peningkatan
kesulitan nafas.
Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen
dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dipsnea.
42
Suhu ekstrem dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuk.
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat
badan dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
5. Sindrom perawatan diri berhubungan dengan sesak nafas
Tujuan; Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terdapat perilaku
peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri dengan kriteria hasil :
klien tampak bersih dan segar
Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan batas kemampuan
klien dapat memenuhi kebutuhan toileting sesuai toleransi
Intervensi:
Rasional
43
6. Cemas berhubungan dengan sesak nafas, asites.
Tujuan
positif.
Intervensi
44
Rasional
Koping terhadap nyeri dan trauma emosi IM sulit. Pasien dapat takut mati
dan atau cemas tentang lingkungan. Cemas berkelanjutan (sehubungan
dengan masalah tentang dampak serangan jantung pada pola hidup
selanjutnya, masih tak teratasi dan efek penyakit pada keluarga).
Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara derajat/ekspresi marah
atau gelisah dan peningkatan resiko IM.
Pasien dan orang terdekat dapat dipengaruhi oleh cemas/ketidaktenangan
anggota tim kesehatan. Penjelasan yang jujur dapat menghilangkan
kecemasan.
Pasien mungkin tidak menunjukkan masalah secara langsung, tetapi kata-
kata atau tindakan dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
Intervensi dapat membantu pasien meningkatkan kontrol terhadap
perilakunya sendiri.
Menyangkal dapat menguntungkan dalam menurunkan cemas tetapi
dapat menunda penerimaan terhadap kenyataan situasi saat ini.
Konfrontasi dapat meningkatkan reasa marah dan meningkatkan
penggunaan penyangkalan, menurunkan kerja sama, dan kemungkinan
memperlambat penyembuhan.
Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut, hubungan yang
asing antara perawat-pasien, dan membantu pasien/orang terdekat untuk
menerima situasi secara nyata. Perhatian yang diperlukan mungkin
sedikit, dan pengulangan informasi membantu penyimpanan informasi.
Berbagi informasi membentuk dukungan/kenyamanan dan dapat
menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
Membantu pasien/orang terdekat untuk mengidentifikasi tujuan nyata,
juga menurunkan resiko kegagalan menghadapi kenyataan adanya
keterbatasan kondisi/memacu penyembuhan
45
L. Evaluasi
1. Pasien dapat melakukan aktifitas tanpa disertai gejala gagal jantung seperti rasa nyeri
pada dada.
2. Pasien dapat berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh
menurunnya kelemahan dan kelelahan.
3. Tidak adanaya edema pada bagian tubuh pasien serta dapat menyatakan pemahaman
tentang pembatasan cairan individual.
4. Pernapasan pasien terlihat normal serta tidak adanya tanda-tanda sesak nafas.
5. Tidak adanya keruasakan integritas kulit pada tubuh pasien.
6. Pengetahuan klien tentang penyakitnya meningkat dan dapat melakukan perubahan
perilaku yang benar tentang pencegahan penyakitnya.
46
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui, bahwa penyakit dekompensasi kordis
masih merupakan masalah yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi terutama
pada bayi dan anak, jika tidak ditangani dengan baik.
Gagal jantung adalah kelainan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan akibat dari
meningkatnya beban awal atau beban akhir atau menurunnya kontraktilitas
miokard.
47
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, penerbit Buku Kedokteran
EGC,2002, Jakarta
Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume
2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
48