CRS Bukit
CRS Bukit
STROKE ISKEMIK
OLEH:
Rizki Audita
Sonya Vieska
Preseptor:
2017
BAB I
PENDAHULUAN
dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis
kelamin, atau usia . Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) atau
dikenal sebagai CVA (cerebro vasculler accident) atau dikenal juga sebagai CVD
( cerebro vasculler disease), adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
terjadinya gangguan aliran darah didalam otak yang dapat timbul secara
mendadak (beberapa menit) atau secara cepat (beberapa jam) dengan gejala atau
penyakit jantung, diperkirakan terjadinya kematian sekitar 5.7 juta orang didunia
akibat stroke. Prevalensi stroke di Eropa telah diperkirakan menjadi 9.6 juta
kasus. Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya angka
kematian dan terjadinya kecatatan yang berlansung lama dan bahkan efek yang
oleh stroke dapat berupa kerusakan yang bertahan lama sehingga menyebabkan
kesehatan dari pasien akan melemah, kelemahan dan gangguan fungsi kognitif
sebesar 7 per mil berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan yang terdiagnosis
tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan
sedangkan Sumatera Barat untuk prevalensi stroke ialah 7.4 % per mil5.
kepaniteraan klinik pada bagian kulit dan kelamin serta untuk memahami serta
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) atau dikenal sebagai
CVA (cerebro vasculler accident) atau dikenal juga sebagai CVD ( cerebro
vasculler disease), adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh terjadinya
gangguan aliran darah didalam otak yang dapat timbul secara mendadak
(beberapa menit) atau secara cepat (beberapa jam) dengan gejala atau tanda sesuai
serebral, baik fokal ataupun menyeluruh yang berlansung dengan cepat dan
bertahan lebih dari 24 jam (kecuali telah dilakukan tindakan tindakan bedah),
diagnosis yang lebih baik seperti CT-scan dan MRI, sehingga dapat terdiagnosis
kepastian yang lebih tinggi. Perbedaan antara embolus dan trombus masih belum
dapat dibedakan secara tegas, sehingga keduanya sebagai suatu penyebab stroke
disebabkan pecahnya pembuluh darah di otak yang terjadi sekitar 20%, tetapi
usia seseorang, stroke perdarahan menjadi lebih sering terjadi dibandingkan stoke
2.2 Epidemiologi
penyakit jantung, diperkirakan terjadinya kematian sekitar 5.7 juta orang didunia
akibat stroke. Prevalensi stroke di Eropa telah diperkirakan menjadi 9.6 juta
kasus. Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya angka
kematian dan terjadinya kecatatan yang berlansung lama dan bahkan efek yang
oleh stroke dapat berupa kerusakan yang bertahan lama sehingga menyebabkan
kesehatan dari pasien akan melemah, kelemahan dan gangguan fungsi kognitif
mengalami stroke akan sembuh dalam waktu kurang dari 24 jam, tetapi resiko
untuk terjadinya stroke permanen setelah TIA sangat tinggi sekali yaitu mencapai
20% dalam 4 minggu. Umur juga dapat mempengaruhi kejadian stroke karena
stroke tidak hanya terjadi pada orang tua saja tetapi dewasa muda dengan usia 15-
45 tahun memiliki prognosis yang lebih buruk dibuktikan dengan setelah 6 tahun
kejadian stroke hanya 40% yang masih hidup, tidak cacat ataupun yang tidak
dengan 200.000 merupakan stroke rekurensi. Angka sebesar 60% lebih tinggi
kaukasian. Sroke dapat terjadi pada segala usia tetapi insiden paling tinggi terjadi
pada usia >65 tahun. Negara AS terdapat dominansi perempuan membentuk lebih
dari separuh kasus stroke yang meninggal dan lebih dari dua kali dari jumlah
stroke inisial mencapai 30 sampai 35 % dan kecacatan mayor pada yang selamat
adalah 35-40%. Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan
mengalami stroke kembali dalam 5 tahun dan sekitar 5% sampai 14% akan
sebesar 7 per mil berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan yang terdiagnosis
tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan
(10,3 ‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil
sedangkan Sumatera Barat untuk prevalensi stroke ialah 7.4 % per mil5.
Otak didarahi oleh 2 arteri carotis interna dan 2 arteri vetebralis. Keempat
terdapat suatu pelebaran yang bersifat lokal yang disebut sinus karotikus. Arteri
ini akan naik melalui leher dan menembus basis kranii melalui kanalis karoticus
ossis temporalis lalu berjalan secara horizontal kedepan melalui sinus kavernosus
subarachnoideum dan berbelok ke posterior dan terbagi menjadi dua yaitu arteri
Arteri vetebralis merupakan cabang pertama dari arteri sublavia dan mencapai
otak dengan cara naik melalui 6 foramen prosesus transversus vetebre servicalis
bagian atas. Arteri ini masuk ke kranium melalui foramen magnum dan
oblongata. Pada pinggir bawah pons, arteri vetebralis akan bergabung dari arteri
berjalan ke atas dalam sulkus pada permukaan anterior pons, pada pinggir atas
Tidak dapat dimodifikasi: usia, jenis kelamin pria, kelainan bawaan dan
penyakit genetik
lebih distal. Penyebab tersering trombosis adalah aterosklerosis yang dapat terjadi
Terdapatnya oklusi atau sumbatan oleh red trombus atau white trombus sehingga
memiliki 3 lapis yaitu lapisan endotel, lapisan media dan lapisan adventisia.
Lapisan endotel memiliki reseptor untuk LDL-C, sekresi PGI2 dan NO serta dapat
berinteraksi dengan trombosit, monosit, makrofag dan limfosit T10. Lapisan intima
pembuluh darah yang mendarahi vaskuler itu sendiri. Oksidasi LDL-C diperkuat
oleh adanya kadar yang rendah dari HDL-C, hipertensi, DM, defisiensi
esterogen11. Terjadi adhesi monosit serta penimbunan lemak pada makrofag yang
apabia terpajan oleh LDL-C akan menyebabkan terbentuknya foam cell yang
beragregasi dilapisan intima sehingga dapat kita lihat sebagai bercak lemak.
Penimban lemak dan jaringan ikat mengubah plak fibrosa menjadi ateroma yang
vena sitemik melalui defek jantung dan system arteri proksimal), bahan emboli/
embolus (darah, lemak dan udara) serta bagian yang menerima/ recipient9.
Penerima paling sering embolus adalah arteri serebri media, arteri vertebre
intracranial, cabang arteri basilar postero inferior, arteri basilar rostral, cabang
arteri serebral postero dan inferior serta hanya 10% yang masuk ke sistem
hipovolemia dan hipoksia. Gejala yang terjadi berbeda dengan embolis dan
thrombus yang lebih bersifat local sedangkan hipoperfusi yang bersifat sistemik
neuron yang terjadi akibat gangguan perfusi. Gejala yang ditimbulkan dari stroke
iskemik tergantung pada pembuluh darah mana yang mengalami sumbatan yang
mendarahi suatu area diotak. Gejala stroke sesuai arteri yang terkena3 :
kolateral
serebri media
2. Arteri Serebri Media tersering
fungsi komunikasi
lobus frontalis
↑ reflek tendon
Disfagia
Disartria
Gangguan pengliatan
koma
Hemiparesis kontralateral
Babinski positif dan neurogenic bladder. Serangan ini biasanya terjadi saat pasien
dalam waktu 72 jam. Stroke iskemik emboli hampir sama dengan sroke
thrombosis tetapi saat terjadi serangan lansung bersifat maksimal. Jika embolinya
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang:
CT – scan
onset13.
MRI
Tatalaksana untuk stroke harus tepat dan cepat serta memastikan kestabilan pasein
A. Tatalaksana Umum
Pasien tidak sadar pasang ETT selama <2 minggu, jika >2
Kendalikan TIK
Di ruang rawatan
1. Terapi cairan
Periksa elektrolit dan gas darah untuk melihat asidosis atau alkalosis16
2. Nutrisi
Paling lambat diberikan dalam 48 jam, oral jika fungsi menelan baik ,
jika tidak baik pasang NGT. Pemasangan NGT lebih dari >6 minggu
fikirkan gastrostomi15,16
B. Tatalaksana Khusus
1. Anti Edema
dianjurkan15,17
3. Neuroprotektif
Selama 3 minggu15
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. y
Umur : 68 tahun
MR : 485927
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Minang
Alloanamnesis :
dengan:
Keluhan Utama :
Lemah anggota gerak kiri sejak 5 jam sebelum masuk Rumah Sakit
Awalnya pasien merasakan sesak napas saat sedang menonton TV. Setelah itu
pasien merasakan kaki dan tangan kiri sulit digerakkan. Pasien tidak dapat
Muntah (-)
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung sejak 5 tahun yang lalu. kontrol
Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktifitas harian ringan sampai
PEMERIKSAAN FISIK
BB : 60
TB :160 cm
mm/ø 3 mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, bola mata
Torak
Paru
Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan keadaan statis dan dinamis
Perkusi : sonor
ada
Jantung
Auskultasi : irama ireguler, bising jantung tidak ada, murmur tidak ada
Abdomen
Perkusi : timpani
Korpus vertebrae
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Pupil isokor, ø 3 mm/ø 3 mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, bola mata
N. I (Olfaktorius)
N. II (Optikus)
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Pupil
Bentuk Bulat, 3 mm Bulat, 3 mm
N. IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Diplopia - -
N. VI (Abdusen)
lateral
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakkan rahang + +
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensorik
Divisi oftalmika
Divisi maksila
Divisi mandibula
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
- Memanjang
- Memendek
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan (+)
Suara (+)
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Tremor (-)
Fasikulasi (-)
Atrofi (-)
Pemeriksaan koordinasi dan keseimbangan
Keseimbangan Koordinasi
dipertajam
Duduk -
berjalan Tremor -
Atetosis -
Mioklonik -
Khorea -
Stereognosis (+)
Sistem refleks
Atas Cremaster
Tengah Sfingter
Bawah
Lengan Tungkai
Hoffmann-Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)
Fungsi otonom
- Defekasi : normal
Fungsi luhur
Leukosit 10.840/mm3
Trombosit 223.000/mm3
Hematokrit 42,9 %
- EKG
Atrial fibrilasi, QRS rate 149 x/menit, Axis normal, P wave dan PR interval
sukar dinilai, QRS rate 0,08, ST change (-), T inverted di Avl, poor R di
- Rontgen toraks
Kesan : Kardiomegali
tipe sentral
Diagnosis Banding
Stroke hemoragik
Prognosis :
Terapi :
O2 3L/menit
Furosemid 1x 20 mg po
candesartan 1x8 mg po
Simvastatin 1x 20 mg po
KSR 2 x 600 mg (po)
BAB III
DISKUSI
Seorang pasien perempuan berusia 68 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota
gerak kiri sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien tampak mulutnya mencong ke kiri
dan bicara pelo tidak ada. Penurunan kesadaran tidak ada, nyeri kepala tidak ada, mual dan
muntah tidak ada. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak ±10 tahun terakhir dan jarang
kontrol (kotrol jika sudah terasa kuduk terasa berat). Pasien tidak mempunyai riwayat DM
dan penyakit jantung. Riwayat keluarga menunjukkan bahwa ibu pasien, kakak dan adik
pasien juga menderita hipertensi. Pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit DM,
meningeal dan tanda peningkatan tekanan intra kranial tidak ditemukan. Pada pasien
ditemukan gangguan N VII yaitu plika labialis kiri lebih datar dari yang kanan. Kekuatan
motorik pada pasien ini untuk ekstremitas superior dan inferior kanan adalah 5/5/5 sedangkan
untuk ekstremitas superior dan inferior kiri adalah 3/3/3. Reflek fisiologis pada ektremitas
superior dan inferior lebih tinggi dibandingkan reflek fisiologis pada ekstremitas kanan,
Reflek patologis di temukan pada kaki sebelah kiri berupa reflek babinsky.
Pada pemeriksaaan darah rutin ditemukan adanya hipokalium dan pemeriksaan EKG
dalam batas normal. Menggunakan Algoritma Stroke Gadjah Mada maka pasien sugestif
stroke infark. Pada penggunaan Skor Stroke Siriraj dengan perhitungan: (2,5 x 0) + (2 x 1) +
penunjang berupa CT-scan kepala tanpa kontras. Pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
infark di kapsula interna kanan. Gambaran CT-scan pada pasien ini tidak begitu jelas karena
pemeriksaaan CT-scan yang lansung dilakukan ketika pasien datang ke rumah sakit .
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini,
didapatkan diagnosis klink: hemiparese sinistra dan parese NVII sinistra tipe sentral,
Pada pasien diterapi (terapi umum) dengan elevasi kepala 300 untuk mengurangi tekanan
Intrakranial, diberikan O2 3L/menit untuk menjaga kebutuhan oksigen ke organ vital tetap
tercukupi dan IVFD asering 12 jam/kolf dan dianjurkan untuk fisioterapi. Penatalaksanaan
khusus pada pasien ini adalah aspilet 325 mgdalam 24-48 jam setelah onset dan selanjutnya
diberikan 2x80 mg/hari. Pemberian aspilet untuk menjaga supaya tidak mempermudah
terbentuknya thrombus akibat agregasi dari platelet dn untuk mencegah supaya tidak
sehingga membantu dalam terapi fisik dan rehabilitasi. KSR 2x600 mg / hari untuk koreksi
dari hypokalemia dan mencegah supaya tekanan darah tidak naik. Obat lain yang diberikan
1. Harsono. Tanda-tanda dini GPDO dalam buku ajar neurologi klinis cetakan ketiga. Gadjah
Mada Universitas Press, Yogyakarta: 2015. Hal 67-68
6. A Basjiruddin dan Amir D. Gangguan peredaran darah otak dalam buku ajar ilmu penyakit
saraf (neurologi). 2008
7. Snell R. Neuroanatomi Klinik. Ed 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. hal
486-514.
8. Harsono. faktor resiko GPDO dalam buku ajar neurologi klinis cetakan ketiga. Gadjah
Mada Universitas Press, Yogyakarta: 2015. Hal 59-66
10. Caplan L dan Liebeskind D. Pathology, anatomy, and pathophysiology of stroke dalam
stroke: clinical approach. Ed 5. Cambridge university press: 2016 hal 19-21
11. Esmon C . Basic Mechanisms and Pathogenesis of Venous Thrombosis. Blood Rev.
September ;2009: 23(5): 225–229
12. Brown C. penyakit anterosklerotik coroner dalam patofisiologi: konsep klinik, proses-
proses penyakit. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2005. Hal 576-613
13. Hennerici M, Kern R, Szabo K, Binder J. imaging in acute stroke dalam Oxford
Neurology Library: stroke. Oxford university press. Capther 8. hal 85-9
14. aaddsfsf
15. Perdossi. Guideline stroke tahun 2011. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI ) Jakarta; 2011
16. Arifputera A, Tanto C, Aninditha T. Stroke dalam kapita selekta neurologi . Gadjah mada
university press, Yogyakarta: 2005. hal 975 - 981