Anda di halaman 1dari 5

EBM

(Evidence Based Medicine)


Skenario

Ny. X berusia 55 tahun datang ke RS karena tiba-tiba mengalami kejang selama 5 menit
dan kemudian tidak sadarkan diri. Dari Alloanamnesis dengan keluarganya didapatkan
informasi bahwa pasien baru kembali dari ibadah umroh satu minggu yang lalu dan semenjak
itu demam dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS E3M5V2 dan tanda
rangsang meningeal kaku kuduk (+). Untuk membantu menegakan diagnosis, dokter
melakukan lumbal pungsi. Dokter menduga pasien terkena meningitis suspek bakterial. Dokter
akan melakukan pemeriksaan kultur mikro untuk memastikan diagnosis, namun teman sejawat
menyarankan agar pasien didiagnosis dengan tes multiplex PCR. Dokter ingin mencari tahu
manakah pemeriksaan yang lebih baik dipilih.

Pertanyaan
Apakah tes multiplex PCR dapat menunjang diagnosis Meningitis bacterial akut lebih baik
dibandingkan kultur mikroorganisme?

PICO
Patient :Orang yang dicurigai terkena meningitis bacterial akut
Intervention :tes multiplex PCR
Comparison :kultur mikroorganisme
Outcome :penegakkan diagnosis Meningitis Bakterial Akut
Type of Question :Diagnosis
Situs : www.ijpssjournal.com
Keywords :Diagnosis of Acute Bacterial Meningitis, PCR, pewarnaan gram
Limitasi :2012-2017
Artikel yang dipilih : COMPARISON OF MULTIPLEX PCR, GRAM STAIN, AND
CULTURE FOR DIAGNOSIS OF ACUTE BACTERIAL MENINGITIS

1
Validitas
1. Menentukan ada atau tidaknya perbandingan yang dilakukan secara
independen dan blind terhadap suatu rujukan standar(gold standard):

Penelitian ini membandingkan antara pemeriksaan gold standard kultur


mikroorganisme dengan pemeriksaan multiplex PCR. Perbandingan antara uji
diagnostik dan rujukan standar dilakukan, namun peneliti tidak menjelaskan secara
spesifik apakah perbandingan terebut silakukan secara independen dan blind.

-----------------------------------------------------------------------------------------

2. Menentukan kesesuaian antara sample pasien penelitian dengan spectrum


penderita pada setting praktik klinik saat uji diagnostic tersebut akan
diaplikasikan:
Jurnal menjelaskan spectrum atau kriteria penderita yang sesuai dengan setting uji
diagnostic ini. Subjek dalam penelitian ini adalah 110 pasien dengan usia beragam
dengan suspek meningitis bacterial akut yang memiliki gejala-gejala yang sesuai
dengan definisi WHO dan telah dilakukan lumbal pungsi.

2
3. Menentukan ada tidaknya rujukan standar dilakukan tanpa melihat hasil uji
diagnostic:

Rujukan standar yang dipakai pada penelitian ini adalah kultur mikrobiologi sebagai
gold standard pada penyakit meningitis akut bacterial.

Importance
1. Menentukan sensitivity, specificity, likelihood ratio:

Jurnal ini menyebutkan bahwa sensitvitas dari Multiplex PCR Test 100% dan
spesitifitasnya 49%. Ketika dilakukan pengecekkan dengan rumus spesifitas,
sensitifitas dan table 2x2, hasilnya sama dengan yang ditulis oleh jurnal uji diagnostik
ini.

Kultur Bakteri
Positive Negative Jumlah
Multiplex PCR (n=8) (n=102)
positif 8 52 60
Negative 0 50 50
Jumlah 8 102 94

Sensitivitas = 8/8= 1 = 100%


Spesifisitas = 50/102=0,49= 49%
Likelihood Ratio:
 LR positif = sensitivitas : (1-spesifisitas) = 1 : (1-0,49) = 1,96
 LR negative = (1-sensitivitas) : spesifisitas = (1-1) : 0,49 = 0
Positive Predictive Value = 8/60 =13,3%
Negative Predictive Value = 50/50 =100%

Namun disebutkan di jurnal bahwa spesifisitas dari multiplex PCR tidak merefleksikan
presentase yang sebenarnya, karena dibanyak kasus dengan hasil kultur bakteri negative yang
sudah meminum antibiotic sebelum dilakukannya lumbal pungsi.

3
Sehingga dilakukan penghitungan pada pasien yang belum meminum antibiotic sebelum
melakukan lumbal pungsi.

Hasilnya ketika dilakukan pengecekkan dengan rumus spesifitas, sensitifitas dan table 2x2,
hasilnya sama dengan yang ditulis oleh jurnal uji diagnostik ini.
Kultur Bakteri Kultur Bakteri JUMLAH
(+) (-)
Multiplex PCR (+) 6 2 8
Multiplex PCR (-) 0 30 30

JUMLAH 6 32 38

Sensitivity: 6/6 = 1 = 100%


Specificity: 30/32 = 0,938 = 93,8%
Likelihood ratio (+) : 1/(1-0,938) = 16,12
Likelihood ratio (-) : (1-1)/0,938) = 0
Positive Predictive Value : 6/8 = 75%
Negative Predictive Value : 30/30 = 100%

Applicability
1. Menentukan kemungkinan penerapan pada pasien (available, affordable,
accurate, precise):

Alat ini dapat menjadi pilihan dalam diagnosis dini, dapat mengurangi pemberian
antibiotik yang tidak penting diberikan kepada pasien. namun peneliti tidak
menjelaskan secara spesifik apakah uji diagnostic ini terjangkau atau tidak

4
Alat ini paling reliabel dan akurat dibandingkan dengan tes diagnosa non kultural,
terutama pada pasien yang sudah meminum obat antibiotic sebelum lumbal pungsi..

Accuracy : (a+c)/(a+b+c+d)= (58)/(110)x100%= 52,7%

2. Menentukan ada atau tidaknya perubahan tata laksana dari hasil penelitian:
Hasil penelitian ini tidak merubah tatalaksana karena peneliti tidak menyinggungnya
atau menyebutkannya di dalam jurnal.

3. Menentukan manfaat dan kerugian uji diagnostik terhadap pasien


a. Manfaat
Mudah digunakan, cepat, dan dapat digunakan untuk mendiagnosis pasien yang
sudah minum obat antibiotic sebelum dilakukannya lumbal pungsi. PCR juga
memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk bakteri pathogen seperti S.
Pneumoniae di cerebrospinal fluid. Kerugian tes multiplex ini adalah hasil
spesifisitasnya masih tinggi jika pada pasien yang sudah meminum obat sebelum
dilakukannya lumbal pungsi.

Anda mungkin juga menyukai