Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENYULUHAN

“GANGGUAN TIDUR”

OLEH

Siti Alya Zafira 1102014251

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

PERIODE 10 SEPTEMBER 2018 – 13 OKTOBER 2018


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan
Rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul
“Gangguan Tidur” yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Kepaniteraan
Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan proposal penyuluhan ini. penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan dokter muda sejawat dan semua pihak yang ikut berkontribusi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.
Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 14 September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................... 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN ..................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 5

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 5

1.2. Tujuan Penulisan .................................................................... 6

1.3. Manfaat Penulisan .................................................................. 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7

2.1. Definisi Gangguan Tidur ........................................................ 7

2.2. Etiologi Gangguan Tidur ........................................................ 8

2.3. Tipe-Tipe Gangguan Tidur ..................................................... 9

2.5. Penatalaksanaan Gangguan Tidur .......................................... 11

2.6. Prognosis Gangguan Tidur ..................................................... 12

BAB III : PENUTUP ............................................................................ 13

3.1. Kesimpulan ............................................................................. 13

REFERENSI ........................................................................................... 14

2
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. IDENTITAS

Topik : Gangguan Tidur


Sub Topik : Mengenal lebih dalam tentang Gangguan Tidur
Hari/Tanggal : September 2018
Waktu : . s/d selesai
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien rawat jalan
Tempat : RS Jiwa Islam Klender

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya


mengetahui secara dini tentang gangguan tidur, diharapkan pasien dan
keluarga pasien yang merupakan sasaran dari penyuluhan ini dapat
melakukan screening secara dini terhadap tanda-tanda yang mengarah
ke gejala gangguan tidur dan mencegah terjadinya gangguan tidur pada
pasien dikemudian hari.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan para peserta


dapat:
1. Memahami definisi gangguan tidur

2. Memahami tentang etiologi dan klasifikasi dari gangguan tidur

3. Memahami tentang diagnosis gangguan tidur

4. Memahami tentang penatalaksanaan gangguan tidur

5. Memahami tentang prognosis gangguan tidur

3
IV. MATERI (TERLAMPIR)

V. MEDIA

1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet

VI. METODE
Melakukan komunikasi dua arah, penulis mempresentasikan
topik yang dibawakannya dan kemudian dilakukan sesi tanya jawab
ataupun berbagi cerita dari para pendengar presentasi (pasien ataupun
keluarga pasien).

VII. KEGIATAN PENYULUHAN

NO KEGIATAN PENYULUHAN AUDIENCE WAKTU


1 Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab 5 menit
salam
2 Isi  Memperkenalkan  Memperhatikan 15 menit
diri
 Penyampaian isi
materi
 Menyimpulkan isi
materi
 Tanya jawab dengan  Aktif bertanya 10 menit
peserta
3 Penutup Menutup dan mengucap  Menjawab 5 menit
salam salam

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan
pada praktek psikiatri. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapirsan masyarakat
baik kaya miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang
paling sering ditemukan adalah pada usia lanjut.

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan


perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan,
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.

Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
dapat berfungsi dengan baik. Tidur merupakan suatu bentuk kegiatan dasar yang
penting bagi kehidupan manusia. Otak membutuhkan proses tidur untuk
menyeimbangkan kinerja otak sehingga dapat berfungsi dengan baik masyarakat awam
belum tentu begitu mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan.

Gangguan tidur yang dialami pada sebagian besar orang adalah insomnia dan
15% adalah hypersomnia. Gejala ini juga sering mengawali rekurensi depresi.
Gangguan tidur yang disebabkan oleh penyakit organik dan masalah personal dapat
menimbulkan depresi. Ketidakmampuan untuk tidur dalam waktu yang lama juga dapat
menjadi tanda penting bahwa seseorang mungkin cemas, gelisah ataupun depresi.

5
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dan informasi
mengenai retardasi mental agar teman sejawat dan masyarakat umum khususnya
dapat mengetahui dan memahami gangguan tidur dalam hal definisi, etiologi,
klasifikasi, diagnosis serta terapi.

1.3 Manfaat penulisan


Dengan adanya tulisan karya ilmiah ini dapat membantu masyarakat umum
untuk melakukan screening secara dini kepada anaknya, sehingga dapat segera
dilakukan terapi jika ada anaknya yang menunjukkan tanda-tanda yang mengarah
gejala gangguan tidur serta dapat menjadi informasi yang diharapkan dapat
mencegah timbulnya gejala gangguan tidur.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gangguan Tidur


Gangguan tidur merupakan suatu keadaan seseorang dengan kuantitas
dan kualitas tidur yang kurang. Hampir semua orang pernah mengalami
gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-
40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya
mengalami maslah serius. Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah
salah satu gejala dari ganggaun lainnya, baik mental atau fisik. Walaupun
gangguan tidur yang spesifik terlihat secara klinis berdiri sendiri, sejumlah
factor psikiatrik dan atau fisik yang terkait memberikan kontribusi pada
kejadiannya. Secara umum adalah lebih baik membuat diagnosis gangguan
tidur yang spesifik bersamaan dengan diagnosis lain yang relevan untuk
menjelaskan secara adekuat psikopatologi dan atau patofisiologi nya.

2.2 Etiologi
Perubahan keadaan bangun dan tidur merupakan suatu proses neuron
yang kompleks, banyak faktor internal dan eksternal yang dapat mengganggu.
Pada kenyataannya, setiap faktor yang mengganggu Ascending Reticular
Activating System (ARAS) dapat meningkatkan keadaan terjaga dan
mengurangi kemungkinan untuk tertidur. Kualitas tidur juga dapat dipengaruhi
berbagai hal di lingkungan sekitar. Rangsangan sensorik dari lingkungan
seperti bunyi, cahaya, pergerakan, dan bau dapat mempengaruhi inisiasi dan
kualitas tidur. Lokasi tidur juga mempengaruhi kualitas tidur seperti dikamar
atau pada transportasi umum. Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah
keadaan sosial ekonomi dan lingkungan sekitar seperti kelembaban, suhu

7
dingin, kumuh, kepadatan, dan bising. Berbagai kebiasaan dan perilaku juga
dihubungkan dengan gangguan tidur seperti sering menonton televisi atau
menonton di saat akan tidur. Berbagai keadaan medis juga dapat menyebabkan
timbulnya gangguan tidur. Sebanyak 35- 50% individu dengan kelainan
neuropsikiatri mengalami gangguan tidur. Kelainan tersebut adalah Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), Pervasive Developmental Disorders (PDD), Mental Retardation
(MR), Down syndrome, Prader-Willi syndrome, Tourette disorder, nocturnal
asthma, depressive disorders, anxiety disorders, mania, neuromuscular
disorders, nocturnal seizures, Kleine-Levin syndrome, chronic fatigue
syndrome, sakit kepala, dan kebutaan yang berhubungan dengan gangguan
tidur. Keadaan lain yang memicu gangguan tidur adalah dermatitis atopi, sakit
kronis, menstrual-associated periodic hypersomnia

2.3 Tipe-Tipe Gangguan Tidur


Menurut PPDGJ III, gangguan tidur secara garis besar dibagi menjadi
dua, yaitu dissomnia dan parasomnia. Dissomnia merupakan suatu kondisi
psikogenik primer dengan ciri gangguan utama pada jumlah, kualitas, atau
waktu tidur yang terkait faktor emosional. Termasuk dalam golongan ini
antara lain adalah insomnia, hipersomnia, dan gangguan jadwal tidur.
Parasomnia merupakan peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama
masa tidur. Termasuk dalam golongan ini adalah somnabulisme, teror tidur,
dan mimpi buruk. Penggolongan gangguan tidur lain berdasarkan PPDGJ III
adalah gangguan tidur organik, gangguan nonpsikogenik termasuk
narkolepsi dan katapleksi, apneu waktu tidur, gangguan pergerakan episodik
termasuk mioklonus nokturnal, dan enuresis.
Menurut DSM IV-TR, gangguan tidur dibagi menjadi insomnia primer,
hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan
pernapasan, gangguan tidur irama sirkadian, gangguan mimpi buruk,

8
gangguan teror tidur, gangguan tidur berjalan, gangguan tidur terkait kondisi
medis, dan gangguan tidur yang diinduksi zat.Sedangkan, Nelson et al
membuat klasifikasi gangguan tidur spesifik pada anak dan remaja, karena
pola gangguan tidur pada anak berbeda dengan pola gangguan tidur pada
dewasa. Pola tidur mengalami perubahan yang progresif seiring bertambahnya
usia; dari masa bayi, anak, hingga remaja; kearah pola tidur dewasa, yaitu
durasi tidur yang berkurang, siklus tidur yang lebih panjang, dan
berkurangnya waktu tidur siang.
Gangguan tidur menurut DSM IV :
I. Gangguan Tidur Primer
I.1 Dissomnia
I.1.a Insomnia Primer
I.1.b Hipersomnia Primer
I.1.c Narkolepsi
I.1.d Gangguan Tidur berhubungan dengan pernafasan
I.1.e Gangguan tidur irama sirkadian
I.1.f Dissomnia yang tidak ditentukan
I.2 Parasomnia
I.2.a Gangguan mimpi buruk
I.2.b Gangguan terror tidur
I.2.c Gangguan tidur berjalan
I.2.d Parasomnia yang tidak ditentukan
II. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain
II.1 Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
II.2 Hipersomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II

9
2.4 Penatalaksanaan Gangguan Tidur
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:
 Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat
 Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik
 Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh
penggunaan obat hipnotik,alkohol, gangguan mental
 Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
2. Konseing dan Psikoterapi
Psikoterapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri
seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan
psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan
tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:
 Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
 Hindari tidur pada siang hari/sambilan
 Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
 Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
 Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
 Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
 Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
 Hindari rasa cemas atau frustasi
 Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
4. Pendekatan farmakologi
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan
secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada
dasarnya semua obat yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan
penekanan aktifitas dari reticular activating system (ARAS) diotak. Hal

10
tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat,
mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres. Obat hipnotik
selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari proses
fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari
berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu
pula bila pemakaian obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan
ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih
dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase
latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas
sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal
kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat
hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi
dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil dicari penyebab yang
mendasari. Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk
mengkoreksi dari problema gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai
kondisi primernya dan harus berhati-hati pada pemakaian obat hipnotik untuk
jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang
mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai
kondisi primernya danharus berhati-hati pada pemakain obat hipnotik untuk
jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang
mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah
sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan
jenis obat yang bereaksi cepat (short action) dengan membatasi
penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur
yang normal.

11
Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia,
dan
tidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long term
insomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar belakang
penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan jangka panjang
sebaiknya obat tersebut dihentikan secara perlahan-lahan untuk
menghindarkan terapi withdrawal.

2.5 Prognosis Gangguan Tidur


Prognosis pada seseorang dengan gangguan tidur umumnya baik
dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan lain seperti depresi
dan lain-lain. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan tidur merupakan suatu keadaan seseorang dengan kuantitas dan


kualitas tidur yang kurang. Hampir semua orang pernah mengalami gangguan
tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang
dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami maslah
serius. Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari
ganggaun lainnya, baik mental atau fisik. Perubahan keadaan bangun dan tidur
merupakan suatu proses neuron yang kompleks, banyak faktor internal dan
eksternal yang dapat mengganggu. Pada kenyataannya, setiap faktor yang
mengganggu Ascending Reticular Activating System (ARAS) dapat
meningkatkan keadaan terjaga dan mengurangi kemungkinan untuk tertidur.
Kualitas tidur juga dapat dipengaruhi berbagai hal di lingkungan sekitar.
Rangsangan sensorik dari lingkungan seperti bunyi, cahaya, pergerakan, dan bau
dapat mempengaruhi inisiasi dan kualitas tidur. Lokasi tidur juga mempengaruhi
kualitas tidur seperti dikamar atau pada transportasi umum. Hal lain yang juga
perlu dipertimbangkan adalah keadaan sosial ekonomi dan lingkungan sekitar
seperti kelembaban, suhu dingin, kumuh, kepadatan, dan bising. Psikoterapi
sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti (depressi,
obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat
membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh
penderita tanpa penggunaan obat hipnotik

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Gitayanti H. Buku Ajar Psikiatri FKUI Edisi Kedua. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2014

2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari


PPDGJ J-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
UNIKA Atmajaya. 2013

3. Sadock BJ. Virginia A Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock
edisi Kedua. Jakarta: EGC. 2014

14

Anda mungkin juga menyukai