“GANGGUAN TIDUR”
OLEH
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan
Rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul
“Gangguan Tidur” yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Kepaniteraan
Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan proposal penyuluhan ini. penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan dokter muda sejawat dan semua pihak yang ikut berkontribusi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.
Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
1
DAFTAR ISI
REFERENSI ........................................................................................... 14
2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. IDENTITAS
3
IV. MATERI (TERLAMPIR)
V. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet
VI. METODE
Melakukan komunikasi dua arah, penulis mempresentasikan
topik yang dibawakannya dan kemudian dilakukan sesi tanya jawab
ataupun berbagi cerita dari para pendengar presentasi (pasien ataupun
keluarga pasien).
4
BAB I
PENDAHULUAN
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
dapat berfungsi dengan baik. Tidur merupakan suatu bentuk kegiatan dasar yang
penting bagi kehidupan manusia. Otak membutuhkan proses tidur untuk
menyeimbangkan kinerja otak sehingga dapat berfungsi dengan baik masyarakat awam
belum tentu begitu mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan.
Gangguan tidur yang dialami pada sebagian besar orang adalah insomnia dan
15% adalah hypersomnia. Gejala ini juga sering mengawali rekurensi depresi.
Gangguan tidur yang disebabkan oleh penyakit organik dan masalah personal dapat
menimbulkan depresi. Ketidakmampuan untuk tidur dalam waktu yang lama juga dapat
menjadi tanda penting bahwa seseorang mungkin cemas, gelisah ataupun depresi.
5
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dan informasi
mengenai retardasi mental agar teman sejawat dan masyarakat umum khususnya
dapat mengetahui dan memahami gangguan tidur dalam hal definisi, etiologi,
klasifikasi, diagnosis serta terapi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Perubahan keadaan bangun dan tidur merupakan suatu proses neuron
yang kompleks, banyak faktor internal dan eksternal yang dapat mengganggu.
Pada kenyataannya, setiap faktor yang mengganggu Ascending Reticular
Activating System (ARAS) dapat meningkatkan keadaan terjaga dan
mengurangi kemungkinan untuk tertidur. Kualitas tidur juga dapat dipengaruhi
berbagai hal di lingkungan sekitar. Rangsangan sensorik dari lingkungan
seperti bunyi, cahaya, pergerakan, dan bau dapat mempengaruhi inisiasi dan
kualitas tidur. Lokasi tidur juga mempengaruhi kualitas tidur seperti dikamar
atau pada transportasi umum. Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah
keadaan sosial ekonomi dan lingkungan sekitar seperti kelembaban, suhu
7
dingin, kumuh, kepadatan, dan bising. Berbagai kebiasaan dan perilaku juga
dihubungkan dengan gangguan tidur seperti sering menonton televisi atau
menonton di saat akan tidur. Berbagai keadaan medis juga dapat menyebabkan
timbulnya gangguan tidur. Sebanyak 35- 50% individu dengan kelainan
neuropsikiatri mengalami gangguan tidur. Kelainan tersebut adalah Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), Pervasive Developmental Disorders (PDD), Mental Retardation
(MR), Down syndrome, Prader-Willi syndrome, Tourette disorder, nocturnal
asthma, depressive disorders, anxiety disorders, mania, neuromuscular
disorders, nocturnal seizures, Kleine-Levin syndrome, chronic fatigue
syndrome, sakit kepala, dan kebutaan yang berhubungan dengan gangguan
tidur. Keadaan lain yang memicu gangguan tidur adalah dermatitis atopi, sakit
kronis, menstrual-associated periodic hypersomnia
8
gangguan teror tidur, gangguan tidur berjalan, gangguan tidur terkait kondisi
medis, dan gangguan tidur yang diinduksi zat.Sedangkan, Nelson et al
membuat klasifikasi gangguan tidur spesifik pada anak dan remaja, karena
pola gangguan tidur pada anak berbeda dengan pola gangguan tidur pada
dewasa. Pola tidur mengalami perubahan yang progresif seiring bertambahnya
usia; dari masa bayi, anak, hingga remaja; kearah pola tidur dewasa, yaitu
durasi tidur yang berkurang, siklus tidur yang lebih panjang, dan
berkurangnya waktu tidur siang.
Gangguan tidur menurut DSM IV :
I. Gangguan Tidur Primer
I.1 Dissomnia
I.1.a Insomnia Primer
I.1.b Hipersomnia Primer
I.1.c Narkolepsi
I.1.d Gangguan Tidur berhubungan dengan pernafasan
I.1.e Gangguan tidur irama sirkadian
I.1.f Dissomnia yang tidak ditentukan
I.2 Parasomnia
I.2.a Gangguan mimpi buruk
I.2.b Gangguan terror tidur
I.2.c Gangguan tidur berjalan
I.2.d Parasomnia yang tidak ditentukan
II. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain
II.1 Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
II.2 Hipersomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
9
2.4 Penatalaksanaan Gangguan Tidur
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:
Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat
Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik
Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh
penggunaan obat hipnotik,alkohol, gangguan mental
Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
2. Konseing dan Psikoterapi
Psikoterapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri
seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan
psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan
tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:
Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
Hindari tidur pada siang hari/sambilan
Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
Hindari rasa cemas atau frustasi
Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
4. Pendekatan farmakologi
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan
secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada
dasarnya semua obat yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan
penekanan aktifitas dari reticular activating system (ARAS) diotak. Hal
10
tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat,
mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres. Obat hipnotik
selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari proses
fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari
berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu
pula bila pemakaian obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan
ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih
dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase
latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas
sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal
kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat
hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi
dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil dicari penyebab yang
mendasari. Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk
mengkoreksi dari problema gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai
kondisi primernya dan harus berhati-hati pada pemakaian obat hipnotik untuk
jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang
mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai
kondisi primernya danharus berhati-hati pada pemakain obat hipnotik untuk
jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang
mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah
sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan
jenis obat yang bereaksi cepat (short action) dengan membatasi
penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur
yang normal.
11
Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia,
dan
tidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long term
insomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar belakang
penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan jangka panjang
sebaiknya obat tersebut dihentikan secara perlahan-lahan untuk
menghindarkan terapi withdrawal.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, Gitayanti H. Buku Ajar Psikiatri FKUI Edisi Kedua. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2014
3. Sadock BJ. Virginia A Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock
edisi Kedua. Jakarta: EGC. 2014
14