PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Asuhan gizi di rumah sakit dan di masyarakat mempunyai peranan penting dalam asuhan
pasien secara komprehensif, yang berkaitan dengan angka penyembuhan, lama perawatan dan
biaya perawatan. Salah satu factor penting yang mempengaruhi keberhasilan upaya perbaikan
gizi adalah keadaan ketenagaan gizi adalah terbatasannya jumlah tenaga gizi yng ada dengan
lingkup permasalahan ataupun program yang berkembang. Program studi S1 gizi sebagai
program akademik, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga ahli gizi berkualitas di
Indonesia yang dapat memberikan alternative strategi untuk menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah kesehatan masyarakat yang makin kompleks berkaitan dengan masalah gizi.
Untuk meningkatkan kemampuan dan spesifikasi keahlian tenaga gizi perlu diupayakan keahlian
dalam bentuk terprogram yaitu praktikum dietetic penyakit infeksi dan komunikasi, konsultasi
dan pelatihan gizi.
Praktikum gizi ini adalah suatu praktikum yang di laksanakan setelah mendapatkan
kuliah secara langsung atau mendapatkan teori dari dosen yang bersangkutan selama satu
semester di institute teknologi dan kesehatan Avicenna kendari. Sehubungan hal tersebut di atas,
maka dipandang perlu untuk merumuskan penentuan praktikum dietetic penyakit infeksi dan
komunikasi, konsultasi dan pelatihan gizi sebagia acuan penyelenggaraan praktikum ini.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu:
-membuat perencanaan intervensi dan pelayan gizi yang sesuai dengan kebutuhan
-melaksanakan intervensi dan pelayanan gizi yang sesuai dengan rencana intervensi
-melaksanakan kegiatan monitoring pelaksanaan intervensi dan pelayanan gizi`
-mengkaji, menilai, dan mengidentifikasi keadaan gizi individu, kelompok, atau
masyarakat.
-melakukan promosi gizi dan melakukan mobilisasi social untuk pencegahan dan
penanganan masalah gizi
-memahami pentingnya kerja sama lintas sector, lintas di siplin dan lintas profesi dalam
menangani masalah
-melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk kegiatan advokasi dalam
menangani masalah gizi.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Defenisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang
mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan
kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas secara optimal.
Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen secara rutin atau
prosedur pengobatan khusus
a. Gejala Anemia
Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh penderita. Gejala anemia akan
semakin terasa apabila kondisi yang diderita semakin memburuk. Konsultasi pada dokter
sebaiknya dilakukan jika seseorang kerap merasakan lelah tanpa sebab yang jelas.
b. Penyebab Anemia
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung
hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang dan
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia berdasarkan penyebabnya,
di antaranya:
Anemia jenis ini merupakan yang paling umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan
zat besi dapat menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada wanita hamil
yang tidak mengonsumsi suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat terjadi pada
perdarahan menstruasi yang banyak, tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan obat
pereda nyeri seperti aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita anemia
kekurangan zat besi adalah:
o Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat atau es
(kondisi ini dinamakan pica).
o Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya.
o Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).
Selain membutuhkan zat besi, tubuh juga membutuhkan vitamin B12 dan asam folat
untuk membuat sel darah merah. Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat
menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah sehat dalam jumlah cukup
sehingga terjadi anemia. Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia akibat lambung
tidak dapat menyerap vitamin B12 dari makanan yang dicerna. Kondisi tersebut
dinamakan anemia pernisiosa. Gejala-gejala yang umumnya dialami oleh
penderita anemia kekurangan vitamin B-12 dan asam folat adalah:
Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka terjadi namun berbahaya bagi
hidup penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah
dengan optimal. Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat,
penyakit autoimun, atau paparan zat kimia beracun.
Anemia hemolitik.
Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah dihancurkan oleh tubuh lebih
cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa penyakit dapat mengganggu proses dan
kecepatan penghancuran sel darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara
genetik atau bisa juga didapat setelah lahir.
Anemia ini bersifat genetis dan disebabkan oleh bentuk hemoglobin yang tidak
normal sehingga menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat
bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit memiliki waktu hidup
lebih pendek dibanding sel darah merah normal. Gejala yang dialami oleh penderita
anemia sel sabit adalah:
o Kelelahan.
o Mudah terkena infeksi.
o Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.
o Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau penyakit malaria.
Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko munculnya anemia pada diri
seseorang adalah:
Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri mengonsumsi makanan yang
rendah vitamin B12, asam folat, dan zat besi dapat meningkatkan risiko terkena anemia.
Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa penyakit seperti penyakit Crohn
dan penyakit celiac dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi di usus sehingga
meningkatkan risiko terkena anemia.
Menstruasi. Umumnya wanita yang masih mengalami menstruasi memiliki risiko
terkena anemia lebih besar dibandingkan dengan wanita yang sudah menopause atau pria.
Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan darah pada saat terjadinya menstruasi.
Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat dalam jumlah
cukup memiliki risiko terkena anemia yang lebih tinggi.
Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit kronis
lainnya, maka risiko terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan sel darah merah.
Luka pada organ dalam yang diiringi perdarahan juga dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat besi sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia akibat kekurangan
zat besi.
Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan
riwayat anemia bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena kondisi yang sama.
Umumnya anemia yang diwariskan adalah anemia sel sabit (sickle cell anemia).
Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko seseorang terkena anemia. Anemia
karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat lebih umum terjadi pada lansia di atas 75
tahun.
Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit autoimun, kecanduan alkohol,
terkena zat kimia beracun, dan efek samping dari obat dapat meningkatkan risiko anemia
pada seseorang.
c. Komplikasi Anemia
Jika tidak ditangani, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
Kelelahan berat. Tanpa penanganan yang baik, anemia dapat menimbulkan kelelahan
berat pada penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Rentan terkena infeksi. Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia dapat
berpengaruh pada kemampuan sistem imun dalam memerangi berbagai patogen, sehingga
penderita anemia lebih rentan terkena penyakit infeksi.
Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita hamil yang kekurangan asam folat
berisiko mengalami gangguan kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu, anemia
juga dapat menyebabkan sang ibu mengalami depresi pasca kelahiran melahirkan dan
gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti:
o Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
o Berat badan di bawah normal.
o Masalah pada kandungan zat besi dalam darah.
o Hasil tes kemampuan mental yang kurang
Gangguan jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan
(aritmia) akibat harus memompa darah lebih keras untuk mengompensasi kekurangan
oksigen dalam darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pembesaran jantung atau
gagal jantung.
Kematian. Beberapa anemia yang bersifat bawaan, seperti anemia sel sabit, bisa menjadi
serius dan mengancam hidup penderitanya. Kehilangan darah dengan tanpa penanganan
yang baik dapat menyebabkan anemia berat dan kematian.
Diagnosis Anemia
Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia atau tidak, dokter akan melakukan
langkah-langkah diagnosis sebagai berikut:
Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga akan menanyakan beberapa hal kepada pasien untuk
membantu mengetahui penyebab utama anemia, yaitu:
Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah melakukan pengecekan riwayat medis
serta gejala anemia pada pasien, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik. Jenis-jenis
pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah:
Pemeriksaan pada bagian perut untuk memeriksa apakah ada perdarahan internal pada
saluran pencernaan pada pasien.
Pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti pembengkakan pada pergelangan kaki.
Gagal jantung memiliki gejala yang mirip dengan anemia
Pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk memeriksa perdarahan atau kelainan pada usus
bagian bawah dan anus.
Pemeriksaan pelvis untuk memeriksa perdarahan yang menyebabkan anemia saat
menstruasi. Pemeriksaan pelvis tidak akan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien.
Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh pasien. Prinsip
pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama anemia. Pengobatan terhadap anemia
sebaiknya tidak dilakukan hingga diketahui penyebab utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan
untuk satu jenis anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis lain. Beberapa contoh pengobatan
anemia berdasarkan jenisnya antara lain:
Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan
mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta memperbanyak konsumsi makanan
yang kaya zat besi. Selain itu, pasien juga dapat diberikan vitamin C untuk meningkatkan
penyerapan zat besi. Perlu diperhatikan bahwa suplemen yang mengandung kalsium
dapat menghambat penyerapan zat besi.Konsultasikan dengan dokter sebelum
mengonsumsi suplemen penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat.
Kelebihan zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena dapat menimbulkan
kelelahan, mual, diare, sakit kepala, penyakit jantung dan nyeri sendi. Untuk
meringankan efek samping dari konsumsi suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi
suplemen setelah makan. Jika efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.
Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati dengan
mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan vitamin B12, serta mengonsumsi
suplemen yang mengandung keduanya. Jika tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan
asam folat dan vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin B12 setiap
hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi vitamin B12 setiap bulan satu kali yang
dapat berlangsung sepanjang hidup atau tergantung kepada kondisi pasien.
Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada jenis ini
karena tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya anemia. Jika anemia
bertambah parah, dokter dapat memberikan transfusi darah atau injeksi eritropoietin,
yaitu suatu hormon peningkat produksi darah dan penghilang rasa lelah.
Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan dan kehilangan
darah dalam jumlah banyak, pengobatan utama yang harus dilakukan adalah mencari dan
mengobati sumber perdarahan. Setelah sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan
transfusi darah, oksigen, dan suplemen penambah darah yang mengandung zat besi dan
vitamin.
Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan transfusi darah
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat dilakukan
pencangkokan sumsum tulang apabila sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi sel
darah merah yang sehat.
Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis ini dapat bervariasi
sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Pengobatan dapat melibatkan kemoterapi
dan pencangkokan sumsum tulang.
Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukan dengan beberapa cara
tergantung faktor penyebabnya. Penanganan bisa dengan menghindari obat-obatan yang
memiliki efek samping hemolisis, dengan mencari dan mengobati infeksi yg menjadi
penyebab hemolitik, atau dengan imunosupresan untuk menekan sistem imun yang
diduga merusak sel darah.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit adalah dengan
mengganti sel darah merah yang hancur melalui transfusi darah, suplemen asam folat,
dan antibiotik. Pengobatan lainnya adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa
sakit serta menambahkan cairan melalui oral maupun intravena untuk mengurangi nyeri
dan menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum tulang dapat digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker hidroksiurea dapat
juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.
Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah, konsumsi suplemen
asam folat, splenektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan sel punca darah dan
sumsum tulang.
Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa
makanan yang dapat membantu mencegah anemia antara lain adalah:
Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal yang
diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau gelap,
kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi.
Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal, dan makanan
dari kedelai (tempe atau tahu).
Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat, melon, dan
stroberi. Makanan-makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
Jika terdapat kekhawatiran bahwa makanan yang dikonsumsi tidak mengandung cukup vitamin,
disarankan untuk mengonsumsi multivitamin. Bagi vegetarian, hendaknya berkonsultasi kepada
ahli gizi untuk mengatur pola makan agar kebutuhan zat besi bagi tubuh tetap tercukupi dengan
baik.
Jika pada keluarga terdapat riwayat munculnya penderita anemia bawaan seperti anemia sel sabit
atau thalassemia, hendakya dikonsultasikan kepada dokter. Konsultasi ini bertujuan untuk
memperkirakan jika terdapat risiko anemia serupa yang dapat muncul pada anak.
Anemia juga dapat muncul sebagai komplikasi dari penyakit malaria. Jika akan bepergian ke
tempat yang umum ditemukan penyakit malaria, konsultasikan ke dokter terkait obat pencegah
malaria. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk, misalnya
menggunakan kelambu, obat anti nyamuk, atau insektisida.
Ambeien atau hemoroid adalah pembengkakan pembuluh darah di area rektum. Vena
hemoroid terletak di daerah terendah dari rektum dan anus. Kadang-kadang vena tersebut
membengkak sehingga dinding pembuluh darah menjadi liat, tipis, dan sakit ketika terlewati
feses atau tinja. Hemoroid diklasifikasikan ke dalam dua kategori umum: hemoroid internal
dan eksternal.
Hemoroid Internal
Ini terletak cukup jauh di dalam rektum sehingga tidak dapat terlihat atau dirasakan.
Hemoroid internal biasanya tidak terluka karena ada beberapa saraf nyeri di rektum. Perdarahan
mungkin satu-satunya tanda bahwa mereka berada di sana. Kadang-kadang hemroid internal
menjadi prolaps, atau membesar dan menonjol keluar sfingter anal. Ketika ini terjadi, penderita
mungkin dapat melihat atau merasakan vena hemoroid internal ini sebagai suatu bantalan kulit
mukosa merah muda yang menonjol dari daerah sekitarnya. Hemoroid yang prolaps dapat
terluka. Hemoroid internal yang prolaps dalam stadium awal masih dapat masuk ke dalam
rektum sendiri; jika stadiumnya meningkat, maka seringkali penderita perlu memasukkan
kembali hemoroid internal dengan cara lembut didorong kembali ke tempatnya sampai pada
stadium akhir ketika hemoroid benar-benar tidak mampu didorong masuk kembali, itu artinya
sudah mencapai stadium akhir.
Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal terletak dalam anus dan biasanya menyakitkan. Jika prolaps
hemoroid eksternal menuju keluar, penderita dapat melihat dan merasakannya. Gumpalan darah
kadang-kadang terbentuk, menyebabkan kondisi yang sangat menyakitkan disebut trombosis.
Jika hemoroid eksternal mengalami trombosis, maka warnanya berubah ungu atau biru, dan
mungkin bisa berdarah. Meskipun penampakannya menyeramkan, hemoroid yang mengalami
trombosis ini biasanya bukanlah sesuatu yang serius, tetapi terasa sangat menyakitkan. Hemoroid
yang mengalami trombosis ini akan reda sendiri dalam beberapa minggu. Jika rasa sakit tak
tertahankan, kunjungi dokter untuk menghentikan rasa sakit.
Pendarahan dubur dan nyeri apapun harus dievaluasi oleh dokter yang berkualitas; dokter juga
mampu mengidentifikasi kondisi yang mengancam jiwa, seperti kanker kolorektal. Namun,
hemoroid adalah penyebab terbanyak untuk perdarahan dubur dan biasanya jarang berbahaya,
tetapi diagnosis pasti dari perawatan dari dokter memang penting.
Penyebab Ambeien
Sekitar 30-40 persen dari orang menderita ambeien, dan biasanya terjadi antara usia 20-
50 tahun. Para peneliti tidak yakin apa yang menyebabkan ambeien. Dinding vena yang lemah,
sehingga mengarah ke ambeien dan kelainan varises lainnya, dapat diwariskan dari genetik
orangtua.
Peningkatan tekanan perut yang ekstrem juga dapat menyebabkan pembuluh darah
membengkak dan menjadi rentan terhadap iritasi. Tekanan dapat disebabkan oleh obesitas,
kehamilan, berdiri atau duduk untuk waktu yang lama, mengejan saat buang air besar, batuk,
bersin, muntah, dan menahan napas saat berusaha untuk melakukan kerja fisik seperti
mengangkat beban berat setiap hari.
Diet memiliki peran penting dalam menyebabkan dan mencegah wasir. Orang-orang
yang secara konsisten makan diet tinggi serat cenderung terhindar dari wasir. Diet rendah serat
atau asupan cairan yang tidak memadai dapat menyebabkan konstipasi, yang dapat berkontribusi
untuk menjadi hemoroid dalam dua cara: Hal ini memicu tindakan mengejan saat buang air besar
dan juga memperburuk wasir dengan memproduksi tinja yang keras sehingga mengiritasi vena
yang membengkak.
.
BAB III
PEMBAHASAN
ASSESMENT
a. Diagnosa Medis
Anemia Hemoroid
b. Keluhan utama
Pasien sebelum masuk rumah sakit pernah jatuh dipanti sosial dan mengalami
pendaranhan sehingga terjadinya anemia pada pasien.
Pemeriksaan Hasil N
Hemoglobin 3,4 g/dl 12,1 g/dl-15,1 g/dl
f. Fisik/klinis
Pemeriksaan Hasil normal Ket
IDENTIFIKASI MASALAH
DIAGNOSA GIZI