Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana pasien mendapat serangan
sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila
aktifitas berhenti (Wijaya & Putri, 2013). Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan
jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan
jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke
otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi
kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri (Kasron, 2012). Tetapi pada umumnya
dapat dibedakan 3 tipe angina yaitu:
1. Angina Pectoris Stabil
Pada keadaan ini, tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu
istirahat. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan
denyut jantung, tekanan darah dan status jantung sehingga kebutuhan O2 akan
bertambah seperti pada aktifitas fisikyang berat, namun hilang dengan segera dan
ketika di istirahatkan atau menggunakan pengobatan terhadap angina. Rasa sakitnya
dapat menyebar ke lengan, punggung, atau area lain.
2. Variant angina
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat penurunan
suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru menunjukkan
terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit
maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama
terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan waktu
penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri coroner yang
memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban jantung. Hal ini
tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan
thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap
peptide vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami
kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan
serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan
jantung. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia).
Angina pada pertama kali atau angina stabil dengan frekuesi berat dan lamanya
meningkat. Timbul di waktu istirahat atau kerja ringan. Biasanya lebih parah dan
hilang dalam waktu yang lama, dan tidak akan hilang saat beristirahat ataupun
pengobatan angina.

B. Anatomi Fisiologi
Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru,
pericardium yang meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan : pericardium viceralis dan
pericardium parietalis. Jantung sendiri terdiri dari tiga lapisan : epikardium, miokardium
dan endokardium.
Atrium secara anatomi terpisah dari ruang jantung bawah (ventrikel) oleh suatu
annulus fibrosus. Keempat katub jantung terletak dalam ruang ini. Katub jantung
berfungsi memprtahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung . Ada dua jenis
katub : katub atrioventrikularis yang memisahkan atrium dan ventrikel dan katub
semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang
bersangkutan. Anulus fibrosus diantara atrium dan ventrikuler memisahkan ruangan
ruangan ini baik secara natomis maupun elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan
sinkron , serta kontraksi otot jantung , terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium.
Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan.
b. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur.
c. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot
jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan
nutrisi ke miokardium mellui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk
dapat mengetahui akibat dari penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal
terlebih dahulu distribusi arteri koronaria keotot jantung dan sistem penghantar.
Sistem kardiovaskuler banyak dipersarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom
yaitu simpatis dan parasimpatis dengan efek yang saling berlawanan dan bekerja bertolak
belakang.
C. Etiologi
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri pembuluh jantung menurut
Kasron (2012), yaitu :
1. Faktor penyebab angina pectoris antara lain:
1) Arteriosklerosis
2) Spasme arteri pembuluh jantung
3) Anemia berat
4) Artritis
5) Aorta insufisiensi: stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta), regurgitasi
katup aorta (kebocoran katup aorta).
6) Stenosis subaortik hipertrofik
7) Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
2. Faktor risiko terjadinya angina pectoris antara lain:
1) Dapat diubah (dimodifikasi)
- Diet (hyperlipidemia)
- Rokok
- Hipertensi
- Stress
- Obesitas
- Kurang aktifitas
- Diabetes Mellitus
- Pemakaian kontrasepsi oral
2) Tidak dapat diubah - Usia - Jenis kelamin – Keturunan
3. Faktor pencetus serangan angina Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan
antara lain:
1) Emosi
2) Stress
3) Kerja fisik terlalu berat
4) Hawa terlalu panas dan lembab
5) Terlalu kenyang
6) Banyak perokok
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala angina pectoris menurut Kasron (2012), yaitu:
1. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah
interskapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadangkadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizziness.
6. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik. Gambaran EKG
seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
7. Nyeri juga bisa dirasakan di bahu kiri atau lengan kiri sebelah dalam, punggung,
tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang).
Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnesa mengenai angina pectoris yaitu:
lokasinya, kualitasnya, lamanya, faktor pencetus, faktor yang bisa meredakan nyeri dada
tersebut. Beratnya nyeri pada angina pectoris dapat dinyatakan dengan menggunakan
skala dari Canadian Cardiovaskular Society, seperti pada table di bawah ini:
1. Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1-2 lantai dan lain-
lainnya tidak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada latihan yang
berat, berjalan cepat serta terburu-buru sewaktu kerja atau bepergian.
2. Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya Angina Pektoris timbul biel melakukan
aktivitas lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki 2 blok, naik tangga lebih dari 1
lantai atau terburu-buru, berjalan menanjak atau melawan angina.
3. Aktivitas sehari-hari terbatas. Angina pektoris timbul bila berjalan 1-2 blok, naik
tangga 1 lantai dengan kecepatan biasa.
4. Angina pectoris timbul pada waktu istirahat. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu, dll. Setelah semua deskriptif nyeri
dada tersebut di dapat, pemeriksa membuat kesimpulan dari gabungan berbagai
komponen tersebut. Kesimpulan yang didapat digolongkan menjadi tiga kelompok
yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan karena jantung.
Angina termasuk tipikal bila rasa tidak enak atau nyeri dirasakan di belakang tulang
dada dengan kualitas dan lamanya yang khas, dipicu oleh aktivitas atau stress
emosional, mereda bila istirahat atau diberi nitrogliserin. Angina dikatakan atipikal
bila hanya memenuhi 2 dari 3 kriteria di atas. Nyeri dada dikatakan bukan berasal dari
jantung bila tidak memenuhi atau hanya memenuhi 1 dari tiga kriteria tersebut
(Kasron, 2012).

E. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil didasarkan pada
ketidakadekuatan supply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena
kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak
diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor
tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis
merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering ditemukan.Sewaktu beban kerja
suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan megalirkan lebih
banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami
kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan
suplai darah) miokardium. Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya
produksi No (nitrat Oksida) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif.
Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul
spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke
miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu
dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel
miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka.Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri. Apabila keutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk
energi. Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon terhadap respons terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miocard di
jantung. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, rahang, dan daerah
abdomen.Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen juga
akanmeningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, maka
arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak oksigen kepada
jaringan. Akan tetapi jika terjadi kekakuan dan penyempitan pembuluh darah seperti
pada penderita arteosklerotik dan tidak mampu berespon untuk berdilatasi terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen. Terjadilah iskemi miocard, yang mana sel-sel miocard
mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asalm laktat. Asam
laktat kemudian menurunkan PH Miocardium dan menyebabkan nyeri pada angina
pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang (istirahat, atau dengan
pemberian obat) suplay oksigen menjadi kembali adekuat dan sel-sel otot kembali
melakukan fosforilasi oksidatif membentuk energy melalui proses aerob. Dan proses ini
tidak menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri angina mereda dan dengan demikian
dapat disimpulkan nyeri angina adalah nyeri yang berlangsung singkat (Corwin, 2009).

F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG) menurut Wijaya & Putri (2013), yaitu : - Monitor EKG
terdapat aritmia - Rekam EKG lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST
elevasi ataupun depresi dan gelombang Q, patologis ini menunjukkan telah terjadi
nekrosis
2. Foto Rontgen Dada Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar (Kasron,
2012).
3. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak begitu spesifik dalam
diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT,
atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada
angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol,
HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko seperti
hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan
diabetes mellitus yang juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris
(Kasron, 2012).

H. Penatalaksanaan
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris menurut Smeltzer & Bare
(2012):
1. Mencegah terjadinya infark miokard dan kematian jaringan, dengan demikian
meningkatkan kuantitas hidup.
2. Mengurangi symptom dan frekuensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah meningkatkan pemberian oksigen
(dengan meningkatkan aliran darah pembuluh jantung) dan menurunkan kebutuhan
oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
1. Terapi Non Farmakologis Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain: pasien harus berhenti merokok,
karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga
memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan
untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar
adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula
darah. Penggunaan kontrasepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif
atau ambisius.
2. Terapi farmakologis untuk anti angina dan anti ischemia
3. Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai
melalui terapi farmakologi dan control terhadap factor risiko. Secara bedah tujuan
ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri
koroner atau angioplasty koroner transluminal perkutan (PTCA= percutaneous
transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi
medis dan pembedahan.
a. Penyekat Beta-adrenergik Obat ini merupakan terapi utama pada angina.
Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan
peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul
bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain:
atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b. Nitrat dan Nitrit Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat
untuk mengurangi symptom angina pectoris, di samping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard
melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel
dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang
adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8-12
jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah: amil nitrit, ISDN, isosorbid
mononitrat, nitrogliserin. Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah
(sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia
dalam 3 menit.
c. Kalsium Antagonis Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya
kalsium melalui saluran kalsium melalui saluran kalsium, yang akan
menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi
pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi
vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, berpridil,
diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGN KASUS
UNSTABLE ANGINA PACTORIS (UAP)

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat serangan jantung sebelumnya
b) Riwayat penyakit pernafasan kronis
c) Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
d) Riwayat perokok
e) Diet rutin dengan tinggi lemak
3. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM,
hipertensi, stroke dan penyakit pernafasan (asma).
4. Riwayat kesehatan sekarang - Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan
angina adalah kegiatan fisik, emosi yang berlebihan atau setelah makan.
a) Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktivitas).
b) Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah midsternal dada anterior,
substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi banyak yang
menggambarkan sakitnya seperti ditusuk-tusuk, dibakar ataupun ditimpa
benda berat/tertekan.
c) Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri, lokasinya
tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen, punggung dan leher, .
d) Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual, muntah keringat
dingin, berdebar-debar, dan sesak nafas.
e) Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit dan umumnya
masih respon dengan pemberian obat-obatan anti angina, sedangkan pada
infark rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan pemberian obat-obatan
anti angina, biasanya akan hilang dengan pemberian analgesic.
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun menurun.
- Heart rate/nadi dapat terjadi bradikardi/takikardi, kuat/lemah, teratur ataupun
tidak. - Respirasi meningkat
- Suhu dapat normal ataupun meningkat
c) Kepala - Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
- Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
- Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
d) Leher - Tampak distensi vena jugularis
- Terdapat/tidak nyeri pada leher
e) Thorak
- Jantung Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur
menunjukkan gangguan katup jantung atau disfungsi otot papilar,
perikarditis.Irama jantung dapat normal teratur (vesikuler) atau (unvesikuler)
tidak - Paru-paru - Suara nafas teratur tapi bisa juga tidak. Terdapat batuk
dengan atau tanpa produksi sputum. Terdapat sputum bersih, kental ataupun
berwarna merah muda
f) Abdomen
- Terdapat nyeri atau rasa terbakar epigastrik (ulu hati)
- Bising usus normal atau menurun
g) Ekstremitas
- Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin
- Terdapat edema perifer

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium
2. Penurunan curah jantung b.d. Gangguan kontraksi
3. Cemas b.d. Rasa takut akan kematian
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d. Keterbatasan pengetahuan
penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi
yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup.
K. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Nyeri akut b.d. NOC: Manajemen nyeri :
Iskemia ü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri
miokardium ü Nyeri terkontrol secara komprehensif termasuk
ü Tingkat kenyamanan lokasi, karakteristik, durasi,
Setelah dilakukan asuhan frekuensi, kualitas dan ontro
keperawatan selama 1 x 24 jam, presipitasi.
klien dapat : 2. Observasi reaksi
1. Mengontrol nyeri, dengan nonverbal dari ketidaknyamanan.
indikator : 3. Gunakan teknik
§ Mengenal faktor-faktor komunikasi terapeutik untuk
penyebab mengetahui pengalaman nyeri
§ Mengenal onset nyeri klien sebelumnya.
§ Tindakan pertolongan non 4. Kontrol ontro lingkungan
farmakologi yang mempengaruhi nyeri seperti
§ Menggunakan analgetik suhu ruangan, pencahayaan,
§ Melaporkan gejala-gejala nyeri kebisingan.
kepada tim kesehatan. 5. Kurangi ontro presipitasi
§ Nyeri terkontrol nyeri.
2. Menunjukkan tingkat nyeri, 6. Pilih dan lakukan
dengan indikator: penanganan nyeri
§ Melaporkan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
§ Frekuensi nyeri 7. Ajarkan teknik non
§ Lamanya episode nyeri farmakologis (relaksasi, distraksi
§ Ekspresi nyeri; wajah dll) untuk mengetasi nyeri..
§ Perubahan respirasi rate 8. Berikan analgetik untuk
§ Perubahan tekanan darah mengurangi nyeri.
§ Kehilangan nafsu makan 9. Evaluasi tindakan
. pengurang nyeri/ontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak
berhasil.
11. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.
1. Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik
pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan gejala efek
samping.
2 Penurunan curah NOC : Cardiac Care
jantung b.d. · Cardiac Pump § Evaluasi adanya nyeri dada (
Gangguan effectiveness intensitas,lokasi, durasi)
kontraksi · Circulation Status § Catat adanya disritmia jantung
· Vital Sign Status § Catat adanya tanda dan gejala
Kriteria Hasil: penurunan cardiac putput
· Tanda Vital dalam rentang § Monitor status kardiovaskuler
normal (Tekanan darah, Nadi, § Monitor status pernafasan yang
respirasi) menandakan gagal jantung
· Dapat mentoleransi § Monitor abdomen sebagai
aktivitas, tidak ada kelelahan indicator penurunan perfusi
· Tidak ada edema paru, § Monitor balance cairan
perifer, dan tidak ada asites § Monitor adanya perubahan
· Tidak ada penurunan tekanan darah
kesadaran § Monitor respon pasien terhadap
efek pengobatan antiaritmia
§ Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
§ Monitor toleransi aktivitas
pasien
§ Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan ortopneu
§ Anjurkan untuk menurunkan
stress
Vital Sign Monitoring
§ Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
§ Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
§ Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
§ Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor adanya pulsus
paradoksus dan pulsus alterans
§ Monitor jumlah dan irama
jantung dan monitor bunyi
jantung
§ Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
§ Monitor suara paru, pola
pernapasan abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3 Cemas b.d. Rasa NOC : NIC :


takut akan v Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
kematian v Coping kecemasan)
Kriteria Hasil : · Gunakan pendekatan yang
v Klien mampu mengidentifikasi menenangkan
dan mengungkapkan gejala cemas · Nyatakan dengan jelas
v Mengidentifikasi, harapan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan dan · Jelaskan semua prosedur
menunjukkan tehnik untuk dan apa yang dirasakan selama
mengontol cemas prosedur
v Vital sign dalam batas normal · Temani pasien untuk
v Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan keamanan dan
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas mengurangi takut
menunjukkan berkurangnya · Berikan informasi faktual
kecemasan mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
· Dorong keluarga untuk
menemani anak
· Lakukan back / neck rub
· Dengarkan dengan penuh
perhatian
· Identifikasi tingkat
kecemasan
· Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
· Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

4 Kurang NOC : NIC :


pengetahuan v Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
tentang penyakit v Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang
b/d keterbatasan Kriteria Hasil : tingkat pengetahuan pasien
pengetahuan v Pasien dan keluarga tentang proses penyakit yang
penyakitnya, menyatakan pemahaman tentang spesifik
tindakan yang penyakit, kondisi, prognosis dan 2. Jelaskan patofisiologi dari
dilakukan, obat program pengobatan penyakit dan bagaimana hal ini
obatan yang v Pasien dan keluarga mampu berhubungan dengan anatomi dan
diberikan, melaksanakan prosedur yang fisiologi, dengan cara yang tepat.
komplikasi yang dijelaskan secara benar 3. Gambarkan tanda dan gejala
mungkin muncul v Pasien dan keluarga mampu yang biasa muncul pada penyakit,
dan perubahan menjelaskan kembali apa yang dengan cara yang tepat
gaya hidup. dijelaskan perawat/tim kesehatan 4. Gambarkan proses penyakit,
lainnya. dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC


Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada 11 Maret
2012)
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

17

Anda mungkin juga menyukai