Anda di halaman 1dari 4

Kategori: Industri 4.

Judul: Tantangan Pemuda dalam menyambut Revolusi Industri 4.0

Industri mempunyai peran penting dalam kemajuan suatu Negara. Kemajuan


suatu Negara berbanding lurus dengan kemajuan industri. Industri mengalami
perubahan dan revolusi dari masa ke masa. Dunia telah mengalami empat revolusi
industry, setiap revolusi yang terjadi selalu dipelopori oleh kemajuan dan penemuan
teknologi. Sekarang dunia sudah memasuki era Revolusi industry 4.0 yang telah
mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental, serta menciptakan peluang
dan tantangan yang harus dihadapi pada masa mendatang.

Tantangan utama dalam revolusi industry 4.0 yaitu Industri hulu (upsteam),
industri tengah (midsteam), industri hilir (downsteam) yang kurang berkembang,
bahan baku dan komponen kunci bergantung pada impor. Energi mempunyai peran
penting dalam industri, jika biaya energi mahal maka harga produk juga akan mahal,
puncaknya produk tidak mampu bersaing di pasar, karena mahalnya biaya produksi
terutama energi. Begitu juga dengan ketersediaan energi dalam hal ini PLN tidak
mampu mencukupi kebutuhan energi segingga investor kurang berminat untuk
menanamkan modalnya pada Indonesia. Untuk menangani permasalahan tersebut
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) adalah solusi untuk menangani kebutuhan
energi.

Secara teknologi Indonesia sudah siap memenuhi PLTN. Indonesia sudah


mempunyai tiga reactor nuklir riset. Reaktor pertama yaitu reactor Triga Mark II yang
dibangun tahun 1964 berlokasi tak jauh dari kampus Institut Teknologi Bandung
(ITB), kemudian reaktor Kartini di Yogyakarta tahun 1979, terakhir terdapat di
serpong tanggerang yang didirikan tahun 1987, ketiga reaktor tersebut digunakan
untuk penelitian dan riset nuklir dalam berbagai bidang mulai dari pangan, listrik,
hingga limbah. Seperti yang kita tahu reaktor riset lebih komplet di jalankan dari
pada reactor untuk pembangkit nuklir. Logikanya jika reaktor riset di Indonesia sudah
mampu dioperasikan bahkan sejak tahun 1964, lantas kenapa sekarang Indonesia
tidak punya reaktor Nuklir sebagai pembangkit listrik?

PLTN menjadi solusi bijak dibalik krisis energi yang dialami Indonesia.
Cadangan bahan bakar fosil, gas alam dan batu bara terbatas, mengingat jumlahnya
yang semakin menipis sehingga menyebabkan kenaikan harga energi pada
produktivitas suatu Industri, akibatnya inflasi dan secara luas menyebabkan
keresahan dari masyarakat. Energi terbarukan cukup menguntungkan, namun sulit
untuk memproduksi secara massal seperti pembangkit listrik. Energi Nuklir
sangat berpotensial sebagai pembangkit listrik. Secara ekonomis pun energi nuklir
sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan biaya produksi dari sumber energi
terbarukan lainnya.

Menurut Edwaren Liun dan Sunardi Biaya produksi listrik dengan energi
angin berkisar antara 85 – 250 $/MWh. Sedangkan biaya produksi dengan kondisi
angin yang baik sekitar 12 sen$/kWh. Nilai ini bervariasi, tergantung pada faktor
kapasitas dan Negara tempat berada pembangkit. Biaya energi surya berkisar sekitar
37,73 sen$/kWh, Biaya produksi dari energi batubara yaitu 5 - 9 sen$/kWh dan
nuklir antara 2,9 - 8,2 sen$/kWh. Nilai ini berada pada batas-batas normal yang
umum di berbagai Negara. Dari hasil tersebut didapatkan biaya untuk produksi Nuklir
paling rendah. Oleh karena itu akan sangat bijak jika PLTN didirikan di Indonesia.
Kehadiran PLTN diharapkan berdampak signifikan dalam kesejahtraan masyarakat
baik dalam jangka pendek menengah maupun jangka panjang.

PLTN tidak menghasilkan gas hasil pembakaran sehingga ramah lingkungan.


Selain itu Potensi uranium Indonesia yaitu 70.000 ton dalam bentuk yellow cake
(U3O8) diperkirakan mampu untuk memenuhi kebutuhan Uranium sebagai bahan
baku utama untuk 7 PLTN dengan daya 1.000 MWe yang beroperasi selama 40 tahun
umur PLTN. Teknologi PLTN sudah sangat maju, serta mempunyai berbagai
kelengkapan serta keselamatan operasi reaktor nuklir, sehingga radiasi yang
dihasilkan tidak akan keluar dari kawasan PLTN.
Cara agar masyarakat tidak khawatir. Sebagai generasi muda kita harus
mengedukasi masyarakat agar tidak memandang nuklir sebagai ancaman, dimulai
dari lingkungan keluarga, kemudian beranjak ke masyarakat luas. Bangun relasi
dengan tokoh – tokoh penting masyarakat agar kelak ketakutan masyarakat sebagai
dampak social dari pembangun PLTN bisa di reduksi. Negara – negara maju sudah
menggunakan nuklir sebagai sumber energi. Indonesia harus mengkritisi hal tersebut,
realisasi pembangunan PLTN harus digalakkan agar bangsa ini menjadi negara yang
maju serta mensejahtrakan masyarakat.

Kekhawatiran akan resiko keselamatan PLTN agaknya terlalu berlebihan.


Penolakan dari masyarakat hingga tokoh elit perlu dinilai secara objektif. Sesuatu
yang baik memang akan mendapatkan penolakan di awal, namun jika sudah
dirasakan manfaatnya maka yang semula menolak pasti akan mendukung Banyak
tantangan yang akan dihadapi, baik pada masa sekarang atau mendatang. Indonesia
tidak akan menjadi negara maju selama tidak menyentuh PLTN. Bangkitkan
kesadaran kita bersama, perlu aksi nyata wujudkan pembangunan PLTN. Sampai
kapan kita akan tertinggal?

Literatur

Edwaren Liun, Sunardi., 2014., Perbandingan Harga Energi dari Sumber Energi Baru
Terbarukan dan Fosil., Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 16,
Nomor 2,

Imam Bastori dan Moch. Djoko Birmano., 2017., Analisis Ketersediaan Uranium di
Indonesia untuk Kebutuhan PLTN Tipe PWR 1000 MWe., Jurnal
Pengembangan Energi Nuklir Vol. 19, No. 2

http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/artikelnuklir/120-keekonomian-
operasional-pltn-studi-kasus-di-beberapa-negara ., diakses pada kamis 15
November pukul 23:34
http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/artikelnuklir/110-solusi-bijak .,
diakses pada kamis 15 November pukul 23:47
http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/artikelnuklir/124-separuh-dari-
separuh-dari-separuh-dari-separuh diakses pada kamis 15 November pukul
23:58
http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/artikelnuklir/113-membelah-massa-
menuai-energi-prinsip-dasar-pembangkit-listrik-tenaga-nuklir diakses pada
Jumat 16 November pukul 00:14
Slamet Rosyadi., 2016., Revolusi Industri 4.0 : Peluang dan Tantangan Bagi Alumni
Universitas Terbuka., Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jenderal Soedirman

Anda mungkin juga menyukai