Gigi Tiruan Jembatan
Gigi Tiruan Jembatan
SPACE REGAINER
DPJP
Dr. drg. A. Haris Budi Widodo, M. Kes, AP., S. IP, SE
Disusun Oleh
Ghany Ramadhan
G4B017011
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode gigi desidui merupakan periode yang penting terhadap perkembangan rahang,
erupsi gigi permanen, kesehatan individu, perkembangan fisik serta mental anak-anak (Finn,
2003). Hilangnya gigi desidui sebelum waktunya atau yang sering disebut dengan premature
loss dapat mengaganggu perkembangan gigi yang normal.. Hal ini disebabkan karena adanya
pergeseran gigi desidui dan gigi permanen tetangganya ke arah ruang yang kosong akibat
premature loss sehingga menyebabkan kehilangan panjang lengkung rahang yang akan
mengganggu erupsi gigi permanen dan dapat berpotensi terjadinya gigi berjejal atau impaksi
gigi penggantinya (Herawati, 2012). Premature loss merupakan suatu keadaan gigi desidui
yang tanggal sebelum gigi penggantinya mendekati erupsi yang disebabkan karena karies,
trauma atau kondisi sistemik (Ahmed, 2012). Premature loss juga dapat menggangu fungsi
mastikasi karena hilangnya gigi geligi pada lengkung. Penyebab terjadinya premature loss yang
Hilangnya ruang untuk erupsi gigi permanen karena premature loss adapat diantisipasi
dengan penggunaan piranti space maintainer maupun space regainer. Space maintainer
merupakan alat yang dirancang untuk mempertahankan ruang yang ada dalam lengkung rahang,
sedangkan space regainer merupakan alat aktif yang digunakan untuk memperoleh kembali
ruangan yang telah menyempit pada lengkung gigi. Fungsi space regainer tidak menciptakan
yang pernah ada akibat shifting/drifting gigi yang telah mengalami penyempitan
oleh beberapa sebab, seperti premature loss, menegakkan kembali gigi permanen
yang miring dan maloklusi kelas I tipe 5 (neutroklusi dengan mesial drifting). Pemasangan
cepat dan tepat waktu dari space regainer dapat mempertahankan panjang lengkung gigi dan
mencegah terjadinya maloklusi. Berbagai macam space regainer yang dapat digunakan
tergantung dari berbagai faktor seperti stadium perkembangan gigi, lengkung rahang yang
berhubungan, jumlah gigi dan tipe gigi yang hilang (Nonong, 2011). Laporan ini bertujuan
untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi, dan rencana perawatan menggunakan space
regainer, serta memaparkan kasus pada pasien yang mengalami premature loss dengan pilihan
B. Tujuan
2. Memaparkan kasus pada pasien yang mengalami premature loss dengan pilihan perawatan
space regainer
C. Manfaat
Manfaat dari laporan ini adalah memberikan pengetahuan tentang perawatan space
TINJAUAN PUSTAKA
erupsi yaitu dua gigi insisivus central rahang bawah. Waktu erupsi gigi geligi desidui umumnya
bervariasi begitu juga dengan lebar mesiodistal dari gigi desidui (Harshanur, 2012).
Tabel 2.1 Waktu Erupsi dan Lebar Mesiodistal Gigi Geligi Desidui
Waktu erupsi (bulan) Lebar mesiodistal (mm)
1. Gigi rahang atas
Insisivus sentral 8 6,5
Insisivus lateral 9 5,0
Kaninus 18 6,5
Molar pertama 14 7,0
Molar kedua 24 8,5
2. Gigi rahang bawah
Insisivus sentral 6 4,0
Insisivus lateral 7 4,5
Kaninus 16 5,5
Molar pertama 12 8,0
Molar kedua 20 9,5
Gigi geligi permanen akan mulai erupsi pada usia 6 tahun, gigi yang pertama kali erupsi
biasanya gigi molar pertama atau insisivus atas. Pada saat gigi permanen mulai erupsi, di dalam
lengkung rahang akan terdapat gigi geligi desidui dan gigi geligi permanen dalam waktu
bersamaan, ini yang disebut dengan periode gigi bercampur atau mix dentition.
Tabel 2.2 Waktu Erupsi dan Lebar Mesiodistal Gigi Geligi Permanen
Waktu erupsi (tahun) Lebar mesiodistal (mm)
1. Gigi rahang atas
Insisivus sentral 7-8 7,4 - 9,75
Insisivus lateral 8-9 6,0 - 8,1
Kaninus 11-12 7,0 - 9,32
Premolar pertama 10-11 6,75 - 9,0
Premolar kedua 11-12 6,0 - 8,1
Molar pertama 6-7 9,9 - 12,1
Molar kedua 12-13 8,75 - 10,87
Molar ketiga 17-21
2. Gigi rahang bawah
Insisivus sentral 6-7 4,9 - 6,6
Insisivus lateral 7-8 5,4 - 6,85
Kaninus 9-10 6,1 - 8,15
Premolar pertama 10-11 6,3 - 8,75
Premolar kedua 11-12 6,8 - 9,5
Molar pertama 6-7 10,6 - 13,0
Molar kedua 11-13 8,9 - 11,3
Molar ketiga 17-21
B. Premature Loss
Premature loss merupakan keadaan gigi desidui yang hilang atau tanggal sebelum gigi
penggantinya mendekati erupsi yang disebabkan oleh karies, trauma, atau kondisi sistemik
(Ahmed, 2012). Premature loss menyebabkan terjadinya pergerakan gigi desidui atau
permanen yang tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung rahang. Panjang lengkung
rahang yang berkurang berdampak pada meningkatnya potensi terjadinya gigi berjejal, rotasi,
erupsi ektopik, crossbite, overjet dan overbite yang berlebihan serta hubungan molar yang
kurang baik (Kuswandari dkk., 2007). Penyebab terjadinya premature loss pada gigi desidui
3. Oklusi yang tidak baik yang menyebabkan gigi goyang saat berkontak
4. Karies gigi yang besar, infeksi, maupn hal lainnya yang menyebabkan bentuk fisiologis
berubah
5. Terdapat kelainan herediter misalnya pada jaringan periodontal yang menyebabkan gigi
6. Gigi dengan kondisi abnormal karena keadaan kurang bersihnya dan adanya sulkus gingiba
8. Adanya penyakit atau kondisi pada rongga mulut yang menjadi penyabab prematur ekstraksi
harus dilakukan
Premature loss yang terjadi pada gigi desidui memiliku beberapa efek tergantung gigi
yang mengalami premature loss. Gigi insisivus desidui yang tanggal dini dapat berpengaruh
terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang sehingga menimbulkan diastema yang
memperngaruhi estetik, sedangkan gigi kaninus desidui yang hilang dini dapat menyebabkan
terjadinya distal drift pada gigi depan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran garis median,
kehilangan gigi molar satu desidui maksila dapat menyebabkan berjejalnya gigi posterior dan
kehilangan ruang pada mandibular, sedangkan kehiangan gigi molar kedua desidui dapat
mengakibatkan pergerakan gigi ke depan dari gigi molar pertama permanen yang menutupi
setelah hilangnya gigi desidui secara prematur diperlukan alat space regainer yang dapat
membuka tempat untuk mengembalikan posisi gigi permanen yang tipping ke posisi semula
dalam lengkung gigi. Space regainer dapat mengembalikan kehilangan ruang sekitar 3 mm.
Menurut Moyers (1991) indikasi dari space regainer adalah bila terjadi premature loss pada
gigi sulung molar pertama dan kedua pada maksila/ mandibular, kemudian adanya erupsi
ektopik dari molar pertama gigi permanen, adanya satu atau lebih dari gigi desidui yang hilang
sebelum waktunya, kehilangan tempat pada lengkung gigi akibat bergesernya ke mesial dari
gigi molar pertama permanen ini untuk maloklusi kelas I tipe 5. Adapun kontra indikasi untuk
space regainer adalah bila jarak untuk erupsi gigi permanen sudah cukup, tidak memperlihatkan
adanya tanda-tanda penutupan tempat gigi permanen, panjangnya lengkung gigi tidak memadai,
jika pemasangan space regainer akan memperparah maloklusi yang sudah ada, pada kasus over
bite, kelas I tipe III dan maloklusi kelas III. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan pembuatan space regainer adalah cukupnya jarak yang dibutuhkan untuk erupsi
gigi permanen secara normal, pergerakkan gigi yang dibutuhkan (rotasi, miring, tipping, bodyli)
kemudian apakah adanya gangguan oklusi dari gigi-gigi yang berlawanan, bentuk gigi dan akar
Ada dua tipe space regainer : fixed space regainer dan removable space regainer. Fixed
space regainer adalah suatu alat yang tidak bisa dibuka oleh pasien dan dapat memindahkan
gigi permanen yang bergeser kedalam posisinya dalam lengkung gigi, sedangkan removable
space regainer adalah alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasiennya sendiri. Removable
space regainer selalu bilaterals komponen – komponennya seperti partial denture yaitu acrylic
major connector, C-clasps/ adam claps lingual arch, oklusal rest atau direct bonded buttons.
Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian removable dan fixed space regainer
Ada beberapa tipe dari removable space regainer yaitu: (1) split saddle space regainer
yang digunakan bila jarak yang harus dipulihkan memerlukan jarak yang lebih banyak. Bagian
yang aktif dari koil dipasang dari akrilik dan dibentuk kedalam loop yang menghubungkan
kedua saddle, untuk mengaktivasinya, loop harus dibuka sedikit demi sedikit dengan
menggunakan pemotong kawat; (2) expansion screw regainer dimana jack screw digunakan
untuk mengembalikan ruangan. Jarak 3 mm dapat dicapai dengan menggunakan screw expansi
yang diaktivasi dengan menggunakan kunci yang diputar arah jarum jam ¼ putaran seminggu
2x; (3) Recurved helical coil finger spring space regainer dimana per (helical spring) ada dalam
dua konfigurasi, bisa satu atau dua seperti peniti. Piranti ini dapat menggerakkan gigi sampai
1) Labial bows : berfungsi sebagai retensi untuk mempertahankan alat dalam mulut. Labial bow
harus diletakkan jauh dari gingiva tetapi jangan sampai menekan pada papilla interdental.
Biasanya, ini didesain dalam oklusal embrasure antara insisiv lateral dan kaninus, atau distal
2) Acrylic : secara sederhana, dasar dari removable space regainer dibuat dari akrilik. Biasanya
akrilik yang lembut digunakan supaya tidak menghalangi gigi permanen yang sedang erupsi.
around clasps dapat digunakan. Selain itu, adam’s clasps, ball clasps atau Cclasps dapat
4) Komponen aktif : komponen-komponen aktif seperti per : coil springs, helical coil springs,
knee springs.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
2. Usia : 7 tahun
B. Pemeriksaan subyektif
rahang atas dan gigi geraham rahang bawah yang telah dicabut belum tumbuh gigi baru
C. Pemeriksaan obyektif
Penilaian ekstraoral
Pasien mempunyai bentuk muka yang simetris dengan profil cembung, bibir menutup
Pasien dalam masa mix dentition kehilangan gigi 74, 75 dan 84 karena pencabutan setelah
D. Diagnosa
E. Dokumentasi
Studi Model
Radiografi Panoramik
F. Analisa diskrepansi
1. Metode Nance
jarak yang dibutuhkan dengan menghitung dan mengukur dari lengkung mesial
gigi molar pertama pada satu sisi dengan mesial gigi molar pertama permanen
pada sisi yang berlawanan ini dilakukan dengan memisahkan gigi – gigi kedalam
lengkung gigi yang dapat diukur sebagai suatu garis lurus dengan kawat ligatur. Metode ini
bertujuan untuk mengetahui lee way space pada periode gigi bercampur. Metode yang
dilakukan dengan membandingkan lebar mesiodistal C, M1, dan M2 pada model atau secara
langsung dengan jumlah mesiodistal C, P1, dan P2 yang belum tumbuh dari gambaran
radiografi.
Rahang Bawah
Regio 3 Regio 4
M-D c, m1, m2 (model) 28,3 mm 22,9 mm
M-D C (foto) 10 mm 9,7 mm
M-D P1(foto) 9,6 mm 9,6 mm
M-D P2( foto) 9,8 mm 10 mm
Available space 18,3 mm 22,9 mm
Required space 29,4 mm 29,5 mm
Lee way space -11,1 mm -6,4 mm
2. Metode Moyers
Metode Moyers membandingkan lebar mesio distal empat gigi anterior permanen
rahang bawah dengan tabel Moyers untuk memprediksi kebutuhan ruang untuk erupsi gigi
345
Lebar MD 42 41 31 32 : 23,8 mm
Regio 3 Regio 4
Available space 18,3 mm 22,9 mm
Tabel Moyers 22,8 mm 22,8 mm
Diskrepansi -4,5 mm + 0,1 mm
3. Metode Huckaba
dengan gigi pada foto rontgen untuk mengetahui akurasi lebar mesiodistal gigi 3, 4, dan 5
A x B′
B=
A′
Keterangan:
A = MD gigi kontrol yang sudah erupsi (Gigi 85)
A’ = MD gigi kontrol yang sudah erupsi dalam foto rontgen
B = MD gigi yang belum erupsi sebenarnya
B’ = MD gigi yang belum erupsi pada foto rontgen
jumlah ruang yang tersedia pada regio kiri dan kanan lebih kecil dibandingkan dengan ruang
yang dibutuhkan, sehingga rencana perawatan yang dilakukan pada pasien adalah
F. Rencana Perawatan
Rencana perawatan pada kasus ini adalah pembuatan space regainer dengan
3. Basis plat
G. Langkah Kerja
2. Pembuatan klamer
c. Screw ekspansi sebagai komponen aktif dengan aktivasi ¼ putaran 2 kali dalam
4. Kontrol
H. Desain Piranti