Anda di halaman 1dari 11

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian mengenai Kajian Desain taman dan rumah tinggal
hemat energi ini tidak ditentukan secara pasti, namun menggunakan asumsi.
Asumsi lokasi untuk penelitian ini dibatasi pada lokasi beriklim tropis basah
Indonesia, dengan kondisi iklim yang digunakan sebagai acuan adalah kota
Bogor.
Kota Bogor sendiri secara letak geografis berada pada letak lintang 6°
34' 48" LS dan letak bujur 106° 47' 24" BT. Kota Bogor ketinggian minimum 190
m dan maksimum 330 m dari permukaan laut (Anonim 2009a). Kondisi tanah
relatif subur. Kondisi iklim di Kota Bogor, meliputi suhu tertinggi rata-rata tiap
bulannya sekitar 30,2 ºC. Kelembaban udara rata-rata sekitar 80 %, curah hujan
rata-rata setiap tahun sekitar 3.000 – 4000 mm/tahun, kecepatan angin rata-rata
per tahun adalah 2 km/jam (skala Beaufort masuk dalam kategori skala 1,
tingkatan teduh, tanda-tanda di darat asap mengepul miring, tetapi alat anemo
meter tidak berputar) dengan dominasi arah angin dari Timur Laut (BMKG 2011).
Waktu penelitian yang meliputi tahapan pengumpulan data sekunder,
penyusunan kriteria, survei pakar, analisis dan sintesis serta konsepsi desain dan
visualisasi desain dilakukan selama lima bulan dimulai bulan Desember 2010
sampai dengan bulan April 2011.

Alat dan Data penelitian


Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat keras (hardware)
maupun perangkat lunak (software). Perangkat yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 5.

Tabel 5. Alat Penelitian


Hardware dan Software Fungsi
Hardware
Notebook Pengolahan data
Software
Microsoft Office Analisis data tabular, pelaporan, presentasi
(Word, Excel, Powerpoint)
Expert Choice v.11 Pengolahan Analythical Hierarchy Process
(AHP)
AutoCad 2010 Visualisasi 2 D
Sketchup v.8 Visualisasi 3 D
33

Data Penelitian
Jenis dan Sumber Data. Dalam penelitian kajian konsep desain taman
dan rumah tinggal hemat energi ini, dibutuhkan data sekunder dan data primer.
Data sekunder merupakan data-data dari instansi terkait dan data yang terkait
mengenai komponen lanskap rumah tinggal dan arsitektur rumah tinggal yang
terkait dan mendukung tema konsep hijau (green design). Data primer diperoleh
survei pakar, melalui wawancara dan dengan instrumen kuesioner AHP oleh
pakar terpilih.

Tahapan dan Metode Penelitian


Proses atau tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini
terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu:
1. Tahap penetapan komponen hemat energi.
2. Tahap pengujian komponen hemat energi.
3. Tahap konseptualisasi desain hemat energi.
Tahapan penelitian tersebut terangkum dalam Gambar 5.

KAJIAN KONSEP DESAIN TAMAN & RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI

Gambar 5. Skema tahapan penelitian

Tahap Penetapan Komponen Hemat Energi


Pada tahap ini dilakukan studi pustaka (desk study) yang relevan sebagai
bahan analisis komponen-komponen pembentuk unit lanskap rumah tinggal yang
berpengaruh terhadap penghematan energi dalam mencapai tujuan penelitian
desain taman dan rumah tinggal hemat energi. Analisis dilakukan dengan teknik
34

analisis deskriptif. Penetapan komponen tersebut didasari atas pertimbangan


desain yang berkaitan dengan isu desain berkelanjutan dengan pendekatan
green design dan strategi desain pasif (passive design strategy) (Kibert 2008).
Hasil dari analisis tersebut, ditetapkanlah komponen-komponen desain hemat
energi yang terangkum pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Penetapan komponen- komponen desain hemat energi


No. Komponen Variabel Pengaruh terhadap penghematan Sumber
energi referensi
1 Tapak Orientasi Perbedaan orientasi terhadap arah Karyono
mata angin mempengaruhi kondisi (2010)
termal bangunan. Orientasi yang
menghadap ke sisi barat-timur akan
mendapatkan panas yang lebih tinggi
di banding sisi utara-selatan.
Intensitas Intensitas tutupan lahan digunakan KEMENPERA
tutupan sebagai instrument untuk (2008)
lahan mengendalikan kepadatan bangunan
(KDB) dan ruang terbuka hijau
(KDH). Tujuan hal ini adalah untuk
menciptakan keserasian kawasan
Perumahan dan Permukiman yang
harmonis, sepadan, dan ekologis,
pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan sosial budaya untuk
pencapaian pembangunan
perumahan dan permukiman yang
manusiawi dan berkelanjutan.
Topografi Klasifikasi kemiringan lahan yang KEMENTAN
berpengaruh terhadap proses dan (1980)
biaya pembangunan.
Jenis tanah Terkait dengan tingkat kesuburan Hanafiah
dan kondisi ekologis tanah agar (2010)
dapat mendukung pertumbuhan
tanaman.
Bebas dari Variabel ini berimplikasi pada Frick dan
gangguan kenyamanan karena situasi tapak Mulyani
geo- yang relatif aman & sehat. (2006)
biologis
Sistem Konsep 3R Frick dan
utilitas Mulyani
(2006)
35

Tabel 6. Lanjutan
No. Komponen Variabel Pengaruh terhadap penghematan Sumber
energi referensi
2 Tanaman Jenis Terkait strata ekologis tanaman yang KEMENPU
tanaman dapat membantu ameliorasi iklim (2008) dan
khususnya pada RTH Pekarangan dan Reed (2010)
penggunaan tanaman budidaya lokal
sehingga dapat dengan mudah tumbuh
pada lokasi yang diinginkan.
Tata letak Tata letak tanaman terhadap arah Sitawati
tanaman penyinaran matahari guna membantu (1994) dan
menyerap panas dan juga fungsinya Reed (2010)
sebagai penaung tanpa memblokir
aliran udara kedalam bangunan untuk
penghawaan alami.
Jumlah Jumlah tanaman peneduh optimum KEMENPU
tanaman dalam RTH Pekarangan rumah kecil (2008)
terkait dengan luasan kanopi untuk
mengendalikan fluktuasi suhu.
Jarak Tanaman memiliki jarak jangkau dalam KEMENPU
tanaman mengendalikan fluktuasi suhu yang (2008) dan
diaplikasikan dengan jarak tanam Reed (2010)
terhadap bangunan agar tetap dapat
meneduhkan tanpa membloking aliran
udara dan terkait pula dengan
keamanan bangunan dan tanaman itu
sendiri.
Kerapatan Persentase sinar matahari yang Suryatmojo
tajuk tertahan oleh tajuk pohon. Manfaat dan
lain kerapatan tajuk yang tinggi adalah Soedjoko
intersepsi air hujan untuk mencegah (2008)
longsor.
36

Tabel 6. Lanjutan

No. Komponen Variabel Pengaruh terhadap penghematan Sumber


energi referensi
3 Air Air statis Keberadaan badan air berpengaruh Booth (1983);
(water (static positif terhadap pembentukan suhu Laurie (1986);
features) water) udara ruang luar di sekitarnya Laurens dan
akibat proses evaporasi. Hendrayani
(2002); Fatimah
Air mancur Air yang dinamis memiliki luas
(2004) dan
(jets) bidang permukaan yang lebih luas,
Silalahi (2008)
Air terjun sehingga energi panas yang diserap
(falling serta kadar evaporasinya akan lebih
water) tinggi sehingga lebih dapat
Air memperbaiki kondisi termal
mengalir disekitarnya serta dapat juga
(flowing dijadikan penjerap polutan.
water)
4 Perkerasan Perkerasan Pengaruh jenis penutupan Prasodyo dan
(non (pavement) permukaan lahan. terhadap Nurisjah (1998);
bangunan) pembentukan iklim mikro setempat Fatimah, Arifin
dan infiltrasi air dan limpasan dan Widjaya
permukaan. (1999); Mariana
(2008) dan
Karyono (2010)
Pagar & Rancangan pagar yang masih Frick dan
tembok berperan terhadap ameliorasi iklim Mulyani (2006)
pembatas (tidak menghalangi aliran udara) dan
Werdiningsih
(2007)
5 Bangunan Bentuk & Proporsi panjang dan lebar Yuuwono
konfigurasi bangunan terkait dengan perolehan (2007) dan
ruang paparan sinar matahari. Karyono (2010)
Bukaan Rasio luas bidang jendela (kaca) Mediastika
yang tepat untuk mencapai (2002) dan
konservasi energi melalui selubung Loekita (2006)
bangunan dan luas bukaan untuk
mencapai “cooling ventilation” .
Tritisan Memperoleh desain tritisan beton Anonim (2009b)
(overhang) yang merespon iklim dan hemat
energi
Atap Pengaruh berbagai faktor Hidayat (2005)
rancangan atap terhadap suhu dan Karyono
udara ruangan. (2010)
37

Tabel 6. Lanjutan

No. Komponen Variabel Pengaruh terhadap penghematan Sumber


energi referensi
Dinding Rancangan dinding beserta Noerwarsito
material penyusunnya yang dan Santosa
mempunyai efisiensi energi untuk (2006); Frick
mendapatkan temperatur yang dan Mulyani
rendah dalam ruangan. (2006) dan
Karyono (2010)
Lantai Rancangan lantai yang mempunyai Lippsmeier
efisiensi energi untuk mendapatkan (1994); Frick
temperatur yang rendah dalam dan Mulyani
ruangan. (2006)
Mekanikal Penghematan pemakaian energi BSN (2000),
& elektrikal listrik Elyza et al..
(2005); Savitri
(2010)

Tahap Pengujian Komponen Hemat Energi


Tahapan berikutnya adalah pengujian komponen-komponen hemat energi
dengan menggunakan metode sistem pengambilan keputusan Analytical
Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan bobot komponen prioritas desain
hemat energi (Saaty 1993).
Tahapan dalam Analysis Hierarchy Process (AHP). Berdasar Saaty
(1993) tahapan penerapan model dengan Analytical Hierarchy Process (AHP)
adalah:
1. Penetapan sasaran studi yaitu kriteria atau faktor apa yang paling
berpengaruh dalam suatu desain taman dan rumah tinggal hemat energi
2. Membuat struktur hierarki yang terdiri dari empat level. Level pertama,
merupakan tujuan utama dari kajian ini yaitu taman dan rumah tinggal hemat
energi. Level kedua, merupakan level komponen utama pembentuk lanskap
hemat energi. Komponen utama tersebut terdiri dari: 1) tapak, 2) tanaman,
3) air, 4) perkerasan (non bangunan), dan 5) bangunan. Level ketiga,
merupakan variabel komponen pembentuk lanskap hemat energi. Variabel
komponen tersebut terdiri dari: 1) variabel komponen tapak: a) orientasi, b)
intensitas tutupan lahan, c) topografi, d) jenis tanah, e) bebas dari gangguan
geo-biologis, dan f) sistem utilitas; 2) variabel komponen tanaman: a) jenis
tanaman, b) tata letak tanaman, c) jumlah tanaman, d) jarak tanaman, dan
38

e) kerapatan tajuk; 3) variabel komponen air (water features): a) air statis


(static water), b) air mancur (jets), c) air terjun (falling water), dan d) air
mengalir (flowing water); 4) variabel perkerasan (non bangunan): a)
perkerasan (pavement), dan b) pagar dan tembok pembatas; 5) variabel
bangunan: a) bentuk dan konfigurasi ruang, b) bukaan, c) tritisan (overhang),
d) atap, f) dinding, g) lantai, dan h) mekanikal dan elektrikal. Level keempat,
merupakan alternatif keputusan berupa aspek yang paling berperan dalam
mencapai sebuah desain taman dan rumah tinggal hemat energi yaitu site
design atau building design.
3. Hierarki yang telah disusun kemudian dinilai oleh 7 orang responden pakar
terpilih. Penilaian dilakukan dengan cara komparasi berpasangan (pairwise
comparison) yaitu dengan membandingkan setiap elemen dengan elemen
yang lainnya pada setiap kriteria sehingga di dapat nilai kepentingan elemen
dalam bentuk pendapat yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif dengan
menggunakan skala penilaian Saaty berdasarkan skema hierarki AHP yang
dirancang (Saaty 1993). Penilaian komparasi berpasangan terdapat dalam
kuesioner AHP yang berada dalam Lampiran 1. Skema hierarki AHP yang
dirancang terangkum pada Gambar 6.
Latar Belakang Responden Pakar. Responden yang dipilih adalah
para pakar yang dipilh secara sengaja (purposive sampling). Penentuan pakar
sebagai responden dilakukan berdasarkan kriteria:
1. Memiliki keahlian atau menguasai secara akademik bidang yang diteliti
2. Memiliki reputasi kedudukan atau jabatan dan sebagai ahli pada bidang
yang diteliti.
3. Memiliki pengalaman dalam bidang kajian yang dimiliki.
Jumlah responden dalam AHP tidak ditentukan (bebas). Responden
tersebut berjumlah tujuh orang yang ditentukan berdasarkan kepakaran. Rincian
responden dapat dilihat pada Tabel 7. Secara lebih detail, latar belakang
responden pakar dijabarkan pada Lampiran 2.
Analisis Data AHP. Data yang ada kemudian dianalisis dengan
bantuan software Expert Choice V.11 dalam implementasi model-model Sistem
Penunjang Keputusan (SPK).
Produk yang dihasilkan. Dari proses ini akan didapatkan bobot
komponen-komponen prioritas dari elemen-elemen desain yang paling
berpengaruh dalam desain taman dan rumah tinggal hemat energi. Hasil
39

pembobotan AHP tersebut berguna dalam tahapan penelitian konseptualisasi


kriteria desain hemat energi selanjutnya.

Tabel 7. Rincian Jumlah Responden


Jumlah
No Kriteria Pakar Asal Insitusi/Lembaga
Responden
1. Pakar di bidang Departemen Arsitektur Lanskap 3
Arsitektur Lanskap FAPERTA IPB Bogor
2. Pakar di bidang Departemen Arsitektur FTUI Depok 2
Arsitektur
3. Pakar dibidang Departemen Teknologi Hasil Hutan 1
Biomaterial FAHUTAN IPB Bogor
4. Pakar di bidang Energi KEMENRISTEK RI 1
terbarukan
Jumlah 7

Tahap Konseptualisasi Kriteria Desain Hemat Energi


Hasil analisis AHP dikembangkan kedalam konsep kriteria desain yang
lebih detil yang dirumuskan ke dalam matriks kriteria desain taman dan rumah
tinggal hemat energi berupa indikator-indikator penting yang sangat berperan
dalam konsep penghematan energi.
Matriks Assessment. Konsep desain tersebut dikelompokkan kedalam
tiga kelompok kriteria klasifikasi yang dinilai dengan skor 1, 2 dan 3. Skor 1
(rendah) mengindikasikan sebagai pencapaian minimum dalam pemenuhan
persyaratan kriteria hemat energi. Skor 2 (sedang) mengindikasikan sebagai
pencapaian rata-rata (average) dalam pemenuhan persyaratan kriteria hemat
energi. Skor 3 (tinggi) mengindikasikan sebagai pencapaian optimum dalam
pemenuhan persyaratan kriteria hemat energi. Ilustrasi matriks konsep kriteria
desain tersebut dijelaskan melalui Tabel 8.
Klasifikasi Skenario Model. Dalam menterjemahkan konsep tertulis ke
dalam sebuah media gambar, diperlukan skenario berupa pengelompokan
kombinasi komponen dan variabel pembentuk lanskap hemat energi. Kombinasi
yang direncanakan tertuang pada Tabel 9.
Gambar 6. Skema hierarki AHP untuk Kajian Desain Taman dan Rumah Tinggal Hemat Energi

40
41

Tabel 8. Ilustrasi matriks konsepsi kriteria desain taman dan rumah tinggal hemat
energi
Skor
Komponen Bobot Bobot
No. Variabel 1 2 3
Prioritas komponen variabel
(rendah) (sedang) (tinggi)
1. a x1 a1 y1 ... ... ...
a2 y2 ... ... ...
a3 y3 ... ... ...
a4 y4 ... ... ...
a5 y5 ... ... ...

Tabel 9. Ilustrasi kombinasi skenario model taman dan rumah tinggal hemat
energi
No. Kombinasi Nilai Klasifikasi
1 Kombinasi komponen bernilai skor rendah dengan
komponen pembentuk taman dan rumah hemat x1 y1
energi lain bernilai skor rendah
2 Kombinasi komponen bernilai skor sedang dengan
komponen pembentuk taman dan rumah hemat x2 y2
energi lain bernilai skor sedang
3 Kombinasi komponen bernilai skor tinggi dengan
komponen pembentuk taman dan rumah hemat x3 y3
energi lain bernilai skor tinggi

Selanjutnya, perolehan nilai kombinasi komponen dan variabel pembentuk


lanskap hemat energi tersebut dihitung melalui perkalian bobot-bobot dan
skornya. Perhitungan penilaian kelas kombinasi komponen hemat energi
tersebut, adalah sebagai berikut:

Σ Ki • Vij • S ..................................................................................................(5)

Keterangan:
Ki = Komponen desain taman dan rumah tinggal hemat energi ke-i
Vij = Variabel komponen desain taman dan rumah tinggal hemat energi ke-i
dan jumlah variabel masing masing komponen ke-j
S = Skor kriteria taman dan rumah tinggal hemat energi
42

Melalui perhitungan nilai kombinasi komponen hemat energi diatas, akan


didapatkan nilai-nilai, diantaranya nilai maksimum dan nilai minimun dari
kombinasi tertentu. Untuk menentukan klasifikasi tingkat hemat energi
diperlukan nilai interval kelas yang diperoleh melalui perhitungan nilai skor
maksimum dikurangi nilai skor minimum dibagi tiga tingkat skor kriteria klasifikasi,
seperti yang tertera di bawah ini:

Nilai Interval Kelas = Nilai Maksimal – Nilai Minimal ........................................(6)


N Tingkat Klasifikasi

Keterangan:
Nilai maksimal Jumlah nilai maksimum yang dihasilkan dari kombinasi-
= kombinasi skenario model

Nilai minimal Jumlah nilai minimum yang dihasilkan dari kombinasi-


= kombinasi skenario model

N tingkat klasifikasi = Jumlah tingkat klasifikasi

Dari penghitungan skor masing-masing komponen, maka dapat


ditentukan klasifikasi kelas hemat energi apakah tergolong dalam tingkat yang
rendah (0,999-1,665) atau sedang (1,665-2,331) atau tinggi (2,331-2,997).

Visualisasi Model 3 Dimensi


Langkah selanjutnya adalah memvisualisasikan konsep desain tersebut
dengan menggunakan pemodelan 3 dimensi dibantu dengan software desain
grafis Google sketch-up V.8.1 Visualisasi dalam tahapan ini berupa upaya untuk
mentransformasikan gagasan kriteria desain taman dan rumah tinggal hemat
energi kedalam bentuk media gambar yang bersifat mudah di pahami.

1
http://sketchup.google.com

Anda mungkin juga menyukai