Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA

PERCOBAAN KE 1

PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA

Nama : Rizka Novia Indriani


NIM : 1606067081
Kelompok : B5
Hari, Tanggal Praktikum : Sabtu, 28 April 2018
Dosen Pembimbing : Andy Wijaya, M.Farm., Apt

LABORATURIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan Praktikum FITOKIMIA Percobaan Ke 1 dengan Judul


PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA adalah benar sesuai
dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun sendiri
berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan.

Yogyakarta, 12 Mei 2018


Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

Andy Wijaya, M.Farm., Apt Rizka Novia Indriani

Data Laporan (Diisi dan diparaf oleh Dosen/Laboran/Asisten )


Hari, Tanggal Praktikum Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan

Sabtu, 28 April 2018 Sabtu, 12 Mei 2018

Nilai Laporan (Diisi oleh Dosen)


No. Aspek Penilaian Nilai
1. Ketepatan waktu pengumpulan (10)
2. Kesesuaian laporan dengan format (5)
3. Kelengkapan dasar teori (15)
4. Skematika kerja (10)
5. Penyajian hasil (15)
6. Pembahasan (20)
7. Kesimpulan (10)
8. Penulisan daftar pustaka (5)
9. Upload data via blog/wordpress/scribd/
academia.edu (10)
TOTAL
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Dapat melakukan pembuatan simplisia serta prosedur penapisan fitokimia untuk
mengidentifikasi kandungan zat aktif simplisia.
B. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
merupakan bahan yang dikeringkan.

Terdapat 3 jenis simplisia yaitu :

a. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni.

Proses pembuatan simplisia:


1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku.
Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Panen daun
atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu
ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi
dilakukan terhadap tanah dan krikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau
bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak
(dimakan ulat dan sebagainya).

3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat,
terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang
tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas
permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan
semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk rimpang, daun dan herba
adalah perajangan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan kadar air
sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri serta
memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah
disimpan, tahan lama dan sebagainya). Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar
matahari langsung maupun tidak langsung juga dapat dilakukan dalam oven
dengan suhu maksimum 60oC.
6. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang
rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya,
atau dibersihkan dari kotoran hewan.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan yang lainnya (Anonim, 2000).

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa
kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi
senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam
mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu
tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapt digunakan untuk
keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber tanin,
minyak untuk industri, sumber gum, dan lain-lain. Metode yang telah dikembangkan
dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat,
tannin, saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler V.E, 1988).
1. ALKALOIDA
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom
nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik
(Harborne,1984). Alkaloida dapat ditemukan pada biji, daun, ranting, dan kulit
kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloida dari tumbuhan dapat mencapai 10-
15%. Alkaloida kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna
dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali
bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nistatin) pada suhu kamar (Sabrini et al, 1994).
2. FLAVONOID
Flavonoid merupakan senyawa polar sehingga flavonoid dapat larut
dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dimetil sulfoksida (DMSD),
dimetil ferifamida (DMF) dan air. Flavonoid merupakan senyawa kimia yang
bekerja sebagai antioksidan, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C
(meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, menghambat pertumbuhan
tumor dan mencegah kropos tulang (Harborne, 1987).
3. SAPONIN
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang mungkin terdapat
pada banyak tanaman. Saponin yaitu suatu bahan yang akan membentuk busa
jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin berfungsi sebagai
ekspektoran, kemudian emetikum jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar.
Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel darah
merah terganggu akibat dari kerusakan membran sel, menurunkan kolesterol
plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora usus serta sebagai antibakteri
(Harborne, 1987).
4. STEROID DAN TERPENOID
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem
cincin siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa
metabolik sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid
pada umumnya diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam
tumbuhan (Djamal, 1988).
Terpenoid merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan
dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri.
Triterpenoid adalah sekelompok senyawa turunan asam metalonat. Triterpenoid
yang paling penting dan tersebar luas adalah triterpenoid pentasiklik. Senyawa ii
ditemukan dalam tumbuhan seprimitif sphagrum, tetapi yang paling umum pada
tumbuhan berbiji.
5. TANIN
Tanin adalah ester yang dapat dihidrolisis oleh pemanasan dengan
larutan asam sampai menghasilkan senyawa fenol, biasanya merupakan derivate
atau turunan dari asam garlic dan gula. Tanin merupakan senyawa fenolik yang
kerjanya bersifat adstringen (menciutkan selaput usus pengelat) dapat
mengurangi kontraksi usus, menghambat diare, mengurangi penyerapan dan
melindungi usus dengan cara melapisi permukaan lumen (Harborne, 1987).
6. KUINON
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar
seperti kromofor pada benzokuinon, Yitu terdiri dari 2 gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan 2 ikatan rangkap karbonil-karbon. Warna pigmen kuinon
akan beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitan. Walaupun
kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna tumbuhan sangat
kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar atau jaringan lain, namun
warna pigmen kuinon ini tidak mendominasi.
7. MINYAK ATSIRI
Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran
senyawa organik yang kadang kala terdiri dari lebih besar dari 25 senyawa atau
komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah
senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan
oksigen yang bersifat aromatik yang secara umum disebut terpenoid. Minyak
atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak atsiri ini
disebut juga minyak menguap, minyak etetis, minyak esensial karena pada suhu
kamar menguap (Gunawan & Mulyani, 2004).

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Tabung reaksi 5. Pengaduk
2. Beaker glass 6. Pemanas
3. Pipet tetes 7. Corong
4. Spatula 8. Penjepit

BAHAN

1. Daun sirih hijau 13. Serbuk Mg


2. Aquadest 14. Amil alkohol
3. Timbal (II) asetat 15. Etanol 96%
4. Kloroform 16. Asam sulfat 2N
5. Isopropanol 17. Asam asetat anhidrat
6. Natrium Sulfat Anhidrat 18. Besi (III) klorida 1%
7. Molish 19. Perekasi Stiasny
8. Asam Sulfat Pekat 20. Natrium Asetat
9. HCl 2N 21. NaOH 1N
10. Pereaksi Meyer 22. Amonia 10%
11. Pereaksi Bouchardat 23. Petroleum eter
12. Pereaksi Dragendorff 24. Kertas saring
D. CARA KERJA
1. IDENTIFIKASI ALKALOID
Serbuk simplisia 0,5 gram
1 ml HCl 2N
9 ml aquadest
Dipanaskan 2 menit
Didinginkan
Filtrat @ 3 tetes

3 tetes lar. 3 tetes lar. 3tetes lar.


Pereaksi Meyer Pereksi Bouchardat Pereaksi
Dragendorff

Endapan menggumpal Endapan merah/ warna merah/


Berwarna putih/kuning jingga jingga

2. IDENTIFIKASI FLAVONOID
Serbuk simplisia 10 gram
+ air panas
Didihkan 5 menit
Filtrat 5 ml
+ 0,1g serbuk Mg
+ 1ml asam klorida pekat
+ 2ml amilalkohol
Kocok dan biarkan memisah
Warna merah, kuning jingga
pada lapisan amil alkohol
3. IDENTIFIKASI SAPONIN
Serbuk simplisia 0,5 gram
+ air panas
Dinginkan
Kocok kuat 10 detik
Terbentuk buih 1-10 cm selama ≥ 10 menit
Asam klorida 2N
Buih tetap
4. IDENTIFIKASI GLIKOSIDA
Serbuk simplisia 3 gram
Disari + 30 ml etanol 96%
+ air (7:3)
+ 10ml Asam Sulfat 2N
Direfluks 1 jam
Didinginkan
Disaring
20 ml filtrat
+ 25ml Timbal (II) Asetat 0,4M
Dikocok
Didiamkan
Disaring
Filtrat disari 3x
Kumpulan sari
+ Natrium Sulfat Anhidrat
Disaring
Diuapkan suhu 50oC
Sisa
+ 2ml etanol
Diuapkan
+ 2 ml air
+ 5 tetes molish
+ 2 ml Asam Sulfat Pekat
Cincin ungu pada batas kedua cairan menunjukan adanya glikosida
5. IDENTIFIKASI STEROID DAN TERPENOID
20 gram ekstrak
+ 20 ml eter
Dimaserasi 2 jam
Disaring
5ml filtrat
Diuapkan
Residu
+ 2 tetes asam asetat anhidrat
+ 2 tetes asam sulfat pekat
(pereaksi liberman-buchard)
Terbentuk warna hijau/merah
Adanya steroid dan terpenoid

6. IDENTIFIKASI TANIN
0,5 gram simplisia
+ 10ml aquadest
Disari
Dididihkan 15 menit
Didinginkan
Disaring dengan kertas saring
Filtrat

Filtrat I Filtrat II
+ laruatan Feri (III) Klorida 1% + 15ml pereaksi
Terbentuk warna Stiasny
Biru tua/ hijau kehitaman (Formaldehid 30%
: HCl pekat; 2:1)
Endapan merah muda
Disaring
Dijenuhkan + natrium asetat
+ larutanFeCl31%
Terbentuk warna biru tinta

7. IDENTIFIKASI KUINON
5 ml larutan identifikasi flavonoid
+ beberapa tetes NaOH 1N
Terbentuk warna merah

8. IDENTIFIKASI KUMARIN
40 mg ekstrak
+ 10 ml Kloroform
Dipanaskan
Didinginkan
Disaring
Filtrasi
Diuapkan
Residu
+ 10ml air panas
Didinginkan
+ 0,5ml amonium 10%
Terjadi flourensi hijau/biru diamati
Dibawah sinar UV dengan gelombang 366nm

9. IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI


40mg ekstrak
+ 10ml larutan petroleum eter
Dipanaskan 10 menit
Disaring
Fitrasi
Diuapkan
Residu
Dilarutkan + Alkohol 5ml
Disaring
Berbau aromatik

E. HASIL
Hasil pengamatan skrining fitokimia
Nama simplisia : Daun Sirih Hijau (Piper betle L)
Metode ekstraksi : Infundasi
Hasil pengamatan
No Jenis Uji Hasil Keterangan
1 Alkaloid (+) Terbentuk warna kuning
(Larutan Pereaksi Mayer)

Alkaloid (+) Terbentuk warna jingga


(pereaksi dragendorff)
2 Flavonoid (-) Terbentuk larutan jernih
tak berwarna
3 Saponin (+) Terbentuk buih 1cm ,
terbentuk buih 0,5 cm saat
ditambahkan HCl 2N
4 Glikosida - -
5 Steroid dan Terpenoid - -
6 Tanin (+) Terbentuk warna biru
kehitaman
7 Kuinon (-) Terbentuk warna kuning
8 Kumarin - -

9 Minyak Atsiri - -

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang skrining fitokimia yang
bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan zat aktif pada simplisia. Tanaman atau
bagian tanaman yang digunakan adalah daun sirih hijau (Piper betle L). Skrining
fitokimia pada daun sirih hijau (Piper betle L) dilakukan dengan menggunakan uji
tabung. Senyawa yang akan diidentifikasi yaitu senyawa golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, dan kuinon. Hal yang dilakukan pertama kali sebelum uji
fitokimia adalah perajangan simplisia yang bertjuan untuk mempermudah penarikan
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Pada pengujian alkaloid potongan daun sirih hijau ditambahkan dengan HCl
2N dan aquadest kemudian dipanaskan selama 2 menit. Penambahan HCl berfungsi
untuk membentuk garam alkaloid, karena alkaloid yang bersifat basa dapat larut
dalam pelarut yang bersifat asam. Dilakukannya pemanasan dalam uji alkaloid
bertujuan untuk membentuk garam alkaloid yang stabil. Pada pengujian alkaloid
filtrat daun sirih hijau ditambahkan dengan pereaksi meyer dan pereaksi dragendorff
yang menghasilkan larutan dengan warna kuning dan larutan berwarna jingga.
Penggunaan pereaksi meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid dimana pereaksi
ini dapat berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid
dan Hg pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa komplek merkuri yang non
polar akan membentuk endapan berwarna kuning atau putih. Reaksi uji alkaloid ini
denganpereaksi meyer adalah: N + KhgI4 Hg-N putih. Hal ini menunjukan bahwa
daun sirih hijau positif mengandung alkaloid di dalamnya dan sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa daun sirih hijau mengandung alkaloid. Sedangkan
pereaksi dragendorff digunakan untuk mengendapkan alkaloid karena dalam
senyawa alkaloid terdapat gugus nitrigen yang memiliki satu pasang elektron bebas
menyebabkan senyawa alkaloid bersifat neikleofil (basa). Hal ini dapat
menyebabkan senyawa alkaloid mampu mengikat ion logam berat (dragendorff)
yang mempunyai muatan positif sehingga terbentuk warna jingga.
Pada pengujian flavonoid filtrat ditambahkan dengan serbuk magnesium dan
asam klorida pekat akan menghasilkan warna merah, kuning dan jingga jika positif
mengandung flavonoid. Namun pada pengujian yang kami lakukan tidak terdapat
warna tersebut. Tetapi menurut literatur daun sirih hijau memiliki kandungan
senyawa flavonoid. Hal ini dapat disebut reaksi negatif palsu, hasil pengujian
menyatakan tidak ada(negatif) tetapi sebenrnya ada (positif). Hal tersebut dapat
disebabkan karena kadar didalam bahan uji terlalu sedikiy atau bahan ujinya
(ekstrak simplisia) tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu senyawa yang tadinya
ada menjadi hilang atau rusak karena reaksi enzimatik maupun hidrolisis.
Pada pengujian saponin filtrat dimasukan dalam tabung reaksi kemudian
dikocok kuat selama 10 detik. Hasil praktikum menunjukan bahwa daun sirih hijau
positif mengandung saponim karena terbentuk buih setinggi 1cm dan saat
ditambahkan asam klorida 2N buih perlahan menghilang menjadi 0,5cm tingginya.
Timbulnya buih menunjukan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.
Buih yang muncul hanya sedikit dapat disebabkan karena pengocokkan yang kurang
kuat dan ruang lingkup sedikit.
Pada uji tanin dilakukan dengan cara memanaskan potongan simplisia dalam
aqudest selama 15 menit. Pemanasan tersebut berfungsi untuk melarutkan tanin agar
terpisah dari bagian tubuh tumbuhan sampel. Filtrat yang diperoleh ditambahkan
larutan Feri (III) Klorid 1%. Hasil yang diperoleh adlah daun sirih hijau positif
mengandung tanin dengan memberikan warna hijau kehitaman. Terbentuknya warna
hijau kehitaman pada ekstrak setelah ditambahkan FeCl3 1% kaewna tanin akan
bereaksi dengan ion Fe3+ hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
daun sirih hijau mengandung senyawa tanin.
Pada pengujian kuinon filtrat yang diperoleh dari identifikasi flavonoid
ditambahkan dengan larutan NaOH 1N. Larutan NaOH 1N ditambahkan karena
bertujuan untuk menghidrolisis glikosida dan mengoksidasi antranol menjadi
antrakuinon sehingga terbentuk larutan merah. Namun dari hasil praktikum yang
dikerjakan menghasilkan warna jernih kekuningan. Hal ini disebabkan karena daun
sirih hijau tidak mengandung kuinon.

G. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa skrining fitokimia pada sampel
daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung senyawa alkaloid (pereaksi mayer dan
pereaksi dragendorff), saponin dan tanin. Sedangkan untuk senyawa kuinon
memiliki hasil negatif, serta pada pengujian flavonoid terjadi reaksi negatif palsu
karena pada literatur menunjukan daun sirih hijau positif mengandung flavonoid,
namun pada saat praktikum menunjukan hasil negatif.

H. DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R., 1988. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian.
Universitas Negeri Andalas.
Gunawan & Mulyani. 2004. Ilmi Obat Alam. Bogor: Penebar Swadaya.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Menganalisis Tumbuhan.
Terjemahan Padmawinat. Bandung: ITB Press
Sabrini, M. Hardyono,. Dan Respati s,. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik.
UGM. Yogyakarta.
Teyler. V.E. dkk. 1998. Pharmacognosy 9th Edition, 187-188. Phiadelphia:
Lea&Febiger.

Anda mungkin juga menyukai