Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerusakan mangrove pada umumnya disebabkan oleh pemanfaatan yang tidak
memperhatikan kelestariannya, seperti penebangan dengan cara yang berlebihan dan
merubah fungsi untuk kepentingan penggunaan lahan lainnya seperti tambak, pemukiman,
industri dan pertambangan. Kerusakan mangrove dapat mengakibatkan abrasi pantai,
penurunan produktivitas perairan, hilangnya fungsi penahan gelombang, tingginya resiko
penyebaran penyakit dan lebih jauh dapat mengakibatkan menurunnya ketahanan social
ekonomi masyarakat yang bergantung pada ekosistem mangrove.
Mengingat besarnya kerugian akibat hilang atau rusaknya mangrove, maka
penting dilakukan kegiatan rehabilitasi mangrove yang terdiri dari kegiatan pengenalan
jenis mangrove, pembuatan bibit dan penanaman mangrove.
Dalam rangka menahan laju kerusakan mangrove dan memulihkan sebagian
ekosistem mangrove yang telah rusak, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
bersama-sama dengan pihak-pihak terkait telah melaksanakan program rehabilitasi
mangrove dan program ini perlu didukung oleh tenaga teknis yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam merehabilitasi mangrove dengan tujuan untuk menyelamatkan
ekosistem mangrove melalui Diklat Rehabilitasi Mangrove untuk menghasilkan tenaga
teknis rehabilitasi mangrove yang professional dan kompeten. Pelaksanaan Diklat
Rehabilitasi Mangrove tersebut ditunjang dengan kegiatan praktik lapangan yang
diaksanakan di Rumah Alam Bakau Mekar Jaya di Kabupaten Siak Sri Indrapura.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dilaksanakannya kegiatan praktek lapangan pada Diklat Rehabilitasi
Mangrove ini adalah untuk mengetahui hasil pembelajaran secara teori peserta diklat
dalam kegiatan merehabilitasi mangrove dan praktek lapangan ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui :
1. Kemampuan peserta diklat untuk mengenal beberapa jenis mangrove dengan baik dan
benar.
2. Kemampuan peserta diklat melaksanakan kegiatan pembuatan bibit mangrove.
3. Kemampuan peserta diklat melakukan kegiatan penanaman mangrove dan
4. Kemampuan peserta diklat daam meaksanakan kegiatan pemeliharaan.
BAB II
REHABILITASI MANGROVE PADA RUMAH ALAM BAKAU

A. Kondisi Lokasi
Untuk melaksanakan suatu kegiatan perlu diketahui kondisi geografi lokasi yang
dijadikan objek praktek lapangan, demikian juga hanya praktek lapangan bagi peserta
diklat Rehabilitasi Mangrove. Kegiatan praktek lapangan Diklat Rehabilitasi Mangrove
yaitu di Rumah Bakau Alam Mekar Jaya beralamat di Desa Mekar Jaya Kecamatan Sungai
Apit Kabupaten Siak dengan luas lokasi ± 25 ha.

B. JENIS-JENIS MANGROVE
Dalam mengelola mangrove , disekitar lokasi Rumah Bakau Alam Mekar Jaya
terdapat 17 jenis mangrove , namun di dalam pelaksanaan praktek lapangan diklat
rehabilitasi mangrove yang diidentifikasi peserta diklat rehabilitasi mangrove hanya 6
(enam) jenis , yaitu :
a. NIPAH (Nypa Fruticans) dan isinya berwarna putih dan buah nipah biasanya
berbentuk bulat telur dan gepeng. Tumbuhan ini sejenis tumbuhan palem (palma) yang
tumbuh dihutan bakau atau daerah pasang surut dekat tepi laut dan tumbuhan ini
berakar serabut yang panjangnya bisa mencapai belasan meter. Susunan dan tata letak
daun : dari rampangnya tumbuh daun majemuk menyirip khas palma tegak atau
hamper tegak. Bentuk helai daunnya berbentuk panjang dan berbulu, melengkung
kebawah , masih mudah berwarna kuning yang sudah tua berwarna hijau dan ujung
daunnya berbentuk lancip. Letak bunga nipah majemuk muncul dari ketiak daun dan
rangkaian bunga bunga betina terkumpu diujung membentuk bola dan bunga jantan
tersusun dalam malai serupa untai, merah jingga atau kuning pada cabang dibawahnya,

b. BARU-BARU (Osbormia Octodonta)


Buahnya berbentuk bulat seperti bola , warna buahnya kehijau-hijauan. Tumbuhan ini
ini terlindung oleh tabung kelopak dan tidak memecah ketika masak dan berdiameter 5
– 10 mm serta bentuk biji bulat telur sungsang 1 – 2 butir.
Bentuk pohon tumbuhan ini keci atau perdu bercabang banyak hingga tinggi 7 meter ,
pepagan abu-abu kecoklatan dan ranting abu-abu pucat menyegi empat ketika muda.
Tumbuhan ini tanpa akar udara , perakarannya berubah-ubah terkadang menjalar diatas
tanah dan kadang-kadang juga memiliki akar nafas meskipun biasanya tidak.
Komposisi daun tunggal dan susunan daunnya berseling dan ujung daunnya runcing.
Bentuk helai daun seperti hati, ukuran sedang, daunnya terasa licin bila diraba dan
tumbuhan ini memiliki kelenjar minyak yang kecil dan menerawang serta tangkai daun
yang pendek 2 mm dan bentuk ujung daunnya lancip. Letak bunganya diujung , berisi
1 -3 kuntum bunga diketiak dengan sepasang anak daun pelindung bentuk jorong dan
rangkaian bunganya berjajar rapat-rapat, duduk berkelamin ganda lebih kurang 5 mm ,
dipangkalnya dilindungi sepasang anak daun yang berambut dan tabung kelopak
berbentuk lonceng.

c. DUNGUN (Heriteria Globosa)


Jenis mangrove ini buahnya berbentuk bulat, berwarna hijau hingga coklat dan
biasanya buahnya berada pada ujung pangkal daun.
Kemudian bentuk tumbuhan pohon, tumbuh di belakang zona jalur mangrove,
dikoleksi di tempat sejauh 70 km dari laut dengan system sungai air tawar yang
dipengaruhi oleh pasang surut. Bentuk akar tanaman mangrove ini berbentuk akar
papan berkembang baik dan menyerupai ular yang memanjang 2 – 4 m dari pangkal.
Tangkai daun pada tanaman ini lebih panjang dan memiliki ujung daun ventral yang
dangkal dan letak daun memanjang pada ujung jauh menuju mulut atau sayapnya.
Kemudian Bentuk helai daun pada tanaman ini oval oblong yang ujung daun ventral
serta gagang daun lebih panjang dari 2 cm dan mungkin lebih 4 cm serta ujung
daunnya membulat.
Bunga pada tanaman ini terletak pada tandan bunga berambut terutama pada bagian
ketiak daun ujung cabang dengan formasi rangkaian bunga bergerombol bebas dan
kelopak bunga 4 -5 cm seperti mangkok kemerahan dan berambut.

d. TAMPUSING (BRUGVEIRA SEXANGULA)


Bentuk buah tumbuhan ini silindris dengan warna buahnya hijau pekat kecoklatan,
kelopaknya berwarna merah dengan ukuran buahnya ± 5 – 8 cm dan diameter buah 1 –
1,5 cm, buah vivi pari.
Bentuk tumbuhan : individu B. sexangula berbentuk pohon , batang padat / masiv ,
tinggi pohon yang diamati ± 5 meter.
Bentuk akar lutut , akar yang baru muncul sepintas tampak seperti akar tongkat/pensil
dan akar yang sudah besar berbentuk lutut sejati.
Susunan dan letak daun bersilangan , bentuk helai daun elips dengan ukuran daun 8 –
10 cm dan jika diraba daun terasa tebal dan ujung daun berbentuk lancip.
Letak bunga : muncul dari ketiak daun dan bunganya berwarna kuning kemerah-
merahan serta rangkaian bunga bersusun dengan jumlah bunga tidak terlalu rapat.

e. BREMBANG (SONNERATIA CASEOLARIS)


Buah tumbuhan ini berbentuk seperti bola ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya
terbungkus kelopak bunga, ukurannya lebih besar dari sonneratia alba , kemudian biji
tumbuhan ini lebih banyak 800 – 1200 dengan ukuranb buah berdiameter 6 – 8 cm dan
bentuk tumbuhan ini ketinggian pohonnya mencapai 15 meter , jarang mencapai 20
meter. Tumbuhan ini memiliki akar nafas vertical seperti kerucut dengan tinggi hingga
1 meter dan sangat kuat. Susunan dan tata letak daunnya bergagang/bertangkai, daun
kemerahan, lebar dan sangat pendek dengan bentuk bulat memanjang. Susunan dan
tata letak daun majemuk, bentuk helai daun bulat memanjang, lebar dan sangat pendek
dengan ukuran bervariasi 5 – 13 cm / 2 – 5 cm , warna daun kemerahan serta ujung
daun tumbuhan ini membundar. Letak bunga : formasi 50 liter – kelompok ( 1 -3
bunga/kelompok) dan daun mahkota warnyanya merah ukuran 17 – 35 mm dan
rangkaian bunganya : kelopak bunga 6 – 8 berkulit bagian luar hijau di dalam putih
dan pangkalnya merah dan mudah rontok

f. BAKAU ( RHIZOPORA)
Buah tumbuhan ini kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna
coklat mempunyai ukuran panjang 2 – 3,5 cm , berisi satu biji fertil hipokotil silindris,
ukuran hipokotil 18 – 38 cm , diameter 1 -2 cm. Bentuk tumbuhan ini mempunyai
ketinggian mencapai 30 meter dengan diameter mencapai 50 cm memiliki perakaran
yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, memiliki akar udara yang keluar dari
cabang dan kulit tumbuhan ini berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah. Bentuk
akarnya akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Susunan dan tata letak daun : daun berkulit warna hijau tua dengan hijau muda pada
bagian tengah dan kemerahan dibagian bawah, gagang daun panjang 11 – 23 x 5 – 13
cm, unit dan letaknya sederhana dan berlawanan, bentuk elips dan menyempit, ujung
meruncing. Bentuk helai daun : elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung daun
meruncing. Letak bunga nya diketiak daun, 4 – 8 bunga perkelopak, benang sari tidak
bertangkai. Rangkaian bunga : gagang kepala bunga seperti cagak masing-masing
menempel pada gagang individu.

C. PEMBIBITAN MANGROVE
Kelompok 3 melaksanakan pembibitan mangrove di Kawasan Wisata Mangrove
Rawa Mekar Jaya. Praktik pembibitan dilaksanakan melalui simulasi pembuatan bibit.
Karena pada praktik nyata di lapangan, pembibitan dilaksanakan dalam jangka waktu yang
cukup lama, dimulai dari penyiapan lokasi persemaian sampai bibit siap ditanam. Alat dan
bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pembibitan mangrove adalah polybag, benih
mangrove berbagai jenis, lumpur, cetok dan bedeng. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pelaksanaan pembibitan mangrove dalam rangka Diklat Rehabilitasi Hutan Mangrove antara
lain:
1. Pengunduhan benih / buah mangrove
Jenis mangrove yang digunakan dalam praktik pembibitan kali ini yaitu dari jenis
Rhizopora, spp.. Jenis ini dipilih dengan pertimbangan bahwa pada Kawasan Wisata
Mangrove Rawa Mekar Jaya jenis mangrove yang sedang dalam masa musim berbuah
yaitu dari jenis Rhizopora, spp. Pengunduhan benih dilakukan dengan cara
mengambil langsung dari pohon indukan yang sudah cukup besar (dengan umur > 10
tahun). Selain mengambil dari pohon, juga dilaksanakan pengunduhan bibit dengan
cara memungut buah yang telah jatuh ke lantai hutan mangrove, dengan catatan benih
yang diambil belum berakar atau tumbuh daunnya.
2. Seleksi Benih / buah mangrove
Benih yang sudah diunduh dikumpulkan, kemudian dilakukan seleksi dan sortasi
yaitu memilah benih yang sehat dan masak yang ditandai oleh warna kotiledon coklat
kemerahan atau kekuningan, kokoh serta bebas dari hama penyakit maupun luka
mekanis. Ukuran benih bakau ini cukup besar sehingga dalam 1 kg benih terdapat ±
46 benih.
3. Penyiapan bedengan
Pada praktik nyata, pembibitan mangrove tentunya harus pertama-tama dengan
menyiapkan bedengan. Terdapat koreksi terhadap lokasi bedengan pembibitan
mangrove yang dimiliki oleh Wisata Mangrove Rawa Mekar Jaya yaitu lokasi
bedengan yang cenderung jauh dari pengaruh pasang surut. Seharusnya, lokasi
bedengan harus terletak pada lokasi pasang surut dengan harapan tercapainya tingkat
keberhasilan pembibitan yang tinggi.
4. Penyiapan media tanam
Lumpur yang digunakan pada tahap pembibitan ini diambil dari sekitar lokasi
penanaman. Pertimbangan ini diambil guna mengoptimalkan ketahanan hidup benih
sewaktu pembibitan. Setelah polybag siap, dilakukan langkah berikut:
 Ambil polybag, lalu isi dengan lumpur yang ada disekitar bedeng.
Isi poly bag dengan sedimen, tetapi jangan terlalu penuh melainkan ¾ dari isi
polybag.
 Setelah diisi lumpur, lipat bagian atas polybag ke bagian luar
 Selanutnya tanam benih mangrove yang telah dipilih dan berkondisi baik ke
dalam polybag
 Setelah itu, masukkan satu per satu polybag yang sudah terisi dengan benih –
benih mangrove tersebut ke dalam bedeng. Polybag kemudian disusun dengan
rapi agar memudahkan perawatan, pemeliharaan, dan pengecekan

D. PENANAMAN MANGROVE
Penanaman mangrove dilaksanakan di lokasi Kawasan Wisata Mangrove Rawa
Mekar Jaya. Lokasi penanaman berdekatan dengan lokasi pembibitan yang dimiliki oleh
kelompok mangrove ini. Jarak lokasi penanaman dengan pembibitan yaitu ± 100 meter. Hal
ini sangat baik karena akan mampu meningkatkan tingkat keberhasilan penanaman karena
kondisi iklim dan tanah yang serupa antara lokasi penanaman dan lokasi pembibitan.
A. Teknis Penanaman
Teknis penanaman mangrove yang diterapkan oleh Rumah Alam Bakau cukup
sederhana. Penanaman mangrove dilakukan sama seperti halnya penanaman bibit tanaman
pohon lainnya. Hal pertama yang dilakukan adalah memastikan lubang tanam ,ajir, dan bibit
sudah siap. Jika lubang tanam, ajir, dan bibit sudah siap kemudian buka polybag dan
usahakan jangan sampai tanah / media terlepas dari bibit karena dapat mengakibatkan bibit
stress sehingga mempengaruhi persentase keberhasilan penanaman. Setelah polybag berhasil
dibuka selanjutnya masukan bibit ke dalam lubang yang sudah disiapkan.
Beberapa pertimbangan penanaman yang menjadi poin sebagai catatan dari kelompok
3 yaitu:
1. Pola tanam
Pola tanam yang diaplikasikan oleh Kelompok Mangrove Rawa Mekar Jaya ini
cenderung tidak terlalu beraturan.
2. Jarak tanam
Jarak tanam ideal dalam kegiatan rehabilitasi mangrove yaitu antara 1 x 1 meter
sampai 1 x 1,5 meter. Tetapi dalam praktiknya, jarak tanam yang disiapkan oleh
pihak pengelola kawasan mangrove Rawa Mekar Jaya dengan ukuran 70 x 80 cm.
3. Persiapan Lubang Tanam
Persiapan lubang tanam dilakukan dengan cara yang cukup efektif dan praktis
yaitu dengan menggunakan alat pelubang berupa kayu yang diruncingi serupa
dengan yang secara umum disebut sebagai alat tugal. Teknik persiapan lubang
tanam ini sangat efektif dan praktis untuk diterapkan pada kegiatan penanaman
mangrove disebabkan lahan mangrove yang cenderung berlumpur.
4. Jenis Bibit
Jenis bibit mangrove yang dipakai dalam kegiatan ini yaitu bakau. Hal ini
dikarenakan jenis ini merupakan jenis dengan potensi bibit yang melimpah di
Kawasan Rumah Alam Bakau.

E. ANALISIS HASIL PEMBIBITAN DAN PENANAMAN MANGROVE


1. Analisis Hasil Pembibitan
Pembibitan yang dilaksanakan oleh Rumah Alam Bakau dinilai berhasil karena:
 Ketersediaan Pohon Indukan
Kawasan Rumah Alam Bakau seluas 25 Hektar memiliki pohon-pohon mangrove
yang berukuran besar cukup banyak. Terlihat dari perakaran, pohon mangrove
tersebut sudah mencapai umur yang matang untuk digunaka sebagai pohon induk.
Hal ini menjadi potensi penting Rumah Alam Bakau dalam melaksanakan kegiatan
pembibitan mangrove.
 Waktu Dan Tenaga Kerja Yang Tersedia
Jumlah buah yang berhasil ditanam menjadi bibit dipengaruhi oleh waktu dan tenaga
kerja yang tersedia. Rumah Alam Bakau memiliki sumberdaya manusia yang
memadai, sehingga hal ini menjadi modal penting dalam kegiatan pembibitan yang
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
 Lokasi Pembibitan
Lokasi pembibitan yang berada dekat dengan lokasi penanaman merupakan nilai
penting dari kegiatan pembibitan yang dilaksanakan oleh Rumah Alam Bakau. Selain
itu, lokasi pembibitan sangat dekat dengan lokasi tumbuh pohon induk. Hal ini akan
sangat mempengaruhi keberhasilan pembibitan karena kondisi buah yang masih
dalam kondisi segar ketika ditanam menjadi bibit.

2. Analisis Penanaman Mangrove


Penanaman mangrove yang telah dilaksanakan oleh Rumah Alam Bakau dirasa cukup
berhasil, dengan pertimbangan sebagai berikut:
 Keberhasilan penanaman dapat dilihat dari kondisi tegakan mangrove yang sehat,
sehingga menjadi indicator keberhasilan penanaman
 Pemilihan lokasi yang sesuai dengan syarat hidup tumbuhan mangrove, lokasi
penanaman yang sesuai dengan syarat hidup mangrove di Rumah Alam Bakau
menjadi faktor penting dalam keberhasilan penanaman
 Teknik penanaman yang dilakukan sesuai dengan cara-cara penanaman mangrove
yang benar
 Pemilihan jenis yang sesuai dengan lokasi penanaman
 Sumberdaya manusia (tenaga kerja) yang memadai, baik dalam segi kuantitas
maupun kualitas

F. TINGKAT KEBERHASILAN PEMBIBITAN DAN PENANAMAN


Berdasarkan pengamatan kelompok kami. Tingkat keberhasilan pembibitan dan
penanaman di Rumah Alam Bakau cukup tinggi dan sudah sangat baik. Faktor utama
keberhasilan ini selain dari faktor kondisi lingkungan klimatis yang mendukung yaitu
ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas serta
komitmen Rumah Alam Bakau untuk melestarikan bakau di kawasan tersebut.

G. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN


Hambatan yang dihadapi kelompok Rumah Alam Bakau cenderung tidak terlalu
signifikan. Hambatan yang mampu kelompok kami tangkap dalam kegiatan rehabilitasi
mangrove di Rumah Alam Bakau yaitu keterbatasan akses bantuan dan interfensi pemerintah
setempat serta stakeholder yang terkait. Keberhasilan rehabilitasi di Rumah Alam Bakau akan
lebih tinggi jika pemerintah setempat ikut andil dalam kegiatan tersebut. Akses kelompok
Rumah Alam Bakau akan bantuan baik dalam bentuk modal atau barang maupun bantuan
dalam bentuk pelatihan teknis dan pelatihan sumber daya manusia.
H. HAMBATAN DI LAPANGAN (TEMPAT TUGAS)
Hambatan yang ditemui di lapangan antara lain:
 Waktu pelaksanaan praktik yang terbatas
 Karena dominasi jenis yang didominasi oleh Rhizophora, spp dalam pelaksanaan
praktik dialami kendala untuk menemukan jenis-jenis lain, sehingga ada beberapa
jenis mangrove yang lain yang belum berhasil ditemui

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktik lapangan di Rumah Alam Bakau Mekar Jaya, kelompok 3
Diklat Rehabilitasi Mangrove sudah memahami dan mampu mempraktikkan:
 Identifikasi dan pengenalan jenis mangrove dengan baik dan benar
 Pembuatan bibit mangrove dengan tahapan-tahapan yang rinci mulai dari
pengunduhan buah hingga pembuatan bibit di lokasi pembibitan
 Tahapan penanaman mulai dari persiapan lokasi penanaman, pelubangan, hingga
teknis penanaman serta pemeliharaan mangrove

B. SARAN
Berdasarkan hasil praktik yang didapatkan di lapangan maka muncul beberapa saran dari
kelompok tiga Diklat Rehabilitasi Mangrove, yaitu:
 Perlu adanya pembibitan mangrove untuk jenis-jenis lain, mengingat ada 17 jenis
yang berbeda yang potensi di Rumah Alam Bakau Mekar Jaya. Seperti diketahui
saat ini baru jenis Rhizophora, spp yang dilaksanakan pembibitannya di Rumah
Alam Bakau Mekar Jaya.
 Perlu dibentuk dan dilaksanakan pengelolaan dan manajemen monitoring dan
evaluasi mangrove untuk mencapai pengelolaan mangrove yang berkelanjutan,
dalam hal ini termasuk diperlukan model perencanaan pengelolaan jangka
pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang sehingga kegiatan rehabilitasi
mangrove di kawasan Rumah Alam Bakau Mekar Jaya akan lebih terarah.
LAMPIRAN

Pengamatan Daun, Bunga, dan Buah Dalam Rangka Identifikasi Jenis

Pengamatan Jenis
Pengamatan Jenis

Identifikasi Buah Rhizophora, spp

Pengunduhan Buah Mangrove


Seleksi Buah

Anda mungkin juga menyukai