Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah penyakit kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. Berdasarkan data WHO, diseluruh dunia tahun 2002
diperkirakan 5,5 juta orang meninggal akibat stroke. Di Asia khususnya Indonesia kasus
stroke menduduki peringkat pertama, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang
mengalami serangan stroke. Sekitar 28,5% klien dengan penyakit stroke di Indonesia
meninggal dunia dan diperkirakan tahun 2020 penyakit jantung dan stroke menjadi
penyebab utama kematian di dunia (Yayasan Stroke Indonesia, 2009).
Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2011 adalah 0,03% sama
dengan angka tahun 2010. Prevalensi tertinggi tahun 2011 adalah di Kota Magelang
sebesar 1,34%. Sedangkan prevalensi stroke non hemorargik pada tahun 2011 sebesar
0,09%, sama dengan prevalensi tahun 2010. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Magelang
sebesar 3,45% (Depkes Jateng, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun mengambil asuhan keperawatan
gawat darurat pada pasien Stroke.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Stoke?
2. Sebutkan faktor risiko dari penyakit Stroke?
3. Sebutkan penyebab dari penyakit Stroke?
4. Jelaskan patofisiologi dari penyakit Stroke?
5. Sebutkan klasifikasi dari penyakit Stroke?
6. Sebutkan tanda dan gejala dari penyakit stroke?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit Stroke?
8. Sebutkan penatalaksanaan medis dari penyakit Stroke?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Stroke?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi, faktor risiko, penyebab, patofisiologi, klasifikasi,
tanda dan gejala, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari penyakit Stroke.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Stroke.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) adalah defisit neurologi yang
mempunyai awitan mendadak sebagai akibat dari adanya penyakit cerebrovascular.
Sekitar 75% kasus stroke diakibatkan oleh obstruksi vaskular (trombus atau emboli)
yang mengakibatkan iskemi dan infark, sedangkan 25% stroke adalah hemoragi
akibat penyakit vaskuler hipertensif, ruptur aneurisma atau malformasi arteriovenosa
yang menyebabkan perdarahan intraserebral.
Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang brlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler

B. Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Obesitas
3. Hiperkolosterol
4. Peningkatan hematokrit
5. Penyakit kardiovaskuler :AMI, CHF, LVH< AF
6. DM
7. Merokok
8. Alkoholisme
9. Penyalahgunaan obat : kokain
C. Etiologi
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan antara lain:
1. Trombosis Cereberal
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedem dan kongesti
di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
banguntidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis seiring memburuk pada 48 jam setelah thrombosis

3
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Atherorklerosis
Atheroklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas diding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atheroklorosis bermacam- macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombosis
3) Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal daro thrombus di
jantung yang yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease. (RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi

Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengososngan vertikel


sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya


gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi

4
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a. Aneurisma Berry, biasanya ddefek kongenital.


b. Aneurisme fusiformis dari atherosklerosis
c. Aneurisme myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
dgenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vaskontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
D. Patofisiologi

Infeksi serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.


Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah(makin lambat atau cepat )
pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung.

Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,


thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat
pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.

5
Trombus mengakibatkan :
1. Iskemia jaringan otak yang di suplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti di sekitar area.

Area edema ini meyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infrak itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,
CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi pendarahan masif.
Okulasi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh
darah.

Hal ini menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih di sebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan meyebabkan kemtian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrow vaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan di sebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya cardiac arrest.

Ada dua bentuk patofisiologi stroke hemoragik :

1. Perdarahan intra cerebral


Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk masa atau hematom yang menekkan
jaringan otak dan menimbulkan oedema disekitar otak. Peningkatan TIK yang
terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering di jumpai di daerah putamen,
talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
limpohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid

6
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisme atau AVM. Aneurisme paling sering
di dapat pada percabangan pembuluh darah besar disirkulasi willisi. AVM dapat
di jumpai pada jaringan otak di permukaan piameter dan ventrikel otak, atupun di
dalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah subarakhnoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri, sehingga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula di jumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan Tik yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarahknoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan,
mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menggilang pada minggu ke 2-5.
Timbulnya vasospasme di duga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal
dari darah dan di lepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri
di ruang subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun vokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, afasia dll).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi.
Energi yang di hasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan, kekuranagn aliran
darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula
dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan dasar metabolisme otak, tidak boleh
kurang dari 30mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi cerebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolik anaerob,
yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
E. Klasifikasi
1. Patologi serangan stroek.
a. Stroek hemoragik
Stroek hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karna trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah
arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak di bagi 2 yaitu:

7
1) Perdarahan intra cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan edema otak.
2) Perdarahan sub araknoid
Gejala PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat
Kesadran Menurun Menurun
sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan meningeal +/- +++
Hemiparase ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++
b. Stroke Non Hemoragik/iskemik
Biasanya terjadi saat lama setelah beristirahat, baru tidur, atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.
1. Perjalanan penyakit/ stadium
a. TIA
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
denagn beberapa jam dan gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan segera dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroek Involusi
Stroek yang masih terjadi terus sehingga gangguan neurologis semakin
berat/buruk dan berlangsung selama 24 jam /beberapa hari
c. Stoek Komplet
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap, dapat diawali oleh
seranagn TIA berulang.
F. Tanda dan gejala
1. Kehilanangan/ menurunya kemampuan motorik.
2. Kehilanagn / menurunya kemampuan komunikasi
3. Gangguan presepsi

8
4. Kerusakan fungsikognitif dan efek psikologik
5. Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, reflek otot, kandung kemih.

G. Komplikasi
1. Hipoksia cerebral
2. Penurunan aliran darah cerebral
3. Embolisme cerebral
4. Pneumonia aspirasi
5. ISK, Inkontinensia
6. Kontraktur
7. Trombo flebitis
8. Abrasi kornea
9. Dekubitus
10. Encepalitis
11. CHF
12. Disritmia, hidrosefalus, vasespasme

H. Penatalaksanaan Medis
1. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
2. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
3. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
4. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
5. EKG dan pemantauan jantung.
6. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
7. Rehabilitasi neurologik.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Sebagaimana telah dijelaskan pada Kegiatan Belajar 2 bahwa pengkajian
kegawatdaruratan pada umumnya menggunakan pendekatan A-B-C (Airway-
BreathingCirculation), Namun pada kasus stroke perlu dilakukan pengkajian
sampai tahap D (Disability) untuk menilai adanya kelemahan/kelumpuhan akibat
stroke dan memperkirakan letak bagian otak yang mengalami gangguan yaitu ;

9
stroke hemisfer kiri bila terdapat gejala seperti hemiparesis atau hemiplegia sisi
kanan, kelainan lapang pandang kanan, disfagia perilaku lambat, sangat hati-hati
dan mudah frustrasi ; stroke hemisfer kanan bila terdapat gejala hemiparesis atau
hemiplegia sisi kiri, kelainan bidang visual kiri, defisit spasialperseptual dan
menunjukkan penurunan tingkat kesadaran.
Pengkajian tingkat kesadaran perlu dilakukan pada pasien stroke. Penilaian
tingkat kesadaran dilakukan dengan Glasgow Coma Scale (GCS) yang menilai
tingkat kesadaran berdasarkan respon membuka mata, motorik dan verbal, tingkat
kesadaran ditentukan berdasarkan jumlah skor ketiga hal tersebut. Agar lebih jelas
bagi anda, coba perhatikan kotak display berikut!
SKALA KOMA GLASGOW
Indikator
Respon Membuka Mata:
4
1. Spontan
3
2. Dengan perintah (rangsang suara)
2
3. Dengan rangsang nyeri
1
4. Tidak ada respon

Respon Verbal
1. Orientasi baik 5
2. Diorientasi, berbicara kacau 4
3. Mengucapkan kata per kata namun tidak jelas 3
4. Bersuara (mengerangtidak ada respon) 2
5. Tidak ada respon 1
Respon Motorik:
1. Mengikuti perintah 6
2. Dapat melokalisir nyeri 5
3. Menghindar/menjauhi rangsang nyeri 4
4. Lengan kaku di atas dada dankaki ekstensisaat diberi 3
rangsang nyeri
5. Lengan kaku di sisi tubuh dan kaki ekstensisaat diberi 2
rangsang nyeri
6. Tidak ada respon 1

10
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data di atas diagnose keperawatan yang ditegakkan adalah:
Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan interupsi aliran darah
serebral, gangguan oklusif/hemoragi yang ditandai dengan perubahan tingkat
kesadaran, kehilangan memori, defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi.
Selain itu, diagnosa keperawatan stroke hemoragik antara lain :
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perdarahan intra
cerebral. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
3. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan : Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan interupsi aliran darah serebral.
Intervensi keperawatan kegawatdaruratan pada pasien stroke memiliki
prioritas tujuan yaitu: meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang
adekuat, mencegah/meminimalkan komplikasi dan kelumpuhan yang
permanen.Intervensi keperawatan meliputi:Kaji kepatenan jalan nafas dan
tanda-tanda vital; Kaji status neurologi (GCS, refleks pupil); Pertahankan
posisi kepala supine dan ditinggikan 15O – 30O; Monitor intake, output,
membran mukosa, turgor kulit; Batasi penggunaan restrain; Kolaborasi: Terapi
O2 dan obat golongan steroid.
2) Diagnosa keperawatan : pola napas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan kesadaran.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit,
pola nafas menjadi efektif. Kriteria Hasil : RR dalam batas normal (16-
24x/mnt), irama napas teratur. Dilakukan intervensi keperawatan : Kaji
karakteristik pola nafas (frekuensi, kedalaman, irama), Kaji adanya
penggunaan otot bantu pernafasan, berikan posisi kepala lebih tinggi 30º,
ajarkan relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter pemberian O2.
4. Implementasi
Diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan kesadaran, telah dilakukan implementasi sebagai berikut : pukul 12.10
mengkaji karakteristik pola napas (frekuensi, kedalaman, irama), dan mengkaji
adanya penggunaan otot bantu pernapasan, memberikan O2 nasal 4 lpm. Pukul

11
12.20 memberikan posisi kepala lebih tinggi 30º, menciptakan lingkungan yang
tenang, Pukul 09.25 mengkaji ulang pola napas pasien.

5. Evaluasi
Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan kesadaran, antara lain : Subyektif: -. Obyektif :
RR= 24x/menit, irama napas teratur, suara nafas ronkhi berkurang. Pasien
terpasang O2 nasal 4 lpm, posisi kepala lebih tinggi 30º. Asisment : masalah
keperawatan pola napas tidak efektif sudah teratasi. Planing : lanjutkan intervensi
: Pantau pola nafas pasien.
Beberapa hal yang dapat menjadi patokan untuk evaluasi keperawatan
diantaranya yaitu tekanan intra kranial berkurang atau dipertahankan
dibawah20mmHg dan tekanan perfusi serebral sedikitnya 60 mmHg.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) adalah defisit neurologi yang
mempunyai awitan mendadak sebagai akibat dari adanya penyakit cerebrovascular.
stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang brlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler

13
DAFTAR PUSTAKA

Hamarno, Rusdi. 2016. KEPERAWATAN GAWATDARURATAN & MANAJEMEN

BENCANA. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Nugroho, Taufan, Bunga Tamara Putri, & Dara Kirana Putri. 2016. TEORI ASUHAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. Yogyakarta: Nuha Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai