Anda di halaman 1dari 17

Notulensi Diskusi Kelompok

Standar Medis RSIA Perdana Medica


Pertemuan ke – 3
RSIA Perdana Medica, 20 Maret 2019

Hari/ Tanggal : Rabu, 20 Maret 2019


Jam : 09.50 – 12.00 WIB
Agenda : Diskusi Kelompok Standar Medis, Praktek Simulasi
setiap Kelompok Kerja Standar Medis
Dihadiri : dr. Siti Nur Khalida
Anin Diastuti
Sandy Nency Margaretha
Devinta Lestari
Erlin Lydiana Ramadhan
Selvi Dwi Ratnasari
Kardi
Supriadi Candra Cahyono
Abu Thoyyib
Nurul Ristiana

Pukul 09.50 WIB


Rapat dibuka oleh saudara Abu Thoyyib

1. Kelompok ARK (Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan)


Simulasi oleh : Saudara Sandy Nency Margaretha dan Pak Kardi
Sebelum memulai simulasi kelompok menanyakan perihal kelengkapan SPO (Standar
Operasional Prosedur), bukti telusur dan cek list yang telah diberikan oleh para
konsultan,dan mereview ulang bersama mana saja yang kurang lengkap dan dirasa kurang.
Kemudian sesi selanjutnya kelompok mencoba menjabarkan simulasi kepada anggota
kelompok yang lain. Uraian simulasi kurang lebih sebagai berikut:

1
ALUR RAWAT JALAN

PASIEN DATANG

PENDAFTARAN

RUANG TUNGGU

KE POLI YANG DITUJU

 POLI UMUM
 POLI PEDIATRI
 POLI OBGYN
 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
(LABORATORIUM)
 FARMASI

SELESAI PELAYANAN POLI RJ


PASIEN MENUNGGU

KASIR

PASIEN PULANG PASIEN BUTUH RAWAT INAP

2
Penjelasan Alur Rawat Jalan :
1. Pasien datang harus diarahkan oleh satpam untuk masuk kemana
2. Menuju ke Pendaftaran (Front Office), wajib menanyakan tujuan pasien mau ke poli mana
dan dengan dokter siapa
3. Kemudian FO mengarahkan pasien untuk menunggu antrian di ruang tunggu
4. Pada poli yang dituju, jika sudah gilirannya pasien akan dipanggil namanya untuk masuk
ke poli sesuai permintaan.
Catatan: - untuk saat ini RSIA Perdana Medica belum ada sistem nomor antrian baik itu
manual ataupun online. Kedepannya akan digalakkan sistem nomor antrian.
5. Selesei pasien dirawat di poli sesuai dengan Asuhan Kebidanan atau Keperawatan,
kemudian pasien bisa menunggu di kasir lagi untuk dipanggil menyelesaikan pembayaran.
6. Kasir akan melakukan pemanggilan nama pasien yang telah selesei rawat jalan untuk
menyelesaikan administrasi di front office
7. Kemudian di front office juga penentuan apakah pasien akan ditindaklanjuti untuk
menerima tindakan selanjutnya (perlu rawat inap) atau pasien bisa pulang.

3
ALUR RAWAT INAP

PASIEN DATANG PENDAFTARAN RAWAT MASUK RAWAT


INAP INAP

RUJUK KE FASILITAS PEMBAYARAN PELAYANAN


KESEHATAN LAIN RAWAT INAP

PASIEN KRS
(PULANG)

Penjelasan Alur Rawat Inap:


1. Pasien datang harus diarahkan oleh satpam untuk masuk kemana
2. Kemudian pasien didaftar di Front Office,lalu di FO ini penentuan perlu dilakukan rawat
inap atau rawat jalan
3. Pasien lalu diarahkan untuk menunggu di ruang tunggu, dan setelah namanya dipanggil
maka akan diarahkan untuk ke ruangan agar bisa dilakukan asuhan sesuai kebutuhan dan
kasusnya untuk dapat masuk rawat inap
4. Kemudian pasien dilakukan asuhan yang disesuaikan kebutuhan dan advice dokter, jika
advice dokter untuk masuk rawat inap maka pasien diarahkan ke FO lagi untuk
mendapatkan penjelasan kisaran biaya yang harus dikeluarkan dan biaya-biaya lain untuk
tindakan yang mungkin akan dilakukan
5. Setelah pasien setuju untuk tindakan dan advice dokter serta semua biaya yang harus
dikeluarkan, maka kewajiban pasien untuk membayar
6. Jika seluruh asuhan telah selesei, maka pasien boleh KRS (pulang) sesuai dengan advice
yang diberikan dokter
7. Namun, jika kondisi pasien tidak membaik selama dirawat di RSIA Perdana Medica,dan
dokter menganjurkan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi, maka pasien
akan dirujuk sesuai dengan prosedur rujukan pasien ke rumah sakit lain.

4
ALUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT INAP
(PASIEN BARU / PASIEN LAMA)

PASIEN BERASAL DARI STATUS PASIEN PEMILIHAN KELAS


RJ/ IGD/ RUJUKAN RAWAT INAP
BARU LAMA

KONFIRMASI KE CARA BAYAR


RUANGAN RANAP

ASURANSI/ UMUM/
BPJS TUNAI

Penjelasan Alur Pendaftaran Pasien Rawat Inap (Pasien Baru/ Pasien Lama):
1. Pasien datang melalui 3 jalur, Rawat jalan, IGD atau Rujukan
2. Kemudian FO melakukan asessmen, apakah pasien tersebut tergolong pasien baru atau
pasien lama
3. Lalu pasien memilih kelas perawatan di FO yang sesuai dengan keinginan, namun jika
pasien tersebut adalah pasien umum maka FO akan menjelaskan hak kelas yang berhak
didapatkan pasien
4. FO mengkonfirmasi kelas perawatan pasien ke perawat/bidan yang berada di ruangan
rawat inap
5. Kemudian pasien dijelaskan lebih lanjut oleh FO mengenai biaya yang harus dikeluarkan
jika pasien tersebut adalah pasien umum atau pun jika memakai asuransi/ BPJS, apa saja
hak yang didapatkan dan bila ada resep-resep tertentu yang tidak di cover oleh pihak
asuransi/ BPJS.

5
ALUR PASIEN PULANG

ACC DPJP PEMBERKASAN FARMASI

PASIEN PULANG TPPRI

Penjelasan Alur Pasien Pulang:


1. DPJP (Dokter Penanggungjawab Pasien) sudah memberikan ACC pasien tersebut untuk
pulang
2. Pemberkasan, yaitu memberikan seluruh berkas-berkas atau surat-surat penting pasien
perihal diagnose penyakitnya, seperti hasil laboratorium, buku KIA, serta melengkapi
berkas rekam medis pasien
3. Kemudian jika ada obat-obatan yang harus dibawa pulang oleh pasien, perawat/bidan
mengarahkan keluarga pasien untuk ke farmasi
Catatan: - sebelum keluarga pasien mengambil obat, pihak farmasi harus mengkonfirmasi
FO terlebih dahulu apakah pasien tersebut sudah lunas administrasi atau belum.
4. Kemudian pasien dan keluarga ditempatkan oleh perawat/bidan di Tempat Penerimaan
pasien Rawat Inap(TPPRI) untuk selanjutnya dijelaskan perihal jadwal kontrol dan cara
minum obat serta Health Education lain yang mungkin diperlukan
5. Kemudian DPJP menyatakan pasien tersebut boleh pulang.

ALUR PERMINTAAN SURAT KETERANGAN DIRAWAT

PASIEN/ KLG PERAWAT/BIDAN PENGISIAN FORM


N

PENYERAHAN TTD PENERIMAAN

Penjelasan Alur Permintaan Surat Keterangan Dirawat:


1. Informed consent pada pasien/keluarga/wali mengenai diagnosa yang telah dikeluarkan
oleh DPJP saat pasien tersebut datang ke RSIA Perdana Medica
2. Perawat/ Bidan melakukan pengisian form surat keterangan dirawat
3. Keluarga/wali pasien sebagai wali memberikan tanda tangan penerimaan surat keterangan
dirawat
4. Penyerahan surat keterangan dirawat di RS kepada keluarga/ wali pasien.

6
ALUR PERMINTAAN SURAT SAKIT

PASIEN/ KLG PERAWAT/BIDAN PENGISIAN FORM


N

PENYERAHAN TTD DPJP

Penjelasan Alur Permintaan Surat Sakit:


1. Informed consent pada pasien/keluarga/wali mengenai diagnosa yang telah dikeluarkan
oleh DPJP saat pasien tersebut datang ke RSIA Perdana Medica
2. Perawat/ Bidan melakukan pengisian form surat sakit
3. Dokter penanggungjawab memberikan tanda tangan ACC
4. Penyerahan Surat Sakit pada pasien/keluarga/wali pasien.

ALUR KONSULTASI KELUARGA PASIEN DENGAN DOKTER

PASIEN/ KLG PERAWAT/BIDAN KONFIRMASI DOKTER


MENGATUR JADWAL

MENGISI FORM EDUKASI

Penjelasan Alur Konsultasi Keluarga Pasien dengan Dokter:


1. Keluarga pasien menjelaskan keluhan dan keinginan untuk konsultasi dengan dokter
2. Perawat/Bidan mengatur jadwal konsultasi
3. Konfirmasi dengan dokter mengenai jadwal yang dapat diisi
4. Pasien melakukan sesi konsultasi dengan dokter sesuai jadwal yang telah disepakati
5. Perawat/bidan mengisi form edukasi sesuai dengan konsultasi yang telah dilakukan
dengan dokter

7
ALUR SKEMA TRIAGE

Penjelasan Warna pada Skema Pasien Triage:

1. Hijau (Kondisi ringan)


Kelompok pasien yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
ditunda, contoh: fraktur minor, luka minor
2. Kuning (Kondisi sedang)
Pasien yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara,
termasuk: korban dengan resiko syok, fraktur multiple, luka bakar luas, gangguan
kesadaran/ trauma kepala
3. Merah (Kondisi berat)
Pasien yang membutuhkan stabilisasi segera (Gangguan ABCD) dan pasien-pasien dengan:
syok, gangguan pernafasan, hipotensi, trauma kepala,perdarahan eksternal masif
4. Biru (Hampir meninggal)
Pasien yang masuk katagori gawat darurat
5. Hitam (Korban yang telah meninggal dunia)
- Tidak ada respon pada semua rangsangan
- Tidak ada respirasi spontan
- Tidak ada bukti aktifitas jantung
- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

8
2. Kelompok PAP (Pelayanan Asuhan Pasien)
Simulasi oleh: Devinta Lestari, Erlin Lydiana Ramadhan dan Pak Kardi
Model Pasien: Kholil
Sebelum memulai simulasi, kelompok memberikan pengantar, menurut sistem
penilaian SNARS bahwa seluruh anggota karyawan baik medis dan non medis di dalam
suatu Rumah Sakit harus sudah dilatih serta mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar
(BHD).
Definisi BHD/ BLS
Usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami
keadaan yang mengancam nyawa dan dikenal sebagai “Bantuan Hidup” (Life Support).
Bila usaha bantuan hidup ini tanpa memakai cairan intra-vena, obat atau kejutan listrik
maka dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Hal yang harus Diingat !
“Bila Penderita Henti Nafas Belum Tentu Henti Jantung, Bila Henti Jantung Pasti
Mengalami Henti Nafas, Maka Segera Lakukan RJP”

9
Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD):
1. Lakukan survei awal, cek bahaya di lingkungan sekitar dan usahakan pakai APD
2. Menilai kesadaran, panggil/ tanyakan nama dan tepuk bahu
a. Bila menjawab atau bergerak biarkan pada posisi ditemukan kecuali ada bahaya
b. Bila tidak ada respon segera cari bantuan
3. Mengaktifkan Layanan Gawat Darurat (LGD)
Bila tidak terdapat satu penolong lagi segeralah berteriak meminta bantuan atau
menelepon LGD di 118. Pada saat meminta bantuan sebutkan lokasi kejadian, jenis
kejadian, kemudian dilanjut dengan cek nadi dan melakukan RJP jika nadi tidak
teraba diawali dengan kompresi dada
4. Buka, bersihkan jalan nafas dan nilai pernafasan
Penilaian airway ( jalan nafas) merupakan prosedur sederhana bisa dilakukan hanya
hitungan detik (2-4 detik). Obstruksi jalan nafas harus cepat diidentifikasi dengan
melihat, mendengarkan, dan merasakan yang dikenal dengan look-listen-feel (pasien
yang mengalami obstruksi jalan nafas biasanya mengorok).
Pemeriksaan tsb dilakukan dengan mengupayakan jalan nafas selalu terbuka dengan
manuver head tilt-chin lift (dongak kepala dan angkat dagu).
5. Breathing (cek nafas)
Lakukan cek nafas kurang lebih 10 detik, jika pasien bernafas normal, posisikan
pasien miring (recovery position). Jika pasien belum bernafas normal segera lakukan
RJP (Resusitasi Jantung Paru-paru)
6. Langkah-langkah RJP:
a. Dalam keadaan tangan ditumpuk jadi satu dan untuk menghasilkan kompresi yang
efektif, tekan bagian tengah dada dengan kencang, cepat dan meminimalkan
interupsi
b. Letakkan telapak sebelah tangan anda ke bagian tengah dada (tepat di BAGIAN
BAWAH PERTENGAHAN STERNUM) tengah garis lurus yang
menghubungkan putting dada kiri dan kanan.
c. Tumpuk tangan yang satu diatas tangan tersebut (tekanan akan lebih maksimal
bila jari-jari kedua tangan saling terkait)
- Posisi lutut lurus, pindahkan beban tubuh ke tangan, dan tekan kuat dada pasien
hingga tertekan 5 cm ke dalam.
- Berikan tekanan sebanyak 30 kali tanpa henti dengan kecepatan 100 kali per menit.
7. Pelaksanaan CPR (kombinasi pijat jantung dan nafas buatan)

10
a. Lakukan pijatan 30x kemudian cek nadi karotis, jika masih tidak teraba masuk
siklus kompresi : ventilasi.
b. Rasio kompresi sebanyak 30 kali, berikan nafas buatan sebanyak 2 kali. Pada saat
memberikan ventilasi, tiap bantuan nafas diberikan selama 1 detik dengan
memberikan tidal volume yang cukup untuk mengembangkan dada. Hindari
pemberian ventilasi berlebih-lebihan.
Catatan: jika tidak dalam keadaan urgent dan alat tersedia saat ini digalakkan
pemakaian alat barier untuk memberikan bantuan nafas, karena telah banyak
kasus penularan penyakit melalui mulut.
c. Lakukan pijat jantung dan nafas buatan secara bergantian (30:2) terus menerus
tanpa henti hingga ditangani pihak medis
d. Jika alat jalan nafas definitive sudah terpasang, maka tidak perlu menghentikan
kompresi dada pada saat melakukan ventilasi. Kompresi harus diberikan secara
terus menerus dengan frekuensi 100x/menit tanpa henti dan ventilasi diberikan
setiap 6-8 detik (8-10x/menit)
e. Karena cukup menyita tenaga, bila penolong 2 orang atau lebih, lakukan
pergantian setiap 2 menit (5 siklus). Dapat dilakukan cek nadi karotis
f. Hentikan CPR bila:
- Korban merintih dan mulai bernafas normal
- Selama 30 menit pertolongan, pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan
- Saat petugas medis datang menggantikan pemberian pijat jantung dan nafas
buatan (tetap lakukan CPR, jangan hentikan dengan terburu-buru meski petugas
medis datang, ikuti instruksi petugas medis)
- Jika penolong tanpa ada yang membantu, merasa lelah atau kecapekan
- Jika kondisi lingkungan mengancam nyawa penolong, misalnya ada potensial
ledakan, api, dan barang berbahaya lainnya.
g. Bila tidak ada respon namun nafas dalam kondisi normal, posisikan tubuh pasien
miring ke salah satu sisi (stable side position/ posisi sim)
- Baringkan pasien dalam posisi miring
- Dagu bawah mengarah keluar, punggung tangan atas menopang wajah korban
- Kemudia ntekuk lutut kaki atas kurang lebih 90 derajat, dan jaga supaya korban
tidak jatuh terlentang ke belakang.

11
3. Kelompok PAB (Pelayanan Anastesi dan Bedah)
Oleh: Bu Anin Diastuti
Anggota kelompok memberikan pemaparan terakait cek list SPO yang diberikan oleh
tim konsultan, mana saja diantar cek list tersebut yang belum terpenuhi.
Pemaparan kondisi Kamar Operasi saat ini oleh PJ OK: Sandy Nency Margaretha
1) Pasien masuk ke kamar operasi melalui 2 cara
a. Pasien gawat darurat (pasien yang memerlukan operasi segera / CITO)
b. Pasien terencana (pasien yang sudah dijadwalkan untuk melakukan operasi/
elektif)
2) Jika sudah masuk ke ruang operasi masuk melalui pintu pre op (pintu samping).
Selama ini belum disiplin/ belum diterapkan karena belum ada regulasi yang jelas.
Selama 2 tahun telah beberapa kali dilakukan perubahan kamar operasi, maka dari itu
kamar pre op seperti darurat karena sangat kecil, dan sangat tidak nyaman untuk
dilakukan tindakan di tempat tersebut, maka dari itu perawat dan bidan lebih sering
menggunakan spot depan ruang ganti dokter sebagai ruang pre op. Pasien sudah
memakai segala atribut kamar operasi saat di pre op.
Saran: Kelompok PAB harus membuat struktur alur masuk (check in) dan alur keluar
(check out) yang paten untuk kamar operasi.
3) Setelah dari menunggu dari ruang pre op kemudian pasien masuk ke kamar operasi
sesuai dengan criteria kasus.
- OK 1 : untuk kasus-kasus operasi Bedah umum
- OK 2 : untuk kasus-kasus operasi Kebidanan dan Kandungan
4) Saat sebelum operasi pengecekan TTV dan alergi serta persiapan yang lain sangat
penting, karena apabila kondisi pasien belum stabil, maka belum bisa dilakukan
tindakan di kamar operasi.
5) Selama ini kurang lebih 1,5tahun belakangan ini RSIA Perdana Medica sangat
kesulitan untuk tenaga dokter anastesi dan penata anastesi.
Saran: Mohon konsultan untuk menginformasikan hal ini kepada pemilik RSIA
Perdana Medica, agar performa di kamar operasi lebih baik kedepannya.

Menurut penilaian tim konsultan, untuk desain ruang OK saat ini belum termasuk
layak untuk dijadikan bahan penilaian akreditasi, dimana bisa dilihat untuk alur
pembuangan sampah medis dan non medis serta linen kotor saja aksesnya masih sangat
sulit. Dan teman-teman terkadang kurang disiplin, terkadang keluar masuk hanya dari satu

12
pintu. Untuk saat ini RSIA boleh menerima pasien umum 20% dan kedepannya akan
digodok peraturan untuk meningkatkan kuota pasien umum menjadi 40%.

Saran dr. Siti: Selama ini untuk jadwal operasi belum bisa terorganisir, seharusnya sekelas
RSIA paling tidak harus punya “Papan Jadwal Operasi”jadi bisa terlihat dan terorganisir
dan menghindari resiko operasi yang tabrakan jadwal dengan operasi lain.

4. Kelompok PROGNAS (Program Nasional)


Oleh: dr. Siti Nur Khalida
1) Prognas TB (Tuberkulosis) dan Geriartri (Lansia) ini tidak bisa dimasukkan dalam
elemen penilaian akreditasi RSIA Perdana Medica karena percuma, jumalah pasien
tidak akan banyak dan cenderung tidak ada.
2) Untuk point penting adalah tentang PONEK, di RSIA Perdana Medica belum
terlaksana, tenaganya belum ada, SPO nya tidak ada sama sekali. Jadi masih harus
tahap pengembangan dari awal, karena regulasi, dokumentasinya tidak ada untuk
program PONEK. Rencananya untuk PONEK jelas harus ada pelatihan untuk bidan-
bidannya, sementara ini dr. Siti Nur Khalida akan melakukan pelatihan mini kepada
seluruh bidan di RSIA Perdana Medica sebagai bekal PONEK. Kedepannya ruang
PONEK bisa di ruang IGD yang depan, dan tidak harus di VK.
3) Untuk program HIV/AIDS skriningnya untuk di RSIA Perdana Medica bisa, karena
untuk ibu hamil dan bayi baru lahir kan wajib dan juga pasien umum, dan artinya harus
berbarengan dengan laboratorium dan regulasinya harus sekalian. Contohnya, misal
skrining untuk pasien rawat jalan, dokter merencanakan pasien tersebut untuk operasi,
jadi bisa saja sekalian dengan cek laboratorium, dan dirasa di RSIA Perdana Medica
bisa jalan untuk program tersebut.
4) Untuk pengendalian resistensi anti mikroba di RSIA Perdana Medica sangat banyak
kurangnya.
a. Untuk penanganan ke pasien langsung sangat kurang
b. Untuk penanganan ke pasien rawat inap juga sangat kurang, contoh untuk cairan
antiseptic yang seharusnya ada didepan ruang ranap, yang digunakan untuk sebelum
menyentuh pasien dan sesudah menyentuh pasien saja tidak ada sama sekali.
5) Kedepannya dr. Siti akan membuat SPO untuk penanganan HPP dan PEB seperti apa,
jadi sebelum menelpon dokter pasien sudah bisa distabilakan oleh bidannya dahulu.
6) Juga diperlukannya pelatihan USG dasar untuk para bidan RSIA Perdana Medica.

13
Saran konsultan:
Kedepannya harus dilakukan Minimal Medical Check Up untuk seluruh pegawai
RSIA Perdana Medica, karena bagaimana pun pegawai bekerja di daerah resiko tinggi
terpapar infeksi dan virus, sudah disampaikan ke pemilik RSIA Perdana Medica dan telah
disetujui, disamping itu pula skrining dan Medical Check Up bisa ditekan anggarannya
karena RSIA Perdana Medica memiliki tenaga ahli yang berbakat, seperti dr. Siti yang bisa
digunakan kemampuannya untuk Medical Check Up sendiri ke seluruh pegawai RSIA
Perdana Medica.
Untuk keseragaman pelaporan verbal kepada dokter, maka seluruh pegawai RSIA
Perdana Medica harus mulai latihan untuk bagaimana cara melaporkan yang benar mengenai
kondisi pasien kepada dokter yang bertanggung jawab, yaitu dengan metode komunikasi
SBAR, dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

5. Kelompok AP (Asessmen Pasien)


Oleh: Selvi Dwi Ratnasari
1) Untuk Asessmen awal sebagian besar sudah ada di Rekam Medis, mungkin untuk
pihak FO sudah ada, hanya kendalanya saat untuk mengarahkan satpam apa yang
harus dilakukan saat ada pasien, jadi selalu diarahkan ke FO
2) Untuk laboratorium yang mulai dirintis jelas sulit sekali, karena semua tenaga lab yang
ada adalah lulusan baru, sehingga masih dibutuhkan penanggungjawab atau dokter PK
yang memang bisa menjadi PJ , bukan hanya sekedar analis kesehatan. Selama ini juga
kesalahan terbesar RSIA Perdana Medica adalah ketika ada alat baru yang diberi
kewajiban untuk belajar alat adalah bidannya, sedangkan itu bukanlah bidang profesi
bidan, jadi tidak salah jika alat lab yang ada lama tidak terurus, karena memang tidak
ada tenag ahli yang kompeten.
3) Untuk bukti telusur PMI, transfuse selama ini RSIA Perdana Medica belum punya
sama sekali
4) Dengan review seperti ini jadi tau di bagian divisi mana saja yang memang harus
ditambah personilnya.
5) Seharusnya juga RSIA Perdana medica harus memiliki sistem computer, sehingga
seluruh data pasien masuk dan terstruktur, sehingga ahli IT juga diperlukan untuk
cyber hospital.

14
Sesi Tanya Jawab
1. Supriadi Candra Cahyono
Apakah selama ini untuk Copy resep sudah ada?

Anin Diastuti
Selama ini hanya memakai 1 resep saja, belum ada copy resep sama sekali.
Saran: kedepannya diusahakan untuk rangkap 3, jika belum ada cetakan yang resmi dari
RS mungkin jika urgent sementara bisa menggunakan kertas karbon saja, agar bisa tahu
tracking in dan out obat terutama untuk obat-obatan emergency.

2. Anin Diastuti
Bagaimana jika untuk pasien urgent yang harus cepat dilakukan tindakan, sedangkan
disebut disitu harus ada yang mendaftar di FO ?

Sandy Nency Margaretha


Sebisa mungkin diusahakan jika ada pasien urgent, sama-sama jalan, pasien cepat
dilakukan tindakan dan keluarga pasien ada yang mengurus administrasi ke FO, jika
sewaktu-waktu membutuhkan tindakan tambahan keluarga akan tahu besar biaya yang
harus dikeluarkan. Maka dari itu, jika sampai pasien RSIA Perdana Medica ada yang
dirujuk ke Rumah sakit yang lain, perawat/ bidan pasti meminta setidaknya ada 2 keluarga
pasien yang ikut menemani, tujuannya juga seperti itu.

3. Abu Thoyyib
Bagaimana penatalaksanaan pasien yang telah meninggal di RSIA Perdana Medica?

Sandy Nency Margaretha


Selama ini karena RSIA Perdana Medica tidak memiliki kamar jenazah, maka jika ada
pasien meninggal dunia segera kami seleseikan perihal surat menyurat dengan
keluarganya dan pasien dibawa pulang dan tidak pernah diperbolehkan jenazah terlalu
lama di RSIA Perdana Medica.
Saran: Minta tolong bapak-bapak konsultan untuk mengusulkan kepada pemilik rumah
sakit terkait pengadaan ambulance khusus jenazah, dikarenakan RSIA Perdana Medica
belum punya sampai saat ini, dan juga membuat repot juga jika nanti memulangkan pasien

15
yang telah meninggal dunia, selama ini pemilik tidak pernah mengijinkan ambulance yang
ada untuk digunakan sebagai mobil jenazah.

4. dr. Siti Nur Khalida


Selama ini obat emergency anastesi apa selalu di kamar operasi? Apakah ada alur
pelaporan obat-obatan emergency di OK?

Anin Diastuti
Selama ini obat emergency letaknya di depo farmasi, karena atas saran Dinkes saat ada
sidak, obat-obatan emergency harus kembali lagi ke farmasi. Maka setiap kali ada operasi
pihak farmasi yang bertugas mengantarkan obat-obatan emergency ke ruang OK.
Untuk pelaporan obat-obatan emergency memang sudah ada, dan pihak farmasi sendiri
yang bertugas mencatat keluar masuk obat, namun apakah itu sudah benar juga belum tahu
kepastianya.
Saran: Tim Farmasi sebaiknya membuat alur dan regulasi yang jelas mengenai keluar dan
masuknya obat-obatan terutam obat emergency.

5. dr. Siti Nur Khalida


Apakah selama ini kamar operasi sudah ada batas yang jelas untuk batas-batas antara
batas steril dan non steril?

Sandy Nency Margaretha


Sampai saat ini di kamar operasi hanya ada tanda garis warna kuning sebagai batas non
steril, dan garis merah sebagai batas steril
Saran dari dr. Siti : Sebaiknya di kamar operasi tidak hanya sekedar warna saja, tapi juga
perlu diberikan tulisan “Batas Steril” dan “Batas Non Steril” agar jika ada pasien dan
keluarganya masuk setidaknya walaupun tidak bisa baca tulis akan bertanya, ini tulisan
apa sih maksudnya? Dan juga pasien dan keluarga juga tahu mulai batas mana saya harus
pakai baju dan atribut kamar operasi yang lengkap.

6. dr. Siti Nur Khalida


Untuk rekam medis RSIA Perdana Medica ini apa sudah betul urutannya seperti ini?
Ataukah ada standard yang harus diterapkan? Contohnya untuk persetujuan rawat inap di
RSIA Perdana Medica ini hanya satu lembar, padahal di rumah sakit lain sampai

16
berlembar-lembar, dan juga hak serta kewajiban pasien tidak dilampirkan, kemudian
urutannya setelah persetujuan rawat inap adalah kartu anastesi, jelas pasien bingung,
misalkan itu bukan pasien yang rencana operasi, kenapa harus ada kartu anastesi, dan jelas
urutannya tidak sesuai.

Abu Thoyyib
Nanti kekurangan tersebut akan dilengkapi oleh tim Manajemen. Dan lagi kurangnya
RSIA Perdana Medica ini adalah tidak memiliki petugas Rekam Medis, sehingga RM
sudah 2 tahun belum diinput, jadi belum sistematis saja, hanya tercatat.

7. dr. Siti Nur Khalida


Untuk pelatihan code blue, code red pelatihannya bagaimana? Sebenarnya ada satu lagi
code untuk Rumah Sakit Ibu dan Anak, yaitu untuk kasus kehilangan bayi, bagaimana jika
hal tersebut diusulkan?

Abu Thoyyib
Sudah ada tim Manajemen yang menaungi pelatihan code red, untuk code blue pelatihan
oleh tim PAP, dan semua pegawai rumah sakit akan dilatih untuk itu.
Dan untuk code kasus kehilangan bayi kita klasifikasikan dengan code yellow,
kedepannya aka nada regulasi yang mengaturnya.

Rencana Pertemuan selanjutnya


Hari/ Tanggal : Sabtu, 23 Maret 2019
Jam : 09.00 WIB

17

Anda mungkin juga menyukai