Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL KARYA ILMIAH

Pengaruh Ekonomi Terhadap Masalah Gizi di Desa Meler, Kabupaten


Manggarai, Nusa Tenggara Timur

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang
diampu oleh Ibu Heni Dwi Arista

Disusun Oleh

Fitri Haryanti (155070300111002)


Yunita Dyatmika (155070300111008)
Aditya Khrisnanda W.P (155070300111014)
Selvananda Ditiagary (155070301111030)
Bella Amalia Fabiana (155070301111043)
Noviara Kinari (155070307111014)

JURUSAN ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat, karunia serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas laporan hasil
karya ilmiah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heni Dwi Arista
selaku Dosen Scientific Communication : Indonesian di Universitas Brawijaya
yang telah memberikan tugas ini.
Dengan terselesaikannya tugas ini, penulis berharap dapat bermanfaat bagi
para pembaca untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Pengaruh
Ekonomi Terhadap Masalah Gizi. Meskipun masih ada kekurangan didalamnya dan
jauh dari kata sempurna, penulis berharap adanya kritik, saran maupun usul demi
penyempurnaan tugas yang akan penulis buat di masa yang akan datang.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan. Terima Kasih.

Malang, Desember 2015

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan suatu negara dapat dilihat dari kesejahteraan rakyatnya.
Kesejahteraan dapat dicapai dengan adanya pembangunan di segala bidang seperti
bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Salah satu keberhasilan pembangunan
adalah lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas. Pemenuhan kebutuhan gizi
yang baik dibutuhkan untuk melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Saat ini, bangsa Indonesia sedang diterpa masalah yang serius, yaitu banyaknya
daerah yang masyarakatnya memiliki status gizi kurang maupun buruk, terutama
terjadi pada balita dan anak-anak
Masalah gizi mempunyai dimensi yang luas. Dimensi tersebut tidak hanya
tercakup pada dunia kesehatan, tetapi aspek ekonomi, sosial, dan budaya dapat
mempengaruhi masalah gizi yang terjadi di Indonesia. Permasalahan gizi di
Indonesia sebagian besar berasal dari aspek ekonomi. Di daerah-daerah terpencil
atau pedesaan memiliki tingkat perekonomian yang rendah. Sumber perekonomian
masyarakat pedesaan adalah hasil pertanian. Hasil pertanian di desa dengan daerah
perkotaan sangatlah jauh berbeda. Di pedesaan, hasil pertanian dijual dengan harga
yang lebih murah dibandingkan di kota, sehingga masyarakat pedesaan memiliki
pendapatan yang sangat rendah. Pendapatan rendah inilah yang menimbulkan suatu
keluarga mengalami kemiskinan.
Faktor-faktor yang menentukan status gizi seorang balita dan anak-anak yaitu
pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi, kesehatan
lingkungan, dan pola konsumsi pangan. Pendidikan orang tua berpengaruh
seberapa besar pendapatan sebuah keluarga kemudian pendapatan berhubungan
dengan gizi yang dapat oleh keluarga tersebut. Pengetahuan gizi juga menentukan
status gizi, karena jika hanya membeli makanan, belum tentu kebutuhan gizi akan
terpenuhi. Kesehatan lingkungan paling berpengaruh pada status gizi, karena jika
tempat untuk tinggal sanitasinya tidak bersih maka akan berpengaruh pada
makanan yang dikonsumsi, sehingga status gizi terpengaruhi. Terakhir, pola
konsumsi pangan, berpengaruh pada status gizi karena jika pola konsumsi stabil
maka tubuh akan terpenuhi gizi yang dibutuhkan.
Menurut Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak dalam Kementerian
Kesehatan, Anung Sugihartono menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang unggul ditentukan oleh pemenuhan gizi yaitu sejak terjadinya
konsepsi pada balita hingga dewasa. Kekurangan gizi pada awal kehidupan dapat
meningkatkan risiko penyakit tidak menular ketika dewasa. Serta kekurangan gizi
sejak dini juga dapat menyebabkan daya tahan tubuh rendah. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas diperlukan gizi yang baik. Sedangkan di
Indonesia, banyak penduduknya yang mengalami gizi kurang.
Berdasarkan data DepKes RI, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta)
balita mengalami gizi kurang yang terdiri dari 19,2 % (3,5 juta anak) dalam tingkat
gizi kurang dan 8,3 % (1,5 juta anak) gizi buruk yaitu bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun. Menurut Soekirman dalam Waryana (2010),
gizi kurang dapat terjadi karena faktor penyebab yang bersifat langsung, yaitu
asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan, penyebab yang bersifat tidak
langsung, yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, tingkat ekonomi, pendidikan, dan
sosial budaya atau kebiasaan.
Kabupaten Manggarai merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Masalah gizi merupakan salah satu masalah yang banyak
dihadapi oleh pemerintah, hal ini terlihat dari jumlah penderita gizi buruk di
Propinsi NTT yaitu 13%, yang sebagian besar berasal dari Manggarai. Hal ini
ditunjukkan dari tingginya jumlah penderita KEP (Kurang Energi Protein) yaitu
sebesar 12 920 balita, yang berasal dari dua belas kecamatan di Manggarai (BPS,
2005). Jumlah keluarga miskin yaitu 69 605 KK (67.03%). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar masyarakat Manggarai masih hidup dalam kemiskinan. Dari
12 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Manggarai, rumah tangga miskin paling
banyak terdapat di Kecamatan Ruteng dan Kecamatan Poco Ranaka. Dengan
demikian, penelitian tentang aspek sosial ekonomi dan kaitannya dengan masalah
gizi kurang dilakukan di desa Meler kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai
Nusa Tenggara Timur.
Masalah yang dihadapi di kabupaten Manggarai, NTT adalah masalah yang
cukup serius, dikarenakan di daerah ini sangatlah kurang atau susah dalam hal
ekonomi, dengan kita memiliki ekonomi yang cukup maka kita bisa mendapatkan
makanan yang memiliki nilai gizi yang bagus untuk tubuh kita. Namun, yang
terjadi di kabupaten Manggarai merupakan salah satu masalah yang banyak
dihadapi oleh pemerintah, hal ini terlihat dari jumlah penderita gizi buruk di
provinsi NTT. Dikarenakan hal tersebut banyak peneliti yang ingin meneliti
tentang masalah gizi dan kaitannya dengan pengaruh ekonomi di kabupaten
Manggarai, NTT.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah hubungan antara pengaruh ekonomi dengan masalah gizi yang
terjadi di Kabupaten Manggarai?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh ekonomi dengan masalah gizi
yang terjadi di Kabupaten Manggarai.
1.4 Manfaat
Berdasarkan sumber yang diperoleh, penelitian ini bermanfaat untuk
menganalisis hubungan antara karakteristik ekonomi dengan masalah gizi yang
terjadi di Kabupaten Manggarai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gizi Kurang


Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berpikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif
bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia
kurang dari 5 tahun. Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang
berat dan disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Khadirmuhaj, 2009).

2.2 Penyebab gizi kurang


Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut
mempengaruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita
dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak
diperhatikan makanannya. Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena
infeksi atau tertular oleh penyakit-penyakit lain. Ketiga, lingkungan yang kurang
bersih, sehingga anak rentan terserang penyakit, kerentanan tersebut menyebabkan
anak mengalami kurang gizi. Keempat, kurangnya pengetahuan orangtua terutama
ibu mengenai gizi. Kelima, kondisi sosial ekonomi yang sulit. Faktor ini cukup
banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka mereka
kekurangan asupan gizi. Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa
juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya
kelainan jantung dan paru-paru bawaan sejak lahir (Kurniati, 2012).

2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi status gizi


Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi salah satunya penyebab
tidak langsung terjadinya masalah gizi kurang di kabupaten Manggarai, NTT
adalah kurang memadainya sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat pada
kabupater Manggarai. Persediaan pangan yang kurang menjadi penyebab tidak
langsung yang berpengaruh terhadap asupan makan anak di dalam keluarga. Di
kabupaten Manggarai merupakan daerah yang bersifat agraris dan sebagian besar
penduduk berprofesi sebagai petani. Hasil sawah atau kebun yang diusahakan, lebih
banyak digunakan untuk konsumsi pribadi. Hal ini mengakibatkan pendapatan
tidak bertambah, dan konsumsi pangan dalam rumah tangga menjadi tidak beragam
karena kebutuhan hanya dipenuhi oleh pangan sumber karbohidrat.
Akar masalah yang menyebabkan terjadinya masalah gizi adalah keadaan
ekonomi, kemiskinan, kurangnya pemanfaatan wanita dan keluarga serta
pemanfaatan sumberdaya masyarakat. Menjadi akar masalah yang terjadi di
kabupaten tersebut maka untuk mendapatkan makanan yang bernilai gizi tinggi
masih sangat sulit untuk didapatkan. Dengan masalah yang dialami pada kabupaten
Manggarai, masyarakat disana harus lebih bisa memanfaatkan pangan yang mereka
miliki untuk lebih ditingkatkan atau dijual ke kabupaten-kabupaten lain yang dekat
dengan kabupaten Manggarai, agar bisa mendapatkan uang untuk membeli bahan
atau alat bertani yang lebih bagus dan tentunya mendapatkan bahan makanan yang
memiliki nilai gizi tinggi.
Dengan adanya masalah yang dihadapi tersebut itu bisa juga mempengaruhi
kesehatan lingkungan yang ada di kabupaten manggarai, NTT. Salah satu contoh
adalah menggunakan air dalam kehidupan sehari-hari, dengan adanya air yang
bersih kita bisa lebih hidup bersih, sehat, dan tentunya aman dari kuman maupun
bakteri yang ada disekitar kita. Dengan mengkonsumsi air bersih, daya tahan tubuh
yang ada pada kita bisa menjadi lebih kuat, jika daya tahan tubuh kita lemah,
penyakit sangatlah gampang untuk menyerang kita dan kita akan lebih sering
terkena sakit yang dalam jangka waktu yang sangatlah lama. Oleh karena itu,
kabupaten Manggarai harus berawal dari mengkonsumsi air bersih terlebih dahulu
dan selanjutnya untuk mengkonsumsi makanan pangan yang memiliki nilai gizi
tinggi.

2.4 Pengaruh ekonomi terhadap pola konsumsi dan gizi kurang


Faktor ekonomi yang mempengaruhi gizi kurang pada kabupaten Manggarai
yaitu rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan ini karena sebagian besar
penduduk Manggarai mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian, apalagi
pertanian disana masih bersifat tradisional. Menurut BPS Manggarai, garis
kemiskinan atau poverty line daerah kabupaten Manggarai berdasarkan pendapatan
per kapita adalah Rp 151.997/kapita/bulan. Lebih dari separuh masyarakat
pendapatan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan atau poverty line
(86.25%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Meler berada di bawah
garis kemiskinan (Marut, 2007). Meskipun berasal dari sektor pertanian jika
didukung dengan pendidikan yang tinggi pastinya akan meningkatkan produksi
panen. Tetapi, sebagian besar masyarakat Manggarai hanya berpendidikan sampai
SD. Hal ini yang membuat sebagian besar masyarakat tidak memiliki pengetahuan
yang tinggi.
Selain tidak bisa tercukupinya kebutuhan pangan ternyata keberagaman pangan
yang dikonsumsi sangat sedikit. Hasil pertanian sebagian besar hanya dikonsumsi
secara pribadi tidak untuk dijual. Hal ini yang menyebabkan pendapatan rendah dan
tidak mampu untuk membeli makanan. Apalagi yang ditanam hanya beberapa jenis
tanaman saja seperti bahan makanan yang mengandung karbohidrat saja. Selain
pertanian masyarakat juga bermata pencaharian pada perikanan laut yang hanya
berpusat pada daerah pesisir maupun darat seperti kolam atau sawah dan
peternakan. Tetapi mereka jarang mengonsumsi daging, susu, telur dan sumber
protein hewani lainnya kecuali saat upacara-upacara tertentu. Karena produksinya
yang sangat kecil sehingga menyebabkan harga-harga hasil ternak maupun
perikanan menjadi sangat mahal dan masyarakat miskin tidak mampu membelinya.
Tentu saja ini penyumbang terbesar terjadinya gizi kurang.
Pendapat perkapita yang rendah mempengaruhi pola konsumsi makan dalam
sehari. Asupan makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi. Konsumsi
makanan yang selalu kurang dari kecukupan dalam jangka waktu tertentu dapat
mengakibatkan kurang gizi walaupun tidak menderita penyakit. Akan tetapi,
konsumsi makanan yang cukup apabila terdapat penyakit, dapat pula berakibat
kurang gizi. Faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah
gizi dan kebiasaan makan keluarga. Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga tersebut. Rendahnya pendapatan me-
rupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih
pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Faktor pendapatan keluarga
mempunyai peranan besar dalam masalah gizi dan kebiasaan makan keluarga.
Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
keluarga tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan
orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan
beragam.

2.5 Status dan Keadaan Ekonomi


Status ekonomi adalah kedudukan atau sebagai tempat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok (Malasari, 2011). Kondisi ekonomi adalah suatu kedudukan
yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam
masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dimainkan oleh orang yang membawa status tersebut
(Sumardi, 2011). Status ekonomi juga mempunyai makna suatu keadaan yang
menunjukan pada kemamuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang
dimiliki (Baswori, 2010).

2.6 Hubungan Ekonomi dan Gizi Kurang


Rendahnya tingkat pendapatan ekonomi keluarga akan sangat berdampak pada
rendahnya daya beli keluarga, sehingga jika pendapatan semakin rendah maka gizi
yang harus terpenuhi oleh keluarga akan semakin rendah begitu pula sebaliknya,
karena gizi atau nutrisi diperoleh dari makanan dan makanan dapat diperoleh
dengan membeli makanan tersebut, dari hasil pertanian atau asalnya dari manapun
pasti membutuhkan finansial (Suhardjo, 2013).

2.7 Karakteristik Ekonomi dan Pola Konsumsi Pangan dan Kaitannya dengan
Masalah Gizi
Gizi kurang merupakan salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh
pemerintah. Seperti yang terdapat di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Hal ini ditunjukkan dari tingginya jumlah penderita KEP (Kurang Energi Protein)
yaitu sebesar 12.920 balita yang berasal dari dua belas kecamatan di Manggarai
(BPS, 2005).
Provinsi NTT merupakan salah satu contoh daerah yang masih menghadapi
permasalahan kemiskinan dan penanggulangannya karena memiliki rata-rata
kemiskinan sebesar 23,73% yang menunjukan bahwa NTT menduduki peringkat
ke tiga provinsi termiskin setelah Papua dan Maluku. Perekonomian di NTT
didominasi oleh sektor pertanian dengan tujuan diproduksi untuk dimakan maupun
dijual. Hal ini berarti pertanian masih memegang peranan penting bagi sebagian
besar penduduk karena mereka bekerja dan mengandalkan hidupnya dari hasil
pertanian (Amelia, 2012).
Dengan mengandalkan pertanian, penduduk menemui beberapa kendala.
Mengingat keadaan tanah di NTT yang umumnya tandus dan memiliki iklim
kering, menyebabkan kekeringan lahan terjadi setiap tahunnya. Sehingga hasil
pertanian sangat bergantung pada keadaan alam.
BAB III

PEMBAHASAN

Kabupaten Manggarai merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Nusa


Tenggara Timur yang memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi sebesar 67,03%.
Dengan luas wilayah 4 188.97 km2, Manggarai masih kekurangan fasilitas
kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah rumah sakit yang tidak memadai,
hanya terdapat 1 rumah sakit pemerintah, 2 rumah sakit swasta serta 23 unit
puskesmas.
Usaha yang tepat untuk mengatasi permasalahan fasilitas kesehatan di
Manggarai ini adalah dengan menerjunkan para relawan kesehatan yang memiliki
komitmen diri dalam kontribusi untuk menciptakan perubahan di lingkungan
Manggarai ini. Kemudian, pemerintah mengusahakan penambahan jumlah rumah
sakit untuk meminimalisir adanya keterlambatan dalam penanganan pasien maupun
pelayanan. Sistem pertanian yang terdapat di kabupaten Manggarai masih bersifat
tradisional dengan pola tanam campur, maksudnya dua tau lebih tanaman ditanam
di satu area tanam. Dengan sistem ini, produksi pertanian yang dihasilkan rendah
sehingga untuk ketersediaan pangan keluarga menjadi sedikit atau berkurang
(Riyadi, 2006).
Sosialisasi sistem pertanian lain perlu diadakan. Sebagai contoh sistem
pertanian terpadu, yaitu menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, dan
perikanan. Sistem pertanian terpadu memanfaatkan seluruh potensi sehingga
didapatkan hasil yang seimbang untuk menjaga ketersediaan pangan di dalam
sebuah keluarga.
Masyarakat di kabupaten Manggarai bermata pencaharian di bidang pertanian,
perikanan, dan peternakan. Salah satu tanaman yang banyak ditanam oleh
masyarakat adalah padi. Tanaman padi ditanam di sawah juga dikembangkan di
lahan kering yang disebut padi gogo. Bahan pangan sumber karbohidrat yang juga
banyak ditanam adalah jagung. Jagung merupakan salah satu makanan pokok
alternatif pengganti beras. Sedangkan produksi perikanan dapat berasal dari laut,
perairan umum, dan tambak serta kolam. Produksi perikanan tangkap terbesar
adalah ikan segar, sedangkan cumi-cumi dan lobster memiliki tingkat produksi
yang kecil. Produksi ikan segar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tetapi
semenjak tahun 2003-2005 mengalami penurunan drastis. Yang terakhir yaitu dari
komoditas peternakan. Populasi ternak terbesar di kabupaten Manggarai adalah
ayam buras, babi, dan kerbau. Jumlah daging yang lebih banyak dikonsumsi dan
diproduksi adalah daging babi. Hal yang menyebabkan gizi kurang yaitu sebagian
besar pendidikan para orangtua di Manggarai ini tergolong dibawah rata-rata.
Sehingga, sosialisasi mengenai parenting dan gizi berperan sangat penting terutama
dalam hal makanan sehari-hari. Perbedaan pendapatan antar keluarga di Manggarai
ini akan menunjukkan perbedaan pula dalam pola makan sehari-harinya.
Pemerintah pusat hendaknya memberikan bantuan langsung berupa buahan pangan
maupun makanan ke kabupaten Manggarai ini agar tercapai keseimbangan pangan
antar keluarga. Pengetahuan gizi dari para orang tua di kabupaten Manggarai sangat
menentukan status gizi balita atau anak-anak mereka, Oleh sebab itu diperlukan
edukasi atau sosialisasi bagi para orang tua di kabupaten Manggarai.
Berdasarkan data yang didapat dari aspek ekonomi dan gizi kurang diperoleh
hubungan bahwa ekonomi sangat mempengaruhi gizi kurang di kabupaten
Manggarai, rata-rata gizi kurang terjadi karena kebutuhan dalam memperoleh gizi
itu sendiri artinya dalam memilih dan membeli makanan dengan gizi yang
seimbang, masyarakat di kabupaten Manggarai kesulitan. Oleh sebab itu diperlukan
sosialisasi bahan makanan untuk sehari-hari dengan bahan makanan yang mudah
dijangkau oleh masyarakat di kabupaten Manggarai.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gizi kurang yang dialami oleh masyarakat di kabupaten Manggarai
dipengaruhi oleh ekonomi atau status ekonomi masyarakat di kabupaten
Manggarai itu sendiri, karena banyak aspek ekonomi seperti pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan kelurga yang menyebabkan
suatu individu, keluarga, bahkan masyarakat di daerah tersebut mengalami
gizi kurang terutama anak-anak.

4.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
bermafaat dan dapat membantu masyarakat di kabupaten Manggarai untuk
makalah yang akan datang yaitu
1. Perlunya penambahan alasan masyarakat Manggarai mengapa
memiliki status ekonomi yang rendah
2. Untuk mengoptimalkan makalah ini, disarankan agar membahas
bahan makanan pengganti yang cocok untuk masyarakat di
kabupaten Manggarai
DAFTAR PUSTAKA

Baswori, 2010. Status Ekonomi. www.scribd.com/doc/77545978/ -Hubungan-


Ekonomi-Dengan-Status-Gizi#scribd. Diakses 02 Desember 2015

Khadirmuhaj. 2009. Gizi Kurang. kb.123sehat.com/lain/defisiensi-kekurangan-


gizi/. Diakses 02 Desember 2015

Kurniati. 2012. Penyebab Gizi Kurang. www.news-medical.net/health/Causes-of-


malnutrition-(Indonesian).aspx. Diakses 02 Desember 2015

Malasari, 2011. Status Ekonomi.


www.tenagasosial.com/2013/08/statusekonomi.html. Diakses 02 Desember
2015

Suhardjo. 2013. Hubungan Ekonomi dan Gizi Kurang.


www.scribd.com/doc/137133807/Konsep-Dasar-Status-Ekonomi#scribd.
Diakses 02 Desember 2015

Sumardi, 2011. Keadaan Ekonomi.


www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150901134659-78-75882/christine-
lagarde-kondisi-ekonomi/. Diakses 02 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai