S1 2014 284457 Chapter1 PDF
S1 2014 284457 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan potensi bahan alam yang besar terutama
berasal dari bahan alam terutama tumbuhan obat untuk pemeliharaan kesehatan,
cara pengukuran yang hasilnya berupa hal-hal yang terkait mutu kefarmasian
industri farmasi dan obat herbal. Hal tersebut merupakan tantangan bagi
1
2
ekstrak yang terstandar. Oleh karena itu, penetapan standar mutu ekstrak
tumbuhan obat sangat diperlukan untuk menjamin mutu obat tradisional yang
Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan awal, yaitu tumbuhan obat itu sendiri
yang tidak dapat dipisahkan dari faktor biologi. Faktor biologi terdiri atas lokasi,
cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan senyawa anorganik). Variasi
Penggunaannya antara lain sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut
kembung, dan gangguan lain pada saluran pencernaan serta sebagai obat
pembersih dan penguat (tonik) sesudah nifas (Sudarsono dkk., 1996). Ketinggian
dan tingkat intensitas cahaya maka kadar kurkumin rimpang temulawak akan
semakin rendah (Hakim, 2012). Temulawak dan temu putih merupakan tumbuhan
dikelilingi hutan dan perbukitan (Wikipedia, 2013). Oleh karena itu, penelitian
perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi tempat tumbuh terhadap kadar
senyawa eugenol pada ekstrak terstandar rimpang temu putih yang berasal dari
B. Perumusan Masalah
eugenol pada ekstrak rimpang temu putih dari daerah Kalibawang, Tuksono
dan Tawangmangu?
ekstrak terstandar rimpang temu putih dari daerah Kalibawang, Tuksono dan
Tawangmangu?
C. Tujuan Penelitian
temu putih, mengetahui pengaruh variasi tempat tumbuh terhadap kadar eugenol
pada ekstrak terstandar rimpang temu putih dari daerah Kalibawang, Tuksono dan
D. Tinjauan Pustaka
1. Temu putih
divisi : Spermatophyta
kelas : Monocotyledoneae
bangsa : Zingiberales
suku : Zingiberaceae
marga : Curcuma
c. Morfologi tanaman
bawah tanah, berwarna cokelat muda atau cokelat tua, jika diiris bagian dalam
rimpang berwarna putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat, rimpang berbau
aromatik. Daun tunggal, berjumlah 2-9 helai, bentuk helai daun memanjang
sampai lanset, panjang 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing atau meruncing,
berambut jarang, berwarna hijau atau hijau dengan bercak cokelat sampai ungu di
ibu tulang daun, panjang daun (termasuk tangkai) 43-80 cm atau lebih, pelepah
daun membentuk batang semu, berwarna hijau cokelat tua. Bunga majemuk bulir,
3-8 x 1,5-3,5 cm. Kelopak 3 helai, berwarna putih atau kekuningan, bagian tengah
merah atau cokelat kemerahan, 3-4 cm. Mahkota 3 helai, berwarna putih
6
kemerahan, tinggi rata-rata 4-5 cm. Mahkota terdiri atas 2 bibir, bentuk bulat telur
terbalik, kuning atau putih, tengah kuning atau kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm.
Benang sari 1 helai, tidak sempurna, bulat telur terbalik, kuning terang, 12-16 x
10-115 mm, tangkai sari 3-5 x 2-4 mm, kepala sari putih, 6 mm. Buah berambut,
rata-rata 2 cm (Backer & Brink, 1968; Badan Pengawas Obat dan Makanan
d. Kandungan
eugenol. Senyawa identitas dari C.zedoaria adalah zedoaron (Makabe dkk., 2006;
Lobo dkk., 2009). Rimpang dan daun C.zedoaria mengandung saponin, flavonoid
e. Kegunaan
sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut kembung, dan gangguan
lain pada saluran pencernaan serta sebagai obat pembersih dan penguat (tonik)
secara invitro maupun invivo. Seduhan serbuk rimpang dengan kisaran dosis
rimpang temu putih pada tikus terangsang CCl 4 terbesar pada dosis 1,97 mg/kg
pertumbuhan tumor paru pada mencit betina dengan perlakuan dosis terbesar 750
menunjukkan sensitifitas pada bakteri Gram positif dan negatif serta fungi dengan
zona hambat 11-14 mm, sedangkan ekstrak metanol memiliki zona hambat 13-15
mm (Das & Rahman, 2012). Minyak atsiri C.zedoaria pada kadar 20 mg/mL
memiliki aktivitas antioksidan yang baik (Mau dkk., 2003). Ekstrak etil asetat, n-
heksana, air, petroleum eter, kloroform dan etanol rimpang C.zedoaria memiliki
aktivitas sebagai antioksidan (Himaja dkk., 2010). Ekstrak petroleum eter dengan
dosis 200 mg/kg BB dan ekstrak kloroform dengan dosis 400 mg/kg BB pada
2 dan ke-6 perlakuan (Kaushik & Jalalpure, 2011). Namun, C.zedoaria juga
8
dilaporkan memiliki efek samping. Potensi ketoksikan akut salah satu sediaan
serbuk rimpang yang beredar di pasaran (LD 50 semu) lebih besar dari 2375 mg/kg
BB (Wigati, 2000).
f. Budidaya
tanaman obat dilakukan di bawah naungan. Rimpang tumbuh dengan baik pada
berkisar 750 m dpl di pulau Jawa. Rimpang C.zedoaria tumbuh liar di Sumatera
(Gunung Dempo), Jawa Barat dan di hutan jati Jawa Timur. Tanaman ini
berbunga di bulan Agustus hingga Mei (Backer & Brink, 1968; Heyne, 1950).
2. Eugenol
senyawa fenilpropanoid dengan tiga karbon rantai samping terikat pada gugus
3. Obat tradisional
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibagi menjadi tiga yaitu jamu, obat
Obat herbal terstandar merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik serta bahan bakunya
telah distandardisasi. Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji
klinik, bahan baku serta produk jadinya telah distandardisasi (Badan Pengawas
4. Cara ekstraksi
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan
pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut
dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-
lain. Proses ekstraksi akan menghasilkan produk yang disebut ekstrak. Ekstraksi
a. Maserasi
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan
10
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
Indonesia, 1986).
b. Infusa
Infusa atau yang sering disebut infus adalah sediaan cair yang dibuat
dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15
menit. Cara ini umum digunakan untuk menyari zat aktif yang campur dengan air
dari bahan-bahan nabati. Hasil penyarian ini kurang stabil dan mudah tercemar
oleh kuman dan kapang. Cara penyariannya relatif murah dibandingkan dengan
metode penyarian yang lain yaitu simplisia dengan derajat halus yang sesuai
dicampur dengan air secukupnya dalam panci di atas penangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sesekali diaduk lalu diserkai
selagi panas melalui kain flanel. Setelah itu ditambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (jika tidak
a. Parameter nonspesifik
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan, yaitu
sisa zat setelah pengeringan pada suhu 105°C selama 30 menit atau sampai bobot
konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak
mengandung minyak menguap atau atsiri dan sisa pelarut organik menguap)
identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau
kandungan air dalam bahan. Pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau
gravimetri.
berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Bahan dipanaskan pada
meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada. Apabila
12
digunakan ekstrak cair maka hasil menunjukkan jumlah pelarut (alkohol) sesuai
yang ditetapkan.
bagi kesehatan.
mengandung logam berat tertentu (Hg,Pb,Cd, dan lain-lain) melebihi nilai yang
melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan
b. Parameter spesifik
1). Identitas
2). Organoleptik
sambiloto secara HPLC atau penetapan kadar pinostrobin dalam ekstrak temu
KLT melibatkan dua hal penting yaitu fase diam dan fase gerak. Lapisan yang
memisahkan terdiri atas fase diam yang ditempatkan pada penyangga berupa
lempeng gelas, logam atau lapisan yang cocok. Fase diam yang digunakan
14
umumnya bahan penjerap seperti silika gel, alumina dan selulosa. Campuran yang
akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan dalam bentuk bercak atau pita
pada fase diam. Fase gerak untuk KLT terdiri atas satu atau lebih pelarut yang
bergerak karena adanya gaya kapiler seperti air, metanol, kloroform, dan toluena.
berisi larutan pengembang (fase gerak) yang sesuai. Selanjutnya, senyawa yang
tidak berwarna harus dideteksi dengan penampak bercak yang spesifik terhadap
ditempuh larutan sampel dengan jarak yang ditempuh fase gerak. Nilai maksimum
Rf adalah 1 berarti larutan sampel bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan
fase gerak. Nilai minimum Rf adalah 0 berarti larutan sampel tertahan di titik awal
pada fase diam (Gandjar & Rohman, 2007). Densitometri merupakan salah satu
cara untuk mendeteksi bercak pada kromatogram. Pengukuran bercak pada lapis
200 sampai 700 nm. Alat ini juga disebut TLC-Scanner (Sumarno,2001).
15
ekologinya, gabungan antara kondisi biotik, iklim dan tanah dari sebuah tempat.
Ketinggian tempat berpengaruh terhadap iklim terutama curah hujan dan suhu
memiliki curah hujan lebih tinggi dengan suhu lebih rendah sehingga kecepatan
penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berjalan lambat. Hal ini berbeda
dengan yang terjadi di dataran rendah, di daerah ini penguraian yang berlangsung
lebih cepat. Oleh karena itu, daerah pegunungan kondisi tanahnya lebih subur dan
b. Intensitas cahaya
oleh ketinggian tempat tumbuh. Intensitas cahaya akan semakin kecil dengan
(Parman, 2010).
Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi yang terbentuk dari proses
pelapukan oleh pengaruh iklim dan aktivitas organisme hidup pada suatu tempat
16
dalam jangka waktu tertentu. Reaksi tanah menunjukkan sifat keasaman atau
kebasaan tanah, dinyatakan dengan nilai pH yang berkisar antara 0-14. Tanah
asam dan apabila pH lebih dari 7 maka dikategorikan tanah basa. Nilai pH tanah
hara diserap tumbuhan (tumbuhan yang hidup di tanah dengan pH netral lebih
2012).
tanah yang banyak mengandung bahan organik memerlukan air lebih banyak
untuk disimpan sebagai persediaan sehingga kelembaban tanah terjaga lebih baik.
Kelembaban tanah yang tinggi meningkatkan jasad mikro tanah sehingga struktur
a. Kalibawang
Kalibawang terdiri atas dataran dan sebagian perbukitan dengan elevasi hingga
500 m dpl. Wilayah pekerjaan penduduk sebagian besar terletak pada ketinggian
26 – 100 m dpl. Curah hujan di Kecamatan Kalibawang pada tahun 2001 adalah
17
4.482 mm/tahun dengan jumlah hari hujan mencapai 144 hari/tahun (Wikipedia,
2012). Kawasan hutan di daerah Kulon Progo sangat luas dengan ketinggian
sampai dengan 1000 m dpl. Wilayah utara pada ketinggian 500 – 1000 m dpl
kawasan budidaya tanaman obat, konservasi dan kawasan rawan bencana tanah
b. Tuksono
Kecamatan Sentolo, 2013). Kawasan hutan di daerah Kulon Progo sangat luas
dengan ketinggian sampai dengan 1000 m dpl. Wilayah tengah pada ketinggian
peralihan dataran rendah dan perbukitan. Selama tahun 2011 di Kabupaten Kulon
Progo, rata-rata curah hujan per bulan adalah 161 mm dan hari hujan yaitu 10 hari
hujan per bulan. Keberadaan sungai dengan air yang mengalir sepanjang tahun di
wilayah Kabupaten Kulon Progo membantu menjaga kondisi permukaan air tanah
c. Tawangmangu
subur dikelilingi oleh hutan dan perbukitan di lereng barat Gunung Lawu
hujan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Maret (Pemerintah
E. Keterangan Empiris
kandungan senyawa eugenol dalam ekstrak terstandar rimpang temu putih dari
manakah yang menghasilkan rimpang temu putih dengan kadar eugenol yang
paling tinggi.