Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

Hari/tanggal : 01 Maret 2019


Nama klien : Ny. Nia
No. MR : 0123
Dx / SP ke / Pertemuan ke :I
Nama perawat pelaksana : Perawat Ketut
Resiko perilaku kekerasan

Pertemuan ke - 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
- Mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Obyektif
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang
2. Diagnosa 1: perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Perkenalan :
 Salam Teraupetik
“Selamat pagi . Perkenalkan nama saya Ketut Windayani, saya biasa di panggil
Ketut.
Saya adalah mahasiswa STIKes Medistra Indonesia. Nama kamu siapa dan suka
dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan pangil Nia saja, ya”

 Evaluasi/validasi
“kalau boleh tahu, sudah berapa lama Nia di sini ? Apakah Nia masih ingat siapa
yang membawa kesini ? Bagaimana perasaan kamu saat ini? Saya lihat kamu sering
tampak marah dan kesal
 Kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang membuat Nia marah
dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok ?”
“ Nia mau berapa lama bercakap-cakap?
“ Bagaimana kalau 15 menit?”.
“Kamu senangnya kita berbicara dimana?.
“Dimana saja boleh kok, asal kamu merasa nyaman.
“Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya”

2. Kerja :
“Nah, sekarang coba kamu ceritakan Apa yang membuat Nia merasa marah? ”
Apakah sebelumnya kamu pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan
yang sekarang?”
“Lalu saat kamu sedang marah apa yang akan kamu rasakan? Apakah kamu merasa
sangat kesal, dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat
dan ingin mengamuk? ”
“Setelah itu apa yang kamu lakukan? ”
“Apakah dengan cara itu marah/kesal kamu dapat terselesaikan? ”
“Ya tentu tidak, apa kerugian yang Nia alami?”
“Menurut Nia adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Nia belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan. Salah satunya adalah dengan
cara fisik yaitu tarik nafas dalam,pukul kasur dan bantal. Jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan rasa marah.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Namanya teknik napas dalam”
”Begini , kalau tanda-tanda marah tadi sudah kamu rasakan, maka kamu berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut”
“Ayo Nia coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, sudah bisa kan melakukannya ?”
“ Nah..Nia tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya latihan
ini kamu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul
kamu sudah terbiasa melakukannya”

3. Terminasi :
 Evaluasi
Evaluasi subjektif:
“Bagaiman perasaanmu setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan
teknik relaksasi napas dalam tadi?
“ Ya...betul, dan kelihatannya kamu terlihat sudah lebih rileks”.
Evaluasi objektif
”Coba kamu sebutkan lagi apa yang membuat kamu marah, lalu apa yang kamu
rasakan saat itu dan apa yang akan kamu lakukan. Kemudian apa akibatnya...”
“Wah...bagus, kamu masih ingat semua...”
 Tindak lanjut
“Nia Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
?”
“Kapan waktu yang kamu inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana kalau
setiap jam 11pagi?”
 Kontrak yang akan datang
“ Nah, Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik saja. Masih ada cara
yang bisa digunakan untuk mengatasi marah kamu. Cara yang kedua yaitu dengan
teknik memukul bantal atau kasur.
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, kamu maunya kita bertemu
besok jam berapa?”
“Kita latihannya dimana,? Disini saja lagi” “ok, Nia. Kalau begitu saya pamit dulu
ya.... Assalamualaikum”
Pertemuan ke – 2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Subjektif
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
- Mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Objektif

- Mata merah, wajah agak merah.


- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang

B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase Perkenalan
“Assalamu’alaikum mbak Tia, masih ingat nama saya? Bagus ibu, iya saya
perawat Yayang”
“Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi”.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“mbak Tia mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“Mbak senangnya kita berbicara dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Mbak
merasa nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya, Mbak”

2. Fase Kerja
“Baiklah mbak, sesuai yang kita pelajari kemarin ada beberapa cara untuk
mengontrol marah. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan
fisik disalurkan rasa marah. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah mbak rasakan maka mbak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/ tiup perlahan –
lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
mbak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul mbak sudah terbiasa melakukannya. Coba mbak
lakukan kembali dan jangan lupa memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
ini pada jadwal harian dengan memberi tanda M (Mandiri) kalau mbak
melakukannya tanpa disuruh, tulis tanda B (Bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan dan tanda T (Tidak) jika tidak melakukannya.”

3. Fase Terminasi
 Evaluasi Respon Klien terhadap Tindakan Keperawatan
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang tentang bagaimana
mengontrol kemarahan mbak?”
Evaluasi Objektif
“Sekarang coba mbak yang jelaskan dan praktekkan kembali.”
“Bagus sekali, mbak dapat menjelaskan serta mempraktekkan latihan fisik ini
dengan baik”.
(Jika pasien sudah dapat menjelaskan namun tidak lengkap, jelaskan kembali yang
lebih lengkap).
 Tindak Lanjut Klien
”Selanjutnya mbak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga mbak lebih siap untuk melakukan latihan fisik bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul. Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.”
 Kontrak Selanjutnya
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah, mbak? Mau ngobrol dimana? Baiklah, disini saja.
berapa lama mbak? 10 menit? Baiklah, kita akan bertemu 2 jam lagi, saya permisi
dulu. Wassalaamu’alaikum”

Anda mungkin juga menyukai