Anda di halaman 1dari 2

Pemprov DKI: Tarif MRT Rp 8.

500 Belum Final


Senin 25 Mar 2019 21:05 WIB
Rep: Mimi Kartika/ Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah


mengatakan, masih ada ruang untuk membahas tarif Moda Raya Terpadu
(MRT) Jakarta dan Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta. Menurut dia,
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI masih bisa menegosiasikan tarif
dengan DPRD DKI Jakarta.

"Jadi saya rasa kita ingin memanfaatkan ruang yang tersedia ini antara
eksekutif dan legislatif untuk berdiskusi kembali. Saya rasa itu," ujar
Saefullah di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (25/3).

Saefullah bersama Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar,


Direktur Utama PT LRT Jakarta Allan Tandiono, pelaksana tugas Dinas
Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko dan Asisten Sekda Bidang
Perekonomian Pemprov DKI Jakarta Sri Haryati langsung menggelar rapat
dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan usai penetapan
tarif oleh DPRD DKI Jakarta. Saefullah mengatakan, usulan tarif dari
Pemprov DKI berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2014
tentang Transportasi.

Ia juga mengatakan, pihak juga mempertimbangkan usulan dari masing-


masing operator yakni PT MRT Jakarta dan PT LRT Jakarta. Selain itu,
usulan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) dan masyarakat
berdasarkan ability to pay (ATP) dan wilingness to pay (WTP).

Menurut Saefullah, masih ada ruang untuk berkomunikasi dan berdiskusi


dengan anggota dewan karena penetapan tarif belum ditandatangani. Ia
menargetkan, Pemprov DKI akan segera mengumkan tarif MRT dan LRT
sebelum jadwal beroperasi MRT Jakarta secara komersial pada 1 April
2019 mendatang.

"Itu belum ditandatangani. Rekomendasi dari Pak Gubernur juga belum


ada. Nanti kita tunggu persetujuaannya dulu. Setelah itu baru kita buatkan
kepgubnya. Saya rasa mudah-mudahan sebelum 1 April sudah ada
keputusan gubernurnya," kata Saefullah.

Pemprov DKI mengusulkan tarif MRT sebesar Rp 10 ribu untuk 10


kilometer. Dengan perhitungan boarding fee sebesar Rp 1.500 ditambah
dengan tarif per kilometernya sebesar Rp 850. Sebelumnya, DPRD DKI
Jakarta menyepakti besaran tarif LRT Rp 5.000 dan tarif MRT Rp 8.500
untuk tarif rata-rata. Angka ini disetujui dalam rapat pimpinan gabungan
yang diselenggarakan Senin (25/3) sore.

"Akhirnya kita putuskan harga tiket MRT senilai Rp 8.500 dan LRT Rp
5.000. Ini transportasi baru, kita harus bisa saling jaga," kata Prasetio di
gedung DPRD DKI Jakarta usai rapat pimpinan gabungan tersebut.

Sehingga, angka tarif MRT tersebut lebih rendah dari angka yang
sebelumnya diusulkan Pemprov DKI. Jika dihitung, maka tarif per kilometer
turun menjadi Rp 700 dengan boarding fee tetap Rp 1.500.

Dengan begitu, untuk menempuh Lebak Bulus ke Bundaran Hotel


Indonesia (HI) dengan jarak 16 kilometer, tarif MRT sebesar Rp 12.700.
Besaran tarif ini lebih rendah dari penghitungan Pemprov dengan tarif
tertinggi Rp 14.000.

Sementara, untuk tarif stasiun terdekat bisa bervariasi antara Rp 3.000 dan
Rp 4.000 tergantung asal dan tujuan stasiun. Namun, Pemprov DKI belum
bisa merinci tabel tarif MRT Jakarta berdasarkan dari dan ke stasiun.

"Ini lebih murah lagi, karena tidak dipukul rata dari Lebak Bulus ke HI.
Ini kan halte per halte, (tarif) MRT beda," kata Prasetio.

Anda mungkin juga menyukai