DERMATITIS ATOPIK
Oleh:
Muhammad Reza Firdaus
Winda Nurjanah
Pembimbing:
Fitria Salim
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada sahabat dan
keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Fitria Salim, MSc, Sp.KK,
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan kasus yang berjudul Dermatitis Atopik, serta para dokter di
bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan arahan serta
bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus. Keterbatasan
dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa penyebabnya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap laporan kasus ini
demi perbaikan di masa yang akan datang.
Banda Aceh,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iv
PENDAHULUAN................................................................................................1
LAPORAN KASUS.............................................................................................3
Identitas Pasien
.........................................................................................................
3
Anamnesis
.........................................................................................................
3
Pemeriksaan Fisik Kulit
.........................................................................................................
4
Diagnosis Banding
.........................................................................................................
6
Pemeriksaan Penunjang
.........................................................................................................
6
Resume
.........................................................................................................
7
Diagnosa Klinis
.........................................................................................................
7
Tatalaksana
.........................................................................................................
7
ANALISA KASUS
............................................................................................................................
8
4
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................................
13
JURNAL
............................................................................................................................
14
Resume Jurnal
.........................................................................................................
14
Telaah Kritis Jurnal
.........................................................................................................
16
Kesimpulan
.........................................................................................................
18
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lesi pada regio femur dextra et sinistra...............................................5
Gambar 2. Lesi pada regio femur sinistra.............................................................5
Gambar 3. Lesi pada regio femur dextra...............................................................5
Gambar 4. Lesi pada regio femur sinistra.............................................................5
Gambar 5. Orbital darkening.................................................................................6
Gambar 6. Hyperliniar palmaris............................................................................6
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik merupakan inflamasi pada kulit yang bersifat kronik residif,
umumnya muncul pada bayi dan anak-anak, maupun dewasa ditandai dengan adanya
pruritus, distribusi lesi yang khas serta memiliki riwayat atopi pada diri sendiri
maupun keluarga seperti asma, rinitis alergika, dan dermatitis atopik sebelumnya.1,2
Berdasarkan usia terjadinya serangan, dermatitis atopik dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu dermatitis atopik infantil yang terjadi pada usia dua bulan
hingga dua tahun, dermatitis atopik pada anak-anak yang terjadi pada usia dua hingga
sepuluh tahun, dan dermatitis atopik pada remaja dan dewasa. 2 Dermatitis atopik
pada infantil dan anak-anak sering sering dipicu oleh alergi makanan, sedangkan pada
dewasa lebih sering dicetus oleh kontak terhadap alergen dan zat iritan seperti
deodorant, sabun mandi, parfum, sarung tangan, perhiasan dan bahan-bahan kimia,
serta dapat pula dipicu oleh perasaan cemas dan stress.3
Prevalensi kejadian dermatitis atopik pada anak-anak berkisar antara 10-20%
kasus, sedangkan prevalensi pada dewasa berkisar antara 1-3% kasus. Meskipun
jarang terjadi, dermatitis atopik mungkin saja muncul pada usia dewasa, dan biasanya
terjadi setelah dekade ketiga kehidupan. Menurut data terakhir yang diperoleh dari
International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) menunjukkan
bahwa dermatitis atopi merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi yang terjadi di
negara berkembang maupun
dermatitis atopi antara perempuan dan laki-laki adalah 1.3 : 1, dimana perempuan
lebih sering menderita dermatitis atopik dibandingkan laki-laki.4
Dermatitis atopi terjadi karena adanya kombinasi faktor genetik, faktor
lingkungan dan faktor imunologik seperti terjadinya mutasi pada gen yang mengkode
protein filagrin, adanya kerusakan pada sawar kulit, infeksi, stres, dan lain-lain.5,6
Diagnosa dermatitis atopik dapat ditegakkan berdasarkan kriteria klinis yang
ditemukan pada pasien. Menurut kriteria Hannifin dan Rajka, harus ada tiga kriteria
mayor dan tiga kriteria minor. Kriteria mayor terdiri dari : pruritus, morfologi dan
distribusi lesi khas simetris, dermatitis yang bersifat kronis residif, dan memiliki
riwayat atopik pada diri maupun keluarga, seperti asma, rinithis alergika, dan
dermatitis atopik. Adapun kriteria minornya yaitu seperti xerosis, keratosis, reaktifitas
IgE ditandai dengan RAST test positif, peningkatan serum IgE, gatal bertambah
ketika berkeringat, hipersensitifitas terhadap makanan, white dermographism positif,
riwayat stress dan lain sebagainya.2,4 Pada pasien dewasa, dermatitis atopik sering
menimbulkan gejala-gejala tersebut dengan tempat predileksi tersering pada tangan
dan area intertriginosa. 6
Kesuksesan
laksana yang sistematik dan meliputi beberapa terapi seperti terapi hidrasi kulit,
terapi farmakologis serta mengeliminasi faktor pencetus seperti zat iritan, alergen,
agen infeksi dan stres emosional. 4
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
:R
Umur
: 46 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Perawat
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat
: Jeulingke
Nomor CM
: 0-87-84-86
Anamnesis
Keluhan Utama
Ruam kemerahan yang terasa gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muncul ruam kemerahan yang terasa gatal
pada lengan kanan dan kiri, paha kanan dan kiri, serta pada bagian badan sejak sekitar
lima bulan yang lalu. Awalnya muncul bercak merah pada daerah lengan disertai
dengan rasa gatal. Keluhan pasien bersifat hilang dan timbul. Bercak kemerahan yang
disertai gatal semakin lama semakin bertambah banyak dan rasa gatal semakin
bertambah saat pasien berkeringat. Rasa gatal dapat berkurang apabila bagian yang
gatal digaruk dan ketika pasien mengoleskan bedak salisil talk di badannya dan
meminum obat cetirizin yang diperoleh dari puskesmas tempatnya bekerja. Namun,
ketika persediaan obat habis ternyata bercak semakin gatal dan memerah. Keluhan
terasa memberat sejak dua hari sebelum rumah sakit meskipun pasien telah
mengoleskan salisil talk pada seluruh badannya yang terasa gatal. Pasien juga
mengeluhkan permukaan kulit pada daerah paha kanan dan paha kiri mengering
disertai dengan sisik diatasnya. Pasien juga mengeluh mata sedikit membengkak dan
telapak tangannya terasa kering yang memberat sejak dua hari sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dalam lima bulan ini.
Pasien juga sering bersin-bersin dipagi hari.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien juga menderita hal yang sama dengan yang dikeluhkan oleh pasien.
Riwayat pemakaian obat
Pasien pernah mendapatkan obat cetirizin dan menggunakan salisil talk.
Namun setelah obat tersebut habis, keluhan pasien muncul kembali.
Riwayat kebiasaan sosial
PEMERIKSAAN FISIK
A. Vital Sign
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Heart Rate
: 92 kali permenit
Respiratory Rate
: 23 kali permenit
Suhu
: 37,3 oC
Deskripsi lesi
10
11
DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
4.
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak iritan
Tinea corporis
Likhen simpleks kronik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
2.
3.
4.
Resume
Pasien perempuan berusia 46 tahun, datang dengan keluhan bercak kemerahan
pada kulit yang terasa gatal, kulit kering dan bersisik. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan adanya makula eritematous berbatas tegas dengan tepi regular, ukuran
numular disertai skuama halus pada permukaannya, dengan susunan diskret, jumlah
multipel dan distribusi simetris.
Diagnosis Klinis
Dermatitis Atopik
Tatalaksana
a) Farmakoterapi
Terapi sistemik
12
Quo ad vitam
Quo ad fungtionam
Quo ad sanactionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 46 tahun di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUDZA. Dari anamnesis, pasien mengeluhkan munculnya ruam
kemerahan dan rasa gatal yang semakin bertambah terutama saat pasien berkeringat,
Pasien juga mengeluhkan kulit pada telapak tangan dan pahanya terasa kering, serta
bersisik pada permukaannya.
Pada anamnesis, pasien berjenis kelamin perempuan berusia 46 tahun.
Dermatitis atopik paling sering terjadi pada masa anak-anak yaitu dengan prevalensi
kejadian sekitar 10-20%, sedangakan prevalensi pada saat dewasa hanya terjadi pada
1-3% kasus. Meskipun jarang, serangan dermatitis atopik mungkin saja terjadi pada
usia dewasa, dan biasanya terjadi setelah dekade ketiga kehidupan. Menurut data
terakhir yang diperoleh dari
13
Pasien juga mengeluh gatal dan kulit kemerahan dan kering. Sesuai dengan
teori, gejala yang sering muncul pada pasien dermatitis atopik adalah rasa gatal, kulit
kering, bercak kemerahan, papula eritema, ekskoriasi sekunder, sampai likenifikasi.
Rasa gatal dan kulit kemerahan terjadi karena terlepasnya mediator radang seperti
histamin dari sel-sel radang akibat terjadinya reaksi hipersensitivitas yang diperantarai
IgE. Rasa gatal yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk dapat membuat
ambang rasa gatal menurun akibat peregangan pada serabut saraf epidermis karena
akantosis dan likenifikasi akibat garukan yang dilakukan. Garukan selanjutnya pada
penderita dermatitis atopik akan mencetuskan rasa gatal yang lebih hebat. Pasien
dengan dermatitis atopi juga cenderung memiliki kulit yang kering (xerosis) akibat
berkurangnya protein filagrin, berkurangnya ceramide yang merupakan molekul
utama pengikat air di ruang ekstraselular stratum korneum, sehingga akan
meningkatkan transepidermal water loss yang dapat menyebabkan kulit menjadi
kering dan merusak sawar kulit yang memudahkan terjadinya penetrasi alergen,
antigen, dan bahan kimia dari lingkungan masuk ke dalam kulit yang kemudian dapat
menyebabkan terjadinya respon inflamasi. 4,11
Pada anamnesis didapatkan adanya riwayat atopi pada pasien dan
keluarganya. Pasien mengaku sering bersin dipagi hari dan ibu pasien juga
mengeluhkan hal yang sama dengan keluhan pasien saat ini, yaitu rasa gatal dan
adanya ruam kemerahan di lengan kiri dan kanan. Sedangkan ayah pasien alergi
terhadap ayam dan udang. Hal ini sesuai dengan teori dimana menunjukkan sekitar
dua pertiga pasien dengan dermatitis atopik memiliki riwayat atopi baik pada individu
maupun keluarga seperti asma, rinitis alergika, dan dermatitis atopik. 1
Dari anamnesis pasien memiliki riwayat penggunaan sabun mandi lifebuoy
yang didalamnya terkandung senyawa alkali Acrylates Copolymer. Sesuai dengan
teori senyawa alkali merupakan bahan iritan lemah yang dapat memicu terjadinya
dermatitis atopik. Selain alkali, bahan antiseptik, parfum dan bahan pelarut lainnya
yang terkandung pada sabun merupakan bahan iritan lemah yang dapat mengiritasi
kulit terutama pada kulit pasien dengan dermatitis atopik. Menurut teori, pasien
14
dengan dermatitis atopik lebih sering terjadi dermatitis kontak iritan dari pada
dermatitis kontak alergi.10
Pada pemeriksaan fisik, tampak gambaran makula eritematous berbatas tegas,
tepi reguler, berukuran numular disertai dengan skuama halus di permukaannya,
tersusun diskret, jumlah multiple, distribusi simetris, disertai adanya likenifikasi kulit.
Sesuai dengan teori, gejala yang sering muncul pada pasien dermatitis atopik adalah
rasa gatal, kulit kering, bercak kemerahan, papula eritema, ekskoriasi sekunder,
sampai likenifikasi. 4,9
Pada kasus dengan kecurigaan dermatitis atopik dapat digunakan kriteria
Hanifin-Rajka untuk membantu menegakkan diagnosa. Pada kasus, ditemukan 4
gejala mayor dan 4 gejala minor. Hal ini dapat membantu menegakkan diagnosa
dermatitis atopik. Adapun kriteria mayor yang ditemukan pada pasien adalah rasa
gatal atau pruritus, morfologi dan distribusi lesi yang khas yaitu distribusi simetris,
serta perjalanan penyakit yang bersifat kronik dan berulang, ada riwayat atopi pada
individu maupun pada keluarga. Sedangkan kriteria minor pada pasien ini antara lain
kulit kering, hiperlinear palmaris, gatal bila berkeringat, perjalanan penyakit
dipengaruhi oleh lingkungan atau emosi.4
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan white dermographism
dan didapatkan hasil yang negatif dimana tidak didapatkan delayed blanched
response pada saat dilakukan penggoresan instrumen tumpul pada kulit. White
dermographism merupakan reaksi yang terjadi akibat adanya kelainan vaskular pada
pasien dengan dermatitis atopi berupa mekanisme vasokonstriksi pembuluh darah
setempat oleh jaringan yang mengalami inflamasi atau edema pada. White
dermographism merupakan salah satu dari banyak kriteria minor dan bukanlah
menjadi pertanda patognomonis dalam menegakkan diagnosa dermatitis atopik.
Menurut penelitian pada 15 pasien dengan dermatitis atopik, 11 orang memiliki white
dermographism dan 4 orang dengan kulit normal (red dermographism). 11
Adapun diagnosis banding pada kasus ini adalah dermatitis atopik, dermatitis
kontak iritan, tinea corporis, dan liken simpleks kronis. Keempat diagnosis tersebut
dapat menyebabkan rasa gatal dan lesi kemerahan. Dermatitis atopik merupakan
15
inflamasi kulit yang bersifat kronis residif, umumnya muncul pada bayi, kanakkanak, maupun dewasa, yang memiliki riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun
pada keluarganya baik berupa asma, rhinitis alergika, konjungtivitis, maupun
dermatitis atopik, dengan gejala pruritus dan distribusi khas. Pada pemeriksaan fisik
kulit dapat ditemukan makula atau patch, papula, bisa disertai skuama, krusta, erosi
dan likenifikasi pada lesi yang kronis, polimorf, berbatas tidak tegas, distribusi
khas yang simetris. 4,8
16
17
sensari pruritus dengan mengatasi inflamasi dan kulit kering. Jika respon terhadap
kortikosteroid potensi rendah tidak optimal dalam mengurangi gejala, maka dapat
dipertimbangkan untuk memberikan steroid yang lebih poten, seperti antagonis
calcineurin
topikal
pimecrolimus
dan
tacrolimus.
International
Consensus
DAFTAR PUSTAKA
1. Orfali RL, et al. Rev Assoc Med Bras. Atopic dermatitis in adults : clinical and
epidemiological considerations. 2013 ; 59 (3) : 270-275
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of The Skin Clinical
Dermatology. 2011. Atopic Dermatitis, Eczema, and Noninectious Immunodeficiency
Disorders. Hal:63
3. Arkwright PD, et al. American Academy of Allergy, Asthma & Immunology.
Journal Allergy Clinical Immunology In Practice. Management of Difficult to Treat
Atopic Dermatitis. 2013. 1 : 142-51
4. Leung D, Eichenfield L, Boguniewicz M. Atopic Dermatitis, Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine. 8th ed. United state: McGraw-Hill Company.
Hal:165
5. Malajian D, Yassky EG. New Pathogenic and Theraupetic Paradigms in Atopic
Dermatitis. Cytokine. 2014
6. Karagiannidou A, et al. Journal of Allergy and Therapy. Atopic Dermatitis : Insight
on pathogenesis, Evaluation and Management. 2014. 5:6
18
RESUME JURNAL
Jurnal dengan judul Diagnostic accuracy of atopy patch tests for food allergy
in children with atopic dermatitis aged less than two years dilakukan dengan tujuan
untuk menilai keakuratan Atopic Patch Test (ATP) dalam mengidentifikasi atopik
terhadap telur ayam, susu sapi, kedelai dan gandum pada anak-anak cina dengan
Dermatitis Atopic (DA) yang berusia kurang dari 2 tahun. Pada penelitian ini, tes ATP
dilakukan dan alergi makanan dikonfirmasi dengan memakan telur ayam, susu sapi,
kedelai dan gandum.
Populasi penelitian terdiri anak laki-laki dan perempuan yang dirujuk klinik
dermatologi pediatrik rawat jalan dari rumah sakit anak pendidikan Chongqing,
China. Pasien yang diduga alergi makanan dan DA dan memenuhi kriteria Hanifin
dan Rajka, dimasukan dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan
penyakit sistemik, penyakit infeksi akut, dan penyakit autoimun dikeluarkan dalam
penelitian. APT dilakukan dengan telur ayam, susu sapi, kedelai, dan gandum pada
anak DA berusia dibawah 2 tahun dan alergi makanan dikonfirmasi dengan tantangan
makanan oral. Klasifikasi diagnostik yang berbeda dari hasil APT yang prospektif
19
20
PETUNJUK
KOMENTAR
o
1.
Apakah terdapat
kesamaan dengan
baku emas ?
Atopy
Patch
Test
Iya
2.
Apakah sampel
subyek penelitian
meliputi spektrum
penyakit dari yang
ringan sampai berat,
penyakit yang
(DA)
Pada
penelitian
ini,
derajat
21
4.
Iya
Apakah lokasi
penelitian disebutkan
dengan jelas ?
Iya
Apakah presisi uji
diagnosa dan variasi
pengamat dijelskan ?
Tidak
5.
Anak
Pendidikan
Chongqing, China
Pada
penelitian
ini
hanya
Apakah istilah
normal dijelaskan ?
Iya
tidak
kelompok
ditemukan
kontrol.
pada
Eritema
DA dengan
menggunakan
tes
ATP
petrolatum,
22
kontribusinya
kelompok diagnosa
tersebut di jelaskan ?
7.
Tidak diketahui
Iya
Atopic
Dermatitis
Bahan
uji
temple
(ETFAD).
disegarkan
dan
bubuk
gandum.
Waktu
oklusinya
24
jam
setelah
beberapa
papul
(+++),
8.
ini
adalah
untuk
Iya
Kesimpulan : Dari hasil telaah kritis jurnal terapi didapatkan 6 jawaban iya , 1
jawaban tidak tahu dan 1 jawaban tidak. Dapat disimpulkan jurnal tersebut layak
untuk menjadi referensi.
24