Anda di halaman 1dari 16

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Sabin (1996) dalam Kerle et al. (2004) menjelaskan bahwa

penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi

citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik

dengan suatu objek. Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang

elektromagnetik, dimana gelombang ini berasal dari banyak hal terutama sinar

matahari. Beberapa sensor penginderaan jauh yang menggunakan energi yang

dipancarkan oleh bumi dan yang dipancarkan oleh sensor itu sendiri

(Fachruddin, 2010).

Landsat 8 merupakan kelanjutan dari misi landsat yang untuk pertama kali

menjadi satelit pengamat bumi sejak 1972 (Landsat 1). Sebenarnya landsat 8 lebih

cocok disebut sebagai satelit dengan misi melanjutkan landsat 7 dari pada disebut

sebagai satelit baru dengan spesifikasi yang baru pula. Satelit landsat 8 memiliki

sensor OLI dan TIRS dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah. Informasi data

kerapatan vegetasi dan perubahannya, luas lahan dan keadaan dilapangan dapat

dideteksi dari teknik penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit, salah

satunya adalah Landsat 8. Landsat 8 mempunyai ukuran rentang yang berbeda dari

frekuensi sepanjang spektrum elektromagnetik warna, meskipun tidak selalu warna

terlihat dengan mata manusia. Setiap rentang disebut sebuah band, dan landsat 8

memiliki 11 band (Purwanto, 2015).


2

ER Mapper atau ENVI merupakan program (software) untuk mengolah data

citra. ER Mapper mengembangkan metode pengolahan citra terbaru dengan

pendekatan yang interaktif, dimana kita dapat langsung melihat hasil dari setiap

perlakuan terhadap citra pada monitor computer. ER Mapper memberikan kemudahan

dalam pengolahan data sehingga kita dapat mengkombinasikan berbagai operasi

pengolahan citra dan hasilnya dapat langsung terlihat tanpa menunggu computer

menuliskannya menjadi file yang baru (Somantri, 2009).

Teluk Kendari adalah teluk yang ada di kota Kendari, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Teluk ini telah menjadi pusat pariwisata, transportasi, tempat memancing

dan pelabuhan sepanjang wilayah pesisir kota Kendari. Muara sungai Wanggu dan

tiga pelabuhan terletak di dalam teluk ini Kawasan teluk Kendari juga merupakan

salah satu aset yang memiliki karakteristik yang unik, dimana salah satu keunikan

yang menonjol dan menjadikan kawasan ini berbeda dengan kawasan lain adalah

kondisi fisik kawasan ini yang menyerupai suatu estuari (Puspita, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka penting diadakannya praktek lapang Dasar –

dasar Penginderaan Jarak Jauh di perairan Teluk Kendari.

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari praktek lapang dan ruang Penginderaan Jarak Jauh yaitu

untuk mengetahui pengolahan data citra landsat 8 tentang vegetasi mangrove, natural

colour dan perairan dangkal di Teluk Kendari menggunakan aplikasi ER Mapper 7.0

di bidang oseanografi
3

Adapun manfaat dari praktek lapang dan ruang Penginderaan Jarak Jauh ini

yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengolahan data citra

Landsat 8 menggunakan aplikasi ER Mapper 7.0 di bidang oseanografi


4

II. METODE PRAKTEK

A. Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Lokasi Praktek


(Sumber : Google Earth, 2019)

Teluk Kendari merupakan perairan teluk semi tertutup yang mulut teluknya

menyempit dan menghadap ke perairan Laut Banda yang terletak di tengah kota

Kendari. Secara geografis, Teluk Kendari berada pada posisi 3°58’3” - 4°3’11” LS

membentang ke sebelah timur 122°32” - 122°36” BT dengan batas wilayah :

- Sebelah utara : Berbatasan dengan Kec. Kendari dan Kendari Barat

- Sebelah timur : Berbatasan dengan Bungkutoko

- Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kec. Poasia dan Kec. Abeli

- Sebelah barat : Berbatasan dengan Kec. Mandonga dan Kec. Kambu


5

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktek lapang dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada praktek kali ini
No Alat dan Bahan Kegunaan
1 Alat
- Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
- Kamera Untuk mengambil gambar hasil pengamatan
- Laptop Untuk mengolah data hasil pengamatan
- Infocus Untuk menampilkan gambar di papan
- GPS Untuk mengambil titik koordinat
2 Bahan
- Data citra Sebagai objek pengolahan data
- Data Survei Lapangan Sebagai objek penelitian

C. Prosedur Kerja

1) Praktek Lapangan

Adapun prosedur kerja yang dilakukan di lapangan yaitu sebagai berikut.

- Menyiapkan alat dan bahan

- Membuka aplikasi AlpineQuest pada android masing – masing

- Mengambil titik koordinat pada setiap objek dengan jarak masing – masing 50

meter

- Mencatat hasil pengamatan


6

2) Prakter Ruangan

Adapun prosedur kerja yang dilakukan di dalam ruangan yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Pertama

- Menginstal aplikasi ER Mapper 7.0

- Membuka aplikasi ER Mapper7.0

Gambar 2. Membuka ER Mapper 7.0

- Mengklik icon New pada tampilan, kemudian akan muncul tampilan sebagai

berikut.

Gambar 3. Tampilan New

- Kemudian mengklik icon Edit Algorithm dan akan muncul tampilan sebagai

berikut.
7

Gambar 4. Tampilan Algorithm

- Tekan icon Open dan mencari letak penyimpanan data citra yang telah

terdownload.

Gambar 5. Mencari File

- Menggandakan sebanyak 5 kali

Gambar 6. Menggandakan
8

- Mengubah nama tiap band dan mencari pasangan masing - masing dari setiap

band. Kemudian menekan icon Refresh Image

Gambar 7. Merefresh Band

- Menyimpan file melalui Save As dengan tipe ER Mapper Raster Dataset (ers)

Gambar 8. Menyimpan File

- Menutup aplikasi ER Mapper 7.0

2. Tahap Kedua

- Membuka kembali aplikasi ER Mapper 7.0

Gambar 9. Membuka Aplikasi


9

- Tekan icon File kemudian klik Open, dan memilih file sebelumnya yang telah

disimpan. Kemudian muncul tampilan sebagai berikut.

Gambar 10. Membuka File

- Menekan icon Edit Algorithm, akan muncul tampilan sebagai berikut

Gambar 11. Tampilan Algorithm

- Menyesuaikan masing – masing band pada gambar citra menjadi natural

colour, vegetasi mangrove dan perairan dangkal seperti gambar berikut.

Gambar 12. Menyesuaikan Masing - masing Band


10

- Menyimpan file melalui Save As dengan tipe jpg

Gambar 13. Menyimpan File

- Menutup aplikasi ER Mapper 7.0


11

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1) Natural Colour

Gambar 14. Natural Colour


(Sumber : ER Mapper, 2019)

2) Vegetasi Mangrove

Gambar 15. Vegetasi Mangrove


(Sumber : ER Mapper, 2019)
12

3) Perairan Dangkal

Gambar 16. Perairan Dangkal


(Sumber : ER Mapper, 2019)

B. Pembahasan

1) Natural Colour

Natural colour atau warna natural adalah suatu penampakan objek yang berasal

dari pantulan satelit yang menyerupai berwarna asli dan mirip dengan gambar atau

wujud aslinya. Natural colour digunakan untuk menghasilkan citra dengan warna yang

sebenarnya seperti objek vegetasi yang berwarna hijau, tanah yang berwarna coklat,

genteng rumah berwarna coklat, badan air berwarna biru dan sebagainya. Natural

colour ini dapat diperoleh dengan mengkombinasikan beberapa band RGB (Red Green

and Blue) yaitu band 4, 3 dan 2, dimana band 4 adalah merah, band 3 adalah hijau dan

band 2 adalah biru. Hal ini didukung oleh pernyataan (Arifin, dkk., 2015) yang

berpendapat bahwa kombinasi band yang menghasilkan warna natural (true colour)

merupakan warna yang ideal yang diharapkan dalam identifikasi dan interprestasi
13

visual karena dalam kombinasi ini menampilkan objek atau gambar seperti apa yang

terlihat oleh mata.

2) Vegetasi Mangrove

Hasil dari pengolahan data citra menampilkan warna vegetasi mangrove yang

berwarna merah gelap (cenderung kecoklat – coklatan). Hal ini terjadi karena

dilakukan penggabungan beberapa band RGB berupa band 5,6 dan 2, dimana band 5

untuk merah, band 6 untuk hijau dan band 2 untuk biru. Objek mangrove pada citra

satelit dengan kombinasi RGB 562 diperlihatkan oleh warna merah gelap

dibandingkan dengan warna vegetasi yang ada di sekitarnya. Hal ini didukung oleh

pernyataan (Dwi, dkk., 2014) yang berpendapat bahwa untuk mengidentifikasi hutan

mangrove dengan data citra Landsat 8 digunakan komposit RGB 562 dimana ketiga

band tersebut termasuk dalam kisaran spektrum tampak dan inframerah – dekat dan

mempunyai panjang gelombang yang sesuai dengan panjang gelombang band 4, band

5 dan band 3 pada citra satelit Landsat 7 ETM+. Ia juga berpendapat bahwa hutan

mangrove terlihat dengan warna merah kegelapan. Warna merah merupakan

reflektansi vegetaasi yang terlihat jelas pada citra band inframerah, sedangkan

kegelapan merupakan reflektanasi tanah berair yang terlihat jelas pada cirta band

merah.

3) Perairan Dangkal

Perairan dangkal merupakan semua lautan yang meliputi landasan kontinen

atau pada umumnya semua permukaan perairan yang memiliki kedalaman kurang dari

200 meter. Dalam lingkup penginderaan jauh, perairan laut dangkal merupakan
14

wilayah laut dari batas pantai sampai dengan kedalaman tertentu yang merujuk pada

kemampuan energi matahari dalam menembus kolom perairan.

Berdasarkan hasil pengolahan data, perairan dangkal ditampilkan dengan

warna biru tua. Warna ini diperoleh dari pengkombinasian beberapa band RGB yaitu

band 5, 6 dan 2 dimana band 5 untuk merah, band 6 untuk hijau dan band 4 untuk biru.

Hal ini didukung oleh pernyataan (Wiga, 2015) yang berpendapat bahwa land/water

564 digunakan untuk menghasilkan citra dengan perbedaan yang jelas pada air dan

darat. Proses interperstasi citra biasanya berupa gabungan antara visual dan automatic

dengan bantuan komputer dan perangkat lunak pengolah citra.


15

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek lapang dan ruang, maka dapat di tarik kesimpulan

bahwa citra satelit menghasilkan warna yang berbeda tergantung dari komposit band

yang digunakan, dimana komposit ini disesuaikan dengan aplikasi pengunaan dari

produk citra satelit sehingga akan memudahkan untuk menganalisa objek atau

kenampakan bumi.

Pengolahan data dilakukan untuk menentukan natural colour, vegetasi

mangrove dan perairan dangka, dimana natural colour atau warna natural pada

pengolahan data dapat diperoleh dari penggabungan beberapa band RGB yaitu band 4,

3 dan 2 yang menghasilkan tampilan citra yang mirip seperti apa yang terlihat oleh

mata. Kemudian vegetasi mangrove ditandai dengan berwarna merah gelap. Hal ini

diperoleh dari penggabungan beberapa band RGB yaitu band 5, 6 dan 2. Sedangkan

perairan dangkal pada hasil pengolahan data dapat diperoleh karena digabungkannya

beberapa band RGB berupa band 5,6 dan 4. Perairan dangkal ini ditandai dengan

warna biru tua.

B. Saran

Sebaiknya mahasiswa memperhatikan asisten saat sedang menjelaskan agar

pengamatan atau proses pengambilan data dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang

diperoleh akurat.
16

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Samsul, Anwar Anas, Nurwita Mustika Sari dan Dony Kushardono. 2015.
Identifikasi san Interpestasi Visual Citra Kamera Digital Multispektral untuk
Objek Wilayah Pesisir. Seminar Nasional Penginderaan Jauh

Dwi, Purwanto Anang, Mikanti Asriningrum, Gathot Winarso dan Ety Parwati. 2014.
Analisis Sebaran dan Kerapatan Mangrove Menggunakan Citra Landsat 8 di
Segara Anakan, Cilacap. Seminar Nasional Penginderaan Jauh

Fachruddin, Syah Achmad. 2010. Penginderaan Jauh dan Aplikasi di Wilaya h Pesisir
dan Lautan. Jurnal Kelautan. 3(1)

Purwanto, Ajun. 2015. Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Normalized


Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Silat Hilir Kabupaten
Kapuas Hulu. Jurnal Edukasi. 13(1).
Puspita, Sari Kadek Ayu. 2016. Analisis Sedimen di Teluk Kendari Menggunakan
GWR Berdasarkan Komposisi Logam Berat Pb, Cd dan Cr. Skripsi.
Somantri, Lili. 2009. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
Wiga, Cintya Hilda Arssy. 2015. Kombinasi Band pada Citra Satelit Landsat 8 dengan
Perangkat Lunak Bilko. Journal of Remote Sensing.

Anda mungkin juga menyukai