Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertigo merupakan kasus yang sering di temui. Secara tidak langsung

kita pun pernah mengalami vertigo ini. Kata vertigo berhasal dari bahasa

Yunani ”vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam

gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,

sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti mengjungkir balik.

Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi

wanita lebih banyak dari pada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada

usia yang lebih tua yaitu di atas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat

manifertasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala

ringan . Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang

akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera di tangani,

karena jika dibiarkan begitu saja akan menganggu sistem lain yang ada di

tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang

begitu hebat.Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata

karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadu

ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Definisi dari Vertigo?

1
1.2.2 Bagaimana Etiologidari Vertigo?

1.2.3 Bagaimana Manifestasi Klinik dari Vertigo?

1.2.4 Bagaimana Patofisiologi dari Vertigo?

1.2.5 Bagaimana Klasifikasi dari Vertigo?

1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Vertigo?

1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan dari Vertigo?

1.2.8 Bagaimana Komplikasi dari Vertigo?

1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Vertigo?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Definisi dari Vertigo

1.3.2 Untuk MengetahuiEtiologi dari Vertigo

1.3.3 Untuk MengetahuiManifestasi Klinik dari Vertigo

1.3.4 Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Vertigo

1.3.5 Untuk Mengetahui Klasifikasi dari Vertigo

1.3.6 Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Vertigo

1.3.7 Untuk MengetahuiPenatalaksanaan dari Vertigo

1.3.8 Untuk MengetahuiKomplikasi dari Vertigo

1.3.9 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan dari Vertigo?

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan

keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau

organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan

keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai

sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato

sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan

diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus

difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat

lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya.

Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier

seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada

penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus.

Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.

(Lumban Tobing. S.M, 2003).

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu

gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak

memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem

keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002).

2.2 Etiologi

1. Otologi 24-61% kasus

3
a. Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

b. Meniere Desease

c. Parese N VIII Uni/bilateral

d. Otitis Media

2. Neurologik 23-30% kasus

a. Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum

b. Ataksia karena neuropati

c. Gangguan visus

d. Gangguan serebelum

e. Gangguan sirkulasi LCS

f. Multiple sklerosis

g. Vertigo servikal

3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler

a. Tekanan darah naik turun

b. Aritmia kordis

c. Penyakit koroner

d. Infeksi

e. glikemia

f. Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

4. Psikiatrik > 50% kasus

a. Depresi

b. Fobia

c. Anxietas

4
d. Psikosomatis

5. Fisiologik

a. Melihat turun dari ketinggian.

2.3 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar

yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab

yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah

pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri

kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah

tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu

keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya

berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,

bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau

jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung

5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa

cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha

menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat

menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus

atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar

pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam

beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga

sampai beberapa tahun.

5
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar

pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo

terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya

berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT

secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak

ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik

adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak,

kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan

mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan

nistagmus posisi dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar,

baik dirinya sendiri atau lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa

3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

4. Gerakan mata yang abnormal

5. Tiba - tiba muncul keringat dingin

6. Telinga sering terasa berdenging

7. Mengalami kesulitan bicara

8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan

berputar

9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan

penglihatan

6
2.4 Patofisiologi

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti

meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang

terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada

saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis

media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena

neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan

serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang

terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan

VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi

kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke

VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik

turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di

telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan

menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat

mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat

menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat

mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan

tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan

perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat

7
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang

berbeda-beda.

8
Sistem keseimbangan tubuh (vestibuler terganggu)

Sensasi seperti bergerak

vertigo

B1 B2 B3 B4 B5 B6

dizzines Ketidaks Gg. Di Sirkulasi Pusing sakit kepala


eimbang Ketidakcocokan
s SSP diotak
an informasi
atau menurun
Merangs proses Gelisah ansietas yangdisampaikan
SST
ang saraf peredara ke otak oleh saraf
n darah aferen
simpatis
Kompensasi
jantung Peristaltik
bronkokontri Kontraksi memonpa meningkat
Proses pengolahan
ksi jantung lebih cepat informasi terganggu
meningkat

hipoventilasi Spasme Mual


saraf Distribusi
Transmisi
aliran darah ke
persepsi ke
Kerja organ vital Penuruna
Kerusaka reseptor
napas nafsu
n Nyeri terganggu
menin makan
pertukara sakit Gg.
gkat Perfusi jaringan
n gas kepala Saraf
III, menurun
anoreksia Kegagaln koordinasi
dipsnea Takikardi IV,
otot
VI
Hipoperfusi ginjal
Pola nafas tidak Ketidakseimban
Disritmia
efektif Ganggu gan nutrisi : Ketidakteraturan
an rasa Gg. Persepsi kurang dari kerja otot
nyaman sensori: kebutuhan tubuh
nyeri penglihatan
Gg. Perfusi Intoleransi
jaringan aktivitas
Penurunan
disorientasi
fungsi ginjal

Nyeri akut Nyeri


Produksi urine
kronis
menurun

Resiko cedera
Gangguan eliminasi
urine

9
2.5 Klasifikasi

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok

1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,

berlangsung beberapa menitatau hari, kemudian menghilang sempurna;

tetapi suatu ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di antara

serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini

dibedakan menjadi : Yang disertai keluhan telinga : Termasuk

kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris,

Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior,

kelainan gigi/ odontogen. Yang tanpa disertai keluhan telinga :

10
Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas

arteriavertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak

(Vertigode L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth). Yang timbulnya

dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini adalah : Vertigo

posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal

benigna.Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya

konstan tanpa (Cermin DuniaKedokteran No. 144, 2004: 47) serangan

akut, dibedakan menjadi: Yang disertai keluhan telinga : Otitis media

kronika, meningitis Tb,labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin

akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.Tanpa keluhan telinga :

Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pascakomosio, pelagra,

siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainanokuler,

intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler,

kelainanendokrin. Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi

ortostatik, Vertigo servikalis.

2. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur

mengurang, dibedakan menjadi : Disertai keluhan telinga : Trauma

labirin, herpes zoster otikus, labirintitisakuta, perdarahan labirin,

neuritis n.VIII, cedera pada auditivainterna/arteria

vestibulokoklearis.Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis,

sindrom arteriavestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo

epidemika, sklerosismultipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli

inferior posterior.

11
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk

pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan

kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan mata

b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

c. Pemeriksaan neurologik

d. Pemeriksaan otologik

e. Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus

a. ENG

b. Audiometri dan BAEP

c. Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan

a. Radiologik dan Imaging

b. EEG, EM

12
2.7 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-

obatan seperti :

1. Anti kolinergik

a) Sulfas Atropin : 0,4 mg/im

b) Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

2. Simpatomimetika

a) Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

a) Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis

adalah:

a. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

b. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita

dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia

Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :

1. Terapi kausal

sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga

terapi biasanya bersifat simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan

faktor penyebabnya.

2. Terapi simtomatik

13
ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala

otonomnya. Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek

obat bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya. Misalnya pada

fase akut dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa

cemas, disamping anti vertigo lainnya.

3. Terapi Rehabilitasi

Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi

sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler.

Beberapa bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan

vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan.

4. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus

dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari

pertama.

b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi

perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular

perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan

bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang

dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke

depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata

ditutup.

14
c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat

memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat

diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.

d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk

mencegah dehidrasi.

e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan

vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan

dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat

dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari

terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien

bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan

vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter

harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan

membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.

f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut

mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi

sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut

2.8 Komplikasi

1. Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan

akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak

mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

2. Kelemahan otot

15
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.

Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring

yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan

kelemahan otot.

2.9 Konsep Auhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Anamnesa

2) Identitas Klien

Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan,

agama, pekerjaan, dll

3) Keluhan Utana

Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

Biasanya pada pasien vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu

nyeri kepala hebat serta pusing.

4) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada

pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap

terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.

5) Riwayat Penyakit Dahulu

Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan

penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal

antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat

16
6) Riwayat Penyakit Keluarga

Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga

lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak

7) Riwayat Psikososial

Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri, interaksi klien

terhadap keluarga dan data spiritual klien.

8) Pola fungsi Kesehatan

a) Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan

Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman

pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan

prognosa.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Adakah nausea dan muntah

c) Pola eliminasi

Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak

d) Pola tidur dan istirahat

Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau tidak, berapa lama

tidur klien, pada pasien vertigo biasanya pasien mengalami

gangguan tidur.

e) Aktivitas

Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien sering

mengalami Letih, lemah, Keterbatasan gerak, Ketegangan mata,

kesulitan membaca, Insomnia, bangun pada pagi hari dengan

17
disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat saat perubahan

postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca

f) Pola Hubungan Peran

Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat

sekitar

g) Pola presepsi dan konsep diri

Bagaimana klien menggambarkan dirinya terkait dengan

penyakitnya.

h) Pola sensori dan kognitif

Bagaimana klien menghadapi rasa sakit ? apakah mengalami

penurunan panca indra?

i) Pola reproduksi seksual

Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan pasangannya,

apakah ada gangguan atau tidak

j) Pola penanggulangan stress

Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress.

k) Pola tata nilai dan keyainan

Di kaji tentang agama yang di anut klien

2. Pemeriksaan Fisik

a. Gambaran Umum

1) Kesadaran

Compos mentis, apatis, somnolen, stupor atau koma

2) Penampilan

18
Tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat

3) TPRS

Meliputi BB, TB, Tekanan darah, suhu, nadi RR

b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

1) Sistem integument

Inspeksi : Di lihat warna kulit.

Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit (normalnya kembali dalam

2detik)

2) Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala, warna rambut,

Palpasi : kekuatan rambut (rontok/tidak), ada nyeri tekan

3) Leher

Palpasi : ada pembesaran kelenjar getah beting dan kelenjar tyroid

atau tidak

4) Muka

Inspeksi :Bentuk muka, ekspresi muka

5) Mata

Inspeksi : Biasanya pada pasien vertigo Konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik

Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak

6) Telinga

Inspeksi : Bentuk telinga simetris atau tidak, ada kotoran atau tidak

Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak

19
7) Hidung

Inspeksi: Bentuk hidung, adanya secret atau tidak

Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak

8) Mulut dan Faring

Inspeksi : mulut simetris atau tidak, kebersihannya

Palpasi : ada nyeri tekan tidak, ada benjolan tidak

9) Thorax

Inspeksi : ada retraksi dinding dada atau tidak

Palpasi : pergerakan dinding dada simetris atau tidak

Perkusi : bagaimana suara ketukannya

10) Paru

Inspeksi: simetris atau tidak

Palpasi : ada benjolan atau tidak

Auskultasi : biasanya pada pasien vertigo Tidak ada weezing, rhonki

11) Jantung

Auskultasi : Pada pasien vertigo S1 dan S2 tunggal

12) Abdomen

Inspeksi : Dilihat bentuk abdomen

Palpasi : pembesaran hati dan limpanya di kaji

Auskultasi : bising usus

c. Sistem neurologi

1) Test nervus I (Olfactory)

Fungsi penciuman

20
Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda

yang baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau, kopi

Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.

2) Test nervus II ( Optikus)

Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang

Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua

baris di koran, ulangi untuk satunya.

Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan, klien

memandang hidung pemeriksa yang memegang pena warna cerah,

gerakkan perlahan obyek tersebut, informasikan agar klien langsung

memberitahu klien melihat benda tersebut, ulangi mata kedua.

3) Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)

Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III).

Test N III (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan senter

kedalam tiap pupil mulai menyinari dari arah belakang dari sisi klien

dan sinari satu mata (jangan keduanya), perhatikan kontriksi pupil

kena sinar.

4) Test N IV, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm

sejajar mid line mata, gerakkan obyek kearah kanan. Observasi

adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus.

5) Test N VI, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa

menengok.

21
d. Test nervus V (Trigeminus)

1) Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada

kelopak mata atas dan bawah.

- Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.

- Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral.

2) Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa

melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.

e. Test nervus VII (Facialis)

1) Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam,

manis, asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan

kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan

merangsang pula sisi yang sehat.

2) Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien

untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata sementara

pemeriksa berusaha membukanya

f. Test nervus VIII (Acustikus)

1) Fungsi sensoris :

Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa

berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-

kiri.

2) Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus,

apakah dapat melakukan atau tidak.

g. Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)

22
1) N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah,

tapi bagian ini sulit di test demikian pula dengan

M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi M.

Salivarius inferior.

2) N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula,

palatum lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.

3) Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah

simetris dan tertarik keatas.

4) Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx

dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.

23
Test nervus XI (Accessorius)

5) Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah

Sternocledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian

palpasi kekuatannya.

6) Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan -

test otot trapezius.

h. Nervus XII (Hypoglosus)

1) Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan

2) Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)

3) Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat

dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Radiologi

X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid, foto vertebra

servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).

b. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG

c. Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan audiologi: tes garpu tala, audiometrik nada murni,

audiometrik nada tutur, SISI tes, Tone Deccay tes, timpanometri, reflek

stapedius, dan apabila ada fasilitas dapat dilakukan BERA (atas indikasi).

Tes kalori, elektronistagmografi, posturografi (atas indikasi).

24
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeri Akut NOC: NIC :
berhubungan dengan Comfort level Pain Manajemen:
agen cedera fisik Pain control  Monitor kepuasan pasien
biologis dibuktikan oleh Pain level terhadap manajemen
sikap melindungi area Setelah dilakukan nyeri
nyeri, perubahan tindakan keperawatan  Tingkatkan istirahat dan
tekanan darah, selama …. nyeri kronis tidur yang adekuat
perubahan pola nafas pasien berkurang  Kelola anti analgetik
dengan kriteria hasil: ...........
- Tidak ada gangguan  Jelaskan pada pasien
tidur penyebab nyeri
- Tidak ada gangguan  Lakukan tehnik
konsentrasi nonfarmakologis
- Tidak ada gangguan (relaksasi, masase
hubungan punggung)
interpersonal
- Tidak ada ekspresi
menahan nyeri dan
ungkapan secara
verbal
- Tidak ada tegangan
otot

Gangguan Pertukaran NOC : NIC :


gas - Respiratory Status : Airway Management
Batasan karakteristik : Gas exchange - Buka jalan nafas,
- Gangguan - Respiratory Status : guanakan teknik chin lift
penglihatan ventilation atau jaw thrust bila perlu
- Penurunan CO2 - Vital Sign Status - Posisikan pasien untuk
- Takikardi memaksimalkan ventilasi
- Hiperkapnia Kriteria Hasil : - Identifikasi pasien
- Keletihan - Mendemonstrasikan perlunya pemasangan alat
- Somnolen peningkatan ventilasi jalan nafas buatan
- Iritabilitas dan oksigenasi yang - Pasang mayo bila perlu
- Hypoxia adekuat - Lakukan fisioterapi dada
- Kebingungan - Memelihara jika perlu
- Dyspnoe kebersihan paru paru - Keluarkan sekret dengan

25
- Nasal faring dan bebas dari tanda batuk atau suction
- AGD Normal tanda distress - Auskultasi suara nafas,
- Sianosis pernafasan catat adanya suara
- Warna kulit abnormal - Mendemonstrasikan tambahan
(pucat, kehitaman) batuk efektif dan - Lakukan suction pada
- Hipoksemia suara nafas yang mayo
- Hiperkarbia bersih, tidak ada - Berika bronkodilator bial
- Sakit kepala ketika sianosis dan dyspneu perlu
bangun (mampu - Barikan pelembab udara
- Frekuensi dan mengeluarkan - Atur intake untuk cairan
kedalaman nafas sputum, mampu mengoptimalkan
abnormal bernafas dengan keseimbangan.
mudah, tidak ada - Monitor respirasi dan
Faktor faktor yang pursed lips) status O2
berhubungan : - Tanda tanda vital
- Ketidakseimbangan dalam rentang Respiratory Monitoring
perfusi ventilasi normal - Monitor rata – rata,
- Perubahan membran kedalaman, irama dan usaha
kapiler-alveolar respirasi
- Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
- Monitor suara nafas, seperti
dengkur
- Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
- Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
- Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
- Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

26
Intoleransi aktivitas NIC
NOC - Activity Therapy
Batasan Karakteristik: ·Energy conservation - ·Kolaborasikan dengan
· Respon tekanan darah · Activity tolerance tenaga rehabilitasi medik
abnormal terhadap · Self Care : ADLs dalam merencanakan
aktivitas Kriteria Hasil : program terapi yang tepat
·Respon frekwensi · Berpartisipasi dalam - ·Bantu klien untuk
jantung abnormal aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas
terhadap aktivitas disertai peningkatan yang mampu dilakukan
· Perubahan EKG yang tekanan darah, nadi dan - ·Bantu untuk memilih
mencerminkan aritmia RR aktivitas konsisten yang
· Perubahan EKG yang ·Mampu melakukan sesuai dengan
mencerminkan iskemia aktivitas sehari-hari kemampuan fisik,
·Ketidaknyamanan (ADLs) secara mandiri psikologi dan social
setelah beraktivitas ·Tanda-tanda vital - ·Bantu untuk
·Dipsnea setelah normal mengidentifikasi dan
beraktivitas ·Energy psikomotor mendapatkan sumber
·Menyatakan merasa ·Level kelemahan yang diperlukan untuk
letih ·Mampu berpindah: aktivitas yang diinginkan
·Menyatakan merasa dengan atau tanpa - ·Bantu untuk mendapatkan
lemah bantuan alat alat bantuan aktivitas
· Status seperti kursi roda, krek
Faktor Yang kardiopulmunari - ·Bantu untuk
Berhubungan : adekuat mengidentifikasi aktivitas
·Tirah Baring atau ·Sirkulasi status baik yang disukai
imobilisasi ·Status respirasi : - ·Bantu klien untuk
·Kelemahan umum pertukaran gas dan membuat jadwal latihan
Ketidakseimbangan ventilasi adekuat diwaktu luang
antara suplai dan - ·Bantu pasien/keluarga
kebutuhan oksigen untuk mengidentifikasi
·Imobilitas kekurangan dalam
· Gaya hidup monoton beraktivitas
- ·Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
- ·Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- ·Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual

Ketidakseimbangan
NOC NIC
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh - Nutritional Status : Nutrition Management

27
Batasan Karakteristik : - Nutritional Status : - Kaji adanya alergi
food and Fluid makanan
- Kram abdomen
Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Nyeri abdomen
- Nutritional Status: untuk menentukan jumlah
- Menghindari makanan
nutrient Intake kalori dan nutrisi yang
- Berat badan 20% atau
- Weight control dibutuhkan pasien.
lebih dibawah berat
- Anjurkan pasien untuk
badan ideal Kriteria Hasil :
meningkatkan intake Fe
- Kerapuhan kapiler
- Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
- Diare
berat badan sesuai meningkatkan protein dan
- Kehilangan rambut
dengan tujuan vitamin C
berlebihan
- Berat badan ideal - Berikan substansi gula
- Bising usus hiperaktif
sesuai dengan tinggi - Yakinkan diet yang
- Kurang makanan
badan dimakan mengandung
- Kurang informasi
- Mampu tinggi serat untuk
- Kurang minat pada
mengidentifikasi mencegah konstipasi
makanan
kebutuhan nutrisi - Berikan makanan yang
- Penurunan berat badan
- Tidak ada tanda- terpilih (sudah
dengan asupan
tanda malnutrisi dikonsultasikan dengan
makanan adekuat
- Menunjukkan ahli gizi)
- Kesalahan informasi
peningkatan fungsi - Ajarkan pasien bagaimana
- Mambran mukosa
pengecapan dan membuat catatan makanan
pucat
menelan harian.
- Ketidakmampuan
- Tidak terjadi - Monitor jumlah nutrisi dan
memakan makanan
penurunan berat kandungan kalori
- Tonus otot menurun
badan yang berarti - Berikan informasi tentang
- Mengeluh gangguan
kebutuhan nutrisi
sensasi rasa
- Kaji kemampuan pasien
- Mengeluh asupan
untuk mendapatkan nutrisi
makanan kurang dan
yang dibutuhkan
RDA (recommended
daily allowance) Nutrition Monitoring
- Cepat kenyang setelah
- BB pasien dalam batas
makan
normal
- Sariawan rongga
- Monitor adanya penurunan
mulut
berat badan
- Steatorea
- Monitor tipe dan jumlah
- Kelemahan otot
aktivitas yang biasa
pengunyah
dilakukan
- Kelemahan otot untuk
- Monitor interaksi anak
menelan
atau orangtua selama
Faktor Yang makan
- Monitor lingkungan

28
Berhubungan : selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan
- Faktor biologis
perubahan pigmentasi
- Faktor ekonomi
- Monitor turgor kulit
- Ketidakmampuan
- Monitor kekeringan,
untuk mengabsorbsi
rambut kusam, dan mudah
nutrien
patah
- Ketidakmampuan
- Monitor mual dan muntah
untuk mencerna
- Monitor kadar albumin,
makanan
total protein, Hb, dan
- Ketidakmampuan
kadar Ht
menelan makanan
- Monitor pertumbuhan dan
- Faktor psikologis
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

29
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu

gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak

memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem

keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002).

3.2 Saran

Oleh karena itu kami menyarankan bagi anda agar harus bisa menjaga

kondisi kesehatan tubuh atau badan dengan baik dan benar, aar tidak

mudah mengalami vertigo ini. Yang intinya, vertigo ini dengan bisa

berbahaya dan bisa menyebabkan kematian apabila tidak diatasi atau

ditangani dengan tindakan atau penanganan yang tepat dan cepat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan

telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya

BaruLumbantobing, SM. Vertigo Tujuh Keliling. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta 2003

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih

bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Pitriono Zinbe.2013. Asuhan Keperawatan Vertigo

http://fitrotzinbe.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-vertigo.html. diakses

tanggal 13 november 2013, pukul 21.30 WIB

http://lisnawati19.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-vertigo.html

31

Anda mungkin juga menyukai