Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANAJEMEN KONFLIK DAN BENCANA

NAMA-NAMA KELOMPOK II:

 FRANSISKUS RIYALDI (
 THERESIA A. MANUK (42116130)
 MARIA H. SINDA (4211609)
 MARGARETHA A.L NAHAK (
 DEORINTO Y. TAFULI (
 ERMENILDA IMA (
 CRISTIANO SANDOVAL (42116146)
 AGUSTINA OME (42116147)
 ANNA MARISA NITSAE (42116156)
 MARIA YULITA NAHAK (
 RICARDUS WODA (
 CICI LAYNATA
 RICARDUS R. PEBI (421150967)

KELAS :B

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

2019
KONFLIK ETNIS DI SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

SOAL

1. Gambaran situasi prakonflik ?


2. Identitas budaya di lokasi konflik ?
3. Bentuk konflik apa yang terjadi ?
4. Efek yang terjadi dari konflik ?

JAWABAN :

1. Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi
beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar
terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600
korban tewas. Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di
bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda
dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.Tahun 2000, transmigran membentuk
21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan
persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-
hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap
banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan
perkebunan. Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun
2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran
sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh
warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar
rumah-rumah dipermukiman Madura. Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat
Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi
mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang. Selain itu, juga
dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok
warga Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember
2000.
2. Identitas dari etnis-etnis yang terlibat dalam koflik di Sampit :
 SUKU DAYAK
Suku Dayak (Ejaan Lama: Dajak atau Dyak adalah nama yang oleh
penjajah diberi kepada penghuni pedalaman pulau Borneo yang mendiami Pulau
Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta
Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan). Ada 5 suku atau 7 suku asli
Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau dan Tidung
Menurut sensus Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2010, suku
bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu
suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan
lainnya (non Dayak dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah
Budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak
mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau
sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun
Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak
Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan
rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa
yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar
pulau Kalimantan:
 "Barito Raya (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar,
dan Sama-Bajau termasuk satu suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri
yaitu Suku Paser.
 "Dayak Darat" (13 bahasa), termasuk bahasa Rejang di Bengkulu.
 "Borneo Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina serta satu suku
yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu Suku Tidung.
 "Sulawesi Selatan" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman,
Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.
 "Melayik" dituturkan: Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais), Dayak Iban
(dan Saq Senganan), Dayak Keninjal, Dayak Bamayoh (Malayic Dayak), Dayak
Kendayan (Kanayatn). Beberapa suku asal Kalimantan beradat Melayu yang
terkait dengan rumpun ini sebagai suku-suku yang berdiri sendiri yaitu Suku
Banjar, Suku Kutai, Suku Berau, Suku Sambas, dan Suku Kedayan.
 SUKU MADURA
Suku Madura (Bahasa Madura: Orèng Mâdurâ) merupakan etnis dengan
populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 7.179.356 juta jiwa (sensus 2010).
Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya Seperti Gili Raja,
Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur
Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara
Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo, Bondowoso, sebelah
timur Probolinggo, utara Lumajang, dan utara Jember, jumlahnya paling banyak
dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga Surabaya utara, serta sebagian
Malang. ada juga yang menetap di Bawean, di negeri jiran Malaysia, Timor
Leste, Brunei Darussalam misalnya juga ada, mereka ada yang menjadi penduduk
tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga di negara
negara Timur Tengah.

Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal,


dan stigmatik. Identitas budayanya itu dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi
jatidiri individual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan
berkehidupan. Kehidupan mereka di tempat asal maupun diperantauan kerapkali
membawa dan senantiasa dipahami oleh komunitas etnik lain atas dasar identitas
kolektifnya itu. Akibatnya, tidak jarang di antara mereka mendapat perlakuan sosial
maupun kultural secara fisik dan/atau psikis yang dirasakan kurang proporsional.

Berbagai deskripsi perilaku absurd orang-orang Madura terbiasa diungkap dan


ditampilkan misalnya, dalam forum-forum pertemuan komunitas intelektual (well-
educated) sehingga kian mengukuhkan generalisasi identitas mereka dalam nuansa
tersubordinasi, terhegemonik, dan teralienasi dari “pentas budaya” berbagai etnik
lainnya sebagai elemen pembentuk budaya nasional.Dalam konteks religiusitas,
masyarakat Madura dikenal memegang kuat (memedomani) ajaran Islam dalam pola
kehidupannya kendati pun menyisakan “dilema,” untuk menyebut adanya
deviasi/kontradiksi antara ajaran Islam (formal dan substantif) dan pola perilaku
sosiokultural dalam praksis keberagamaan mereka itu. Pengakuan bahwa Islam
sebagai ajaran formal yang diyakini dan dipedomani dalam kehidupan individual
etnik Madura itu ternyata tidak selalu menampakkan linieritas pada sikap, pendirian,
dan pola perilaku mereka.

3. Bentuk konflik yang terajadi pada konflik sampit adalah :

Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh
sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian,
dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga
Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Konflik dengan kelompok antar kelompok

Konflik ini terjadi diakibatkan oleh kelompok suku Dayak dan kelompok suku
Madura dan kedua kelompok saling berusaha menyingkirkan pihak lawan dengan
jalan menghancurkan dan membuat tidak berdaya.

4. Efek yang terjadi dari konflik Sampit

Anda mungkin juga menyukai