Anda di halaman 1dari 14

Pancasila Era Globalisasi

Posted by Nugroho Pangestu on Kamis, 19 Januari 2017

PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika
negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi,Negara Indonesia
tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagai dasar
negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi
tantangan global dunia yang terus berkembang. Di era globalisasi ini peran
pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian
bangsa indonesia,karena dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara
negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk
dengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif
bagi bangsa indonesia,jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang
timbul dari dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif
karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan
negara di dunia.Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal
negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi
kebudayaan indonesia. Dari faktor-faktor tersebutlah di butuhkan peranan pancasila
sebagai dasar dan pedoman negara dalam menghadapi tantangan global yang terus
meningkat diera globalisasi.
(http://abdulghanni.blogspot.co.id/2011/02/makalah-peran-pancasila-di-era.html)

Bagi bangsa Indonesia membangun bangsa dan negara dengan kekuatan dan
kepribadian sendiri, perubahan sosial tidak berarti westernisasi. Perubahan sosial
yang terjadi dipandang sebagai upaya bangsa untuk mengembangkan
kepribadiannya sendiri melalui penyesuaian dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat modern dan memandang pergaulan dunia. Kini bangsa Indonesia harus
hidup dan berada di antara pusaran arus globalisasi dunia tetapi harus selalu ingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak boleh kehilangan jati diri saat hidup di
tengah-tengah pergaulan dunia. Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa
yang menutup diri dari dunia luar pasti akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Maka konsep pembangunan modern harus membuat
bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri dalam upaya untuk menyerap masuknya
ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan dan nilai-nilai sosial politik yang berasal
dari kebudayaan bangsa lain. Rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal
dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun
yang tidak sesuai terserap semuanya. Nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam
sejak lama diabaikan, misalnya sistem demokrasi yang berkembang di tanah air
sudah mengarah kepada paham liberalisme. Padahal, negara Indonesia menganut
paham demokrasi pancasila yang berasaskan gotong-royong, kekeluargaan,
musyawarah dan mufakat. Dalam kondisi yang seperti ini pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup memegang peranan penting. Pancasila akan menilai
sesuatu yang dapat diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai-
nilai baru yang berkembang nantinya akan tetap berada pada kepribadian bangsa
Indonesia. Setiap negara di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar
mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang akan
dicapai. Dengan pandangan hidup suatu bangsa mempunyai pedoman dalam
memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan
tersebut.
(https://yulianingsih92.wordpress.com/2012/12/16/kedudukan-pancasila-di-era-
globalisasi/)

PEMBAHASAN
I. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah, Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain
yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman
bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Globalisasi adalah fenomena
dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai
perkembangan di segala aspek kehidupan,khususnya di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi.Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan
khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai
negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan
yang terjadi di dunia. Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak
positif,berbagai perubahan yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat
terasa,baik itu di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,dan teknologi informasi.
Berbagai dampak negatif terjadi dikarenakan manusia kurang bisa memfilter dampak
dari globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-hal negatif dari pada hal-hal
positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita dapatkan dari fenomena globalisasi
ini. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan
seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
(http://catrondgaul.blogspot.co.id/2014/03/tanpa-judul.html)

II. PERAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI


Pancasila yang dikemukakan dalam Sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945
dikandung maksud untuk dijadikan dasar negara bagi Negara Indonesia Merdeka.
Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan
cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka. Sidang BPUPKI telah
menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia dalam
keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus Pancasila tercantum
secara resmi dalam pembukaan UUD RI. Undang-Undang Dasar yang menjadi
sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat dan
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu
tahan uji sepanjang
masa.https://yulianingsih92.wordpress.com/2012/12/16/kedudukan-pancasila-di-era-
globalisasi/

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri
negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila
juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia,pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai
dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati
untuk bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka
,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia.Tetapi harus diingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri,kendati hidup
ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa
asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan tersebut akan
membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri.Mereka kehilangan
jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila. Yang
terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar
hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja
yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata
nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan
tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila
rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-
nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma,
persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri
bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini
seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar
baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang
dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah
tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang.
(http://abdulghanni.blogspot.co.id/2011/02/makalah-peran-pancasila-di-era.html)

Pancasila itu menggambarkan Indonesia, Indonesia yang penuh dengan nuansa


plural yang secara otomatis menggambarkan bagaimana multikulturalnya bangsa
kita. Ideologi Pancasila hendaknya menjadi satu panduan dalam berbangsa dan
bernegara karena masyarakat kita saat ini cenderung mengabaikan ideologi
bangsanya sendiri. Pancasila akan mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat
Indonesia dengan tetap menjaga toleransi terhadap adanya perbedaan. Penetapan
pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan
(indefferentism) tetapi dirangkum semuanya dalam satu semboyan khas Indonesia
yang dinyatakan dalam seloka “Bhineka Tunggal Ika”. Pancasila sebagai dasar
negara harus diarahkan pada pembinaan moral sehinnga moralitas pancasila dapat
dijadikan sebagai dasar dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintergrasi.
Peranan Pancasila di Era globalisasi khususnya dalam konteks sebagai dasar
Negara dan ideologi nasional agar setiap Warga Negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama
terhadap kedudukan peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kuat derasnya arus globalisasi yang
menggerus jati diri dan identitas Nasional, pancasila tetap harus konsisten dan
konsekuen dilaksanakan oleh para pemimpin dan masyarakat karena memiliki nilai-
nilai luhur yang sangat sesuai dengan karakter bangsa yang tercermin dalam setiap
sila dari pancasila dan semangat Bhineka Tunggal Ika. Melalui pemahaman makna
pancasila yang dikembangkan dengan semangat akan dapat mengembangkan nilai
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang serba pluralistik. Selain itu melestarikan
dan mengembangkan pancasila sebagai dasar negara sebagaimana yang telah
dirintis dan merupakan suatu kawajiban etis dan moral yang perlu diyakinkan oleh
generasi sekarang. Pancasila merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari
bumi Indonesia untuk menghadapi nilai-nilai dari luar, sebagai sistem syaraf atau
filter terhadap berbagai pengaruh luar, nilai-nilai dalam Pancasila dapat membangun
sistem dalam masyarakat kita terhadap kekuatan-kekuatan dari luar sekaligus
menyeleksi hal-hal baik untuk diserap, dan sebagai sistem dan pandangan hidup
yang merupakan konsensus dasar dari berbagai komponen bangsa yang plural ini.
Melalui Pancasila, moral sosial, toleransi, dan kemanusiaan, bahkan juga demokrasi
bangsa ini dibentuk. Untuk itu Pancasila harus bisa kita telaah secara analitis
dengan kekayaan nilainya sudah selayaknya digali, diperdalam, lalu
dikontekstualisasikan lagi pada perkembangan situasi yang kita hadapi, terlebih jika
Pancasila benar-benar ingin diteguhkan sebagai ideologi bangsa.
(https://yulianingsih92.wordpress.com/2012/12/16/kedudukan-pancasila-di-era-
globalisasi/)

III. NILAI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI


Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti
kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.

 Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme


1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara
terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari
suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan
dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat.
Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara
menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional,
meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara.
Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi
bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir
yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari
bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa
yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa
nasionalisme kita terhadap bangsa.

 Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme


1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga
tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc
Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap
sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara
yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam
globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan
antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan
nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan
bangsa.

Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap


nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi
mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri
dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara
kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai
di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak
anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan
persatuan dan kesatuan bangsa.

 Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan


Generasi Muda

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan


muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh
globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian
diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang
muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan
yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara
berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak
ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih
suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak
remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang
sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan
dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi
santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita
memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian.
Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada
lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun
dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati
mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan
kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut?
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan
muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada
rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika
penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak
daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk
mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.

 Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme

Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-


nilai nasionalisme antara lain yaitu :

1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat


mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik-
baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam
arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
sosial budaya bangsa.

Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis


pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.
(http://017malpekanbaru.blogspot.co.id/p/nilai-pancasila-di-era-globalisasi.html)
Sikap Pancasilais Untuk Melindungi
Ideologi Pancasila Dalam Gempuran
Globalisasi
Anggun Kusuma Wardani
June 9, 2015
Uncategorized
Comments

Oleh : Ahmad Zainul M ( Ma 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep )


Indonesia adalah sebuah negara yang menaganut ideologi pancasila. Pancasila
berasal dari bahasa sansekerta, Panca artinya lima, dan Syila dengan pengucapan
“i” yang dibaca pendek mempunyai arti satu sendi, dasar, alas atau asas. Jadi, dapat
kita ketahui bahwa Pancasila dapat diartikan lima sendi, atau lima tingkah laku
utama, atau pelaksanaan lima kesusilaan.[1]
Pancasila merupakan sebuah ideologi bangsa yang membutuhkan keteladanan dari
elit pemimpin negeri.[2]
Istilah Ideologi berasal dari kata Idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, dan cita-cita, sedangkan logos berarti ilmu. Kata idea itu berasal
dari bahasa Yunanai, yaitu eidos yang artinya bentuk.[3] Jadi, Ideologi dapat
diartikan sebuah gagasan atau pandangan hidup mengenai cara sebuah masyarakat
diatur atau ditata demi mencapai tujuannya.
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah tujuan atau cita-cita Indonesia yang
menjadi pedoman sistem kenegaraan Indonesia dan pedoman hidup dalam
berbangsa dan bernegara Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai ideologi bangsa didasarkan kepada Tap. MPR No.
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan ketetapan MPR tentang P4, ditegaskan bahwa
Pancasila sebagaimana termaktub atau tertulis dalam pembukaan UUD 1945 adalah
dasar negara dari kesatuan Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara.[4]
Ideologi bangsa Indonesia, Pancasila sekarang sedang diuji, terkait dengan rasa
nasionalisme kaum pemuda dalam menanggapi isu-isu pemerintahan, politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lainnya. Sangat menyedihkan negara yang
memiliki ideologi terbaik didunia tidak bisa bertahan dalam gempuran globalisasi
(imperialisme).[5]
Globalisasi berarti meluasnya kebudayaan ke seluruh penjuru dunia. Globalisasi
juga dapat diartikan suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu.[6]
Globalisasi membawa dampak bagi seluruh aspek kehidupan manusia di Indonesia,
tidak peduli siapa mereka, sadar ataupun tidak.[7] Dari itu, dengan pengetahuan,
kita bisa memilah mana yang baik dan buruk bagi kita. Sebagai bangsa Indonesia,
kita yang mempunyai ideologi Pancasila harus tidak menghilangkan nilai-nilainya
dalam menghadapi era Globalisasi yang membentur kita.
Eksistesi globalisasi memiliki dua dampak, positif dan negatif. Banyak dampak
positif yang dapat kita petik dari globalisasi, diantaranya adalah memberikan
kemudahan dalam hidup seperti memperoleh informasi dan mencapai suatu tempat
menjadi lebih cepat, kemudahan dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bisa dijadikan pijakan dalam mengembangkan pengetahuan dan
teknologi, memotivasi seseorang sehingga menjadi kreatif, inovatif dan berkompetisi.
Dan masih banyak lagi dampak positif yang dapat kita petik. Selain mempunyai
dampak positif, globalisasi juga memiliki dampak negatif, diantaranya adalah
masuknya faham komunis dan ateis yang tidak sesuai dengan ideologi indonesia,
maraknya narkotika, minuman keras, dan minuman beralkohol, maraknya pornografi
dan seks bebas dan meningkatnya budaya konsumerisme.
Pancasila yang diharapkan mampu menjaga kedaulatan politik dan kepentingan
ekonomi bangsa-kini lunglai di hadapan rezim pasar dan korporasi global.
Nasionalisme Indonesia praktis tak berkutik dalam soal pengaturan produksi,
konsumsi, dan distribusi yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak politik,
ekonomi, sosial dan budaya rakyat.
Pancasila menjadi kian paradoks ketika ia cuma bisa membisu saat menyaksikan
rezim neoliberal yang memaksakan kebijakan deregulasi, privatisasi, dan liberalisasi.
Kebijakan libertarian itu telah memangkas peran negara dan hak rakyat sebagai
regulator dan pemilik sah kedaulatan politik dan ekonomi negara. Dalam konteks ini,
negara tak lebih sebagai penjaga malam (laissez-faire); sementara rakyat adalah
entitas tanpa makna di hadapan rezim pasar yang berwatak liberal dan asosial.[8]
Seiring dengan adanya globalisasi, keberadaan pancasila semakin terancam.
Buktinya, pada tahun tahun 30 September 1948, pengkhianatan PKI.[9] Itu
merupakan salah satu bukti dampak dari Globalisasi. PKI yang melakukan
pengkhianatan itu merupakan akibat yang ditimbulkan dari faham komunis yang
ingin menumbangkan ideologi kita, ideologi pancasila.
Karena adanya globalisasi, paham ateis dari negara barat pun masuk dan merusak
keutuhan sila pertama. Banyak orang menjadi anti tuhan karena banyaknya ajaran
Karl Max yang menjadi pedoman mereka.
Globalisasi bukan hanya merusak ideologi pancasila, bahkan globalisasi bisa juga
menghancurkan dan memporak-porandakan keutuhan Ideologi pancasila.
Contohnya, dalam sila kedua disebutkan “kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Namun, akibat dari globalisasi yang semakin pesat, sila kedua sudah mulai tidak
dihiraukan lagi. Buktinya, banyak orang melakukan pelecehan seksual, pencabulan
dan tidak lagi menghormati orang tua.
Kehadiran globalisasi juga membuat masyarakat Indonesia merusak ideologi
pancasila dengan tangan-tangan dan perbuatan mereka sendiri seperti halnya
kegotong-royongan yang sudah mulai ditinggalkan oleh bangsa indonesia.
Sedangkan sikap Gotong Royong itu merupakan aktualisasi dari sila yang ketiga,
persatuan indonesia.
Globalisai juga membunuh sila keempat dalam pancasila, yaitu “kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan”. Salah satu sikap yang
termasuk membunuh sila keempat yaitu maraknya kasus korupsi di Indonesia.
Mereka (Pemimpin, Red) tidak lagi memimpin rakyat dengan kebijaksanaan. Mereka
sudah dzalim pada tuhannya, negaranya, dirinya dan masyarakat yang dirugikan.
Bukan hanya sila keempat saja yang luntur akibat globalisasi, tapi sila lima pun ikut
roboh. Itu ditandai dengan adanya hukuman bisa dibeli seperti yang ada dalam lagu
“Gayus Tambunan”. Itu merupakan bentuk perilaku yang bisa menghanguskan sila
kelima.
Semua sila yang ada dalam pancasila yang menjadi ideologi dan fondasi bangsa
Indonesia sudah mengalami pergeseran nilai. Dulunya dijunjung tinggi, tapi
sekarang malah dikotori sendiri oleh rakyat Indonesia akibat globalisasi. Cita-cita
yang sudah dimimpikan oleh pendahulu dan leluhur kita kini telah porak-poranda
disebabkan oleh arus Globalisasi.
Pancasila kini bak goliath kurang gizi; tak bertenaga dalam mewujudkan emansipasi
sosial, menggerakan proses demokrasi substansial, menopang kedaulatan politik
dan ekonomi nasional, serta cerdas dan adaptif dalam menghadapi kecongkakan
rezim globalisasi.[10]
Sebenarnya, kita masih bisa memperbaiki moral dan sikap rakyat Indonesia yang
sesuai dengan pancasila. Terutama, kaum pemuda yang merupakan generasi
berikutnya dan akan menjadi tombak utama bangsa Indonesia. Kita sebenarnya bisa
menerima arus Globalisasi dengan catatan, kita harus tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia, bukan malah mencoreng
dan menumbangkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa
Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai penyebab adanya nilai-nilai
tersebut.[11] jadi, pancasila yang digunakan oleh seluruh rakyat Indonesia timbul
dari bangsa Indonesia sendiri dan kita sebagai bangsa Indonesia, harusnya bisa
melestarikan dan memperbaiki nilai-nilai Pancasila karena kitalah yang menjadi
penyebab adanya nilai-nilai tersebut. Jika nilai-nilai itu sudah tidak ada dalam diri
kita, maka Ideologi Pancasila itu menjadi tiada artinya karena penyebab adanya
nilai-nilai Pancasila itu adalah kita (Bangsa Indonesia, Red.)
Supaya Globalisasi itu sesuai dengan alur Pancasila sebagai Ideologi bangsa, maka
ada beberapa cara yang harus dilakukan, diantaranya adalah :
1. Meningkatkan keimanan kita dan ketakwaan kita pada Tuhan Yang Maha Esa
Hal ini bisa dilakukan dengan cara memperdalam Ilmu Agama sebagai pedoman
hidup di berbagai lingkungan, baik itu keluarga, sekolah dan masyarakat.
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memang sangat penting untuk kita
kembangkan mengingat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan persaingan
di seluruh dunia (akibat Globalisasi). Maka, hendaknya kita mulai berbenah diri
untuk membekali diri kita dengan ilmu pengetahuan dan berfikir kreatif dan inovatif
untuk membuat kita terampil dan tidak canggung dalam menghadapi gempuran
Globalisasi.
1. Menumbuhkan nasionalisme kepada seluruh anak bangsa
Menumbuhkan rasa nasionalisme inilah yang dapat menggeser nilai-nilai pancasilais
apabila tidak dilestarikan dan dipupuk kepada anak bangsa sebagai ideologi mereka
yang berbangsa dan bernegara Indonesia.
1. Meningkatkan Sumber daya manusia yang Pancasilais
Artinya, bangsa Indonesia harus meningkatkan sumber daya manusia yang
berdasarkan prinsip ideologi Pancasila yang merupakan Ideologi Indonesia. Bukan
hanya meningkatkan sumber daya manusia saja, tapi Indonesia juga perlu
mengembangkan produksi dalam negeri melalui sumber daya manusia yang
ditingkatkan.
1. Mencetak kader-kader pemimpin yang bermoral ketakwaan, kemanusiaan,
kebersamaan dan kebangsaan, kerakyatan dan keadilan[12]
2. Moral Ketakwaan
Moral ketakwaan memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan horizontal.
Ketakwaan dalam dimensi vertikal berarti sikap pemimpin yang takwa dan taat
dalam menjalankan ibadah yang dianutnya secara konsisten. Sedangkan dalam
dimensi horizontal, dapat diartikan pemimpin yang mempunyai sikap dan perilaku
melihat dirinya sama dengan yang lain sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa, seperti menghargai pekerjaan, mempercayai dan menghormati yang mengabdi
pada negara secara umum.
2. Moral Kemanusiaan
Adalah pemimpin yang bersikap dan perilaku menyadari adanya hak-hak asasi
perangkat aturan kebersamaan yang melapangkan aktualisasi HAM dalam batas-
batas tanggungjawab sosial bermasyarakat.[13]
3. Moral Kebersamaan dan Kebangsaan
Sikap pemimpin yang mempunyai semangat yang tinggi dalam sesama warga
(pemimpin dan yang dipimpin) untuk mencapai suatu tujuan karena jika tidak ada
kebersamaan dalam suatu bangsa, maka cita-cita suatu bangsa tersebut akan sukar
untuk didapatkan (tidak ada partisipasi dari pemimpin atau yang dipimpin). Dan
sikap pemimpin yang lebih mengedepankan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi merupakan bentuk dari aktualisasi dari moral pemimpin yang
memiliki moral kebangsaan.
4. Moral Kerakyatan
Pemimpin yang memiliki moral kerakyatan mempunyai karakter yang terbuka
(transparan), konsisten, dan pasti dalam mengambil suatu kebijakan. Moral
kerakyatan mengharuskan berbaurnya dan menyatunya pemimpin kepada rakyatnya
sehingga rakyat akan lebih aspiratif, bebas dalam batas-batas kebersamaan
berbangsa dan pemimpin menjadi penuntun masyarakat menuju lebih baik.
5. Moral Keadilan
Pemimpin yang adil dapat ditandai dengan kejujuran, rasional, dan benar-benar
mempertimbangkan suatu kebijakan secara matang tentang keuntungan dan
kerugian yang akan timbul dari keputusan tersebut. Moral keadilan berhimpit dengan
semangat kebersamaan dan kebangsaan serta kemampuan menyeimbangkan
pemenuhan hak dan kewajiban dalam kehidupan kepemimpinan. Ini merupakan
moral yang memiliki kredibilitas dan kemandirian.
1. Menyeleksi atau memfilterasi semua hal yang datang dari luar, terutama dari barat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ideologi pancasila.
Penyeleksian ini dapat memberikan kita dampak positif dari Globalisasi, yaitu
mengambil yang positif, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi barat yang semakin
hari kian canggih dan mencontoh ide-ide barat yang sesuai dengan ideologi
Pancasila, seperti kecermelangan mereka dalam mengembangkan inovasi baru
dengan fikiran dan tangan-tangan mereka.
1. Penyadaran pemuda untuk tidak keluar dari ideologi Pancasila
Penyadaran ini sangat penting untuk melestarikan dan menhidupkan nilai-nilai
Pancasila untuk investasi masa depan supaya mereka meneruskan perjuangan
dalam mempertahankan ideologi pancasila, terutama kita yang ada dalam himpitan
Globalisasi. Selain itu, mereka juga akan siap sejak dini jika disiapkan dan dicekoki
oleh nilai-nilai pancasila sebagai ideologi leluhur kita sehingga mereka punya
tameng atau perisai untuk menangkis gempuran arus Globalisasi yang semakin
menjadi-jadi.
Maka dari itu, dalam himpitan Globalisasi, kita perlu banyak melakukan perbaikan
sikap yang tidak pancasilais dan mulai menjadikan Ideologi Pancasila sebagai
pedoman hidup yang sesuai dengan cita-cita Indonesia dan para leluhur kita. Kita
tidak boleh merusak nilai yang sudah sejak lama dipertahankan, dilestarikan dan
dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat Indonesia mulai dari dulu. Untuk kaum
muda, jangan biarkan diri kalian meninggalkan ajaran Pancasila sebagai Ideologi
kita sebagai bangsa Indonesia. Karena, sekarang Pancasila hanya ada dalam nafsu
saja dan banyak orang memanfaatkannya pada tujuan yang tidak baik seperti dalam
politik (kampanye). Sementara, dalam prakteknya, banyak orang tidak
memperaktekkan nilai-nilai ideologi Pancasila sebagai ideologi Indonesia. Kita
sebagai pemuda, yang memiliki peran signifikan harusnya bisa melestariakan,
membumikan dan menancapkan ideologi Pancasila ke dalam lubuk hati kita. Dan
kita, bangsa Indonesia, yang dikenal sebagai bangsa yang memiliki rasa
Nasionalisme yang tinggi, hendaknya menjunjung tinggi ideologi bangsa kita yang
berisi tentang bagaimana bangsa kita, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
luhur, maju dan berpendirian yang teguh serta menjadi teladan bagi negara-negara
lain.
Jadi, mulai sekarang, tumbuhkanlah rasa Pancasilais kita untuk membendung
Globalisasi yang tidak Pancasilais dengan menanamkan ideologi Pancasila kepada
seluruh lapisan masyarakat Indonesia melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKN),
sosialisasi, dan interkasi sosial dengan mencerminkan sikap yang sejalan dengan
Pancasila. Selain itu, kita harus mulai mnerapkan sikap yang bercerminkan
Pancasila dalam lingkunagn keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat pada umumnya.
Kita harus menebang dan menghancurkan doktrin globalisasi-neoliberal dengan
nasionalisme-sosialisme seperti yang kini menggeliat kuat di kawasan Amerika
Latin. Pemimpin seperti Hugo Chavez (Venezuela), Evo Morales (Bolivia), Michele
Bachelet (Chile), Lula da Silva (Brasil), Tabare Vasquez (Uruguay) atau Alfredo
Palacio (Ekuador) adalah tokoh-tokoh sosialis kiri-tengah yang berani melawan
kecongkakan Barat.[14]
Pemaknaan/pengertian Pancasila disetiap kaum muda sangat berbeda, dimana
setiap satu kaum muda dengan kaum muda lainnya tidak mempunyai persamaan
persepsi tentang cita-cita Pancasila. Seharusnya, Pancasila dan kaum muda
mempunyai satu tujuan yaitu tentang arti/pemaknaan Pancasila itu terdahulu,
dengan adanya penyama- rataan sudut pandang dari berbagai pihak, baik dari
golongan sukuan, agama, serta komunitas. Pemikiran kolot yang membuat suatu
golongan menjadi golongan paling benar itu harus dihapuskan. Agar bisa menerima
pendapat golongan yang lainnya.
Dengan itu, setelah kita mencocokkan dan menyelaraskan arti dan makna dari
Pancasila, kita harus menyeleksi dan mengambil manfaat dari Globalisasi dan
membuang hal yang tidak ada manfaatnya atau malah hal itu yang akan menjadikan
Ideologi Pancasila semakin lemah. Di samping itu, kita harus mempersiapkan kader-
kader bangsa yang bermoral ketakwaan, kemanusiaaan, kebersamaan dan
kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sebagai bentuk dari aktualisasi Pancasila
karena semuanya sudah ada dalam poin-poin Pancasila sehingga menjadi insan
yang khas Indonesia, khas ketimuran dan berwawasan luas serta dapat bersaing
dengan bangsa barat yang merupakan pusat Globalisasi.

Daftar Pustaka
Mustopo, Habib, dkk. 2011. Sejarah 2 Untuk Kelas XI SMA Program IPA. Jakarta.
Yudhistira.
Rochmadi, Nur Wahyu. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas
XII. Jakarta. Yudhistira
Suparmin dan Putri Setyolelono. tt. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas
VIII Semester Gasal. Surakarta. Suara Media Sejahtera
___________. tt. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IX Semester 2. Surakarta.
Putra Nugraha

Sumber Lain
jaringnews.com
berdikarionline.com
unisosdem.org
pusakaindonesia.org
H. Suparmin dan Putri Setyolelono, Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas
VIII Semester Gasal (Surakarta,tt.), hal 3
http://jaringnews.com/politik-peristiwa/wakil-rakyat/2632/-pemimpin-pancasilais-
selalu-pegang-teguh-sikap-pancasila
Nur Wahyu Rochmadi, Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XII (Jakarta,
2012), hal. 3
Ibid hal. 5
http://www.berdikarionline.com/opini/20141028/bersatunya-kaum-pemuda-dengan-
pancasila.html#ixzz3bd5OzsQu
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IX Semester 2 (Surakarta, tt.), hal. 4
Nur Wahyu Rochmadi, Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XII (Jakarta,
2012), hal. 76
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=11883&coid=1&caid=24&gid=3
M. Habib Mustopo, Hermawan dan Dwi Waluyo, Sejarah 2 Untuk Kelas XI SMA
Program IPA (Jakarta,2011), hal. 171
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=11883&coid=1&caid=24&gid=3
H. Suparmin dan Putri Setyolelono, Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas
VIII Semester Gasal (Surakarta,tt.), hal 10
http://www.pusakaindonesia.org/moral-pemimpin-nasional-yang-pancasilais/
Ibid.
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=11883&coid=1&caid=24&gid=3

http://lomba.web.unej.ac.id/2015/06/09/sikap-pancasilais-untuk-melindungi-ideologi-pancasila-
dalam-gempuran-globalisasi-2/

Anda mungkin juga menyukai