Oleh:
dr. Damar Gilang Utama
Pembimbing
dr. Laily Noviyani
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 73 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Astambul
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
No RM : 35-25-20
Tanggal masuk RS : 06 Februari 2017
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa dengan anak pasien pada
tanggal 06 Februari 2017 pukul 11.10 WITA di IGD RSUD Ratu Zalecha
Martapura
Keluhan utama : Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang :
2
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
1. STATUS INTERNA
Kepala : Kesan mesocephal, Nyeri tekan (-)
Mata :Edem palpebra (-/-); reflek cahaya direk (-/-); reflek
cahaya indirek (-/-)
Hidung : Nafas Cuping hidung (-), epistaksis (-), deformitas (-)
Telinga : Serumen (-/-), Nyeri Mastoid (-), Nyeri Tragus (-/-)
Mulut : sianosis (-), perot (-), karies gigi (-)
Leher : Gerakan terbatas (-), kaku kuduk (-), JVP (Normal).
Thorax :
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
3
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMCS, tak kuat angkat
Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 2 cm medial Linea
mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murni, bising jantung (-).
Pulmo
Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi Warna sama dengan warna Warna sama dengan warna
sekitar, simetris statis & sekitar, simetris statis &
dinamis, retraksi (-). dinamis, retraksi (-).
Palpasi Stem fremitus normal kanan Stem fremitus normal kanan
= kiri. = kiri.
Perkusi Sonor seluruh lapang paru. Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi SD paru vesikuler (+), suara SD paru vesikuler (+), suara
tambahan paru: wheezing (-), tambahan paru: wheezing (-),
ronki (-). ronki (-).
Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen cekung, warna kulit sama dengan warna kulit
sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak hepar (+),
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral pucat -/- -/-
Akral hangat +/+ +/+
4
Capillary Refill < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik
2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Dayapenglihatan Sulit Dinilai Sulit Sulit
Lapangpandang Dinilai Dinilai
Pengenalanwarna
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis Sulit dinilai
Pupil
Bentuk Bulat Bulat Normal
Ukuran 4mm 4mm Midriasis
Gerak bola mata Sulitdinilai
Refleks pupil
Langsung (-) (-) Negatif
Tidaklangsung (-) (-) Negatif
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Sulit dinilai
5. N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik Sulitdinilai
5
Sensibilitas Sulitdinilai
Refleks kornea Sulitdinilai
6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Sulitdinilai
Strabismus Sulitdinilai
Deviasi Sulitdinilai
7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Tic (-) (-)
Motorik:
- sudut mulut dbn turun
- mengerutkan dahi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- mengangkat alis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- lipatan nasolabial Dbn mendatar
- meringis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-kembungkan pipi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran Tidak dilakukan
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings Sulit Sulit
Daya perasa Dinilai Dinilai
Refleks muntah
10. N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkusfarings Sulit Sulit
Dysfonia Dinilai Dinilai
11. N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
6
Motorik Sulit Dinilai Sulit
Trofi Eutrofi Dinilai
Eutrofi
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Distal Sulit Sulit
Proksimal Dinilai Dinilai
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Ger.involunter (-) (-)
Badan
Trofi (-) (-) Normal
Ger. Involunter (-) (-) Normal
7
Propioseptif
7). REFLEKS
Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps (+) (+) Normal
Triseps (+) (+) Normal
Patologis
1. Babinski - -
2. Chaddock - -
3. Oppenheim
- -
4. Gordon - -
5. Gonda - -
- -
6. Bing
7. Rossolimo - -
8. Mendel Bechterew - -
8
c. Patrick :-/-
d. Kontrapatrick : -/-
e. Valsava test :sulitdinilai
f. Brudzinski : -/-
9
Nyeri Kepala (+)
Reflek babinsky (-)
Hasil : Stroke Perdarahan Intraserebral
IV. RESUME
± 3 jam SMRS pasien ditemukan oleh anak nya tidak sadarkan diri di kamar mandi
yang kemudian terlihat mengalami kejang. Pasien dikatakan mengeluhkan nyeri kepala
yang hilang sebelumnya selama seminggu terakhir. Selama perjalanan dari rumha menuju
puskesmas Astambul dikatakan pasien muntah 3x. Pasien kemudian dirujuk ke IGD
RSUD Ratu Zalecha.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran: stupor, GCS :E1M2V1 , vital sign TD :190/90
mmHg, nadi: 96x /menit, RR 26x/menit,suhu 36,20C. Status Internus dalam batas normal.
Status Neurologis : fungsi luhur : sulit dinilai, kaku kuduk : (-), nervus cranialis : NVII
sudut mulut kiri turun, Pemeriksaan sistem motorik, sensorik dan koordinasi sulit dinilai
karena pasien mengalami penurunan kesadaran. Sirriraj Score : 4,5 ( Perdarahan
supratentorial), Gajahmada score : penurunan kesadaran (+), nyeri kepala (+) Stroke
Perdarahan Intraserebral.
V. DIAGNOSIS
Suspect Stroke Hemoragic
VI. PENATALAKSANAAN
1. Daftar Masalah : Suspect Stroke Hemoragic
2. Rencana Terapi
- O2 kanul 3-4 lpm
- Konsul ke dr. Made, Sp. S (11.20) :
- Pemasangan NGT
- Pemasangan DC Cateter
- IVFD NS 20 tpm drip neurobat 1 ampul/kolf/hari
- Inj. Citicolin 2x500 mg
- Inj. Antrain 3x1 amp
10
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Lapibal 3x500 mg
- Inj. Kalnex 3x1 amp
- Po Forneuro 1x1 tab
- Po Asthin F 1x1 tab
- Po Amlodipin tab 0-0-10 mg
Pro Rawat Ruang ICU
3. Rencana Diagnosis
- Pemeriksaan laboratorium: Darah rutin, GDS, SGOT, SGPT, Ureum,
Creatinin, Profil Lipid, Albumin, Elektrolit
4. Monitoring
- Monitoring keadaan umum dan tanda vital
- Monitoring defisit neurologis
- Monitoring gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial
5. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi penyakit yang
diderita pasien
- Menjelaskan kepada pasien usulan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan untuk mencari penyebab penyakit pasien
- Menyarankan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada
pasien dan bekerjasama dalam penatalaksanaan pasien.
- Menyarankan pasien agar menghindari faktor pencetus stroke berulang
yaitu dengan rutin kontrol tekanan darah dan meminum obat secara rutin,
menghentikan kegiatan merokok, menurunkan berat badan, diet makanan
rendah lemak dan rendah garam serta melakukan olahraga rutin setiap
hari.
11
LEMBARAN FOLLOW UP PASIEN
12
13.20
T: S : Penurunan Kesadaran, Gerak Nafas Berkurang - Pasang Gudel kuning
220/100
O : Stupor, E1V1M2 - Suction cairan mulut
N: 130x/m
lemah Kepala : Anemia(-), ikterus(-) - Oksigenasi dengan NRM
P: 13x/m
Mata : Isokor, 4mm/4mm, Reflek cahaya (-/-) 14 lpm
T : 35,7
Leher : DVS R+1 CmH20 - Persiapan intubasi
Thorax : Nafas Spontan 1-1, SN Vesikuler dengan ETT
Rh -/-, Wh -/-
Cor : BJ I/II reguler, murmur(-)
Abdomen : Peristaltik(+) kesan Normal
H/L ttb
Ekstremitas : udem -/-
A : Susp. Stroke Hemmoragic
13.45
S : Penurunan Kesadaran, Gerak Nafas tidak ada
T : 110/60 - Begging
N: 120 x/m O : Koma, E1V1M1
monitor
Kepala : Anemia(-), ikterus(-)
P: apneu
T : 35,4 Mata : Midriasis Total, Reflek cahaya (-/-)
SpO2:
Leher : DVS R+1 CmH20
60%
Thorax : Gerak nafas (-)
Rh -/-, Wh -/-
Cor : BJ I/II lemah takikardi, murmur(-)
Abdomen : Peristaltik(+) kesan Normal
H/L ttb
Ekstremitas : udem -/-
A : Susp. Stroke Hemmoragic
13
TD: tidak Mata : Midriasis Total, Reflek cahaya (-/-)
dapat
Leher : DVS R+1 CmH20
dinilai
N: - Thorax : Gerak nafas (-)
P: -
Cor : BJ (-), murmur(-)
T: 35,3
SpO2: Abdomen : Peristaltik(<)
50%
Ekstremitas : udem -/-
A : Susp. Stroke Hemmoragic
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak (WHO, 2010). Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori
A. Stroke iskemik
Stroke iskemik pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan otak
yang disebut infark. Perjalanan klinis pasien dengan stroke infark akan sebanding dengan
tingkat penurunan aliran darah ke jaringan otak, perjalanan klinis ini dibagi menjadi
Adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya
berlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli. Pada
tahapan ini terdapat golden period yang merupakan masa terbaik dalam
penanganan stroke. Satu sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun
apabila sampai tiga jam juga masih belum teratasi sekitar 50% pasien sudah
terdapat infark. Setelah TIA, 10% sampai 15% pasien dalam 7 hari, 30 hari, 90
15
hari akan terkena stroke, namun lebih banyak pasien terkena stroke 2 hari setelah
TIA.
Seperti TIA, gejala neurologi dari RIND akan menghilang lebih dari 24 jam,
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus memburuk setelah
48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung secara bertahap dari yang
aliran darah di otak, dimana terjadi penurunan aliran darah secara signifikan. Ada
16
Tekanan darah sistemik memegang peranan terhadap tekanan perfusi otak.
Gambar 1. Gambaran CT-scan otak normal dan otak yang mengalami stroke iskemik
B. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik pada dasarnya terjadi akibat pembuluh darah intra serebrum
yang mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau
langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan
arterivenosus (MAV).
robeknya pembuluh darah otak di ikuti pembentukan edema dalam jaringan otak di sekitar
17
hematom. Akibatnya terjadi diskontuinitas jaringan dan kompresi oleh hematom dan
A B
Gambar 2. Gambaran CT-scan (A) stroke perdarahan subarakhnoid/PSA dan (B) stroke perdarahan
intraserebral/PIS (Sumber: Anwar, 2008)
18
Dari masing-masing gejala klinisnya dapat diambil kesimpulan bahwa adanya
hubungan antara patofisiologi masing-masing stroke yang terjadi pada otak menimbulkan
beberapa tanda gejala klinis dominan yang berbeda sehingga dapat dianalisa secara
diskriptip analitik dengan statistik yang sesuai dan dimasukkan ke tabel distribusi dan
dianalisa, dan ditemukan model skoring untuk mendiagnosa stroke yang terkenal
Di sisi lain, diagnosis baku emas (gold standard) stroke adalah dengan
menggunakan CT scan untuk membedakan infark dengan perdarahan dan MRI lebih
sensitif dari CT scan dalam mendeteksi infark serebri dan infark batang otak. Pilihan CT
scan daripada MRI dikarenakan CT scan praktis, cepat (beberapa menit untuk memeriksa
otak), tersedia luas, mudah digunakan pada pasien gawat, biaya lebih murah, akurat dalam
dan penting untuk gambaran yang dicurigai stroke hemoragik subarachnoid. Sedangkan,
penggunaan MRI jika penilaian awal diperlukan untuk kondisi yang terlewatkan oleh CT
scan seperti infark vertebrobasiler, oklusi sinus venosus, hematoma serebral, namun tidak
semua rumah sakit di Indonesia memiliki alat tersebut. Untuk itu ada skor diagnosis
stroke yang dapat digunakan utnuk membedakan stroke hemoragik dan stroke iskemik.
19
Penurunan kesadaran pada perdarahan intrakranial biasanya terjadi sejak saat
awitan sedangkan pada infark otak pada hari ketiga sampai kelima dari awitan.
Siriraj Stroke Score sebagai skor diagnosis stroke telah dipakai di Thailand sejak
1986 yang didapatkan dari hasil tanya jawab 5 variabel gejala klinis umum penyakit
stroke yaitu tingkat kesadaran, muntah, sakit kepala, tekanan diastolik, dan petanda
konstantanya sehingga didapatkan Siriraj Stroke Score yang lebih sederhana dan akurat.
Studi yang membuktikan bahwa skor ini dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik dilakukan di
Siriraj Hospital Medical School, Mahidol University, Bangkok, Thailand tahun 1987-
Kesadaran : Sadar = 0
Mengantuk, stupor = 1
Koma = 2
Muntah : Tidak = 0
Ya = 1
Sakit kepala : Tidak = 0
Ya = 1
Petanda atheroma : Tidak = 0
1 atau lebih petanda atheroma = 1
Total skor :
Skor > 1 : perdarahan otak
Skor -1 sampai 1 : ragu-ragu
Skor < -1: infark otak
Tabel 2. Siriraj Stroke Score (Sumber: Israr, 2008)
20
Hasil menunjukkan bahwa tingkat sensitifitas untuk stroke hemoragik sebesar
89,3% sedangkan untuk stroke iskemik sebesar 93,2% serta spesifisitas sebesar 90,3%
(Poungvarin, 1991).
– Penurunan Kesadaran
– Nyeri Kepala
– Refleks Babinski
Merupakan komplikasi yan penting stok akibat infark maupun karena perdarahan.
Pada kasus infark, edema terjadi secara vasogenik dan sitoksik, pada intra dan
extraseluler. Edema mencapai maksimum setelah 4-5 hari paska infark, diikuti dengan
21
mengaburnya alur gyrus kortikal dan seiring pembesaran infak, terjadi pergeseran garis
tengah otak (midline shift). Setelah terjadi midline shift, herniasi transtentorial pun terjadi
Emboli otak pada prinsipnya berasal dari jantung dan pembuluh darah besar
ekstrakranial. Emboli yang berasal dari pembuluh darah arteri leher, biasanya dibentuk
dari kombinasi keping darah dan fibrin atau dengan kolesterol. Atheroma akan mengenai
intima, awalnya terdapat deposit dari fatty streak, lalu diikuti oleh plak
fibromuskuloelastis pada sel otot intima yang diisi lemak. Atheroma ini biasanya
memiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran pembuluh darah. Jika terjadi pelebaran
yang mendadak dari plak akibat meningkatnya perdarahan pada tempat tersebut, maka
endotel yang mengandung fibrin dan bekuan darah tadi akan robek, dan terjadi
Kesadaran pasien tiba-tiba menurun dan pernafasan mengorok. Pada pemeriksaan pungsi
Fisher dkk, menemukan bahwa spasme sering terjadi pada pembuluh darah arteri
yang dikelilingi oleh sejumlah besar darah subarachnoid. Vasospasme ini timbul sebagai
akibat langsung dari darah atau sebagian produk darah, seperti hematin atau produk
keping darah, pada dinding adventitia dari pembuluh darah arteri. Gejala vasospasme
22
neurologis fokal tergantung pada daerah yang terkena. Gejala-gejala berfluktuatif dan
dapat menghilang dalam beberapa hari atau secara gradual menjadi lebih berat.
terhadap pecahnya pembuluh darah serta adanya substansi vasotaktif seperti serotonin,
D.Hidrosefalus
Jika sejumlah besar darah, sebagai akibat ruptur pembuluh darah, merembes ke
dalam sistem ventrikel atau membanjiri ruang subarachnoid bagaian basal, darah tersebut
akan memasuki foramen Luschka dan Magendie. Dimana pasien akan mengalami
penurunan kesadaran hingga pingsan sebagai akibat dari hidrosefalus akut. Gejala akan
membaik jika dilakukan draining ventrikel, dengan ventrikulostomi eksternal, atau pada
beberapa kasus dapat dilakukan punksi lumbal. Hidrosefalus sub akut dapat terjadi akibat
blokade jalur cairan serebrospinal oleh darah setelah 2 hingga 4 minggu. Keadaan ini
2.4. Penatalaksanaan
dan mortalitas pada stroke. Terapi stroke hipertensi direkomendasi pada stroke iskemik
akut bila hipertensi berat menetap dengan sistole >220 mmHg dan diastole >120 mmHg.
23
Obat anti hipertensi yang sudah ada sebelum stroke tetap diteruskan pada fase awal stroke
Pada diastole >140 mmHg (atau >110 mmHg bila telah diberikan terapi
trombolisis), diberikan drip kontinyu Nikardipin, diltiazem, nimodipin, dll. Bial di sistole
>230 mmHg dan atau diastole 121 – 145 mmHg, diberikan labetolol IV 1-2 menit. Dosis
labetolol dapat diulang atau digandakan sampai penurunan tekanan darah yang
memuaskan atau sampai dosis kumulatif 300 mg yang diberikan bolus mini. Setelah dosis
Jika sistole 180 – 230 mmHg dan atau diastole 105 – 120 mmHg, terapi darurat
ditunda kecuali adanya bukti perdarahan intraserebral, gagal ventrikel kiri, gagal ginjal
akut, edema paru, diseksi aorta, ensefalopati, hipertensi dan sebagainya. Batas penurunan
vasogenik. Penurunan tekanan darah dapat menurunkan resiko perdarahn yang terus
menerus atau berulang. Anti hipertensi diberikan bila sistole >180 mmHg atau diastole
>100 mmHg.
Bila sistole >230 mmHg atau diastole >140 mmHg, dapat diberikan nikardipin,
Bila sistole 180 – 230 mmHg atau diastole 105 – 140 mmHg atau MAP 130
mmHg :
24
Labetolol 10 – 20 mg IV selama 1- 2 menit, ulangi atau gandakan setiap 10 menit
sampai dosis maksimum 300 mg atau dosis awal bolus diikuti labetolol drip 2 – 8
Nikardipin, atau ;
Diltiazem atau ;
Nimodipin
Pada fase akut tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20 – 25 % dari
tekanan MAP. Bila tekanan sistolik < 180 mmHg dan diastole <105 mmHg, pemberian
obat ditangguhkan. Tekanan perfusi dipertahankan >70 mmHg. Pada penderita dengan
riwayat hipertensi, penurunan tekanan darah MAP harus dipertahankan 130 mmHg. Bila
sistole turun <90 mmHg, harus diberikan vasopresor untuk menaikkan tekanan darah.
1. labetolol, dosis : 20-80 mg setiap 10 menit atau 2 mg per menit infus kontinyu,
onset : 5 - 10 menit, lama kerja 3 – 6 jam, efek samping mual, muntah, hipotensi,
jam, efek samping : blok nodus A-V, denyut prematur atrium, terutama pada usia
lanjut.
25
4. Esmolol, dosis : 200 – 500 μg/KgBB/menit untuk 4 menit, selanjutnya 50 – 300
hipotensi, mual.
Terapi Medikamentosa
Tirah baring total dengan posisi kepala ditinggikan 15-200 paling sedikit 3
minggu
Fisioterapi pasif beberapa kali sehari, Fisioterapi aktif tidak dilakukan dalam 3
minggu pertama.
Dapat digunakan kodein 30-60 mg po tiap 2-3 jam bila perlu, atau meperidine.
Penurunan tekanan darah dianjurkan pada fase akut , dikontrol agar tidak terjadi
hipotensi. Pada pasien normotensif atau hipertensi ringan (MABP < 120) tidak
26
Pasien yang membutuhkan terapi adalah pasien dengan MABP > 120 atau
tekanan sistolik > 180 mmHg dan MABP dipertahankan antara 100-120
Untuk kelainan jantung akibat PSA dapat diberikan B-bloker seperti Propanolol
Untuk perdarahan saluran cerna dapat dilakukan lavage lambung dengan NaCl,
Bila kejang dapat diberikan anti konvulsan : Phenytoin 10-15 mg/kg IV (loading
dose), kemudian diturunkan menjadi 100 mg/8 jam atau Phenobarbital 30-60 mg
Terapi Pembedahan
Dilakukan dalam keadaan darurat untuk penanganan tekanan tinggi intra kranial,
Hidrosefalus akut dapat diterapi dengan steroid, manitol atau pungsi lumbal
berulang
dengan cara ligasi pembuluh darah atau embolisasi melalui kateter intra arterial
lokal. Kala resiko perdarahan sekunder lebih kecil pada AVM dibandingkan
perdarahan.
27
Aneurisma Terapi pembedahan definitif terdiri dari clipping atau wrapping
Sebaliknya pada pasien yang stupor atau koma tidak diperoleh keuntungan dari
tindakan tersebut.
Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, jagung
dan gandum.
Obat akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan tekanan
darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari (memperlambat
pengosongan usus)
aterosklerosis.
28
Makanan/zat yang membantu memecah homosistein seperti asam folat vitamin
kali/minggu.
Makanan yang kaya vitamin C, E dan beta karoten buahan dan biji-bijian adalah
Minimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans fatty
Hindari makan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi rendah
29
Utamakan makanan yang mengandung polisakarida (nasi, roti, pasta, sereal dan
kentang)
Menghentikan Rokok
Melakukan aktivitas fisik aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang dll) secara
Mengendalikan stress dengan cara berfikir positif sesuai dengan jiwa sehat
menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah dan
30
TINDAKAN MEDIS PADA PREVENSI SEKUNDER STROKE
Sebagian penderita stroke atau dengan riwayat TIA berisiko untuk terserang
stroke atau TIA kembali, untuk itu diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya TIA
Upaya untuk mencegah serangan ulang stroke selain dari pengendalian dengan
gaya hidup sehat, juga mengendalikan faktor risiko yang dapat diubah, terapi
1. Antiplatelet
a) Aspirin
b) Clopidogrel
c) Ticlopidin
31
Mekanisme kerja: antiplatelet, inhibisi reseptor adenosine difosfat
d) Aspirin + Dipiridamol
Dosis dan cara pemberian: aspirin 25mg + Dipiridamol SR 200mg 2 kali sehari
e) Cilostazol
Efek samping: palpitasi, infak miokad, unstable angina, sakit kepala, mual,
2. Anti Koagulan
Warfarin
Dikumarol
3. Lain-lain:
Statin
Ace inhibitor.
32
2.5. Prognosis
Sekitar 30-60% penderita stroke meninggal dalam 3-4 minggu pertama setelah
onset (Marquadsen 1976). Herman dkk (1982) melaporkan dalam 3 minggu pertama
kematian penderita stroke sebanyak 30%. Angka kematian penderita stroke berbeda-
beda pada beberapa jenis stroke. Angka kematian tertinggi dijumpai pada PIS sekitar
60-90% meskipun dilakukan operasi kemungkinan hidup tidak lebih dari 50%
(Marquadsen 1976). Sedangkan emboli otak 60% dan trombosis otak 30% (Marshall
1975).
PIS sebanyak 28%, penderita PSA 46% dan penderita infark otak (trombosis otak)
80%.
1. Tipe stroke
Kematian penderita PIS lebih tinggi daripada penderita infark otak, dan prognosa
Lesi di batang otak akan menimbulkan gangguan motorik yang lebih berat
fungsi luhur.
33
3. Defisit Neurologik
- Defisit Motorik :
Bila dalam 1 bulan tanpa perbaikan menunjukkan prognosa yang buruk, dan
kemampuan dapat berjalan sendiri hanya 15% pada penderita yang anggota
gerak atasnya belum ada perbaikan sampai akhir minggu ke-4 atau tidak ada
- Defisit Sensorik :
- Gangguan Visual :
- Kesadaran
Pada penderita koma dalam beberapa jam setalah onset hampir seluruhnya
Dipengaruhi oleh :
1. Umur
Kematian penderita stroke dalam 1 tahun setalah onset umur 70-79 tahun dua kali
lebih tinggi dibandingkan penderita yang 20 tahun lebih muda (Marquadsen 1976)
2. Hipertensi
34
Prognosa akan bertambah buruk bila tekanan sistolik tinggi, tapi bila tekanan
darah terkontrol dengan baik, prognosa akan lebih baik. Kematian jangka panjang
penderita stroke yang disertai tekanan diastolik > 110 mmHg secara bermakna
3. Penyakit jantung
penyakit jantung berat akan meninggal dalam waktu 1 tahun setalah onset.
35
BAB III
PEMBAHASAN
dengan muntah setelah tidak sadar dan kejang kurang dari 5 menit, dan riwayat nyeri
kepala sejak seminggu sebelumnya. Dari pemeriksaan fiisk didapatkan kesadaran stupor
dengan GCS E1-V1-M2, pupil isokor dengan ukuran 4mm/4mm, refleks langsung dan
tidak langsung negatif, meningeal sign negatif, lateralisasi ke kanan. Dari hasil penilaian
menggunakan Siriraj Stroke Score didapat skor > 1 dan Gadjah Mada Score positif pada
penurunan kesadaran dan nyeri kepala. Dengan riwayat klinis ini, pasien didiagnosis kerja
Pada pasien ini dilakukan pemberian Infus NaCl 14 tetes per menit untuk
pemberian cairan dan sebagai jalur intravena. Dilakukan pemasangan NGT untuk
dekompresi isi lambung dan sebagai jalur pemberian obat oral pada pasien dengan
cairan keluar pada pasien. Pasien juga diberikan obat-obat injeksi yaitu Citicolin, yaitu
obat neurotropic yang membantu memperkuat aliran darah menuju otak agar
memperlambat kerusakan jaringan otak akibat iskemik. Pasien diberikan injeksi antrain
sebagai analgesik, injeksi ranitidin sebagai gaster protective terhadap interaksi obat lain.
Pasien diberikan injeksi mecobalamin sebagai vitamin untuk saraf. Pasien diberikan
fibrin. Pasien diberikan tablet Asthin Force sebagai antioksidan untuk memperlambat
kerusakan jaringan yang terjadi akibat iskemik dari perdarahan di otak. Pasien juga
36
diberikan amlodipine tablet 10 mg sebagai obat antihipertensif pada pasien stroke.
Keluarga pasien telah diberikan informasin mengenai penyakit yang diderita pasien dan
memahami risiko dan kemungkinan yang bisa terjadi. Pasien direncanakan untuk dirawat
nya waktu, dicurigai akibatnya besarnya perdarahan yang terjadi dan terjadinya proses
Setelah dilakukan pemberian terapi, selang 1 jam pasien mengalami apneu dan
henti jantung. Dilakukan bagging dan RJP selama 5 siklus, namun pasien tidak tertolong.
Hal ini sesuai dengan teori, bahwa angka kematian akibat stroke perdarahan cenderung
tinggi, terutama apabila terjadi herniasi dan lambatnya pasien dibawa ke UGD setelah
penurunan kesadaran. Angka mortalitas yang sangat tinggi membuat stroke hemmoragik
37
DAFTAR PUSTAKA
3. Badam, P. 2003. Poor Accuracy of The Siriraj and Guy’s Hospital stroke Scores in
Distingushing haemorrhagic from Ischaemic Stroke in a Rural, Tertiary Care Hospital.
The National Medical Journal of India. Vol.16/No.1 .
4. Gofir, A. 2009. Diagnosis Dini dan Penanganan Pertama Stroke. Fakultas Kedokteran
UGM/RS Sardjito Yogyakarta.
5. Guyton, A and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
9. Reese, A. 1992. The Design and Automated Testing of an Expert System For the
Differential Diagnosis of Acute Stroke. Montefiore Medical Center and the Albert
Einstein college of Medicine. 0195-4210/91.
10. Sacco RL, Adams R, Albers G, 2006. Guidelines for Prevention of Stroke in Patients
With Ischemic stroke or Transient Ischemic Attack 2006. A Statement for Healthcare
Professional From AHA/ASA. Stroke; 37 : 577-617.
38