Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TIMBANG TERIMA DALAM MANAJEMEN


KEPERARAWATAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

ERA RANDINI NPM.16.11.4066.E.A.0008

LIGUNA EFENDI ALAMSYAH P NPM.16.11.4066.E.A.0019

LUTFIA NOVI R NPM.16.11.4066.E.A.0020

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM KALIMANTAN TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penyususnan Makalah yang berjudul Timbang Terima Pendelegasian
Dalam Manajemen Keperarawatan dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk
menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan.

Terimakasih kepada ibu Ns. Dwi Widyaastuti.M.Kep yang telah memberikan


bimbingan selama pembuatan makalah dan tugas dalam mata ajar Manajemen Keperawatan,
serta nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat bagi kelompok.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kelompok dari pihak dosen
pembimbing maupun teman-teman mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penyusunan
makalah Manajemen Keperawatan ini penulis masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan perbaikan
dimasa yang akan datang.

Akhirnya kami berharap semoga makalah Manajemen Keperawatan ini dapat


bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca dan dapat dikembangkan dimasa yang akan datang,
Amin

Samarinda, 03 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………………...

BAB 2 KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN …………………………………………………………………………

B. TUJUAN………………………………………………………………………………..

C. MANFAAT …………………………………………………………………………….

D. LANGKAH-LANGKAH ………………………………………………………………

E. HAMBATAN-HAMBATAN …………………………………………………………..

F. HASIL TELAAH JURNAL (2 JURNAL TERBARU)…………………………………

BAB 3 PEMBAHASAN………………………………………………………………………...

BAB 4 PENUTUP

A. SIMPULAN …………………………………………………………………………….

B. SARAN …………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA (10 TAHUN TERAKHIR) ……………………………………………...


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

memaksimalkan peran dan fungsi perawat, khususnya peranan fungsi mandiri perawat.

Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antarperawat,

maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang mesti

ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian sif/timbang terima pasien

(Nursalam, 2014).

Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk menyampaikan dan

menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Timbang terima harus

dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap

tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan /belum

dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga

kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam,

2014).

Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat perhatian

penting bagi sistem pelayanan kesehatan.Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar

dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi

setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. World Health Organization

(WHO) Collaborating Center for Patient Safety Solutions bekerjasama dengan Joint

Commision International(JCI) pada tahun 2005 telah memasukan masalah keselamatan

pasien dengan menerbitkan enam program kegiatan keselamatan pasien dan sembilan

panduan/solusi keselamatan pasien di rumah sakit pada tahun 2007 (WHO, 2007).
Tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat menerbitkan

laporan yang dilakukan di rumah sakit di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian Tidak

Diduga (KTD) sebesar 2,9% dan 6,6% diantaranya meninggal, sedangkan di rumah

sakit yang ada di New York ditemukan 3,7% kejadian KTD dan 13,6% diantaranya

meninggal. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika

Serikat yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 sampai 98.000 dilaporkan

meninggal setiap tahunnya dan kesalahan medis menempati urutan kedelapan penyebab

kematian di Amerika Serikat. Publikasi oleh WHO pada tahun 2004, juga menemukan

KTD dengan rentang 3,2-16,6% pada rumah sakit diberbagai negara yaitu Amerika,

Inggris, Denmark, dan Australia (Depkes RI, 2006).

Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No.

1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada sembilan solusi

keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik dalam

keselamatan pasien.Timbang terima pasien termasuk pada sasaran yang kedua yaitu

peningkatan komunikasi yang efektif.

Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang tak

terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang dijalankan pasien

yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis, penundaan ruang darurat,

para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat mereka melaporkan perubahan

signifikan pasien, ketidakmauan bertindak sebelum suatu situasi menjadi krisis,

ketidakmauan membelanjakan uang untuk pencegahan, dokumentasi tak memadai dan

kurangnya komunikasi (Fabre, 2010).

Program keselamatan pasien (patient safety) adalah untuk menjamin

keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat kompleks dan


melibatkan berbagai praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu kedokteran dan ilmu

kesehatan. Kerja sama antarpetugas kesehatan sangat menentukan efektivitas dan

efisiensi penyediaan pelayanan kesehatan pada pasien. Rumah sakit sebagai institusi

pelayanan kesehatan harus merespons dan produktif dalam memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan seharusnya menunjuk

pada penampilan dari pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan upaya yang

harus diutamakan dalam penyediaan pelayanan kesehatan. Pasien harus memperoleh

jaminan keselamatan selama mendapatkan perawatan atau pelayanan di lembaga

pelayanan kesehatan, yakni terhindar dari berbagai kesalahan tindakan medis (medical

error) maupun kejadian yang tidak diharapkan (Koentjoro, 2007).

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian dari timbang terima keperawatan ?

b. Apa tujuan timbang terima keperawatan ?

c. Bagaimana prosedur dalam Timbang Terima keperawatan?

d. Bagaimana metode dalam Timbang Terima keperawatan?

e. Apa efek Timbang Terima dalam Shift Jaga?


C. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi penting

b. Tujuan Khusus

i. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).

ii. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada pasien.

iii. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh

perawat dinas berikutnya.

iv. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.


BAB 2

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN

Timbang terima atau disebut overan atau komunikasi saat serah terima tugas

antar perawat memerlukan suatu komunikasi mengenai kebutuhan pasien, intervensi

yang telah dan belum dilaksanakan serta mengenai respon pasien. Cara yang dilakukan

adalah dengan berkeliling dari pasien ke pasien lain dan melaporkan kondisi mereka

secara akurat di dekat pasien. Cara ini lebih efektif ketimbang hanya sekedar membaca

dokumentasi yang talah dibuat karena perawat dapat menerima overan secara nyata dan

tidak terlalu menyita waktu (Nursalam, 2014).

Timbang terima keperawatan adalah komunikasi oral dari informasi tentang

pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)

menyebutkan tentang definisi dari timbang terima adalah transfer tentang informasi

(termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang

berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi

tentang pasien. Timbang terima juga meliputi mekanisme transfer informasi yang

dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya

ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

B. TUJUAN

Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat

tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan

terjadi dan antisipasinya.


Menurut Nursalam (2014) Tujuan umum timbang terima adalah

mengkomunikasikan kondisi pasien dan menyampaikan informasi yang penting dan

tujuan khususnya adalah:

1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).

2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada klien.

3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh

dinas berikutnya.

4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima memiliki 2 fungsi utama; Sebagai forum diskusi

untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat dan sebagai sumber

informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan

keperawatan.

C. MANFAAT TIMBANG TERIMA

a. Bagi Perawat
i. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
ii. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab
antar perawat.
iii. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
iv. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
b. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
c. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara
komprehensif.
D. PROSEDUR DALAM TIMBANG TERIMA

Berikut adalah prosedur timbang terima menurut Nursalam (2014):

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap Nurse Karu, PP,

pergantian shift . Station PA

2. Yang pelu dipertimbangkan, semua

pasien baru dan pasien yang memiliki

permasalahan yang belum bisa teratasi

serta yang memerlukan observasi lebih

lanjut

3. PA/PP menyempaikan timbang terima

kepada PP shift berikutnya. Yang perlu

disampaikan:

S : Sebutkan nama pasien, umur,

tanggal masuk, dan hari perawatan,

serta dokter yang merawat.

Sebutkan diagnosis medis dan

masalah keperawtan yang belum

atau sudah teratasi/keluhan utama.

B : Jelaskan intervensi yang telah

dilakukan dan respons pasien dari

setiap diagnosis keperawatan.

Sebutkan riwayat alergi,

riwayat pembedahan, pemasangan

alat invasive, dan obatobatan


termasuk cairan infuse yang

digunakan. Jelaskan

engetahuan pasien dan keluarga

terhadap diagnosisi medis.

A : Jelaskan secara lengkap hasil

pengkajian pasien terkini seperti

tanda vital, skor nyeri, tingkat

kesadaran, braden score,status

restrain,risiko jatuh, pivas score,

status nutrisi, kemampuan eliminasi

dan lain-lain. Jelaskan informasi

klinik lain yang mendukung.

R : Merekomendasikan intervensi

keperawatan yang telah dan perlu

dilanjutkan (refer to nursing care

plan) termasuk discharge planning

dan edukasi pasien dan keluarga.

Pelaksanaan Nurse Staion Nurse Karu, PP,

1. Kedua kelompok dinas sudah siap (sif Station PA

jaga)

2. Kelompok yang bertugas menyiapksan

catatan

3. Karu membuka acara overan

4. Penyampaian yang singkat, padat, jelas

oleh perawat jaga


5. Perawat jaga selanjutnya dapat

melakukan klarifikasi, tanya jawab dan

melakukan validasi terhadap hal-hal

yang kurang jelas Penyampaian pada

saat timbang terima secara singkat dan

jelas

Di Bed Pasien Bed

6. Karu menyampaikan salam dan Pasien

menanyakan kebutuhan dasar pasien

7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji

secara penuh tentang masalah

keperawatan, kebutuhan dan intervensi

yang telah/belum dilaksanakan serta

hal penting lain selama masa perawatan

8. Hal khusus dan memerlukan perincian

matang sebaiknya dicatat untuk diserah

terimakan ke sif selanjutnya

Pasca 1. Diskusi Nurse Karu, PP,

Timbang 2. Pelaporan langsung dituliskan pada Station PA

Terima form timbang terima dengan

ditandatangani PP jaga dn PP jaga

berikutnya, diketahui oleh Karu

3. Ditutup oleh Karu


E. METODE DALAM TIMBANG TERIMA

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya: 1)

Menggunakan Tape recorder , Metode itu berupa one way communication. 2)

Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. 3) Menggunakan komunikasi tertulis

atau written.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk

dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk

dikombinasi.

Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman

implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:

1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk

adanya pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.

2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi

terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.

3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh

perawat penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca,

mengulang atau mengklarifikasi.

4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit,

termasuk perawatan dan terapi sebelumnya.

5. Timbang terima tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan

kegagalan informasi atau terlupa.

Berikut beberapa contoh model Timbang terima:

1. Timbang terima dengan menggunakan SBAR

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang

memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).


S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari

perawatan, serta dokter yang merawat.

b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang belum

atau sudah teratasi/keluhan utama.

B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien

Terkini)

a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari

setiap diagnosis keperawatan.

b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat

invasive, dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang

digunakan.

c. Jelaskan engetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi

medis.

A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)

a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti

tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden

score,status restrain,risiko jatuh, pivas score, status nutrisi,

kemampuan eliminasi dan lain-lain.

b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

R: Recommendation

Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu

dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan

edukasi pasien dan keluarga.

2. Timbang terima dengan metode tradisional


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005)

di sebutkan bahwa overan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:

1) Dilakukan hanya di meja perawat.

2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan

munculnya pertanyaan atau diskusi.

3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi

secara umum.

4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,

sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status

kesehatannya tidak up to date.

3. Timbang terima dengan metode bedside handover

Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang

sudah menggunakan model bedside handover yaitu timbang terima yang

dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau

keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback . Secara

umum materi yang disampaikan dalam proses overan jaga baik secara

tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada

handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

1. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan

terkait kondisi penyakitnya secara up to date.

2. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien

dengan perawat.

3. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi

pasien secara khusus.


Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang

kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya

komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.

F. EFEK- EFEK DALAM TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

Timbang terima atau overan jaga memiliki efek-efek yang sangat

mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek

dari shift kerja atau overan adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologi

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang

tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja

akibattimbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan

dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek

fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi

dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.

Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap

kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.

Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat

atau tidur, sehingga tidak dapatberpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut,

akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.


3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek

fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan

kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku

kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini

cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi

masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita

diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerj a

yang dilakukan Smith dkk (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa

fr ekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja

(malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi

tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan

industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa

kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak

terjadi pada shift malam.


G. HASIL TELAAH 2 JURNAL TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

a. Jurnal 1 “HUBUNGAN TIMBANG TERIMA (OPERAN SHIFT)

DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT

INAP BANGSAL RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO”

Metode pada penelitian ini yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2017

sampai Januari 2018 di pavilion Maria, pavilion Lukas, pavilion Hanna,

pavilion Ester RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Populasi pada penelitian

ini yaitu perawatpelaksana di ruang rawat inap bangsal sebanyak 44 perawatdan

sampel sebanyak 44 perawat yang di ambil menggunakan total sampling.

Instrumen dalam penelitian ini berupa berupa kuesioner timbang terima

sebanyak 20 pertanyaan dengan kriteria baik= >50 dan kriteria kurang= ≤50 dan

kuesioner kinerja sebanyak 29 pertanyaan dengan kriteria baik= >72,5 dan

untuk kriteria kurang baik= ≤72. Pengelolaahan data memalui editting, koding,

processing, cleaning. Analisa data univariat dan bivariat menggunakan uji chi

square dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05).

Hasil penelitian yang dilakukan pada 44 perawat pelaksana di ruang

rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran Kasih Manado dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Timbang terima (operan shift) yang ada di ruang rawat inap bangsal

RSU GMIM Pancaran Kasih Manado berada pada kriteria yang baik.

2. Sebagian besar perawat pelaksana di ruang rawat inap bangsal RSU

GMIM Pancaran Kasih Manado memiliki kinerja yang baik


3. Hasil terdapat hubungan yang signifikan antara timbang terima (operan

shift) dengan kinerja perawat perawat pelaksana di ruang rawat inap

bangsal RSU GMIM Pancaran Kasih Manado

b. Jurnal 2 “HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN

TIMBANG TERIMA (OVERAN) PASIEN DI RUANG RAWAT INAP

RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA”

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain

penelitian cross sectional study dengan populasi dalam penelitian ini

adalah semua perawat yang bertugas di ruang rawat inap Multazam,

Zam Zam, As Shafa dan Al Marwah yang berjumlah 32 orang perawat.

Terdiridari 7 orang perawat di ruang rawat inap Multazam, 9 orang

perawat di ruang rawat inap Zam Zam, 8 orang perawat di ruang rawat

inap As Shafa dan 8 orang perawa di ruang rawat inap Al Marwah di

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang tdengan jumlah sampel yang

diteliti 32 orang dengan teknik pengambilan sampel total populasi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

digunakan untuk mengukur pelaksanaan timbang terima dan beban kerja

perawat. Analisis data yang digunakan univariat untuk mengetahui

masing – masing distribusi frekuensi yang diteliti dan bivariat dengan

menggunakan uji statistic Chi-square dengan tingkat kepercayaan (CI)

95% dengan nilai (α = 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka

penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai Hubungan

Beban Kerja Perawat Dengan Timbang Terima (Overan) Pasien Di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Adahubungan
beban kerja perawat dengan timbang terima (Overan) pasien di ruang

rawat inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2017 dengan (ρ

value = 0,040).
BAB 3

PEMBAHASAN

Timbang terima keperawatan adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien

yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang

definisi dari timbang terima adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan

tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang

tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang terima juga meliputi

mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat

dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

Dari kedua jurnal yang telah dianalisis didapatkan bahwa :

1. Peneliti mengungkapkan profesionalisme dalam keperawatan dapat dicapai dengan

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat terutama peran dan fungsi mandiri

perawat, hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif

antar perawat.Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Dengan

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2011) menyatakan bahwa keefektifitas

komunikasi dalam timbang terima jika tidak dilakukan dengan benar maka akan

menimbulkan beberapa masalah diantaranya keterlambatan dalam diagnosa medis,

dan peningkatan kemungkinan terjadinya efek samping seperti munculnya kejadian

nyaris cidera (KNC) dan kejadian tidak diharapkan (KTD), juga konsekuensi lain.

2. Peneliti mengungkapkan bahwa timbang terima pasien (Handover) adalah salah

satu bentuk komunikasi efektif perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan

pada pasien yang dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi

yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik

memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana

perawatan serta menentukan prioritas pelayanan (nursalam, 2014; rushton, 2010).


dalam penelitian ini di lakukan di di ruang rawat inap rumah sakit islam ibnu sina

di dapatkan hasil penelitian sebesar 7 (46.7%) responden pelaksanaan timbang

terima kurang baik namun beban kerja perawat rendah. Hal ini jika dilihat dari

kuisioner 34.4% responden mengatakan bahwa kurangnya pengawasan atau

evaluasi kepala ruangan mengenai kesiapan pelaksanaan timbang terima, timbang

terima tidak tepat waktu dan tidak di hadiri oleh semua perawat, timbang terima

jarang di pimpin oleh katim dan ada terlihat timbang terima hanya di lakukan di

nurse station.
BAB 4

PENUTUP

A. SIMPULAN

Timbang terima keperawatan adalah komunikasi oral dari informasi tentang

pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)

menyebutkan tentang definisi dari timbang terima adalah transfer tentang informasi

(termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang

berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi

tentang pasien. Timbang terima juga meliputi mekanisme transfer informasi yang

dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya

ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

Apabila timbang terima dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak

manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut

a. Bagi Perawat

i. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

ii. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab

antar perawat.

iii. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang

berkesinambungan.

iv. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.

b. Bagi Klien

Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

c. Bagi Rumah Sakit

Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara

komprehensif.
B. SARAN

Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan

dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang timbang terima pada

keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat serta dapat kita

aplikasikan di dunia kerja nanti.


DAFTAR PUSTAKA

Friesen, A. M., et al. (2008). Handsoff: Implications for nurses. Ed: Hughes R.G.

diakses pada 24 September 2014.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/?report=printable

Kassean HK, Jaggo ZB. Managing change in the nursing handover from traditional to

bedside handover —A case study from Mauritius. BMC

Nursing. 2005 4(1) diakses 24 September 2014.

www.biomedcentral.com/1472-6955/4/1

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Saksono, A. (1991). Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis Bagi

Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Depnaker RI, Jakarta

Suarli S dan Bahtiar Yayan. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: erlangga

Anda mungkin juga menyukai