Anda di halaman 1dari 8

Dermatitis atopic

-Definisi
Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit keradangan kulit kronis, ditandai rasa gatal ringan sampai berat,
bersifat kumat-kumatan, sebagian besar muncul pada saat bayi dan anak. Meskipun saat ini didapatkan
kemajuan dalam penatalaksanaan DA, namun belum didapatkan pengobatan yang memuaskan.(jurnal
kedokoteran FK air langga)

-Epidemiologi
Belakangan ini prevalensi DA makin meningkat dan hal ini merupakan masalah besar karena terkait
bukan saja dengan kehidupan penderita tetapi juga melibatkan keluarganya. Di Amerika Serikat, Eropa,
Jepang, Australia dan Negara-negara industri lainnya, prevalensi DA pada anak mencapai 10 – 20 persen,
sedangkan pada dewasa 1 – 3 persen. Di Negara agraris, prevalensi ini lebih rendah. Perbandingan
wanita dan pria adalah 1,3:1. DA cenderung diturunkan. Bila seorang ibu menderita atopi maka lebih
dari seperempat anaknya akan menderita DA pada 3 bulan pertama. Bila salah satu orang tua menderita
atopi maka lebih separuh anaknya menderita alergi sampai usia 2 tahun dan bila kedua orang tua
menderita atopi, angka ini meningkat sampai 75 persen. 2.Watson W, Kapur S. Atopic dermatitis.
Allergy, Asthma & Clinical Immunology. 2011;7: Suppl 1:S4.

Etiologi dan Patomekanisme


Patogenesis DA belum sepenuhnya dipahami tetapi diduga merupakan interaksifaktor genetik, disfungsi
imun, disfungi sawar epidermis, dan peranan lingkungan serta agen infeksius.Fungsi sawar epidermis
terletak pada stratum korneum sebagai lapisan kulit terluar. Stratum korneum berfungsi mengatur
permeabilitas kulit dan mempertahankan kelembaban kulit, melindungi kulit dari mikroorganisme dan
radiasi ultraviolet, menghantarkan rangsang mekanik dan sensorik. Lapisan ini terbentuk dari korneosit
yang dikelilingi lipid, yang terdiri dari ceramide, kolesterol, dan asam lemak bebas. Ceramide berikatan
kovalen dengan selubung korneosit membentuk sawar yang menghalangi hilangnya air dari lapisan
kulit.Hidrasi korneosit juga dipengaruhi oleh produksi natural moisturizing factor (NMF) yang berasal
dari pemecahan fi lagrin dalam korneosit menjadi asam amino.Pada penderita DA ditemukan mutasi gen
fi lagrin sehingga mengganggu pembentukan protein yang esensial untuk pembentukan sawar kulit.
Gangguan fungsi sawar epidermis ini menyebabkan gangguan permeabilitas dan pertahanan terhadap
mikroorganisme. Transepidermal water loss (TEWL) menjadi lebih tinggi pada DA dibandingkan pada
kulit normal karena kandungan lipid stratum korneum pada DA juga berubah.Jumlah dan kandungan
ceramide jenis tertentu berkurang dan susunan lipid di stratum korneum juga berubah. Selain itu,
ukuran korneosit pada kulit pasien DA jauh lebih kecil dibandingkan korneosit kulit normal

Semuanya menyebabkan bahanbahan iritan, alergen, dan mikroba mudah masuk ke dalam kulit.Agen
infeksius yang paling sering terdapat pada kulit DA adalah Staphylococcus aureus yang membuat koloni
pada 90% pasien DA.Selain itu, pada DA terjadi defek respons imun bawaan (innate immunity) yang
menyebabkan pasien DA lebih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri.Pada faseawal DA respons sel T
didominasi oleh T helper 2 (Th2) tetapi selanjutnya terjadi pergeseran dominasi menjadi respons Th1
yang berakibat pada pelepasan kemokin dan sitokin proinfl amasi, yaitu interleukin (IL) 4, 5, dan tumor
necrosis factor yang merangsang produksi IgE dan respons infl amasi sistemik. Akibatnya, terjadi pruritus
pada kulit pasien DA.( 1. Williams HC, Chalmers JR, Simpson EL. Prevention of atopic dermatitis. F1000
Medicine Reports. 2012;4:24:1-5. 3. 2.Watson W, Kapur S. Atopic dermatitis. Allergy, Asthma &
Clinical Immunology. 2011;7: Suppl 1:S4.

-Diagnosis
Tidak ada uji diagnostik spesifi k untuk DA, diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan kriteria spesifi k dari
anamnesis pasien dan manifestasi klinis. Gatal, garukan, lesi eksematosa, kronik dan kambuhan,
adalahciri khas DA. Dermatitis atopik memiliki 3 fase, yaitu fase bayi pada usia 3 bulan sampai 2 tahun,
anak-anak pada usia 2 sampai 12 tahun, dan dewasa.1 Pada fase bayi, lesi terdapat di pipi, dahi, skalp,
pergelangan tangan, dan ekstensor lengan dan tungkai.,5 Pada fase anakanak, lesi terdapat pada fl eksor
lengan dan tungkai, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki. Sedangkan pada fase dewasa, lesi
terdapat pada fl eksor lengan dan tungkai (antekubiti dan poplitea), wajah terutama daerah periorbita
dan leher. 5 Pada anak yang lebih besar dan dewasa, lesi kulit sering berupa likenifi kasi atau penebalan.
Tanpa memandang usia, gatal pada DA umumnya berlangsung sepanjang hari dan lebih berat pada
malam hari sehingga mengganggu tidur dan mempengaruhi kualitas hidup.3 Diagnosis DA ditegakkan
jika terdapat paling sedikit 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor .Dermatitis atopik dapat memiliki
manifestasi lain, misalnya iktiosis vulgaris berupa hiperlinearis palmaris dan plantaris disertai skuama
poligonal seperti sisik ikan terutama kulit juga tidak spesifi k dan hanya menunjukkan hiperkeratotik
dengan infl amasi perivaskular.( Jamal ST. Atopic dermatitis: an update review of clinical manifestations
and management strategies in general practice. Bulletin of the Kuwait Institute for medical
specialization. 2007;6;55-62.)

GEJALA
Gejala klinis DA secara umum adalah gatal, kulit kering dan timbulnya eksim (eksematous inflammation)
yang berjalan kronik dan residiv. Rasa gatal yang hebat menyebabkan garukan siang dan malam
sehingga memberikan tanda bekas garukan (scratch mark) yang akan diikuti oleh kelainan-kelainan
sekunder berupa papula, erosi atau ekskoriasi dan selanjutnya akan terjadi likeni-fikasi bila proses
menjadi kronis . Papula dapat terasa sangat gatal (prurigo papules) bersamaan dengan timbulnya vesikel
(papulovesikel) dan eritema, merupakan gambaran lesi eksematous. Prurigo papules, lesi
eksematous dan likenifikasi dapat menjadi erosif bila terkena garukan dan terjadi eksudasi yang berakhir
dengan lesi berkrustae. Lesi kulit yang sangat basah (weeping) dan berkrusta sering didapatkan
pada kelainan yang lanjut (1, 5, 6, 7). Awitan timbulnya DA berdasar usia dapat terjadi pada masa bayi,
anak dan dewasa. Gejala pada bayi biasanya mulai pada wajah kemudian menyebar terutama ke daerah
ekstensor dan lesi biasanya basah, eksudativ, berkrustae dan sering terjadi infeksi sekunder. Pada
kurang dari setengah kasus kelainan kulit akan menyembuh pada usia 18 bulan, dan sisanya akan
berlanjut menjadi bentuk anak (1, 6). Lesi DA pada anak berjalan kronis akan berlanjut sampai usia
sekolah dan predileksi biasanya terdapat pada lipat siku, lipat lutut, leher dan pergelangan tangan. Jari-
jari tangan sering terkena dengan lesi eksudativ dan kadang-kadang terjadi kelainan kuku. Pada
umumnya kelainan pada kulit DA anak tampak kering, dibanding usia bayi dan sering terjadi likenifikasi.
Perubahan pigmen kulit bisa terjadi dengan berlanjutnya lesi, menjadi hiperpigmentasi atau kadang
hipopigmentasi bahkan depigmentasi (1, 4, 5).Pada DA bentuk dewasa lesi mirip dengan lesi pada anak-
anak usia lanjut (8-12 tahun) dengan didapatkan likenifikasi terutama pada daerah lipatan-lipatan dan
tangan. Selain gejala utama yang telah diterangkan, juga ada gejala lain yang tidak selalu terdapat, yang
dikenal dengan kriteria minor seperti pada kriteria diagnosis dari Hanifin-Rajka

((Herwanto,Nanny,dkk.Studi REtrospektif:penatalaksanaan dermatitis atopic.Jurnal FK


Universitas Airlangga :2012)
-Pengobatan

farmakologi
1. Pengobatan topikal
Hidrasi kulit
Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit menjadi lebih baik dan penderita
tidak menggaruk dan lebih impermeabel terhadap mikroorganisme/bahan iritan. Berbagai jenis
pelembab dapat dipakai antara lain krim hidrofilik urea 10%, pelembab yang mengandung asam
laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%. Pemakaian pelembab beberapa kali sehari, setelah
mandi. Kortikosteroid topikal Walau steroid topikal sering diberi pada pengobatan DA, tetapi
harus berhati-hati karena efek sampingnya yang cukup banyak. Kortikosteroid potensi rendah
diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Imunomodulator topical

A.Takrolimus
Bekerja sebagai penghambat calcineurin, sediaan dalam bentuk salap 0,03% untuk anak usia 2 –
15 tahun dan dewasa 0,03% dan 0,1%. Pada pengobatan jangka panjang tidak ditemukan efek
samping kecuali rasa terbakar setempat.
B. Pimekrolimus
Yaitu suatu senyawa askomisin yaitu suatu imunomodulator golongan makrolaktam. Kerjanya
sangat mirip siklosporin dan takrolimus. Sediaan yang dipakai adalah konsentrasi 1%, aman pada
anak dan dapat dipakai pada kulit sensitif 2 kali sehari.
Preparat ter
Mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit. Sediaan dalam bentuk salap
hidrofilik misalnya mengandung liquor carbonat detergent 5% - 10% atau crude coaltar 1% - 5%.
Antihistamin Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1
minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedatif.

2. Pengobatan sistemik
1.Kortikosteroid

Hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis
rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan
menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen. Antihistamin
Diberi untuk mengurangi rasa gatal. Dalam memilih anti histamin harus diperhatikan berbagai hal seperti
penyakit-penyakit sistemik, aktifitas penderita dll. Anti histamin yang mempunyai efek sedatif sebaiknya
tidak diberikan pada penderita dengan aktifitas disiang hari (seperti supir) .

IFN γ bekerja menekan respons IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel TH1.
Pengobatan IFN γ rekombinan menghasilkan perbaikan klinis karena dapat menurunkan jumlah eosinofil
total dalam sirkulasi. Siklosporin Adalah suatu imunosupresif kuat terutama bekerja pada sel T akan
terikat dengan calcineurin menjadi suatu kompleks yang akan menghambat calcineurin sehingga
transkripsi sitokin ditekan. Dosis 5 mg/kg BB/oral, diberi dalam waktu singkat, bila obat dihentikan
umumnya penyakit kambuh kembali. Efek sampingnya adalah peningkatan kreatinin dalam serum dan
bisa terjadi penurunan fungsi ginjal dan hipertensi.

2.Terapi sinar (phototherapy)


Dipakai untuk DA yang berat. Terapi menggunakan ultra violet β atau kombinasi ultra violet A dan ultra
violet B. Terpai kombinasi lebih baik daripada ultra violet B saja. Ultra violet A bekerja pada SL dan
eosinofil sedangkan ultra violet B mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi SL dan
mengubah produksi sitoksin keratinosit Probiotik
Pemberian probiotik perinatal akan menurunkan resiko DA pada anak di usia 2 tahun pertama. Chinese
herbal medications Chinese herbal medications mengurangi penyakit dan pruritus secara signifikan tetapi
hanya bersifat temporer..
(Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit-Kelaminj. Edisi kelima. Jakarta: FK UI /-Piliang, M. 2012.
Dermatitis Atopic. Disease Management Project. Diunduh pada tanggal 9 Maret 2013 dari
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/dermatology/atopic-
dermatitis/)

Non farmakologi

-Diet
Salah satu terapi non-farmakologis yang penting dalam DA adalah diet dan nutrisi. Makanan dianggap
sebagai “akar” dari timbulnyaDA.Banyakmengkonsumsimakanan cepat saji mungkin dapat meningkatkan
prevalensi kejadian DA. Hal ini dikarenakan kebanyakan fast food tinggi akan asam lemak khususnya asam
lemak trans. Asam lemak ini dapat memodulasi respon imun dan diasosiasikan dengan timbulnya DA.
Sedangkan makan sayuran dan buah-buahan dapat mencegahterjadinyaDA.

-Penghindaran allergen
Umumnya bagi orang awam mengartikan alergi makanan adalah semua reaksi yang tidak diinginkan
yang timbul akibat makanan (adverse food reaction). Sebenarnya alergi makanan yang dimaksud
adalah yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE), dan yang dapat menimbulkan reaksi dari yang
ringan seperti urtikaria sampai yang berat yang dapat mengancam jiwa (reaksi anafilaksis).
-Bahan baju,penderita DA sebaiknya memakai pakaian yg tebal.
- Iklimdantemperatur
Iklim dan sinar matahari (radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi aktivitas
DA. Suhu dan kelembaban lingkungan harus optimal yaitu sekitar suhu 33-
410C dengan kelembaban45-55%.
- Mandi
Mandi secara teratur dapat melembabkan kulit dan melepaskan krusta.
Mandi berendam 1-2 kali sehari selama beberapa menit dalam air hangat
(jangan terlalu panas) dengan pembersih kulit (skin cleaner) yang
mengandung pelembab sangat bermanfaat. Setelah mandi dan
dikeringkan, segera oleskan obat topikal, misalnya kortikosteroid, diikuti
dengan pelembab atau pelembab saja
- Penanggulanganstress
Dermatitis atopik adalah penyakit yang rawan kambuh karena dicetuskan
oleh stress. Kekuatan stres tergantung pada persepsi individu, peringkat
subjektif, dan sejauh mana peristiwa stres. Namun, efek yang sebenarnya
dari stres pada DA kurang dipahami karena kurangnya metode untuk
mengukur stres secara objektif. Stres dapat berinteraksi dengan jalur
kekebalan tubuh dengan bekerja pada sistem saraf pusat dan dengan
demikian mempengaruhisistemendokrin
- Fototerapi
Pada pasien DA yang ekstensif dan refrakter, fototerapi menggunakan
UVA, UVB atau kombinasi psoralen dengan UVA dapat menjadi pilihan.
Namun demikian, fototerapi dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit
dan meningkatkan risiko kanker kulit dalam jangka panjang sehingga
harus diresepkan denganhati-hati.
-WetWrapTherapy(balutbasah)
Terapi balut basah dapat meningkatkan
penetrasitransepidermalkortikosteroidtopikal. Balut basah (wet wrap
dressing) dapat diberikan sebagai terapi tambahan untuk mengurangi
gatal, terutama untuk lesi yang berat dan kronik atau yang refrakter
terhadap pengobatan biasa. Balut basah juga dapat berfungsi sebagai
pelindung efektif terhadap garukan sehingga mempercepat penyembuhan
lesi.
-Edukasi
Edukasi merupakan dasar dari suksesnya penatalaksanaan DA, yaitu
perawatan kulit yang benar dan menghindari penyebab. Edukasi
pengetahuan tentang penyakit khususnya pada pasien muda dan orang
tua mereka akan menyebabkan kepatuhan yang lebih tinggi serta stabilitas
psikologis. Pendidikan pasien juga memberikan kontribusi
signifikanuntukmeningkatkankualitashidup
(Ashariani,Septina.Tatalakasana Non-Farmakologi Dermatitis atopic.Jurnal FK Universitas
Lampung;November2015)
-Prognosis
PROGNOSIS Sebagian besar pasien DA akan membaik dengan tatalaksana yang tepat.1,3 Meskipun
demikian, pasien dan orang tua pasien harus memahami bahwa penyakit ini tidak dapat sembuh sama
sekali.1 Eksaserbasi diminimalkan dengan strategi pencegahan yang baik. Sekitar 90% pasien DA akan
sembuh saat mencapai pubertas, sepertiganya menjadi rinitis alergika dan sepertiga yang lain
berkembang menjadi asma.1,3 Prognosis buruk jika riwayat keluarga me miliki penyakit serupa, onset
lebih awal dan luas, jenis kelamin perempuan, dan bersamaan dengan rinitis alergika dan asma .( Jamal ST.
Atopic dermatitis: an update review of clinical manifestations and management strategies in general practice. Bulletin of the Kuwait
Institute for medical specialization. 2007;6;55-62.)

-Komplikasi

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stapilokokus aureus
3. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
(Jamal ST. Atopic dermatitis: an update review of clinical manifestations and management strategies in
general practice. Bulletin of the Kuwait Institute for medical specialization. 2007;6;55-62.)

-Pencegahan

1. Selalu menjaga kebersihan tubuh, mencuci tangan dengan sabun setelah bermain
ataupun setelah memegang sesuatu yang dapat mencetus munculnya iritasi

2. Mandi dengan air hangat serta menggunakan sabun khusus bayi, saya disarankan
menggunakan Lactacyd Baby. Caranya: tuang 3-4 sendok teh (atau sekitar @5ml)
Lactacyd Baby ke dalam wadah mandi, kemudian mandi seperti biasa, gosok dengan
lembut dan bilas hingga bersih.

3. Mengoles krim yang sudah diresepkan oleh dokter sampai bintik-bintik merah sembuh.
Jaga kulit tetap lembab.

4. Hindari makanan yang dapat memicu kambuhnya dermatitis atopik.

5. Hindari cuaca panas yang berlebihan atau banyak berkeringat, jika anak sudah mulai
banyak berkeringat segera ganti pakaian dengan pakaian yang bersih dan nyaman.

(Herwanto,Nanny,dkk.Studi REtrospektif:penatalaksanaan dermatitis atopic.Jurnal FK


Universitas Airlangga :2012)
Daftar pustaka :

. Jamal ST. Atopic dermatitis: an update review of clinical manifestations and management strategies in
general practice. Bulletin of the Kuwait Institute for medical specialization. 2007;6;55-62.)
. Williams HC, Chalmers JR, Simpson EL. Prevention of atopic dermatitis. F1000 Medicine Reports.
2012;4:24:1-5. 3.
Watson W, Kapur S. Atopic dermatitis. Allergy, Asthma & Clinical Immunology. 2011;7: Suppl 1:S4.
Baratawijaya, K.G. 2010. Imunologi Dasar. Jakarta: FK UI
Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit-Kelaminj. Edisi kelima. Jakarta: FK UI /-Piliang, M. 2012.
Dermatitis Atopic. Disease Management Project. Diunduh pada tanggal 9 Maret 2013 dari
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/dermatology/atopic-
dermatitis/)

(Herwanto,Nanny,dkk.Studi REtrospektif:penatalaksanaan dermatitis atopic.Jurnal FK


Universitas Airlangga :2012)
(Ashariani,Septina.Tatalakasana Non-Farmakologi Dermatitis atopic.Jurnal FK Universitas
Lampung;November2015)

Anda mungkin juga menyukai