Congestive Heart Failure
Congestive Heart Failure
Pembimbing :
Penyusun:
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Presentasi Kasus dan
Referat dengan topik “Congestive Heart Failure”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di stase Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Dalam kesempatan kali ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada :
1. Dr. Nurul, Sp.JP selaku pembimbing dalam presentasi kasus dan referat ini
2. Semua dokter dan staf Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bekasi
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bekasi
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat memuka wawasan serta ilmu pengetahuan
kita.
i
PENGESAHAN REFERAT
Judul :
030.13.246
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
BAB IV KESIMPULAN 55
DAFTAR PUSTAKA 55
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung atau Heart failure adalah Sindrom klinis yang terjadi pada pasien
karena didapatkan suatu kelainan struktur atau fungsi jantung, sehingga menimbulkan
gejala klinis (dispnea, kelelahan, edema & lainnya) yang mengakibatkan pasien sering
rawat inap, kualitas hidup yang buruk, dan harapan hidup pendek.(1,2) Keadaan ini dapat
timbul dengan atau tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa
gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian
preload dan afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada pasien.(1)
Penderita gagal jantung di dunia sekitar 20 juta jiwa. Gagal jantung lebih
sering diderita oleh pasien usia lanjut. Menurut American Heart Association pada
tahun 2000 sekitar 4,7 juta jiwa penduduk Amerika Serikat (AS) menderita gagal
jantung dan setiap tahunnya diperkirakan terdapat kasus baru sebanyak 550.000
jiwa.(3) Di Indonesia, prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis
dokter di Indonesia sebesar 0,13 %, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,3 %.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS MEDIK
BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUD KOTA BEKASI
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Iim Rohimah
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Jalan setia 1-L No. 5, RT/RW 004/010, Jaticempaka
Pondok Gede
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Karyawati Swasta
Tanggal masuk RS : 25 November 2017
No. RM : 09712601
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan pada tanggal Senin 25 November 2017 pukul 07.30
WIB secara autoanamnesa di bangsal Bougenvile RSUD Kota Bekasi oleh
dokter muda Siti Nurjanah.
A. Keluhan Utama
Sesak napas sejak ± 1 minggu SMRS
B. Keluhan Tambahan
lemas, mual, sakit kepala dan bengkak pada kedua kaki
2
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita 32 tahun datang ke Rumah Sakit RSUD Kota Bekasi
dengan keluhan sesak napas sejak ± 1 minggu SMRS. Sesak nafas
dirasakan seperti tertimpa beban berat dan semakin lama semakin
memberat. Sesak nafas dirasakan timbul mendadak terutama jika pasien
berjalan dan beraktivitas (naik turun tangga, mengepel, menyapu)
berkurang jika pasien beristirahat. Saat sesak, tidak terdengar suara “ngik”
tanpa adanya factor pencetus seperti debu, bulu kucing, ataupun asap
rokok. Sesak juga dirasakan pasien pada malam hari ketika pasien tidur
sehingga pasien sering terbangun karena sesak nafas. Pasien lebih nyaman
tidur dengan 2-3 bantal agar tidak merasa sesak.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah lemas, nyeri kepala,
mual yang dirasakan 2 hari SMRS, dan pasien juga mengeluh bengkak
pada kedua tungkai, bengkak sudah dialami pasien sejak 1 minggu SMRS.
Tidak ada bagian tubuh lain yang bengkak.
Pasien mengaku tidak merasa demam sebelumnya, batuk
berdahak, muntah, diare ataupun nyeri perut. Buang air besar dan buang
air kecil normal
3
sehingga pasien tidak datang berobat. Namun keluhan semakin memberat
dan bengkak pada kedua tungkai belum pernah dirasakan pasien
sebelumnya.
Pada bulan juli 2016 saat pasien mengandung anak pertama pasien
di diagnosa oleh dokter mengalami hipertensi dalam kehamilan dan
berlanjut hingga saat ini.
Riwayat kencing manis tidak dimiliki pasien, riwayat
hiperlipidemi tidak diketahui. Gangguan fungsi ginjal ataupun gangguan
fungsi hepar tidak dimiliki pasien. Pasien juga tidak mempunya riwayat
infeksi maupun riwayat pengobatan paru. Riwayat alergi makanan, udara,
ataupun obat tidak ada. Riwayat asma juga tidak ada.
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan yang berlemak
seperti makanan yang mengandung santan, jeroan dan goreng-gorengan.
Tidak pernah berolahraga. Pasien menyangkal merokok, mengkonsumsi
minuman beralkohol ataupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
4
BB : 48 kg
TB : 155 cm
BMI : 20 = Gizi Baik
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 36 x/menit
Suhu : 360C
3. Status Generalis
a. Kesadaran
GCS : E4M6V5 = 15 ( Compos Mentis )
b. Kulit : Warna kuning langsat, tidak ikterik maupun
sianosis
c. Kepala : Bentuk normal, normocephali, rambut
hitam distribusi merata.
d. Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-) , sclera ikterik
(-)/(-), pupil bulat isokhor dengan diameter
3mm / 3mm, reflex cahaya (+)/(+), reflex
cahaya tak langsung (+)/(+), oedema
palpebra (-)/(-)
e. Telinga : Normotia, secret (-)/(-), darah (-)/(-)
f. Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum,
darah (-)/(-), pernapasan cuping hidung (-)
g. Mulut :
Bibir : bentuk normal, simetris, mukosa warna
merah muda, basah, tidak pucat,
tidak sianosis
Gigi dan gusi : gigi geligi lengkap, oral hygine baik.
Lidah : bentuk normal, simetris, tidak ada deviasi,
5
permukaan tidak kotor, tepi tidak hiperemis
Uvula : letak di tengah, tidak tremor, tidak
hiperemis, tidak membesar
6
yang bermakna
Auskultasi : Bising usus (+) 2x/menit
Hematologi
Leukosit 10.800 5.000 – 10.000/uL Meningkat
Hemoglobin 12.1 13 – 17.5 g/dL Dbn
Hematrokit 37.3 40 – 54 % Dbn
Trombosit 394 150 – 400 ribu/uL Dbn
Kimia Klinik
Troponin 1 0.01 ˂0.02 mg/dL Dbn
Diabetes
GDS 86 60 – 110 mg/dL Dbn
Elektrolit
Natrium (Na) 138 135 – 145 mmol/L Dbn
Kalium (K) 3,7 3.5 – 5.0 mmol/L Dbn
Clorida (Cl) 99 94 – 111 mmol/L Dbn
7
B. Elektrokardiografi (EKG), 26 September 2017
Interpretasi EKG
Interpretasi
Komponen
26 september
Aksis Normal
8
Q Patologis / Gelombang QS (-)
ST elevasi (-)
ST depresi (-)
Kesan :
Iskemik miokard
Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi atrium kiri
C. Foto Thoraks
9
COR
- CTR > 50%
- Pinggang jantung menghilang
- Apeks tertanam
Pulmo
- Corakan bronkhovaskular normal
- Kranialisasi (-)
- Sinus kostofrenikus tajam kanan kiri
- Diafragma baik berpotongan pada iga 6
V. RESUME
Pasien wanita 32 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak ±
1 minggu SMRS. Sesak nafas dirasakan seperti tertimpa beban berat dan
semakin lama semakin memberat. Sesak nafas dirasakan timbul mendadak
terutama jika pasien berjalan dan beraktivitas,berkurang jika pasien
beristirahat. Sesak juga dirasakan pasien pada malam hari ketika pasien
tidur sehingga pasien sering terbangun karena sesak nafas. Pasien lebih
nyaman tidur dengan 2-3 bantal agar tidak merasa sesak.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah lemas, nyeri kepala,
mual yang dirasakan 2 hari SMRS, dan pasien juga mengeluh bengkak
pada kedua tungkai, bengkak sudah dialami pasien sejak 1 minggu SMRS.
Tidak ada bagian tubuh lain yang bengkak. Pasien memiliki riwayat gagal
jantung dan hipertensi Pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan
yang berlemak seperti makanan yang mengandung santan, jeroan dan
goreng-gorengan. Tidak pernah berolahraga.
Pada pemeriksaan fisik diapatkan : Keadaan umum tampak sakit
sedang; Kesadaran Compos mentis; Tekanan Darah 160/80 ; Nadi 90
x/menit ; Pernapasan 36 x/menit ; Suhu 360C. Status generalis didapatkan
10
pada pemeriksaan leher JVP 5 ± 4 cmH20, distensi vena jugularis dextra
(+), pada pemeriksaan toraks batas jantung kiri di ICS 6 dua jari lateral
garis Mid klavikularis kiri. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatan
Pitting Oedem pada kedua tungkai pasien.
Pemeriksaan penunjang EKG didapatkan kesan iskemik miokardium
hipertrofi atrium kiri dan Hipertrofi Ventrikel Kiri. Pada pemeriksaan
Rontgen Toraks didapatkan gambaran karidomegali tanpa bendungan paru
kiri. Pada pemeriksaan Laboratorium darah didapatkan Leukosit meningkat.
XI. PENATALAKSANAAN
A. Non Medika Mentosa
Tirah baring & restriksi cairan
O2 Nasal Kanul 4L/menit
B. Medika Mentosa
ISDN 3x5 mg
Injeksi Lasix 3x5 mg
Aspilet 1x80 mg
11
Spironolakton 1x25 mg
Clopidogrel 1x75 mg
X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad functionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam
Follow Up
26 September 2017
12
pitting oedem (+)/(+)
Laboratorium (25
september)
Leukosit: 10.8ribu/uL
Hemoglobin: 12.1 g/dL
Hematokrit: 37.3%
Trombosit:394 ribu/uL
Troponin I: 0.01 mg/dL
GDS: 86 mg/dL
Natrium: 138 mmol/L
Kalium: 3,7 mmol/L
Clorida: 99 mmol/L
27 September 2017
13
mual (+), N : 93 x/m mg
muntah (-),
sakit kepala RR : 22x/m Aspilet 1x80 mg
(+)↓, BAB S : 36 C Spironolakton 1x25
dan BAK
lancar, makan SpO2: 98% mg
(N) Mata : CA-/-, SI-/- Clopidogrel 1x75
Paru : suara nafas mg
vesikuler +/+, ronkhi
-/-, wheezing -/-
Jantung : BJ 1-2
reguler, murmur(-),
gallop (-)
Abdomen : Supel,
BU 2x/m, nyeri
tekan(-),
hepatomegali (-)
Ekstremitas : pitting
oedem (-)/(-)
Foto thorax:
Cardiomegaly tanpa
bendungan paru
28 September 2017
14
mual (-), N : 80 x/m mg
muntah (-),
sakit kepala RR : 22x/m Aspilet 1x80 mg
(+)↓, BAB S : 36 C Spironolakton 1x25
dan BAK
lancar, makan SpO2: 98% mg
(N) Mata : CA-/-, SI-/- Clopidogrel 1x75
Paru : suara nafas mg
vesikuler +/+, ronkhi Pasien BLPL
-/-, wheezing -/-
Jantung : BJ 1-2
reguler, murmur(-),
gallop (-)
Abdomen : Supel,
BU 2x/m, nyeri
tekan(-),
hepatomegali (-)
Ekstremitas : pitting
oedem (-)/(-)
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
Gambar 3.1 Bentuk dan ukuran jantung
17
Gambar 3.2 Ruang jantung
18
3.1.3 Katup-katup jantung
1) Katup trikuspid
2) Katup pulmonal
19
menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan
darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspid
4) Katup aorta
Katup aorta terdiri dari tiga daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir ke seluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
20
3.1.4 Komponen sistem induksi jantung
1. Sinoatrial
2. Atrioventrikular
3. RA, LA, RV, LV
4. Pace maker (pusat picu jantung)
21
3.2. Fisiologi jantung (1)
1. Nodus sinoatrial (nodus SA) adalah suatu masa jaringan otot jantung
khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di
bawah pembukaan vena cava superior. Nodus SA mengatur
frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.
2. Nodus atrioventrikular (nodus AV) berfungsi untuk menunda impuls
seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi
kontraksi ventricular. Berkas AV berfungsi membawa impuls di
sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel.
3. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu
menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan
hantaran serabut otot jantung.
22
3.2.2 Siklus jantung
3. Sistole ventrikular
Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai
berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan
mendorong katup A-V untuk segera menutup.
23
4. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi.
Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole adalah
sekitar 50 ml. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume
diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml).
5. Diastole ventrikular
Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan
dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta
dan trunkus pulmonarius, sehingga katup semilunar menutup (bunyi
jantung kedua). Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat
penutupan katup semilunar aorta. Ventrikel kembali menjadi rongga
tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk
dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun
tajam dari 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh di bawah tekanan
atrium, katup A-V membuka, dan siklus jantung dimulai kembali.
24
Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak
wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul
karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang
menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang
memungkinkan aliran balik darah.
25
Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla
oblongata.
Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi
frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut
parasimpatis dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf
mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi
pengeluaran impuls dari nodus SA dan memperpanjang
waktu hantaran melalui nodus V-A.
2. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung
berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam
sistem kardiovaskular.
Prereseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitif terhadap
perubahan tekanan darah.
(a) peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang memperlambat frekuensi jantung.
(b) penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar
melalui pusat medular.
Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan
tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi
suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk
mempertahankan tekanan darah.
3. Pengaruh lain pada frekuensi jantung
Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir
semua saraf pada kulit, seperti reseptor untuk nyeri, panas,
dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem
saraf pusat.
Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan
elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang
mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat
atau berkurang.
26
3.2.6 Curah Jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung
per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki
berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan. Perhitungan
curah jantung yaitu curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup.
3.4 Epidemiologi
Penderita gagal jantung di dunia sekitar 20 juta jiwa. Gagal jantung
lebih sering diderita oleh pasien usia lanjut. Pada case-studied di Polandia,
rata-rata usia pasien gagal jantung adalah 75 tahun. Di Inggris usia rata-rata
penderita gagal jantung 65 tahun. Menurut American Heart Association
pada tahun 2000 sekitar 4,7 juta jiwa penduduk Amerika Serikat (AS)
menderita gagal jantung dan setiap tahunnya diperkirakan terdapat kasus
baru sebanyak 550.000 jiwa.(6)
Di Amerika Serikat, penderita gagal jantung lebih sering diderita
oleh pria daripada wanita dengan prevalensi 5,64 dan 3,27 per 1000
27
penduduk. Pada usia diatas 40 tahun, risiko menderita gagal jantung adalah
1 dari 5 penduduk. Pada studi yang dilakukan Framingham insiden gagal
jantung adalah 10 dari 1000 penduduk ketika usia diatas 65 tahun.(7) Di
Indonesia, prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter
di Indonesia sebesar 0,13 %, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,3 %.(8)
Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di
Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter
tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa
Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala
tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%),
sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen.(8)
Di AS, 20% penyebab kematian pada penduduk adalah karena gagal
jantung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Framingham Heart
Study, mortalitas dalam 30 hari adalah sekitar 10%, mortalitas dalam 1
tahun 20-30%, dan mortalitas dalam 5 tahun sekitar 45-65%. Ketika
penderita gagal jantung pernah mengalami perawatan di rumah sakit,
mortalitas meningkat.Sebuah studi di Worchester, mortalitas dalam 5 tahun
meningkat menjadi 75% setelah perawatan di rumah sakit untuk pertama
kalinya. Penelitian yang dilakukan di Eropa, mortalitas dalam 1 tahun
adalah 11 % dan mortalitas dalam 5 tahun adalah 41%.(7)
3.5 Klasifikasi
28
tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari pemeriksaan jasmani, foto
thoraks, atau EKG dan hanya dapat dibedakan dengan doppler-
ekokardiografi(2)
29
2. Gagal jantung kronis (menahun): Sindroma klinis kompleks akibat
kelainan struktural atau fungsional yang mengganggu kemampuan
pompa jantung atau mengganggu pengisian jantung.(5) Gagal
jantung kronik secara khas diamati pada pasien dengan
kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvuler yang
berkembang secara lambat. Kongesti perifer sangat mencolok, tapi
tekanan darah kadang masih terpelihara dengan baik.(2)
3.6.1 Preload
Preload didefinisikan sebagai derajat peregangan serabut
miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau diastolik. Meningkatnya
beban awal sampai titik tertentu memperbanyak tumpang tindih antara
filamen-filamen aktin dan miosin , sehingga kekuatan kontraksi dan curah
jantung meningkat. Hubungan ini dinyatakan dengan Hukum Starling, yaitu
peregangan serabut-serabut miokardium selama diastole akan meningkatkan
kekuatan kontraksi pada sistole. Prinsip dasar Preload telah di deskripsikan
oleh Frank Straling. Dalam percobaannya diyatakan bahwa semakin
ventrikel melebar selama fase diastole, semakin besar pula volume yang di
ejeksikan pada fase systole. Pengukuran yang dapat dilakukan untuk
menentukan besarnya Preload adalah Volume Akhir Diastole (EDV) atau
Tekanan Akhir Diastolik (EDP).
Jika Preload meningkat maka EDV akan meningkat dan Stroke
Volume juga akan meningkat melalui mekanisme Frank-Starling. Artinya,
fungsi ventrikel normal dapat mengeluarkan Stroke Volume yang sama
dengan volume pengisian ventrikel selama diastole asalakan Afterload dana
Kontraktilitas jantung normal. Sedangkan jika terdapat gangguan dalam
pengisian ventrikel selama fase diastole, maka EDV akan menutun dan
Stroke Volume akan menurun.
30
Beban awal dapat meningkat dengan bertambahnyavolume diastolik
ventrikel, misalnya karena retensi cairan, sedangkan penurunan beban awal
dapat terjadi pada diuresis. Secara fisiologis, peningkatan volume akan
meningkatkan tekanan pada akhir diastole untuk menghasilkan perbaikan
pada fungsi ventrikel dan curah jantung, namun pada ventrikel yang gagal,
penambahan volume ventrikel tidak selalu disertai perbaikan fungsi
ventrikel. Peningkatan tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan
bendungan paru atau sistemik, edema akibat transudasi cairan, dan
mengurangi peningkatan lebih lanjut dari volume dan tekanan. Perubahan
dalam volume intrakardial dan perubahan akhir pada tekanan bergantung
pada kelenturan daya regang ruang-ruang jantung. Ruang jantung yang
sangat besar, daya regangnya dapat menampung perubahan volume yang
relatif besar
3.6.2 Afterload
Afterload menggambarkan tahanan yang harus dilawan oleh
ventrikel saat menjalankan fungsinya untuk mengosongkan ventrikel.
Afterload juga menggambarkan Ventricular Wall Stress. Hipertensi
merupakan hal yang paling sering menyebabkan peningkatan afterload. Hal
tersebut menyebabkan ventrikel harus berkerja lebih keras untuk memompa
darah. Peingkatan afaterload menyebabkan peningkatan Ventricular Systolic
Pressure dan End Systolic Volume serta menyebabkan menurunnya Stroke
Volume. Menurut Hukum Laplace, ada tiga variabel yang mempengaruhi
tegangan dinding yaitu ukuran atau radius intraventrikel, tekanan sistolik
ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri yang meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel dapat meningkatkan tekanan sistolik
ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat meningkatkan radius
intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai
konsekuensi lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir.
Dahulu gagal jantung dianggap merupakan akibat dari berkurangnya
kontraktilitas dan daya pompa jantung, sehingga diperlukan inotropik untuk
31
meningkatkan kontraktilitas, dan diuretik serta vasodilator untuk
mengurangi beban jantung. Sekarang gagal jantung dianggap sebagai
remodeling progresif akibat beban atau penyakit pada miokard sehingga
pencegahan progresivitas dengan penghambat neurohumoral (neurohumoral
blocker) seperti ACE-inhibitor, angiotensin reseptor blocker dan beta-
blocker diutamakan disamping obat konvensional (diuretik dan digitalis),
ditambah dengan terapi yang muncul belakangan ini seperti bedah
rekonstruksi ventrikel kiri (LV reconstruction surgery) dan mioplasti.
3.6.3 Kontraktilitas
Kontraktilitas merupakan usaha miokardium untuk menyesuaikan
keadaan dengan Preload dan Overload jantung yang dihasilkan dari
pengaruh hormonal dan reaksi kimia. Kontraktilitas menunjukkan
perubahan-perubahan dalam kekuatan kontraksi atau keadaan inotropik
yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan dalam panjang serabut.
Pemberian obat-obat inotropik positif seperti katekolamin atau digoksin,
akan meningkatkan kontraktilitas, sedangkan hipoksia dan asidosis akan
menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi dari kontraktilitas
miokardium.
3.7 Etiologi
32
penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amiloidosis jantung, keadaan
curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa). Dominan sisi kanan:
gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup
trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli
pulmonal masif.
Fibrosis jantung
33
Penyakit Jantung Pulmonal
Kor pulmonal
Penyakit kardiovaskular
pulmonal
Faktor Risiko
Faktor risiko major
Usia, pria, hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri, MI, penyakit jantung katup, obesitas,
diabetes
Immune-mediated
Kardiomiopati peripartum, hipersensitivitas.
Infeksi
Virus, parasit (Changas disease), bacterial
Genetik
SNP (α2CDel322-325, β1Arg389 ), riwayat penyakit keluarga, penyakit jantung
34
kongenital.
3.9 Patofisiologi(2,9,10)
Gagal Jantung merupakan hasil akhir dari berbagai macam penyakit
kardiovaskular. Penyebabnya seperti yang telah disebutkan di atas dapat dibagi
menjadi 3 kelompok :
a. Gangguan kontraktilitas jantung = Systolic Dysfunction
b. Peningkatan Afterload
c. Gangguan dalam pengisian ventrikel = Diastolic Dysfuntion
35
volume menurun dan menyebabkan kongesti retrograd ke paru bahkan
sampai sirkulasi sistemik.
36
Volume. Namun keadaan ini jika dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan ventrikel semakin gagal berkontraksi.
2. Perubahan Neurohormonal
Perubahan neurohormaonal terjadi akibat respon dari
penurunan Cardiac Output. 3 sistem yang berperan penting adalah
(1) Sistem saraf adrenergic, (2) Sistem Renin-Angiotensis-
Aldosteron dan (3) Sekresi Anti-Diuretic Hormone. Ketiga system
tersebut teraktivasi sebagai kompensasi untuk mempertahankan
perfusi darah dan pksigen ke organ vital tubuh.
Sistem saraf adrenergik teraktivasi akibat adanya perubahan
tekanan pada baroreseptor du Sinus Karotis dan Arkus Aorta.
Reseptor tersebut mendeteksi adanya penurunan tekanan darah,
kemudian sinyal akan di transmisikan melalui Nervus Kranialis IX
dan X ke pusat kardiovaskular di Medulla Oblongata . hasilnya,
system simpatis akan bekerja dengan jalan : (1) meningkatkan
denyut nadi, (2) meningkat kontraktilitas dan (3) vasokonstriksi
sistemik. Peningkatan denyut nadi dan kontraktilitas jantung
bertujuan untuk meningkatkan Cardiac Output, sedangkan
vasokonstriksi bertujuan untuk meningkatkan tekanan darah untuk
mempertahankan perfusi jaringan. Peningkatan tahanan perifer
menyebabkan peningkatan afterload ventrikel kiri sehingga Stroke
Volume juga menurun.
Sistem Renin-Angiotensis-Aldosteron teraktivasi karena
terjadi penurunan perfusi di sel juxtaglomerular ginjal. Rennin
adalah enzim yang dikeluarkan ginjal untuk mengubah
Angiotensinogen yang ada di sirkulasi darah menjadi
Angitensinogen I dan akan dirubah lagi menjadi Angiotensin II oleh
Angiotensin Converting Enzyme (ACE). ANgiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan tahanan perifer
untuk mempertahakan tekanan darah sistemik. Sedangkan hormone
37
Aldosteron menyebabkan retensi Sodium yang berperan untuk
retensi cairan intravascular. Peningkatan volume intravskular
menyebabkan terjadinya peningkatan Preload ventrikel kiri.
Hormon Anti Diuretik dikeluarkan oleh kelenjar pituitary
posterior akibat stimulasi dari sekresi Angiotensin II. Hormone
ADH bekera meningkatkan volume intravascular denagn cara
mereabsorbsi cairan di tubulus distal nefron.
38
Gambar 3.10 Peran Neurohormonal
39
Gambar 3.11Patofisiologi Gagal Jantung
40
Tabel 3.3. Gejala Klinik Gagal Jantung (12)
Gagal Jantung Kiri
Gejala
Sesak nafas Peningkatan tekanan onkotik pada kapiler pulmonal
yang mengakibatkan ekstravasasi cairan ke
intertisial paru. Keadaan tersebut memhambat
pertukaran gas dan meningkatkan resistensi udara.
Ortopnoe Ketika posisi supine terjadi redistribusi cairan
Paroksismal nocturnal ekstravasasi ke perifer akibat dari ventrikel tidak
dipsnoe mampu beradaptasi dengan peningkatan volume
darah dengan cepat. Keadaan ini memperparah
tekanan dari kapiler pulmonal dan memperberat
edema di interstisial paru.
Batuk dengan sputum Akibat kongesti pulmonal, Ruptur pada vena
frothy-blood bronkial menyebabkan hemomptisis
Gangguan memori Manifestasi akibat penurunan perfusi di otak
Pengurangan jumlah urin Pengurangan perfusi di ginjal, yang dapat
mengakibatkan acute kidney injury (AKI) atau
chronic kidney diasease (CKD)
Nokturia Pada posisi supine, terjadi peningkatan aliran darah
menuju ginjal, menyebabkan diuresis
Tanda
Cardiac Asma Ronki dan wheezing yang disebabkan oleh
obstruksi karena edema pulmonal
Regurgitasi mitral Muncul ketika ventrikel dilatasi dan menarik katup
mitral sehingga fungsi mitral tidak sempurna
Pulsus alternans Muncul pada disfungsi ventrikel
41
Gagal Jantung Kanan
Gejala
Edema perifer, edema sakral, Peningkatan tekanan hidrostatis
asites atau edema anasarka
Hepatosplenomegali Sirkulasi hepar dan lien tidak adekuat karena aliran
balik vena
Anoreksia/ penurunan berat Kongesti pada interstisial dan hepar menurunkan
badan nafsu makan, menurunkan absorpsi lemak, protein-
wasting enteropati, peningkatan metabolisme akibat
peningkatkan konsumsi oksigen jantung dan energi
yang hilang karena dipsnoe
Tanda
Peningkatan JVP Peningkatan aliran darah vena dan aliran balik tidak
adekuat
Tanda Kussmaul Peningkatan tekanan pada atrium
Regurgitas trikuspid Muncul ketika ventrikel dilatasi dan menarik katup
trikuspid sehingga fungsi katup trikuspid tidak
sempurna
Gagal Jantung Kiri atau Kanan
Nyeri dada Primer iskemi miokard atau coronary artery disease
(CAD) atau sekunder akibat peningkatan tekanan
saat pengisian ventrikel, kegagalan cardiac output
atau hipoksemia
Palpitasi Sinus takiardi: kompensasi akibat dari gagal jantung
Atrial/ventricular takikaritmia: dilatasi dari ruangan
jantung
Lemah/ mudah lelah Hipoksemia yang kronis akibat gangguan perfusi
jaringan yang mengakibatkan penurnan kekuatan
otot dan gangguan metabolisme
42
Tanda
S3 gallop Pengisian abnormal akibat dilatasi ventrikel
S4 gallop Kekuatan kontraksi atrium yang berlebihan sebagai
kompensasi melawan tekanan ventrikel
Kardiomegali Secara kronik jantung memompa lebih kuat dan
terjadi dilatasi dari otot jantung
3.11.2 Radiologi
1. Foto Rontgen Toraks PA
Dapat menunjukkan adanya kardiomegali dengan tanda
Cardio-Thoracic ratio > 50%. Rontgen toraks juga dapat
menunjukan adanya edema paru sebagai tanda dari kongesti paru
2. Ekokardiografi
Digunakan untuk mencari kelainan structural pada jantung
seperti kelainan katup : Stenosis dan regurgitasi Aorta, Stenosis dan
regurgitasi Mitral dan juga dapat melihat hipertrofi ventrikel, untuk
evaluasi dan monitor fungsi sistolik ventrikel kiri dan kanan secara
43
regional dan global, fungsi diastolik, struktur dan fungsi valvular,
kelainan perikard, komplikasi mekanis dari infark akut, adanya
disinkroni, juga dapat menilai semi kuantitatif non invasive, tekanan
pengisian dari ventrikel kanan dan kiri, stroke volum dan tekanan
arteri pulmonalis yang dengan demikian dapat menentukan strategi
pengobatan.(13)
44
3.12 Diagnosis
Kriteria diagnosis gagal jantung dapat menggunakan kriteria Framingham.
*Suatu diagnosis yang pasti dari CHF memerlukan 2 kriteria mayor atau 1
kriteria mayor + 2 kriteria minor yang terjadi bersmaan.
45
dari gagal jantung. Klasifikasi menurut ACCF/AHA menggambarkan progresifitas
gagal jantung yang secara individual maupun populasi. Klasifikasi NYHA lebih
berfokus kepada kapasitas dan status penyakit itu sendiri.(3)
The New York Heart Association ( NYHA ) umum dipakai untuk
menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik, yang mana
klasifikasinya sebagai berikut (3) :
STAGE EXAMPLES
Stage A: At high risk for HF but HTN, CAD, DM, cardiotoxins,
without structural heart disease or FHx of CM
symptoms of HF
Stage B: Structural heart disease but Previous MI, LV systolic dysfunction,
without symptoms of HF asymptomatic valvular disease
Stage C: Structural heart disease with Known structural heart disease, SOB and
prior or current symptoms of HF fatigue, reduced exercise tolerance
46
3.13 Diagnosis Banding
Gejala dari gagal jantung menyerupai beberapa gejala dari penyakit lainnya,
terutama yang berasal dari sistim respirasi. Diperlukan anamnesa yang lebih dalam
untuk menggali gejala yang ada. Berdasarkan gejala, diagnose banding dibagi
menjadi 2, yaitu gejala sesak dan oedem.(12)
3.14 Tatalaksana(1,10)
3.14.1 Tatalaksana Farmakologis
1. Penatalaksanaan Gagal Jantung dengan Hipertensi dan Reduced EF
Padap pasien gagal jantung dengan hipertensi, sangat penting untuk
menurunkan dan memantau terus tekanan darahnya. Penggunaan oabt
diuretic terukti mengurangi gejala gagal jantung pada psien dengan
hipertensi. Kombinasi dengan obat ACE Inhibitor, ARBs, CCB dan Beta
Blocker menambah efektivitas.
47
Tabel 3.6 Rekomendasi Obat Anti Hipertensi
48
2. Rekomendasi Diuretik
Diuretik dgiunakan untuk mengurangi volume intravascular dan
mengurangi transudasi cairan ke jaringan interstisial. Diuretic sudah
menjadi obat pilihan untuk pasien gagal jantung. Diuretik yang sudah biasa
dipakai adalah Loop diuretic (Furosemide). Golongan Thiazide menjadi
obat pilihan untuk pasien gagal jantung dengan hipertensi. Target
pemberian diuretic adalah untuk menghilangkan gejala retensi cairan.
3. Obat Lain
Golongan tatin di rekomendasikan untuk diberikan pada pasien
gagal jantung akut mengingat efeknya untuk mencegah penyakit
kardiovaskular. Statin juga digunakan untuk menurunkan kolesterol pada
pasien gagal jantung dengan hiperlipidemi. Efek lain yang diberikan satin
yaitu efek anti inflamasi, mencegah stress oksidativ dan meningkatkan
stabilitas vascular.
49
Tabel 3.7 Rekomendasi Obat Diuretik
50
Tabel 3.8 Target pengobatan pada Pasien dengan Gagal Jantung
Target Pengobatan pada Pasien dengan Gagal Jantung Akut
Segera/saat perawatan di ruang intensif
Memperbaiki keluhan-keluhan
Memperbaiki oksigenasi
Memperbaiki perfusi organ dan hemodinamik
Mencegah kerusakan jantung dan ginjal
Perawatan di ruang intensif sesingkat mungkin
Saat Perawatan di ruang perawatan (intermediate)
Stabilkan pasien dan optimalkan strategi terapi
Mulai pengobatan terapi farmakologi yang tepat untuk penyelamatan
Pertimbangan pemasangan alat bantu untuk pasien yang tepat
Perawatan RS sesingkat mungkin
Jangka panjang dan penanganan saat berobat jalan
Rencanakan startegi terapi lanjut
Diingatkan kemabli untuk penyesuaian pola hidup yang tepat
penjelasan mengenai pencegahan sekunder
Pencegahan perawatan ulang
Memperbaiki kualitas hidup dan harapan hidup
3.15 Komplikasi
Komplikasi gagal jantung meliputi: (10)
51
.15.2 Gangguan fungsi ginjal
Gagal jantung melemahkan kemampuan jantung untuk memompa
darah, hal ini dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh termasuk ginjal.
Penurunan fungsi ginjal umumnya terjadi pada pasien dengan gagal jantung,
baik sebagai komplikasi gagal jantung dan sebagai komplikasi berbagai
penyakit lainnya yang berhubungan dengan gagal jantung (seperti diabetes).
Studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan gagal jantung dan gangguan
fungsi ginjal meningkatkan risiko komplikasi jantung termasuk rawat inap
dan kematian.
Aritmia
1. Fibrilasi atrium adalah mengalahkan cepat bergetar di ruang atas
jantung. Ini adalah penyebab utama stroke dan sangat berbahaya pada
penderita gagal jantung.
2. Takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel adalah aritmia serius yang
dapat terjadi pada pasien ketika fungsi jantung secara signifikan
terganggu.
Depresi
Studi menunjukkan bahwa depresi mungkin memiliki efek biologis
yang merugikan pada sistem kekebalan tubuh dan saraf, pembekuan darah,
tekanan darah, pembuluh darah, dan irama jantung. Orang yang depresi
mungkin gagal untuk mengikuti petunjuk medis dan tidak dapat menjaga
diri mereka sendiri.
Angina dan serangan jantung
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama gagal
jantung, pasien dengan gagal jantung memiliki risiko lanjutan untuk angina
dan serangan jantung.
Kongesti paru
Cardiac arrest
Sudden death.
Tromboemboli
52
Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis
vena dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan
emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan
pemberian warfarin
53
metabolik. Pasien dengan gagal jantung akut memiliki prognosis yang
sangat buruk.
54
BAB IV
KESIMPULAN
55
DAFTAR PUSTAKA
56
13. Manurung D. Gagal Jantung Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th
edition. Jakarta: Interna Publishing;2009: 1586-95
14. Figueroa MS, Peters JI. Congestif Heart Failure : Diagnosis,
Pathophysiology, Theraphy, and Implications for Respiratory Care. Resp
Care 2006;51:403-12
57