Disusun Oleh:
410016038
YOGYAKARTA
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIKUM
Disusun oleh :
410016038
Laporan ini dibuat sebagai pertanggung jawaban atas kegiatan mata kuliah
Praktikum Geologi Minyak Bumi tahun ajaran 2018/2019, Jurusan Geologi,
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
DISAHKAN OLEH
(………………………..) (………………………..)
LABORATORIUM SOFTROCK
YOGYAKARTA
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
maka tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah
membantu kami. dan terima kasih juga untuk para pihak yang sudah terlibat
langsung.
pada hasil Laporan Akhir Praktikum Geologi Minyak Bumi yang sudah kami buat.
Semoga laporan ini memberi banyak kegunaan pada semua pihak termasuk diri
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
5.1.2. Interpretasi ........................................................................................... 86
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR TABEL
7
Bab I Geologi Minyak Bumi
1.1 Pendahuluan
Geologi Minyak Bumi adalah ilmu geologi yang mempelajari minyak bumi,
persyatan diantaranya:
➢ Batuan Induk,
➢ Kematangan,
➢ Reservoar,
➢ Migrasi,
➢ Perangkap
Istilah minyak bumi di Indonesia dikenal dengan sebagai minyak tanah, yang
berarti minyak yang keluar dari dalam tanah. Di Negara barat dikenal sebagai
petroleum, yang dalam Bahasa latin Oleum berarti minyak dan petro berarti
batu. Disebut juga sebagai minyak mentah (crude oil). sedangkan istilah yang
paling tepat adalah minyak bumi, karena terdapat di dalam bumi, bukan di
dalam tanah.
8
Bab II Operasi Pemboran
2.1. Dasar Teori
Operasi Pemboran merupakan proses kelanjutan dari eksplorasi untuk
mengetahui lebih lanjut atas keterdapatan minyak atau gas bumi di bawah
pemboran, logistic, dan perangkat pemboran (drilling rig) yang akan digunakan.
proses pemboran serta mengurangi kendala secara teknis yang mungkin timbul
pemboran, dan bit yang akan digunakan sangat berpengaruh kepasa cost
➢ Pemboran Deliniasi
9
Untuk mengetahui penyebaran, batas, dan ketebalan reservoir. Pemboran ini
biasanya tidak terlalu banyak menghabiskan biaya karena sudah ada data
yang pertama.
➢ Pemboran Pengembangan/Eksplorasi
seperti kedalaman dan ketebalan reservoir serta jenis dan sifat batuan pada
formasi yang sudah ditembus oleh mata bor. Sumur eksplorasi dapar diubah
Kegiatan ini bertujuan untuk hidrokarbon dari area yang tidak terambil oleh
fluida tertentu ke formasi dan memiliki aliran fluida dari atas ke bawah.
vertical.
10
Gambar 1 Sumur Vertical
11
Gambar 3 Sumur Horizontal
1. Rig darat (land rig), merupakan rig yang beroperasi di daratan yang
dibedakan atas rig besar dan rig kecil. Pada rig kecil biasanya hanya
over. Sementara itu untuk rig besar digunakan untuk operasi pemboran
baik secara vertical maupun directional. rig darat ini dirancang secara
12
Gambar 4 Ring Darat
air, yaitu:
a. Swamp barge, rig ini merupakan jenis rig laut yang beroperasi pada
b. Tender barge, merupakan jenis rig laut yang sama dengan model
swamp barge, namun dipakai pada kedalaman yang lebih lagi yaitu
pada kedalaman 10-30 meter. Rig jenis ini digunakan dengan cara
13
memobilisasi rig ke dalam sumur, kemudian ditenggelamkan
c. Jack up rig, rig jenis ini banyak digunakan pada pengeboran lepas
pantai dengan kedalaman 5-200 meter. Rig ini memiliki badan atau
tug boat. Rig jenis ini bisa dipakai untuk melakukan pengeboran
sumur-sumur eksplorasi.
14
Gambar 7 Jack up rig
berstruk baja. Pada umumnya memiliki bentuk yang kecil dan sangat
cocok berada di laut dangkal maupun laut tenang. Rig jenis ini sering
permukaan dasar laut. Karena jenis rig ini sangat stabil, mala rig ini
15
sering dipakai pada lokasi yang memiliki gelombang laut besar dan
cuaca yan buruk. Rig ini dipakai pada kedalaman 90-750 meter.
f. Drill ship, merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakkan
dalam. Rig ini didirikan diatas kapal dan bagian bawahnya terbuka
daratan.
16
A. Perangkat Pemboran
hingga saat ini sistem peralatan bor putar adalah teknologi yang paling tepat
peralatan bor putar ini memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung
dapat dibagi menjadi lima sistem peralatan utama, yaitu, sistem angkat
putar ini dikenal dua jenis sistem putar yakni sistem Kelly dan top drive.
disambungkan ke top drive dan putaran yang dihasilkan adalah dari motor
17
Gambar 11 Bagian Rig
memberikan ruang kerja yang cukup bagi crew pengeboran dan untuk
melepaskan rangkaian pengeboran seperti bit, drill collar, drill pipe dan atau
18
Gambar 12 Sistem Angkat
beratan pada pahat dalam mengebor suatu formasi. Putaran bersumber dari
putaran rotary table (apabila menggunakan Kelly) atau dari putaran motor
pada top drive. Besarnya putaran yang diinginkan biasanya disebut dengan
19
Gambar 13 Sistem Putar
equipment)
sebagai berikut:
20
lumpur dalam steel mud pit dihisap oleh pompa - pipa tekanan – stand pipe
– rotary hose – swivel head – kelly – drill pipe – drill collar – bit – annulus
drill collar – annulus drill pipe – mud line/flow line, shale shaker – steel
sehingga prime mover yang diperlukan dapat mencapai empat unit. Prime
21
fungsi angkat, putar, pemompaan, penerangan, dan lain-lain. Dengan
demikian perencanaan dan pemilihan tipe dan jenis prime mover yang
mematikannya.
22
Pengertian Casing
Casing adalah pipa yang dimasukkan kedalam sumur bor dimana casing ini
memiliki beberapa fungsi yang penting baik dalam pekerjaan pemboran (drilling)
maupun dalam pekerjaan penyelesaian sumur (completion). Casing merupakan
komponen yang cukup mahal dan harus diperhitungkan dalam pekerjaan pemboran
karena biasanya biaya untuk casing berkisar antara 25% sampai dengan 30% dari
keseluruhan biaya pemboran suatu sumur.
Casing terdiri dari 5 (lima) tipe dasar, yaitu :
1. Conductor Casing
2. Surface Casing
3. Intermediate Casing
4. Production Casing
5. Liner
➢ Conductor Casing
Conductor casing (conductor pipe) ini ditanamkan pada titik dimana suatu
300 ft tergantung dari kondisi lokasi yang akan dibor. Ukuran diameter
pipe ini harus mempunyai ukuran yang lebih besar agar casing berikutnya
formation).
23
➢ Surface Casing
casing ini akan sangat bergantung dari kedalaman formasi yang tidak solid
diameter antara 9-5/8 inci sampai dengan 20.0 inci. Karena temperatur,
kedalaman lobang bor, maka pemilihan jenis besi casing (grade) harus
➢ Intermediate Casing
intermediate casing ini ukuran diameternya antara 9 5/8 inci sampai dengan
13 5/8 inci.
24
Kegunaan Intermediate Casing:
➢ Production Casing
dimasukkan kedalam lobang bor. Ukuran production casing ini akan sangat
tinggi produksi suatu sumur akan semakin besar ukuran production casing
➢ Linear
25
Kegunaan Liner :
B. Standarisasi Casing
standard dan spesifikasi untuk casing dan tubing yang digunakan dalam
baik untuk casing maupun untuk tubing ialah berat per satuan panjang
(weight per unit length) yang biasanya ditulis dengan pound per foot (ppf).
yang mencakup derat pin dan coupling nya untuk setiap panjang 20 feet.
• Plain End Weight: Berat batangan casing dimana casing tersebut diukur
derat pada kedua ujungnya dan coupling pada salah satu ujungnya.
26
• R-2: Kisaran panjang setiap batangan casing antara 25 ft sampai dengan
• R-3: Kisaran panjang setiap batangan casing lebih dari 34 ft, 95%
metal dari casing. Didalam penulisan property besi dari casing, “huruf” akan
minimum yield point dari casing. Misalkan: Casing J-55 berarti casing
tersebut memiliki grade “J” dan minimum yield point casing ini besarnya
55.000 psi.
27
2.2. Interpretasi
Pada kedalaman 6433 ft hingga kedalaman 6445 ft dapat di Tarik kesimpulan
bahwa lingkungan pengendapannya yaitu laut dalam (lower fan), lalu pada
kedalaman 6445 ft hingga kedalaman 6454 ft masuk ke dalam lingkungan
pengendapan laut dangkal, lalu pada kedalaman 6454 ft hingga 6460 masuk ke
dalam lingkungan pengendapan transisi.
28
2.3. Laporan Resmi Operasi Pemboran
29
Bab III Analisis Sampel Pemboran
a. PenampakanNoda
b. Bau
30
Biasanya batuan yang mengandung hidrokarbon mempunyai
c. Fluoroscopic
berfluorensi.
31
Residu Warna Fluorescensi
Batu gamping / dolomite Kuning/ kekuning-kuningan
Batu gamping pasiran Coklat-coklat tua
Paper shale Kuning- coklat kopi
Fosil Kuning putih – kuning coklat
Napal Kuning tua – abu-abu coklat
Grease atau Gemuk Putih susu
Solar Putih terang
Kulit kumbang Biru
32
3.1.2 Interpretasi
Warna, m dkgy (20%), gy (10%), ltgy (40%), m ltgy (30%), grain size, vf
Warna, ltgy (20%), nltgy (30%), md lgy (40%), gush (20%), mg (20%), Vf
Warna, lgty (20%), mdltgy (30%), m dkgy (20%), gy (30%), grain size, uf
33
3.1.3 Laporan Resmi Analisis Cutting
34
3.2. Analisa Sampel Coring
Untuk dapat menentukan bahwa suatu reservoir migas dapat/ pantas untuk
Jumlah hidrokarbon yang ada di reservoir dapat di hitung antara lain dengan
metode volumetric. Data yang diperlukan disini antara lain porsitas , saturasi dan
dapat diperoleh dari beberapa macam test dan analisa antara lain adalah :
1. Logging
2. Analisa batuan
3. Analisa tekanan.
dari batuan reservoir. Pemboran khusus ini sangat mahal biayanya karena
membutuhkan peralatan khusus dan memakan waktu lebih lama dari pemboran
yang diperlukan data-data petrofisiknya terutama pada zone produktif. Hasil dari
coring diharapkan merupakan data yang valid sehingga perlu penanganan yang
cermat. Banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas coring
antara lain :
35
➢ Teknik pelaksanaan operasi Coring
Peralatan Coring
1. Core bit : adalah pahat yang khusus untuk coring berbeda dengan pahat
tetapi core bit akan memotong batuan berbentuk silinder. Pemilihan jebis core bit
tergantung pada batuan formasi yang akan diambil contohnya. Dibawah ini salah
2. Core Barrel : alat ini berfungsi untuk tempat contoh yang diperoleh dari coring
yang dapat menjaga keutuhan core dan melindungi core darui pengaruh luar
ini terletak diatas pahat ( cor bit) ada outer barrel ada inner barrel.
3. Core Catcher : berfungsi untuk menahan core/contoh batuan agar tidak jatuh
dari
36
inner barrel.
Macam-macam coring
coring Sesuai dengan alat yang digunakan maka bottom core dibedakan menjadi:
> Conventional coring yaitu coring yang menggunakan core bit biasa atau diamond
bit. Ukuran core yang didapat adaloah diameter antara 3 – 5 inch dan panjang
>Wire-line Retrievable coring dimana pada cara ini alat diturunkan kedasar
sumur tanpa mengangkat drill string. Ukuran core yang diperoleh dengan cara ini
yang telah dibor. Sample diambil dari dinding lubang bor dengan diameter ¾ - 1
37
Perawatan core ( Core Handling).
Kualitas/ keakuratan core yang diperoleh adalah sangat penting agar analisa
yang dilakukan memberikan hasil yang representative dan akurat. Pada saat core
konsevasi core dilapangan umumnya dilakukan dengan beberapa cara yaitu antara
lain :
1. Dengan dibungkus plastic tipis ( glad warp), lalu dibungkus lagi dengan
aluminium foil ( kertas auminium), diberi label ( nama sumur, kedalaman) dan
diberi tanda panah arah top & bottom) setelah itu core dicelupkan dalam plastic
wax ( seal peel ). Core yang sudah dibungkus disusun dalam kotak kayu diurutkan
sesuai dengan kedalamannya.. cara ini umumnya digunakan untuk batuan yang
yang kedua ujungnya ditutrup rapat dan diluar pralon diberi label
lansung dipasang dalam core barrel. Jadi sampai permukaan core sudah langsung
terbungkus dalam pipa karet.. Core dalam rubber sleeve dipotong setiap 3 ft dan
ujungnya ditutup rapat. Dalam pengiriman core ini disimpan dalam kotak kayu.
38
Gambar 19 Sample Core
Yang harus diperhatikan adalah sebelum core diawetkan core tidak boleh
dicuci hanya boleh dibersihkan dengan lap yang sebelumnya dibasahi dengan
Analisa core ( inti batuan) pada prinsipnya adalah menentukan sifat sifat
petrofisika dari batuan reservoir yang sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu
lapangan Migas karena sifat-sifat ini dibutuhkan oleh bagian geologi, pemboran,
1. Porositas 6. Wettabilitas
2. Permeabilitas 7. Kompresibilitas
39
Analisa core dibedakan menjadi dua yaitu :
Analisa khusus ini menentukan sifat –sifat khusus dari batuan reservoir
lain-lain.
Test yang dilakukan dalam aanalisa khusus ini dibedakan menjadi dua yaitu static
test dan dimanik test. Statik test menentukan antara lain kompresibilitas, tekanan
Hubungan dari analisa rutin dan analisa khusus adalah bahwa hasil analisa
rutin akan dipilih untuk digunakan dalam analisa khusus dengan jalan plot antara
permeabilitas dengan porositas atau ( √ k/ø ). Sampel dipilih dengan range harga
1. Conventional plug core adalah core yang dianalisa diambil dengan jalan
dibor sejajar
40
dengan pelapisan dalam bentuk silinder dengan diameter 1 atau 1 ½ inch.
Umumnya
2. Full diameter core yaitu core yang dianalisa sesuai dengan diameter
aslinya dengan
panjang kira-kira 8 inch. Core jenis ini umumnya diterapkan pada formasi
yang
3. Whole core dimana seluruh core dianalisa , ini biasanya untuk batuan
yang heterogen
4. Sidewall core adalah contoh batuan yang diambil dari sidewall coring (
diambil dari
Setiap core akan dibagi-bagi untuk beberapa pengukuran (test) antara lain :
2. Porositas
3, CEC
4. SEM
41
LUMPUR PEMBORAN (DRILLING FLUID, MUD)
yang dapat terdiri dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan
kimia, gas, udara, busa maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai
"lumpur" (mud). Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat
kinerja lumpur pemboran. Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara lain
42
Komposisi lumpur pemboran.
Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis
formasi yang ditembus oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan
➢ Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju
penembusannya.
➢ Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk
bertekanan tinggi (dikenal sebagai "kick"). Bila keadaan ini tidak dapat
mulanya tujuan utama dari lumpur pemboran adalah untuk mengangkat serbuk bor
yang diharapkan dari lumpur pemboran. Banyak additif dengan berbagai fungsi
berupa fluida sederhana menjadi campuran yang kompleks antara fluida, padatan
fungsi-fungsi utama dari lumpur pemboran yang diharapkan adalah sebagai berikut:
43
2) Mengangkat serbuk bor kepermukaan dan membersihkan dasar lubang
bor.
kerja ulang) kita mengenal type/ sistim lumput yang berbeda-beda pula, seperti :
lumpur tajak untuk permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang
sangat terbatas.
membutuhkan berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubanh yang
ion-ion Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh
4) Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl))
44
mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistim ini dapat
6) Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap
atau kompatibel dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia yang larut
dalam air. Sistim Lumpur ini Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi
desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang
ramah lingkungan
7) Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether,
dan poly alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut.
Lumpur ini sekwaalitas dengan Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan
45
3.2.2 Interpretasi
46
3.2.3 Laporan Resmi Analisa Coring
47
Bab 4 Geokimia Hidrokarbon
cekungan sedimen, baik yang ada di lepas pantai maupun di darat. Saat ini batuan
Sumatra Utara, Jawa Timur, dan Cekungan Palawan (Kusumastuti drr., 2001;
Agar minyak dan gas Bumi dapat terbentuk dan tersimpan dalam perut
1. Terdapatnya batuan induk atau source rock, yaitu batuan sedimen yang
2. Adanya migrasi, yaitu proses berpindahnya minyak dan gas Bumi yang
4. Adanya perangkap minyak dan gas Bumi atau yang biasa disebut oil trap,
dalamnya
48
5. Terdapatnya batuan penutup yang merupakan batuan sedimen kedap air,
yang menyebabkan minyak dan gas Bumi tidak bisa keluar lagi sampai
Ada beberapa pengertian dari batuan induk ataupun sorce rock yaitu sebagai berikut
1. Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang
2. Pengertian batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau
telah menghasilkan hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and
Cassa, 1994).
3. Source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang
Ada beberapa istilah mengenai batuan induk yang harus kita pahami, antara lain :
1. Batuan Induk efektif (effective source rocks) adalah batuan sedimen yang
2. Batuan induk yang mungkin (possible source rocks) adalah batuan sedimen
3. Batuan Induk potensial (potential source rocks) adalah batuan sedimen yang
49
mengeluarkan hidrokarbon diketahui jika tingkat kematangan termal
Batuan induk (source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa mereka
dihasilkan :
mendalam
b. Tipe 2 sumber batuan terbentuk dari plankton laut dan bakteri tetap
menghasilkan baik minyak dan gas ketika termal retak selama penguburan
dalam.
c. Tipe 3 batuan sumber terbentuk dari bahan tanaman darat yang telah
diurai oleh bakteri dan jamur dalam kondisi oxic atau sub-oxic: mereka
ketika termal retak selama penguburan dalam. Kebanyakan serpih bara dan
50
1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon organic
yang terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan
Ada 5 hal yang akan di perhatikan dalam analisis dan evaluasi batuan induk, yaitu
tumbuhan yang telah mati pada masa lampau dengan proses pembentukan yang
sangat rumit. Sampai saat ini, beberapa bagian daripada proses pembentukan
hidrokarbon masih belum dapat dimengerti. Namun secara garis besar diketahui
bahwa material organik ini berasal dari tumbuhan dan alga yang terlindungi dengan
baik pada sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah tanpa oksigen
(anoksik). Kandungan organik ini akan berubah oleh adanya reaksi kimia dan
biologi pada suhu yang rendah (diagenesis) yang terjadi selama proses transportasi
dan pengendapan.
51
Perubahan kimia pada tahapan ini akan berkurang dengan hilangnya
kandungan oksigen (O2) dari material organik dalam bentuk air (H2O) dan
porositas dan permeabilitas sedimen akan menurun, sementara suhu akan naik.
pada akhirnya proses diagenesis organik akan terhenti. Dengan naiknya suhu, maka
molekul yang lebih kecil dan mudah bergerak. Pada tahap perubahan akhir
(metagenesis), produk pokoknya akan terdiri dari molekul gas yang lebih kecil.
Kerogen yang terbentuk dari material organik yang berbeda, atau pada kondisi
diagenetik yang berbeda, akan memiliki perbedaan secara kimia satu sama lain.
Adanya perbedaan ini juga akan memberi perbedaan pada karakteristik hidrokarbon
yang dihasilkan.
Batuan induk, yang dicirikan oleh jumlah kandungan organik tipe tertentu
akan terendapkan pada konisi tertentu. Kondisi yang tepat untuk pembentukan
– Suplai detritus yang kaya material organik dalam jumlah yang banyak
52
– Sedimentasi pada daerah dengan energi rendah
akan membatasi aktivitas bakteri aerobik dan organisme biturbasi yang sangat
dimana kebutuhan oksigen lebih besar daripada suplai oksigen. Oksigen biasanya
dikonsumsi oleh proses pembusukan (degradasi) zat organik yang telah mati,
dimana kebutuhan oksigen amat besar pada area dimana produktivitas organik yang
tinggi. Pada lingkungan berair (aquatic), suplai oksigen dikontrol oleh sirkulasi air
yang mengandung oksigen dan berkurang pada kondisi pada dasar air yang stagnan.
3. Analisis kerogen
menentukan kadar dan tingkat kematangan termal batuan ini. Pengukuran potensi
Carbon (TOC) dan pyrolysis yield. Batuan dengan pyrolysis yield lebih besar dari
5 kg/ ton disebut batuan induk efektif. Untuk peralatan geokimia yang lebih modern
lagi, seperti gas chromatography dan studi isotop dapat digunakan untuk
menentukan produk hidrokarbon dan juga untuk aplikasi lain, seperti korelasi
53
Deskripsi kerogen secara visual (optical) juga dapat menjadi petunjuk yang
berguna untuk mengetahui potensi dan tipe hidrokarbon. Dari pengamatan secara
kepada grup exinite, vitrinite, and inertinite. Grup exinite terdiri dari maseral
dengan potensi minyak yang signifikan, sementara grup vitrinit adalah penghasil
mengukur partikel-partikel vitrinite yang ada dalam sampel amat bervariasi. Untuk
berulang pada sampel yang sama. Bila distribusi dari vitrinite reflectance adalah
bimodal, maka ada kemungkinan telah terjadi reworking. Skala vitrnite relectance
yang telah dikalibrasikan oleh berbagai parameter kematangan yang lain oleh studi
54
– Ro < 0.55 belum matang (immature)
– 0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan minyak dan gas bumi
– 0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah menjadi gas bumi (zona kondensat gas)
pada Ro antara 0.7 dan 0.8. Salah satu penggunaan vitrinite reflectance yang juga
penting dalam analisis cekungan (basin analysis) adalah kalibrasi sejarah termal
maka sisa kerogen akan berubah menjadi residu karbon. Suhu dan waktu adalah
faktor terpenting dari pecahnya kerogen. Keluarnya hidrokarbon dari batuan induk
Batuan induk yang miskin tidak akan menciptakan cukup minyak untuk
55
maka minyak akan akan berubah menjadi gas yang lebih mudah untuk lepas dari
batuan induk. Untuk batuan induk yang kaya, efisiensi dari pengeluaran minyak
cukup tinggi (60 – 90 %). Lepasnya hidrokarbon dari batuan induk ke lapisan
diakibatkan oleh adanya perbedaan densitas antara minyak (atau gas) dan air pada
pressure). Tekanan kapiler akan semakin naik dengan semakin kecilnya pori pori
mengalir melalui jaringan pori pori batuan yang saling berhubungan pada lapisan
keseluruhan. Perpindahan akan terhenti pada saat hidrokarbon melalui pori batuan
yang lebih kecil dimana tekanan kapiler (capillary pressure) akan lebih besar dari
gaya buoyancy dari kolom minyak. Sistem pori ini disebut juga sebagai lapisan
penutup (seal) dengan tinggi maksimum kolom minyak yang dapat ditahan oleh
lapisan penutup (seal) dapat dihitung. Hidrokarbon cenderung untuk pindah searah
dengan kemiringan (true dip) pada bagian atas dari lapisan penghantar (carrier bed).
Oleh karena itu peta struktur kontur dapat digunakan untk mebuat model arah
migrasi. Selama migrasi yang panjang (sebagai contoh pada foreland basin),
56
Hilangnya hidrokarbon pada saat migrasi sekunder (secondary migration)
reservoar yang yang disemuti oleh lapisan penghambat (seal). Hidrokarbon ini akan
berubah secara fisik dan kimia oleh proses biodegradasi, water washing,
sebagai Karbon Organik Total (TOC). Analisis ini cukup murah, sederhana dan
cepat. Biasanya memerlukan satu gram batuan, tetapi jika sample banyak material
berbentuk bubuk, bebas mineral karbonat pada temperatur tinggi dengan batuan
oksigen. Semua karbon organik dirubah menjadi karbon dioksida, yang kemudian
diperangkap dalam alat tersebut dan dilepaskan dalam suatu detector ketika
pembakaran sudah usai jumlah karbon organik di dalam batuan karbonat harus
dioksida. Sample dengan kandungan TOC rendah biasanya dianggap tidak mampu
membentuk hidrokarbon yang komersial dan karena itu sample seperti biasanya
tidak dianalisis lebih lanjut. Titik batas didiskualifikasikan biasanya tidak merata,
tetapi pada umumnya antara 0,5 dan 1 % TOC. Sample yang terpilih, dianalisis
57
Jika penentuan TOC ditentukan terhadap sample inti bor, maka
jatuhan. Jika terdapat lebih dari satu litologi dalam suatu sample, maka kita harus
Kekurangan dari cara ini adalah kita secara tidak sadar mencampur material
kaya yang seringkali jumlahnya relatif sedikit dengan material yang tidak
akhirnya memberikan data yang membuat kita menjadi pesimis. Karena kedua cara
tersebut berbeda, maka jika tidak seseorang akan melakukan interpretasi haruslah
mengetahui metode mana yang telah ditempuh agar dapat menghasilkan interpretasi
Para ahli berpendapat bahwa proses kematangan dikontrol oleh suhu dan
waktu. Pengaruh suhu yang tinggi dalam waktu yang singkat atau suhu yang rendah
dalam waktu yang lama akan menyebabkan terubahnya kerogen minyak bumi.
Mengenai jenis Minyak bumi yang terbentuk tergantung pada tingkat kematangan
panas batuan induk, semakin tinggi tingkat kematangan panas batuan induk maka
akan terbentuk Minyak bumi jenis berat, Minyak bumi ringan, kondensat dan pada
akhirnya gas.
58
Dari pengaruh suhu dan kedalaman sumur, umur batuan juga berperan
dalam proses pembentukan minyak bumi. Umur suatu batuan erat hubungannya
dengan lamanya proses pemanasan bedangsung serta jumlah panas yang diterima
batuan induk, sehingga suatu batuan induk yang terletak pada kedalaman yang
dangkal, pada kondisi temperatur yang rendah dapat mencapai suhu pembentukan
berusia lebih muda relatif memerlukan temperatur yang lebih tinggi dalam
1. Zona I : dimana gas dapat terbentuk sebagai akibat aktivitas bakteri tidak ada
minyak yang dapat dideteksi kecuali minyak bumi tersebut merupakan zat pengotor
terbentuk pada zona ini adalah gas kering basah dan sedikit kondensat. Adanya
3. Zona III : merupakan zona puncak pembentukan dan pelepasan minyak bumi
dari batuan induk. Bentuk utama yang dihasilkan berupa gas dan minyak bumi.
59
Dengan bertambahnya tingkat pematangan maka minyak yang berjenis ringan akan
terbentuk.
5. Zona V : merupakan zona terakhir, dicirikan dengan suhu yang tinggi sehingga
zat organik akan terurai menjadi gas kering (metana) sebagai akibat karbonisasi.
Perubahan yang terjadi sebagai akibat penambahan panas dan lamanya pemanasan
pada kerogen atau batubara dapat bersifat kimia dan fisika, seperti diuraikan oleh
a. Daya pantul cahaya dari partikel vitrinit akan meningkat secara eksposnensial.
berkurang.
d. Sifat kimia dari kerogen akan berubah, kandungan oksigen dan hidrokarbon
akan berkurang sehingga perbandingan dari atom oksigen / karbon dan hydrogen /
karbon akan menurun dan akhirnya hanya akan membentuk karbon mumi (grafit).
60
ZONE I
BIOHEMICAL METANE GENERATION
DRY GAS
ZONE II
INITIAL THERMOCHEMICAL GENERATION
NO EFFECTIVE OIL RELEASE
DRY GAS - WET GAS - CONDENSATE - (OIL ?)
ZONE III
MAIN PHASE OF MATURE OIL GENERATION AND RELEASE OIL AND
GAS
ZONE IV
THERMAL DEGRADATION OF HEAVY HIDROCARBON
(OIL PHASE - OUT)
CONDENSATE WET GAS - DRY GAS
ZONE V
INTENSE ORGANIC METAMORFISM: METANA FORMATION DRY GAS
61
Identifikasi kematangan minyak bumi
terjadinya proses metamorfosa dan ini akan sangat berpengaruh pada kondisi zat
organik yang terkandung dalam sedimen. Sehingga saat ini berkembang suatu cara
cara :
zat organik, terutama humus yang cenderung membentuk gas dan merupakan
minyak (Cooper, 1977). Kemampuan daya pantul ini merupakan fungsi temperatur
batuan dari kedalaman tertentu diletakkan diatas kaca preparat dan direkatkan
tersebut diuji dalam minyak immersi (indeks bias = 1,516) dengan menggunakan
terbuat dari gelas. Table di bawah memperlihatkan hubungan antara nilai pantulan
62
VITRINITE REFLECTANCE HYDROCARBON TYPE
0,33 – 0,35 Biogenic gas
0,35 – 0,66 Biogenic gas and oil immature
0,60 – 0,80 Immature oil
0,80 – 1,30 Mature oil
1,30 – 1,60 Mature oil, condensat, wet gas
1,60 – 2,00 Condensat, wet gas
> 2,00 Petrogenoic methane gas
Table 7 Vitrinite
menggunakan mikro fosil dari sekelompok spora dengan serbuk sari. Analisa ini
dilakukan dengan cara contoh kerogen yang diperlukan dari keratan bor diuraikan
dengan cairan asam kemudian contoh spora atau tepung sari ini diletakkan pada
kaca preparat dan diamati tingkat warnanya dengan suatu skala warna melalui
mikroskop.
Kesulitan dalam analisis indeks warna spora ini terkadang timbul dalam hal
membandingkan tingkat warna dari suatu contoh spora atau tepung sari dengan
spora akan sangat tergantung pada ketebalan dindingnya, pada beberapa jenis spora
efek panas yang mengenainya terkadang tidak selalu tercermin dari perubahan
warnanya. Table 3.2. memperlihatkan hubungan antara warna dari spora atau
63
SCI PALYNOMORPH COLOUR MATURITY DEGREE
1 Pale Yellow Immature
2 Yellow Immature
3 Yellow Transition to mature
4 Gold Yellow Transition to mature
5 Orange of Yellow Mature
6 Orange Optimum oil generation
7 Brown Optimum oil generation
8 Drak Brown Mature, gas condensat
9 Drak Brown to Black Over mature, dry gas
10 Black Over mature, dry gas (traces)
Table 8 Warna Spora
(serbuk kepala putik) dan zat organik lainnya, dari warna kuning, coklat sampai
64
Identifikasi Kematangan Berdasarkan Pyrolisis
Metode Analisis
sejumlah kecil bubuk sample (biasanya sekitar 50 -100 mg) dipanasi secara
perlahan tanpa adanya oksigen dari suatu temperatur awal 2500 C ke temperatur
maksimum 5500 C.
hidrokarbon yang sudah ada dalam batuan. Hidrokarbon ini setara dengan bitumen
akan merekam hal ini dan menggambarkannya dalam bentuk S1 pada kertas
dalam batuan mulai berkurang. Pada temperatur 3500 C jenis hidrokarbon jenis
kedua mulai muncul. Aliran kedua ini mencapai maksimum ketika temperatur
sampai akhir pyrolisis. Hidrokarbon kedua ini disebut S2, merupakan hidrokarbon
yang terbentuk dari kerogen didalam Rock-Eval karena penguraian bahan kerogen.
dioksida ini ditangkap oleh suatu perangkap selama pyrolisis berlangsung dan
kemudian dilepas pada detector kedua (direkam sabagai S3) setelah semua
pengukuran hidrokarbon selesai. Jumlah karbon dioksida yang didapat dari kerogen
yang dikorelasikan dengan jumlah oksigen tinggi berkaitan dengan material yang
65
berasal dari kayu selulosa atau oksida tinggi selama diagenesis, maka kandungan
hidrokarbon.
Pyrolisis Tmax
pyrofisis terjadi juga meningkat atau dengan kata lain jika Tmax makin tinggi
batuan semakin matang. Demikian pula halnya dengan ratio S1 (S2 + S3) yang
disebut juga transportation ratio atau OPI (Oil Production Index) dan juga
parameter Tmax. Untuk hubungan antara transformation Ratio dan Tmax dengan
S1 1 (S1 = S2)
Tingkat Kematangan
(mg/gr atau kg/ton)
< 0,1 Beium matang
0,1-0,4 Matang (oil wirndow)
> 0,4 Lewat matang (gas window)
Tabel Hubungan antara T Max dengan Tingkat Kematangan (Espilatie etal Vide
tissot & Wefte 1978)
T Max (0C) Tingkat Kematangan
400 – 435 Beium matang
66
435 – 460 Matang (oil wirndow)
> 460 Lewat matang (gas window)
oleh meningkatnya puncak S1, bertambahnya rasio Sl(S1 + S2) dan bertambahnya
Table 9 Klasifikasi S1 + S2 (HY) (Espilatie etal 77 Vide tissot & Welte 1978)
S1 + S2
Tingkat Kematangan
(mg/gr atau kg/ton)
0,00-1,00 Poor
1,00-2,00 Marginal
2,00-6,00 Moderate
6,00-10,0 Good
10,0-20,0 Very good
> 20,0 Excellent
menunjukkan hasil dekornposisi dari lemak, zat organik lipid yang diendapkan
dalam lumpur bawah air (Laut dan Danau) pada kondisi oksigen terbatas.
umumnya berasal dari tumbuhan darat yang diendapkan pada rawa pada kondisi
67
adanya oksigen. Istilah Kerogen pada mulanya menunjukkan bahan organik dan
serpih minyak yang menjadi yang menjadi minyak akibat pematangan thermal.
larut dalam asam non oksidasi, basa dan pelarut organik (HUNT, 1979), sekitar 80
- 99% kandungan bahan organik pada batuan induk tersusun oleh kerogen,
Dalam diagram Van Krevelen yang dimodifikasi Tissot (1974) dan ahli
atom H:C sekitar 1,6 – 1,8. Kerogen ini cenderung menghasilkan minyak (oil
prone).
organik asal darat dan laut, rasio atom H:C sekitar 1,4. Tipe ini juga menghasilkan
• Tipe 3 : Kerogen ini mengandung bahan organik Humic yang berasal dari darat,
yakni dari tumbuhan tingkat tinggi (ekivalen dengan vitrinite pada batubara). Rasio
antara atom H:C adalah 1,0. Tipe ini cenderung untuk membentuk gas (gas prone).
• Tipe 4 : Tipe ini bahan organiknya berasal dari berbagai sumber, namun telah
mengalami oksidasi, daur ulang atau teralterasi. Bahan organiknya yang lembam
(inert) miskin hydrogen (rasio atom H:C kurang dari 0,4) dan tidak menghasilkan
hidrokarbon.
68
Kelompok maseral Maseral Asal Tanaman
Alginit Alga
Kutinit Lapisan lilin
Eksinit Sporinit Spora / pollen
(cenderung ke minyak Resinit Resin
Siberinit Gabus
Liptoderinit Berbagai materil di atas
Vitrinit Telinit Jaringan tanaman
(cenderung gas) Kolinit Gel humus
Fussinit Arang
Semi Fussinit Tanaman
Inertinit Piro Fussinit Jaringan
(inert) Sklerotinit Jamur
Makrinit Amor tidak jelas praztnya
Makrinit
Table 10 Tipe Vitrinite
Ada dua cara pendekatan untuk menentukan tipe material organik di dalam batuan
induk.
Metode Langsung
didapat (S1, S2, S3 dan T Max), maka kita bisa mendapatkan harga Hidrogen Index
dan Oksigen Indeks yaitu Hidrogen Indeks (H1) = S2/TOC x 100; Oksigen Indeks
(OI) = S3/TOC x 100. Harga ini kemudian diplotkan kedalam diagram Van
Krevelen, sehingga kita bisa menentukan tipe material organiknya. Kemudian bisa
juga dengan menggunakan data T Max dan HI, setelah itu kita mengetahui type
69
Metode tidak langsung
sumber dari suatu kerogen dengan mengamati karakteristik fisik dan kimia yang
Analisis Mikroskopis
transisi sudah merupakan bagian integral geokimia organik untuk jangka dua
macam partikel kerogen, seperti spora, pollen, acritachs, resin dan material dari
lapisan lilin tanaman yang dapat diakitkan dengan prazat biologisnya. Partikel lain
Analisis Unsur
Parameter penting di dalam analisis unsur untuk evaluasi batuan induk adalah
rasio HIC suatu kerogen. Karena hydrogen merupakan reagen terbatas dalam
potensial batuan induk meskipun kepopuleran metode ini tergeser oleh kepopuleran
70
metode pyrolisis batuan induk. Walaupun demikian, disarankan agar setiap avaluasi
batuan induk dilakukan analisis unsur atau mikroskopik untuk mencek hasil
pyrobsis.
Kelebihan dari metode ini adalah kita dapat memperoleh gambaran tentang
komposisi kimia dan sejarah suatu kerogen, sehingga kita akan dapat mengerti
semua masalah geologi dan geokimia yang mempengaruhi kualitas batuan induk.
Kelebihan lainnya ialah kita akan mendapatkan data yang akhimya akan kita
biaya analisisnya yang umumnya lebih tinggi dari kedua hal tersebut untuk
TOC
Quantity S1* S2*
(wt. %)
Poor 0–5 0 – 0,5 0 – 2,5
Fair 0,5 – 1 0,5 – 1 2,5 – 5
Good 1–2 1–2 5 – 10
Very Good >2 >2 > 10
*Nomenclature S1 = mg HC/g rock S2 = mg HC/g rock
Type HI S2/S3
71
(mg HG/g Corg)*
Gas 0 – 150 0–3
Gas and Oil 150 – 300 3–5
Oil > 300 >5
*Assumes a level of thermal maturation equivalent to Ro = 0,6%
PI Tmax Ro
Maturation
[S1/(S1+S2)] (oC) (%)
Top oil window
~ 0,1 ~ 435 – 445* ~ 0,6
(birthline)
Bottom oil
~ 0,4 ~ 470 ~ 1,4
(deadline)
72
4.2. Interpretasi
Kekayaan Batuan Induk.
Tipe kerogen.
Jadi, dapat di interpretasikan bahwa dari hasil plot pada diagram cross plot
nilai HI & OI dalam diagram Van Kravelen, formasi C memiliki tipe kerogen
dengan komposisi yaitu, alga laut, polen, spora, lapisan lilin, dan resin tanaman,
serta menggandung H yang tinggi. Tipe kerogennya adalah tipe II yang mana tipe
ini merupakan penghasil minyak ( Oil Prone). Menurut tabel komposisi kerogen (
waples, 1985).
Pada formasi A, B, dan D, termasuk kedalam kegoren tipe III yang tersusun
oleh maseral berupa vitrinit dan maseral organik dengan lingkungan pengendapan
darat dan cenderung menghasilkan gas (gas prone), menurut tabel komposisi
kerogen (waples,1985).
73
Kematangan batuan induk
Dari hasil cross plot nilai RO dan kedalaman diatas dapat di interpretasikan
bahwa formasi D dengan nilai RO rata-rata 1,01 masuk kedalam fase late mature.
Formasi B dengan nilai rata-rata 0,61 masuk kedalam fase early mature. Formasi A
dengan nilai RO rata-rata 0.54 masuk kedalam fase immature. Menurut parameter
Dari crossplot diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa adanya anomali
RO formasi D.
Kesimpulan :
• Formasi A adalah batuan induk yang belum matang atau belum berpotensi
• Formasi D merupakan batuan induk yang terlalu matang atau late mature (
Tingkat Migrasi
dicirikan dengan bentuk kurva yang tidak selaras (perubahan nilai dengan
74
signifikan secara tiba-tiba). Pada formasi D ke C menunjukkan adanya migrasi
berupa gas, karena nilai PI formasi D rata-rata 0,82 dan berada pada fase lewat
matang / gas generation ( Beamont & Fletcher, 1999). Nilai PI >0,4 berada pada
fase lewat matang / gas window (Tissot & Welte, 1978). Sedangkan formasi
Dari data-data diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada formasi
D masuk kedalam effective source rock atau telah membentuk dan menghasilkan
hidrokarbon ( Waples, 1985) atau batuan sumber efektif ( Petters & Cassa, 1994).
Sedangkan formasi A, B, dan C masuk kedalam potensial source rock atau batuan
induk yang belum matang hingga hampir matang, tetapi mempunyai kemampuan
untuk membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon. Jika terkena suhu yang lebih
tinggi lagi ( Waples 1986). Hal tersebut selaras dengan pernyataan (Petters &
batuan induk memiliki maseral yang cukup untuk menjelaskan bahwa batuan
75
4.3. Laporan Resmi Geokimia Hidrokarbon
76
Bab 5 Wireline Log
Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang
bawah permukaan dan mencari reservoar pada kedalaman berapa, hal ini dilakukan
pada saat pemboran suatu sumur. Hasil dari wireline logging ini adalah kurva-kurva
log Permeable (Log Spontaneous Potensial, Gamma Ray, Caliper), log Resistivity
(Log Induksi dan Log Lateral), dan log Porosity (Log Density, Neutron, dan Sonic)
sebagainya.
77
Log wireline dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan sifat fisik
yang diukur.
Pada zona permeabel yang tebal , kurva SP mencapai suatu garis konstan.
Gambar 21 Log SP
- Identifikasi litolog
78
Gambar 22 Log Gamma Ray
3. Log Resistivitas
- Menentukan porositas
- Ada dua tipe log yang digunakan untuk mengukur resistiviti formasi
4. Log Densitas
densitas elektron suatu formasi. Dalam evaluasi sumur log densitas berguna
untuk:
- Menentukan porositas
79
- Identifikasi litologi
5. Log Netron
- Menentukan porositas
- Identifikasi litologi
80
Gambar 25 Log Neutron
6. Log Sonik
Merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu lewat dari
suatu gelombang suatu suara kompresional untuk melalui satu feet formasi.
- Menentukan porositas
- Identifikasi litologi
81
5.1. Evaluasi Kualitatif
Dizona serpih, nilai GR tinggi dan pada batuan karbonat dan pasir
nilai GR rendah.
cross over antara log densitas dan log neutron. Cirinya berupa kurva
log densitas bergerak ke sisi kiri dan kurva log neutron bergerak ke
sisi kanan.
4. Log Resistivitas
formasi. Resistivitas air ‘fresh’ lebih tinggi dari pada saline water.
5. Log Sonic
Pada zona porous travel time dari suara besar (lambat). Sedangkan
82
1.2 Zona Batuan Reservoir
Batuan reservoir yang sarang dapat dibedakan dengan zona batuan kedap
dengan melihat bentuk – bentuk kurva log. Perbedaan antara batuan kedap dengan
membesar.
• Harga tahanan jenis pada zona teusir (Rxo) hamper sama dengan
83
a) Batupasir pada log dicirikan oleh:
• Defleksi GR rendah.
84
Gambar Hubungan jenis litologi dengan Log
Untuk membedakan jenis cairan yang ada di dalam formasi, apakah air,
minyak atau gas dapat ditentukan dengan melihat log resistivity dan gabungan
log neutron dengan densitas. Zona hidrokarbon ditunjukan oleh adanya cross
over antara harga tahanan jenis zona terusir (Rxo) dengan harga tahanan jenis
formasi (Rt).
Unruk membedakan gas atau minyak yang ada di dalam formasi dapat dilihat
pada gabungan log neutron dan densitas. Zona gas oleh harga porositas neutron
yang jauh lebih kecil dari harga porositas densitas, sehingga akan ditunjuakna
oleh cross over kurva log densitas dan neutron yang lebih besar.
Dalam zona minyak kurva neutron dan kurva densitas membentuk cross over
positif yang lebih sempit dari zona gas. Pada zona lempungan kurva neutron
dan kurva densitas berhimpitan. Zona air dibedakan dengan zona minyak akan
menunjukan harga tahanan jenis formasi (Rt) yang lebih tinggi dari pada zona
air.
85
5.1.2. Interpretasi
W10
kedalaman 2035 – 2040. Pembagian litologi dilhat dari kurva GR, batupasir kalau
defleksinya ke arah kiri atau nilainya kecil, batuserpih kalau defleksinya besar. Pada
kurva LLD defleksi batupasir ke arah kanan atau kearah yang lebih besar,
sedangkan batuserpih kearah sebaliknya atau lebih kecil. Batubara dilihat dari kurva
RHOB yang defleksinya kearah kiri dan sangat jelas karena berbeda dengan
W11
litologi dilhat dari kurva GR, batupasir kalau defleksinya ke arah kiri atau nilainya
kecil, batuserpih kalau defleksinya besar. Pada kurva LLD defleksi batupasir ke
arah kanan atau kearah yang lebih besar, sedangkan batuserpih kearah sebaliknya
W19
tempat, yaitu pada kedalaman 1710-1715 dan 1845 – 1850. Pembagian litologi
dilhat dari kurva GR, batupasir kalau defleksinya ke arah kiri atau nilainya kecil,
batuserpih kalau defleksinya besar. Pada kurva LLD defleksi batupasir ke arah
kanan atau kearah yang lebih besar, sedangkan batuserpih kearah sebaliknya atau
lebih kecil. Batubara dilihat dari defleksi RHOB yang sangat kecil atau berbeda
86
W22
kedalaman 1735 – 1740 dan 1850 – 1855. Pembagian litologi dilhat dari kurva GR,
batupasir kalau defleksinya ke arah kiri atau nilainya kecil, batuserpih kalau
defleksinya besar. Pada kurva LLD defleksi batupasir ke arah kanan atau kearah
yang lebih besar, sedangkan batuserpih kearah sebaliknya atau lebih kecil. Batubara
dilihat dari defleksi RHOB yang sangat berbeda dengan batupasir dan batuserpih.
W33
kedalaman 1830 – 1835 , 1940 – 1945 dan 1960 -1965. Pembagian litologi dilhat
dari kurva GR, batupasir kalau defleksinya ke arah kiri atau nilainya kecil,
batuserpih kalau defleksinya besar. Pada kurva LLD defleksi batupasir ke arah
kanan atau kearah yang lebih besar, sedangkan batuserpih kearah sebaliknya atau
lebih kecil. Batubara dilihat dari defleksi RHOB yang sangat berbeda dengan
W34
kedalaman 1825-1830, 1925 – 1930, dan 1945 – 1950. Pembagian litologi dilhat
dari kurva GR, batupasir kalau defleksinya ke arah kiri atau nilainya kecil,
batuserpih kalau defleksinya besar. Pada kurva LLD defleksi batupasir ke arah
kanan atau kearah yang lebih besar, sedangkan batuserpih kearah sebaliknya atau
lebih kecil. Batubara dilihat dari defleksi RHOB yang sangat berbeda dengan
87
5.1.3. Laporan Resmi Evaluasi Kualitatif
88
5.2. Evaluasi Kuantitatif
diidentifikasikan adalah:
• Porositas
• Tahanan jenis
• Kejenuhan air
𝐺𝑅 log − 𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛
➢ 𝑉𝑠ℎ = 𝐺𝑅 max − 𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛
89
2.3 Porositas
Dengan menggunakan log densitas, untuk formasi yang bersih berlaku persamaan:
𝑝𝑚𝑎 − 𝑝𝑏
𝜙𝐷 =
𝑝𝑚𝑎 − 𝑝𝑓
Porositas efektif didapatkan dari nilai rata – rata porositas log densitas dan
(𝜙𝐷𝑐 + 𝜙𝑁𝑐)
𝜙𝑒 =
2
90
2.4 Tahanan Jenis
Tahanan jenis air formasi (Rw) merupakan tahanan jenis air yang terdapat
dalam formasi sebelum formasi tersebut ditembus oleh bit pemboran. Tahanan
𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑒 𝑚
𝑅𝑤 =
𝛼
𝛼 : Factor pembandingan (= 1)
𝑎 𝑥 𝑅𝑤
𝑆𝑤 = √ 𝑚
𝜙𝑒 𝑥 𝑅𝑡
91
2.6. Kejenuhan Hidrokarbon yang Dapat Bergerak
berikut:
𝑆ℎ = 1 − 𝑆ℎ𝑟
92
5.2.1. Interpretasi
W10
- Reservoir 1
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 78% air dan 22% HC.
- Reservoir 2
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 76% air dan 24% HC.
- Reservoir 3
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 76% air dan 24% HC.
W11
- Reservoir 1
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 65% air dan 35% HC.
- Reservoir 2
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 63% air dan 27% HC
- Reservoir 3
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 71% air dan 29% HC.
W19
- Reservoir 1
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 62,55% air dan 37,45%
HC.
- Reservoir 2
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 56,59% air dan 43.41%
HC.
- Reservoir 3
93
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 80,40% air dan 19,60%
HC.
W22
- Reservoir 1
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 85% air dan 15% HC
- Reservoir 2
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 85,6% air dan 14,4% HC
- Reservoir 3
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 89,1% air dan 10,9% HC.
W33
- Reservoir 1
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 32,23% Air dan 67,77%
HC.
- Reservoir 2
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 86,4% air dan 13,6% HC.
- Reservoir 3
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 7,99 % air dan 92,01%
HC
W34
- Reservoir 1
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 29% air dan 71% HC
94
- Reservoir 2
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 45% air dan 55% HC.
- Reservoir 3
Jadi kandungan fluida dalam reservoir adalah 72% air dan 28% HC
95
5.2.3. Laporan Resmi Evaluasi Kuantitatif
96
Bab 6 Korelasi Struktur
Menurut North American Stratigraphy Code (1983) ada tiga macam prinsip dari
korelasi, yaitu :
➢ Litokorelasi, yang menghubungkan unit yang sama pada litologi dan posisi
stratigrafinya.
biostratigrafinya.
kronostratigrafi.
(mudlog). Sekarang itu diambil sebagai suatu pernyataan untuk semua pengukuran
Tahap awal dalam melakukan korelasi suatu unit stratigrafi terlebih dahulu
kita harus menyamakan datum yang akan dipakai (Di-flatten pada satu datum),
datum yang dipakai harus sama antara satu sumur dengan sumur lainnya supaya
sumur dapat dikorelasikan. Datum merupakan suatu kesamaan data yang dimiliki
97
oleh semua sumur yang akan dikorelasikan, datum tersebut dapat berupa kedalaman
(depth) lapisan maupun kesamaan waktu geologi yang dikontrol oleh dinamika
muka air laut (principal of stratigraphic sequence) dalam hal ini yang biasa dipakai
Boundary (SB).
landward onlap dari lapisan marine pada batas basin dan kenaikan maksimum
secara relatif dari sea level (Armentout, 1991), MFS biasanya ditunjukan oleh
adanya akumulasi shale yang melimpah yang merupakan amplitude dari log pada
daerah shale (High gamma ray), akan tetapi pada kondisi litologi berupa
gamping yang optimal pada saat genang laut sehingga datum yang dipakai yaitu
pada zona reservoir (low gamma ray) yaitu kondisi dimana log gamma ray
kondisi diatas muka air laut (Sub aerial) yang biasanya ditunjukan oleh perubahan
drastis dari fining upward menjadi coarsening upward atau sebaliknya, sebagian
pengertian sequence boundary sendiri merupakan batas atas dan bawah satuan
98
Gambar 27 Log Gamma ray
untuk mengetahui deformasi struktur geologi yang telah terjadi sepanjang waktu
geologi kita dapat melakukan flatten pada kedalaman (depth) yang sama pada
masing-masing sumur dimana dalam flatten ini kondisi stratigrafi yang diamati
adalah kondisi pada saat ini (setelah terdeformasi), korelasi ini dinamakan dengan
sedimentasi dengan baik kita dapat melakukan flatten pada salah satu datum sikuen
stratigrafi umumnya pada Maximun Flooding Surface (FS), korelasi ini dinamakan
99
Gambar 28 Korelasi Struktur
100
2. Korelasi Lapisan Reservoir
lapisan sejenis dalam satu sumur dengan sumur lainnya, karena dalam hal ini
korelasi digunakan untuk kepentingan eksplorasi minyak dan gas bumi maka
reservoir baik itu sandstone maupun limestone karena lapisan inilah yang
yang ekonomis.
Untuk mengetahui kesamaan lapisan tersebut kita dapat membaca pola dari
log sumur baik itu log gamma ray, resistivity, neutron, density maupun
photoelectric dan juga bila perlu dikalibrasi dengan data sampel cutting dan side
wall core untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Lapisan dengan litologi
sejenis dan memiliki umur geologi yang sama diasumsikan akan menghasilkan pola
kurva log yang sama ketika dideteksi oleh logging tools sehingga kesamaan pada
Setelah menggantung log pada datum kedalaman (depth) maupun sikuen stratigrafi
(MFS, SB/UC) selanjutnya kita dapat dengan mudah melakukan korelasi lapisan
penciri pada masing-masing sumur misalnya batubara (coal), dapat juga dilakukan
dengan membaca pola log gamma ray, log ini membaca kandungan radioaktif pada
batuan dimana semakin tinggi kandungan radioaktifnya maka log gamma ray akan
menunjukan nilai yang tinggi. Gamma ray dengan nilai yang tinggi biasanya
101
mencirikan litologi berbutir halus (shaly) sedangkan gamma ray dengan harga yang
rendah biasanya menunjukan litologi berupa reservoir baik itu sandstone maupun
limestone, akan tetapi dalam kondisi lapangan tertentu juga ditemukan high gamma
ray sand dimana lapisan sandstone banyak mengandung mineral feldspar sehingga
kurva log gamma ray akan menunjukan defleksi nilai yang tinggi disebabkan oleh
mineral feldspar yang bersifat radioaktif (Terutama Potassium), untuk itu dalam
penentuan zona reservoir kita juga harus membaca log lain dan di kalibrasi dengan
Ada beberapa pola pada log gamma ray yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk mempermudah dalam korelasi diantaranya pola bell shape, funnel,
ruang akomodasi, perubahan muka air laut dan subsiden. Pola-pola log tersebut juga
102
Gambar 29 Bentuk Gamma Ray
Setelah membaca kesamaan pola pada log gamma ray kita juga harus
membaca pada log resistivity, log ini membaca nilai resistivitas dari suatu fluida
pada lapisan batuan sehingga jika kandungan fluidanya sama maka log
resistivitasnya akan menunjukan harga yang sama, akan tetapi pada suatu reservoir
hidrokarbon (Gambar 5), kasus ini sering terjadi pada lapisan antiklin dimana pada
resistivitas tinggi dan semakin rendah akan terbaca sebagai water yang memiliki
resistivitas rendah.
103
6.2. Interpretasi
Line 1
Pada line ini berkembang pola yaitu : funnel, serrated, dan bell.
Elektrofasies yang dominan pada line ini adalah Bell. Pada line ini keybed dengan
litologi berupa batubara yang digaris dengan warna merah yaitu pada kedalaman
1850 (w22) , 1845 (w19), 1820 (w34), 2160 (w11), 2040 (w10) dari w22 ke w19
kemungkinan ada sesar naik karena ada perubahan kedalaman yaitu 1850 (w22)
dan – 1845(w19). Dari w19 ke w34 juga terdapat kemungkinan sesar naik. Dari
w34 – w11 kemungkinan ada sesar turun dikarenakan ada penurunan kedalaman
yaitu 1820 (w34) – 2160 (w11). Dari w11 ke w10 kemungkinan ada struktur sesar
naik. Pola elektrofasies yaitu bell yang merupakan akibat adanya pengisian channel
yang merupakan tanda adanya tetrogradasi, karena pola bell yang bergradasi dari
kasar ke halus. Bentuk ini diasumsikan sebagai hasil endapan poin bars, tidal
Line 2
Pada line ini pola yang berkembang yaitu serrated dan bell. Relatif dominan
pola bell. Keybed berada pada kedalaman 1710 (w19), 1820 (w34), 1825 (w33),
1975 (PSK01). Pada w19 – w34 kemungkinan ada sesar turun karena ada perbedaan
kedalaman yaitu 1710 – 1820. Pada w34 – w33 sesar turun karena perbedaan
kedalaman yaitu 1820 – 1825. Pada w33 – psk01 kemungkinan ada struktur sesar
turun karena adanya perbedaan kedalaman yaitu 1825 – 1975. Pola elektrofasies
yaitu bell yang merupakan lingkungan pengendapan transisi, karena pola bell yang
104
105
6.3. Laporan Resmi Korelasi Struktur
106
BAB 7 PERHITUNGAN CADANGAN
struktur, ketebalan lapisan dan karakteristik unit batuan dengan menggunakan data
satu metoda yg penting dalam eksplorasi dan eksploitasi migas atau endapan
dengan pemetaan pada permukaan, hanya terdapat beberapa perbedaan yang agak
Bidang permukaan ini biasanya adalah bidang perlapisan atau lapisan, tetapi dapat
Suatu hal yang khas dan peta-peta bawah permukaan adalah sifat kuantitatif
dan peta-peta tersebut. Sifat kuantitatif itu dinyatakan dengan apa yang dinamakan
garis iso atau secara popular disebut garis kontur (countour lines/tranches untuk
peta topografi). Garis ini menyatakan titik-titik yang mempunyai nilai yang sama,
terutama nilai kuantitatif dan suatu gejala atau sifat tertentu yang terdapat pada
permukaan/perlapisan.
107
• Kedalaman suatu permukaan (bidang ketidakselarasan, basement
(isolath)
(isolith)
Menghitung Cadangan
yaitu :
108
1. Metode Volumetrik
area dan alat planimeter, dimana alat planimeter akan dapat mengukur luas
masing-masing kontur ketebalan yang ada pada peta net pay area.Kemudian
dari bentuk kontur yang ada pada peta tersebut,dapat digambarkan bentuk
a. Cara Pyramidal
Metode ini digunakan bila harga perbandingan antara kontur yang berurutan
b. Cara Trapezoidal
Metode ini digunakan bila harga perbandingan antara kontur yang berurutan
109
Dimana :
An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis net pay terendah (m²)
An+1 = Luas daerah yang dibatasi oleh garis net pay diatasnya (m²)
Boi
Atau
STOIIP = Vb x Ф x Sh (STM³)
BOI
Dimana :
Ф : Porositas batuan
Sh : Hidrokarbon saturasi
110
Boi : Faktor volume formasi minyak mula-mula (a) BBL/STB atau (b)
m³/STM³.
RR = STOIIP x RF
Dimana
111
7.2. Iterpretasi
112
7.3. Laporan Resmi Peta Bawah Permukaan
113
7.4. Laporan Resmi Perhitungan Cadangan
114
Bab 8 Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
umum,yaitu :
mengetahui lebih lanjut atas keterdapatan minyak atau gas bumi di bawah
permukaan.
• Cutting merupakan serbuk bor berupa hancuran dari batuan yang ditembus
mata bor, serbuk bor ini diangkat dari dasar lubang bor ke permukaan oleh
• Analisa core ( inti batuan) pada prinsipnya adalah menentukan sifat sifat
suatu lapangan Migas karena sifat-sifat ini dibutuhkan oleh bagian geologi,
kandungan material organik. Batuan ini memiliki ukuran butir yang halus
115
• Dalam korelasi dikenal dua macam metode, yaitu kolerasi organik dan
• Korelasi dapat diartikan sebagai penentuan unit stratigrafi dan struktur yang
bawah permukaan.
Saran
Saran saya untuk praktikum Geologi Minyak Bumi ini adalah :
- Diharapkan untuk asisten dosen lebih memahami lagi terhadap apa yang
tingkatkan lagi
116
DAFTA PUSTAKA
ITB. Bandung
Jakarta
117