Laporan Pendahuluan BBL
Laporan Pendahuluan BBL
A. Pengertian
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir
akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan (Prawirohardjo, S, 2010).
Bayi baru lahir adalah bayi ang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Arief
& Kristiyanasari 2009).
Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
minggu dan lahir dari umur kelahiran 37 minggu sampai 42 minggu dengan
berat lahir 2.5000 gram ( Sugiyarti,2010)
Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim
seorang wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai
umur satu bulan (FKUI,2011).
Jadi, bayi baru lahir normal (BBL) adalah bayi lahir cukup bulan dan
sehat dengan berat antara 2500-3500 gram, dengan usia gestasi 38-42
minggu, secara sponton tanpa ada penyulit yang menyertai.
B. Etiologi
1. HIS (kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
C. Manifestasi Klinis
Menurut David dan Derek (2008) menyebutkan bahwa gejala klinis bayi baru
lahir normal yaitu:
1. Berat badan 2500 - 4000 gram.
2. Panjang badan 48 - 53 cm.
3. Lingkar kepala 31-35 cm.
4. Lingkar dada 30 – 33 cm.
5. Suhu ketiak : 36,5-37oC.
6. Denyut Jantung : 120-160 per menit
7. Respirasi : 40-60 per menit
8. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup terbentuk dan
diliputi verniks kaseosa
9. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala telah sempurna
10. Kuku telah agak panjang dan lemah
11. Genetalia :
a. Perempuan : labia mayora sudah menutup labia minora, vagina dan
uterus yang berlubang
b. Laki-laki : testis sudah turun da nada pada skrotum dan penis yang
berlubang
12. Refleks hisap dan menelan terbentuk dengan baik
13. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik.
14. Reflex sucking sudah terbentuk dengan baik.
15. Refleks morro sudah baik, bila dikagetkan memperlihatkan gerak seperti
memeluk
16. Gerakan refleks sudah baik apabila diletakkan sesuatu benda diatas
telapak tangan bayi akan menggenggam atau adanya gerak reflek
17. Eliminasi baik urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama
mekonium berwarna coklat kehitaman.
- Neck-Righting
Jika bayi terlentang kepalan dipalingkan kesalah satu sisi
bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti
dengan pelvis.
- Inkurvasi batang tubuh
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak kearah sisi yang distimulasi,
tulang belakang lurus saat berbaring dan menapak pada posisi
berbaring telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan tidak
terjadi dislokasi.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan hipotermia.
Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin, seperti meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda-
benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin, seperti ruangan yang dingin, adanya aliran
udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau
pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
2. Pemenuhan nutrisi.
Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat.
3. Pencegahan aspirasi.
Teknik menyusui yang baik.
Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan.
Observasi vital sign dan keadaan umum.
4. Pencegahan infeksi.
Perawatan yang steril
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,
terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali
pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Pakai sarung tangan
bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
Personal hygent
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula
dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
5. Perawatan Mata
Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus
dicatat dalam status termasuk obat apa yang digunakan. Yang lazim
dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir (Saifudin, 2007).
6. Pemberian ASI
Pada masa laktasi menurut Pinem, 2009, terdapat refleks pada ibu
dan refleks pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu adalah:
a. Refleks prolactin
Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu
kelenjar hipofise bagian depan untuk mengeluarkan hormon
proaktin ke dalam peredaran darah yang menye-babkan sel
kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi menghisap
semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar
hipofise. Akibatnya makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel
kelenjar. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan
produksi ASI berkurang, mekanisme ini disebut supply and
demand.
b. Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu
hipofise bagian belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke
dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel – sel myopytel yang
mengelilingi alveoli dan duktuli berkon-traksi, sehingga ASI
mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting.
Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk
pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement
(pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya memperlancar
pengeluaran ASI.
Oksitosin juga merangsang otot rahim berkontraksi
sehingga mempercepat terlepasnya plasenta dari dinding rahim
dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Let down reflex
dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang
percaya diri.
Sedangkan untuk refleks pada bayi adalah:
a. Refleks mencari puting (rooting reflex)
Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan menoleh
ke arah sentuhan, membuka mulutnya dan beru-saha untuk
mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung
mengangkap puting dan areola.
b. Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada palatum
durum bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi. Gusi bayi
menekan areola, lidah dan langit – langit sehingga menekan
sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Kemudian terjadi
gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI dari payudara masuk
ke dalam mulut bayi.
c. Refleks menelan (swallowing reflex)
ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.
7. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
8. Pemberian Vitamin K
Untuk mencegah perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1mg/hari selama 3 hari
(Saifudin, 2007).
F. Kebutuhan BBL
1. Merawat tali pusat : sesudah / sebelum plasenta lepas tak masalah
2. Menilai apgar menit 1, 5, 10 normal 7 – 10, asfiksia ringan 4-6, berat < 3
3. Nutrisi : 12 jam pertama belum perlu, untuk memungkinkan bayi
istirahat dan mengeluarkan lendir namun tergantung kebijakan masing-
masing RS saat ini di sesuai segera dengan ASI.
4. Stimulasi, melalui sentuhan / belaian / pandangan menyusui, saat ini
stimulasi untuk merangsang pernafasan tak dianjurkan, kalau terpaksa
isap lendir.
5. Identifikasi masalah
6. Kebersihan
7. Profilaksis : tetes mata, vit K
8. Mempertahankan suhu
9. Antropometri
10. Menentukan gestasi
11. Pakaian dan selimut
12. Posisi dan lingkungan : miring dengan kepala sedikit rendah, lingkungan
hangat / tenang.
G. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Pemeriksaan jumlah sel darah putih (SDP)
Jumlah sel darah putih 18.000/mm³, neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm³ hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin 15-20 g/dl (kadar lebih rendah sehubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
3. Hematokrit (Ht)
Kadar hematokrit 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia; penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragi prenatal/perinatal.
4. Essai inhibisi Guthrie
Tes untuk melihat adanya metabolit fenilalanin, manandakan
fenilketonuria (PUK)
5. Pemeriksaan bilirubin total
Terdapat 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2
hari kehidupan, dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari kehidupan.
6. Pemeriksaan dektrosik
Tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40 sampai 50 mg/dl, meningkat 60 sampai 70 mg/dl pada gari
ketiga.
a) Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah kuning pada bayi yang timbul pada hari
kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya
tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi
menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi. Ikterus ini biasanya akan menghilang pada akhir minggu
pertama atau 10 hari pertama.
b) Ikterus patologis
Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
billirubinnya mencapai suatu nilai yang di sebut hiperbillirubinemia.
3) Hipotermi.
Bayi hipotermi adalah bayi yang mempunyai suhu tubuh di
bawah 36,0oC. Ada dua macam hipotermi, yaitu hipotermi sedang (32-
36,0oC) dan hipotermi kuat (<320C). Tanda dan gejala hipotermi yaitu
bayi tidak mau minum/ menetek, bayi tampak lesu/ mengantuk/
letargie, tubuh bayi teraba dingin, denyut jantung bayi menurun dan
kulit tubuh bayi mengeras (sklerema). Penanganan hipotermi adalah
perawatan di dalam incubator/penyinaran lampu, metode kanguru,
pemberian selimut hangat, pemberian ASI sedikit-sedikit tapi sesering
mungkin untuk mencegah hipoglikemia, dan jika bayi tidak mau
menyusu, beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
J. Patofisiologi
Maryunani, A. Nurhayati. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info
Media.
David, H dan Derek I.J. 2008. Dasar – dasar Pediatrik. Ed. 3. Jakarta: EGC.