DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
1. Berliana Kusumawardani P2.31.33.017.005
2. Herni Setyowati P2.31.33.017.014
3. Iyus Anda Rusman P2.31.33.017.019
4. Ni Putri Aryati Rahadi P2.31.33.017.029
2 D-III A
MEMUTUSKAN :
dengan mencabut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah (Lembaran Negara Tahun
1962 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2390) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah (Lembaran
Negara Tahun 1968 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2855).
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung
dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.
c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka yang
ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat.
BAB III
JENIS PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH
Pasal 3
Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah.
BAB IV
DAERAH WABAH
Pasal 4
(1) Menteri menetapkan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai
daerah wabah.
(2) Menteri mencabut penetapan daerah wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimakiud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
BAB V
UPAYA PENANGGULANGAN
Pasal 5
(1) Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan
karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;
g. upaya penanggulangan lainnya.
(2) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
(3) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 6
(1) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan
dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif.
(2) Tata cara dan syarat-syarat peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 7
Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan wabah
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 8
(1) Kepada mereka yang mengalami kerugian harta benda yang diakibatkan oleh upaya
penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan ganti
rugi.
(2) Pelaksanaan pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Kepada para petugas tertentu yang melaksanakan upaya penanggulangan wabah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan penghargaan atas risiko yang
ditanggung dalam melaksanakan tugasnya.
(2) Pelaksanaan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 10
Pemerintah bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya penanggulangan wabah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).
Pasal 11
(1) Barang siapa yang mempunyai tanggung jawab dalam lingkungan tertentu yang mengetahui
adanya penderita atau tersangka penderita penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan/atau Kepala Unit Kesehatan terdekat
dalam waktu secepatnya.
(2) Kepala Unit Kesehatan dan/atau Kepala Desa atau Lurah setempat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) masing-masing segera melaporkan kepada atasan langsung dan instansi lain
yang bersangkutan.
(3) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta tata
cara penyampaian laporan adanya penyakit yang dapat menimbulkan wabah bagi nakoda
kendaraan air dan udara, diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Kepala Wilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah di wilayahnya
atau adanya tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, wajib
segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya.
(2) Tata cara penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 13
Barang siapa mengelola bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat
menimbulkan wabah, wajib mematuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 14
Pasal 15
(1) Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
(2) Barang siapa karena kealpaannya mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan
pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
(3) Apabila tindak pidana sebagainiana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh suatu badan
hukum, diancam dengan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha.
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
Dengan diundangkannya Undang-Undang ini peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1962 tentang Wabah dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah tetap berlaku, sepanjang peraturan
pelaksanaan tersebut belum diganti dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
3. Penderita adalah seseorang yang menderita sakit karena penyakit yang dapat
menimbulkan wabah.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya
di bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan.
9. Tim Gerak Cepat adalah Tim yang tugasnya membantu upaya penanggulangan
KLB/wabah.
Pasal 2
BAB II
JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPAT
MENIMBULKAN WABAH
Bagian Kedua
Umum
Pasal 3
Pasal 4
(1) Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah
sebagai berikut:
a. Kolera
b. Pes
c. Demam Berdarah Dengue
d. Campak
e. Polio
f. Difteri
g. Pertusis
h. Rabies
i. Malaria
k. Antraks
l. Leptospirosis
m. Hepatitis
o. Meningitis
p. Yellow Fever
q. Chikungunya
(2) Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan
oleh Menteri.
Bagian Kedua
Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah
Pasal 5
(1) Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat dilakukan
secara pasif dan aktif.
(2) Penemuan secara pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan
meliputi diagnosis secara klinis dan konfirmasi laboratorium.
(3) Penemuan secara aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis secara
epidemiologi berdasarkan gambaran umum penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan wabah yang selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai gambaran umum penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan wabah, tata cara pemeriksaan klinis, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya tercantum dalam Lampiran
Peraturan ini.
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN KLB/WABAH
Bagian Kesatu
Penetapan Daerah KLB
Pasal 6
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut:
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
Pasal 7
(1) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau
Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah
memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsi
menetapkan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di wilayah kerjanya masing-masing dengan menerbitkan laporan
KLB sesuai contoh formulir W1 terlampir.
Pasal 8
(1) Dalam hal kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu
daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas kesehatan provinsi
dapat menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
(2) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan
KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
Pasal 9
(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLB
berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertimbangan penetapan suatu daerah dalam
keadaan wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini.
Pasal 11
Menteri menetapkan daerah dalam keadaan wabah berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
Pasal 12
Menteri harus mencabut penetapan daerah wabah berdasarkan pertimbangan
keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10.
Bagian Ketiga
Penanggulangan KLB/Wabah
Pasal 13
(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
Pasal 14
(2) Upaya penanggulangan secara dini dilakukan kurang dari 24 (dua puluh
empat) jam terhitung sejak daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 15
(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, atau suatu daerah dalam keadaan wabah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 diperlukan untuk mempermudah koordinasi dan optimalisasi
sumber daya di bidang kesehatan dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah.
(2) Sumber daya di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi,
dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi.
BAB IV
PELAPORAN
Pasal 16
(1) Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala
desa/lurah dan puskesmas terdekat atau jejaringnya selambat-lambatnya 24
(dua puluh empat) jam sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka
penderita penyakit tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Pasal 17
Pasal 19
Pasal 20
Bagian Kedua
Ketenagaan
Pasal 21
Pasal 22
b. Kepala dinas kesehatan provinsi atas nama gubernur untuk tingkat provinsi;
dan
Pasal 23
Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli asing setelah
mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Ketiga
Pasal 24
Pasal 25
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya, dan Tata Cara
Penanggulangan Seperlunya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 28
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_1984.htm