BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Kersen
1. Morfologi dan Taksonomi Daun Kersen
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales/Columniferae
5
6
Suku : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Daun kersen merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang
dapat dimanfaatkan potensinya untuk membantu menjaga kesehatan tubuh.
Daun kersen dapat dijadikan minuman yang berkhasiat mengobati
penyakit seperti diabetes, asam urat, kolesterol tinggi, dll. Hal tersebut
7
karena daun kersen memiliki kandungan kimia antara lain air (77,8 g),
protein (0,38 g), lemak (1,56 g), karbohidrat (17,9 g), serat (4,6 g),
kalsium (124,6 g), fosfor (84 mg), besi (1,18 g), karoten (0,02 g), tianin (0,55
g) dan kandungan vitamin (80,5 mg).
B. Inflamasi
adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera
atau terinvasi agar dapat mengisolasi, menghancurkan, atau
menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan
mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan (Corwin, 2008).
Respons inflamasi terjadi dalam tiga fase dan diperantarai oleh
mekanisme yang berbeda :
1) Fase akut, dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
2) Reaksi lambat, tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel leukosit dan
fagosit.
3) Fase proliferatif kronik, dengan ciri terjadinya degenerasi dan fibrosis
(Wilmana, 2007).
1) Kemerahan (rubor)
Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan
darah ke daerah tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan
aliran darah ke tempat cedera (Corwin, 2008).
2) Rasa panas (kalor)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana
rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat
radang daripada di daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini
terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di
dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan (Wilmana, 2007).
3) Rasa sakit (dolor)
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:
a. Adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi
peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri,
10
5) Fungsiolaesa
Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang
terkena inflamasi dan sekitarnya akibat proses inflamasi.(Wilmana, 2007).
C. Tablet
1. Pengertian Tablet
3. Penggolongan Tablet
Penggolongan tablet dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tablet Implantasi adalah tablet yang pemakaiannya dengan cara
menanamkannya dalam jaringan bawah kulit. Contoh: tablet hormon.
b. Tablet Effervescent adalah tablet yang penggunaannya dilarutkan
terlebih dahulu dalam air kemudian diminum. Didalam tablet selain
zat aktif juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat)
dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan
13
gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A maupun kolom B (Dirjen POM, 1995):
b. Uji kekerasan
c. Uji keregasan
Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada sistem pencernaan,
maka tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat kecairan tubuh.
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi
partikel-partikel kecil. Tablet biasanya diformulasikan dengan bahan
pengembang yang menyebabkan tablet hancur didalam air atau cairan
lambung (Soekemi, A. R., 1987).
f. Uji disolusi
pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu
medium (Dirjen POM, 1995).
6. Syarat-syarat Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber-sumber lainnya,
tablet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif
merupakan bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili
keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan
indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif
merupakan bagian terkecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula.
Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut
dan tablet mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif
lebih kecil dari 50 % bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji
keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet
(Syamsuni, 2007).
b. Uji kekerasan
Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan
gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka
kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang.
Selain itu metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet.
18
b. Talk
c. Avicel
d. Amprotab
Amprotab® adalah nama dagang dari Amylum Manihot.
Amprotab® merupakan serbuk halus, warna putih, tidak berbau, tidak
berasa, praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol (Anonim, 1995).
Amylum digunakan sebagai bahan penghancur (disintegrant) pada
konsentrasi 3-15 % (Rowe. dkk, 2003).
Amprotab® sebagai bahan penghancur yang mampu
meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi kelembaban, mengembang
dan meninggikan daya pembasahan tablet atau bersifat hidrofilisasi
(Voigt, 1984).
D. Ekstraksi
1. Pengertian Ekstraksi