Anda di halaman 1dari 8

Laporan Ekskursi Geologi Regional 2019

KELOMPOK 1

IDENTIFIKASI JEJAK GUNUNG API PURBA DAN PENENTUAN FASIESNYA


Di Daerah Tawang sari, Sukoharjo - Jawa Tengah

RAFI´I (12292),ARBINO (13084), M.RUDI (13152), BHOMAS (14090), DOLI (14106),


SULIS (14120),YUSUF (14164), WINDI (15138)

Departemen Teknik Geologi, ITNY, Jl. Babarsari, Sleman, Yogyakarta

SARI
Berdasarkan bentuk bentang alam dan asosiasi batuan penyusun, suatu kerucut gunung api
komposit dapat dibagi menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Secara
bentang alam, pembagian tersebut dimulai dari pusat erupsi di bagian puncak, menurun ke arah
lereng, kaki, serta dataran di sekelilingnya. Fasies sentral gunung api dicirikan oleh asosiasi batuan
beku intrusi dangkal, kubah lava, dan batuan ubahan hidrotermal. Makalah ini membahas morfologi
gunung api dan batuan gunung api yang mengindikasikan keberadaan gunung api purba bawah laut
di daerah Tawangsari-Jomboran, Sukoharjo-Wonogiri, Jawa Tengah. Secara umum, batuan gunung
api ini diidentifikasi sebagai breksi andesit yang dikelompokkan ke dalam Formasi Mandalika
berumur Oligosen-Miosen (Surono et al., 1992). Asal mula Formasi Mandalika kaitannya dengan
proses sedimentasi klastik dan proses vulkanisme masih perlu dievaluasi. Penelitian ini didasarkan
pada deskripsi terperinci di lapangan. Breksi basal otoklastika yang tersingkap menunjukkan ciri-ciri
komponen fragmen batuan beku tertanam dalam massa dasar berkomposisi sama, yaitu batuan beku,
warna hitam hingga abu-abu gelap; tekstur porfiritik, permukaan kasar, membreksi; struktur bantal,
masif, vesikuler halus, amigdaloidal kalsit, dan kekar radier; komposisi andesit.
Kata kunci: gunung api, lava , fasies

ABSTRACT

Based on the shape of the landscape and the association of rock composer, a cone of a composite
volcano can be divided into facies, central facies of the proximal, facies medial, and facies of the
distal. In landscape, the division is started from the center of eruption at the peak, declining to the
direction of the slope, legs, as well as the plains around her. Facies of the central volcano is
characterized by the association of igneous intrusion shallow, lava domes, and rock hydrothermal
alteration. This paper discusses the morphology of the volcanic rocks and the mountain of fire that
indicate the existence of an ancient volcano under the sea in the area of Tawangsari-Jomboran,
Sukoharjo-Wonogiri, Central Java. In general, the rocks of this volcano are identified as breccia
andesite, which are grouped into Formations Mandalika was the Oligocene-Miocene (Surono et al.,
1992). The origin of the Formation Mandalika relation to the process of sedimentation of clastic
and processes volcanism still need to be evaluated. This research is based on the detailed
descriptions in the field. Breccia basalt otoklastika uncovered shows the characteristics of the
component fragments of igneous rock embedded in the mass of the base composition is the same,
namely igneous rocks, black to dark grey; the texture is porphyritic, coarse surface, membreksi; the
structure of the pillow, massive, vesicular smooth, amigdaloidal calcite, and burly radier; the
composition of the andesitic.
Keywords: volcano, lava , facies
pada kemudahan pencapaian lokasi, serta
PENDAHULUAN singkapan geologi yang cukup mewakili dan
keberadaannya belum dikaji secara
Di Indonesia, gunung api dan hasil
komprehensif. Selain hal tersebut, daerah ini
kegiatannya yang berupa batuan gunung api
penting untuk studi magmatisme-vulkanisme,
tersebar melimpah baik di darat maupun di laut.
dan implikasinya terhadap sumber daya energi.
Berdasarkan umur geologi, kegiatan gunung api
di Indonesia paling tidak sudah dimulai sejak
METODOLOGI
Zaman Kapur Atas (Martodjojo, 2003) atau
sekitar 76 juta tahun yang lalu (Ngkoimani, Metode penelitian yang digunakan adalah

2005) hingga masa kini. Namun demikian, pengkajian data sekunder yang berhubungan

sejauh ini para ahli kebumian masih sangat dengan lokasi dan tema yang dibahas dari hasil

sedikit yang tertarik untuk mempelajari ilmu pendeskripsian dilapangan dan mengenai data

vulkanologi. Makalah ini ditujukan untuk penelitian geologi terdahulu serta beberapa dari

menunjukkan betapa pentingnya pemahaman studi pustaka berupa data sekunder dari

terhadap geologi gunung api, khususnya fasies beberapa literatur yang berkaitan gunung api

gunung api dan berbagai aplikasinya, baik purba.

untuk kepentingan praktis di bidang sumber DASAR TEORI

daya dan mitigasi bencana, maupun dalam Fisiografi daerah penelitian termasuk
pengembangan konsep-konsep geologi di kedalam wilayah zona Pegunungan Selatan
Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar penelitian yang tersusun oleh batuan gunung api produk
geologi gunung api semakin berkembang pada erupsi letusan maupun erupsi lelehan, selain
masa mendatang. batuan sedimen klastika dan karbonat.
Pegunungan Selatan, Jawa Tengah, merupakan
MAKSUD DAN TUJUAN
wilayah yang terpengaruh oleh kegiatan

Maksud penelitian adalah mendapatkan vulkanisme, yang ditunjukkan oleh

suatu gambaran dari data-data geologi berupa, keterdapatan banyak batuan hasil kegiatan

petrologi dan geomorfologi serta struktur gunung api. SoeriaAtmadja drr. (1994)

geologi terutama yang berkaitan vulkanisme. melakukan penelitian batuan gunung api Tersier

Tujuan penelitian untuk mengetahui fasies di Pulau Jawa dan menyimpulkan keberadaan

gunungapi masa lampau (tersier) yang ada dua buah busur magma berumur Eosen-Miosen

didaerah Tawangsari-Jomboran-Sukoharjo dan Awal dan Miosen Akhir-Pliosen. Sementara itu,

daerah ini termasuk kedalam Zona Fisiografi kegiatan vulkanisme secara jelas dapat diamati

Pegunungan Selatan. Penelitian ini menekankan sejak Kala Oligosen, yaitu saat pembentukan

pada deskripsi terperinci di lapangan dan Formasi Kebo-Butak hingga Kala Miosen dan

sedangkan pemilihan daerah studi didasarkan pembentukan Formasi Oyo (Gambar 1).
Wonosari (Tmwl). Kemudian formasi-formasi
tersebut diterobos batuan beku Diorit (Tpdi).
Penarikhan umur radiometri (K-Ar) dari be-
berapa penelitian (SoeriaAtmadja, drr., 1994;
Hartono, 2000; Bronto, drr., 2005; Ngkoimani,
2005; Priadi & Mubandi, 2005; Akmaluddin,
drr., 2005) menunjukkan umur absolut batuan
gunung api yang dikelompokkan ke dalam
Formasi Andesit Tua berkisar antara 59,00 ±

Gambar 1. Peta sebaran zona subduksi dan 1,94 jtl. hingga 11,88 ± 0,71 jtl. Hal ini
busur magmatic menurut (Sujanto dan menunjukkan adanya vulkanisme yang terjadi
Sumatri,1977) secara menerus dan berulang kali. Hartono
(2000) dan Hartono dan Syafri (2007)
menyatakan bahwa batuan gunung api yang
menyusun Zona Pegunungan Selatan
Yogyakarta dan sekitarnya paling sedikit
dihasilkan oleh lima pusat erupsi purba. Di
pihak lain, Bronto (2007) membagi keberadaan
fosil gunung api menjadi empat kelompok,
yaitu (1) Kelompok Gunung Api purba
Parangtritis - Sudimoro, (2) Kelompok Gunung
Gambar 2. Peta Sebaran Batuan Pra-Tersier Api purba Baturagung – Bayat, (3) Kelompok
(Katili 1975,dalam Sujanto et.al.,1977) Gunung Api purba Wonogiri – Wediombo, dan
(4) Kelompok Gunung Api purba Karangtengah
Di pihak lain, Surono drr. (1992) menyatakan
– Pacitan. Surono drr. (1992) yang telah
stratigrafi Pegunungan Selatan diawali dari
melakukan pemetaangeologi, mengelompokkan
pengendapan Batuan Malihan (KTm), Formasi
batuan gunung api tersebut ke dalam Formasi
Gamping-Wungkal (Tew) yang secara tidak
Mandalika, Formasi Semilir, Formasi Wuni,
selaras ditindih Formasi Kebo-Butak (Tomk),
dan Formasi Nglanggran (Gambar 3). Formasi
dan Formasi Mandalika (Tomm). Selaras di
Mandalika umumnya tersusun oleh material
atasnya berkembang Formasi Semilir (Tms),
masif berupa lava Dasit – Andesit, Tuf dasit,
Formasi Nglanggran (Tmng), dan Formasi
dan batuan intrusi Diorit. Formasi Semilir
Sambipitu (Tmss). Ketiga formasi tersebut
tersusun oleh material fragmental berupa tuf
berhubungan secara menjemari. Selanjutnya,
berukuran pasir dan lempung, dan breksi pumis
secara tidak selaras diendapkan Formasi Oyo
dasit. Hubungan stratigrafi antara formasi
(Tmo) yang menjemari dengan Formasi
batuan yang ada menunjukkan hubungan
selaras, menjemari, dan hubungan tidak selaras. halus. Hubungan antara butir fraksi kasar di
Struktur geologi yang berkembang pada formasi daerah dekat sumber pada umumnya
batuan gunung api ditunjukkan oleh sesar membentuk kemas tertutup, tetapi kemudian
normal berarah tenggara – barat laut. Pada berubah menjadi kemas terbuka sejalan dengan
formasi batuan bukan asal gunung api menjauhnya dari daerah sumber. Di samping itu
berkembang struktur geologi berupa sinklin juga membentuk struktur sedimen, seperti
yang terletak di sebelah selatan formasi batuan struktur imbrikasi, silang-siur, antidunes, dan
gunung api (Gambar 3). gores-garis sebagai akibat terlanda hembusan
piroklastika.
Simkin drr. (1981) dan Gill (1981)
menyatakan bahwa gunung api masa kini yang
berkembang di daerah tumbukan pada
umumnya berkomposisi Andesit, mempunyai
bentuk kerucut komposit atau strato, tersusun
oleh perlapisan batuan beku luar, Aglomerat,
Breksi gunung api dan Tuf, kadang-kadang
diintrusi oleh batuan beku terobosan berbentuk
retas, sill, kubah bawah permukaan
Gambar 3. Peta geologi daerah Wonogiri dan (cryptodome), dan leher gunung api. Batuan
sekitarnya (disederhanakan dari Surono drr., beku luar merupakan magma yang keluar ke
1992). permukaan bumi membentuk aliran lava atau
Umumnya, batuan gunung api adalah batuan kubah lava. Aglomerat merupakan batuan
yang terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung piroklastika (Fisher & Schmincke, 1984; Cas &
api, baik secara langsung maupun tidak Wright, 1987; Lorenz & Haneke, 2004),
langsung. Secara langsung di sini mempunyai sedangkan Breksi gunung api dan Tuf sebagai
arti sebagai hasil erupsi gunung api yang batuan piroklastika (primer) atau batuan
membatu secara in situ, sedangkan secara tidak sedimen epiklastika (sekunder). Secara
langsung berarti telah mengalami perombakan petrologis batuan beku, intrusi dangkal
atau deformasi. Pemerian tekstur batuan (subvolcanic intrusions) mempunyai banyak
klastika gunung api menyangkut bentuk butir, persamaan dengan batuan beku luar dan batuan
ukuran butir, dan kemas. Karena efek abrasi klastika gunung api di sekitarnya, antara lain
selama proses transportasi, bentuk butir berubah bertekstur kaca, afanit dan hipokristalin porfiri,
mulai dari sangat meruncing-meruncing sampai mengandung kaca gunung api, serta dalam
dengan membundar-sangat membundar. Ukuran banyak hal mempunyai afinitas dan komposisi
butir juga berubah dari fraksi sangat kasar - yang sama. Dengan demikian pengertian batuan
kasar, sedang sampai dengan halus - sangat gunung api meliputi batuan beku intrusi
dangkal, batuan beku luar (aliran lava dan tubuh gunung api. Pemikiran tersebut,
kubah lava), Breksi gunung api, Aglomerat, dan menggambarkan adanya perubahan sistem
Tuf. Pembangunan suatu kerucut gunung api sedimentasi dari lingkungan arus tenang yang
melibatkan fase konstruktif dan fase destruktif ditunjukkan oleh pengendapan fraksi halus dan
atau dikenal sebagai siklus vulkanisme. terbentuknya batugamping, menjadi sistem
Pembentukan batuan beku luar yang sedimentasi yang dihasilkan oleh mekanisme
berselingan dengan Breksi, Andesit piroklastika letusan gunung api yang ditunjukkan oleh
dan Tuf andesit mengindikasikan tahap kegiatan pengendapan material gunung api fraksi halus –
vulkanisme yang bersifat membangun kasar, dan aliran lava.
(konstruktif) kerucut gunung api strato,
PEMBAGIAN FASIES GUNUNG API
sedangkan tahap kegiatan vulkanisme bersifat
Secara bentang alam, gunung api yang
merusak (destruktif) ditandai oleh melimpahnya
berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi daerah
Breksi pumis, Lapili pumis dan Tuf
puncak, lereng, kaki, dan dataran di
berkomposisi Andesit (Gambar 4).
sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian
dikembangkan oleh Williams dan McBirney
(1979) untuk membagi sebuah kerucut gunung
api komposit menjadi 3 zone, yakni Central
Zone, Proximal Zone, dan Distal Zone. Central
Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut
gunung api, Proximal Zone sebanding dengan
daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama
Gambar 4. Diagram pembentukan batuan dengan daerah kaki serta dataran di sekeliling
gunungapi. gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua
Secara umum, lokasi daerah penelitian penulis tersebut sering menyebut zone dengan
disusun oleh material batuan beku, yaitu berupa facies, sehingga menjadi Central Facies,
lava dan menjadi batuan Breksi autoklastika Proximal Facies, dan Distal Facies.
dan beberapa tempat disusun baruan Pembagian fasies gunung api tersebut
piroklastika. Hal ini karena secara vulkanologis dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981)
Formasi Mandalika menunjukkan ciri-ciri fase serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi
pembangunan suatu tubuh gunung api empat kelompok,
komposit, adanya perulangan pengendapan Yaitu Central Facies, Proximal Facies, Medial
produk erupsi lelehan dan erupsi letusan. Di sisi Facies, dan Distal Facies (Gambar 5). Sesuai
lain, formasi yang lebih muda (Formasi Semilir) dengan batasan fasies gunung api, yakni dapat
yang kaya pumis dan berkomposisi andesit dasit di identifiksi berdasarkan ciri litologi,
menunjukkan ciri-ciri fase perusakan suatu kenampakan geomorfologi serta strukturnya.
afanitik dan mempunyai tingkat keseragaman
butir inequigranular, memiliki komposisi
mineral piroksen, hornblenda, plagioklas,
felsdfar dan kuarsa.

Gambar 5. Pembagian fasies gunung api


menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies
medial, dan fasies distal beserta komposisi
batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie,
1998).
PEMBAHASAN Gambar 6. Sketsa dari lokasi pengamatan

Lokasi ini merupakan singkapan lava andesit Kenampakan singkapan batuan beku berupa
Formasi Mandalika yang ekuivalen dengan lava andesit-basal yang mempunyai perubahan
Formasi Kebobutak di Pegunungan Baturagung, bentuk ke breksi autoklastik.

Secara Fisiografi termasuk kedalam zona


Pegunungan Selatan, dan secara tatanan
tektonik merupakan merupakan busur
kepulauan gunung api yang berumur Oligosen-
Miosen. Lava secara umum mempunyai
kenampakan struktur autoklastik dan beberapa
menunjukkan Sheeting Joint, Terdapat juga
Gambar 7. Foto singkapan batuan beku (Lava)
struktur lubang-lubang gas (Vesikuler) yang
berstruktur Sheeting Joint.
menunjukkan jenis batuan beku luar (Ekstrusi).
Warna yang teramati abu-abu dan sebagian Berdasarkan penelitian dilapangan bahwa
kehijauan, memiliki viskositas lava menengah dari lokasi penelitian yang berupa singkapan
genesa dari daerah pengamatan lava terbentuk batuan beku berupa lava yang memungkinkan
akibat lelehan magmatisme yang tidak jauh dari bahwa pada fase erupsi dan letusan mengalami
kawah gunung api. Interpretasi merupakan tipe erupsi lelehan yang berdasarkan karateristik
bagian dari gunung api Gajahmungkur yang komposisi batuan, struktur batuan dan zona
termasuk pada area zona proksimal, Derajat jangkauan lelehan yang terbentuk tidak jauh
kristalisasi hipokristalin, struktur porfiro-
dari pusat erupsinya yang dapat di bedakan ke makalah ini bermanfaat dan dapat membatu
daerah zona sentral ke zona proksimal. dalam acuan belajar bagi semuanya.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Bronto, S., Misdiyanta, P., Hartono, G., dan Sayudi,
dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian S., 1994. Penyelidikan Awal Lava Bantal
Watuadeg, Bayat dan Karangsambung, Jawa
termasuk daerah jalur Magmatisme busur Tengah, Kumpulan Makalah Seminar: Geologi
gunung api tersier yang berumur oligosen- dan Geotektonik Pulau Jawa, Sejak Akhir
Mesozoik Hingga Kuarter. Jur. Tek. Geologi, F.
miosen yang termasuk kedalam wilayah daerah Teknik, UGM, Yogyakarta, h. 123-130.
fisiografi zona pegunungan selatan yang
Hartono, G., 2000. Studi Gunung api Tersier:
memiliki karakteristik dan litologinya tersusun Sebaran Pusat erupsi dan Petrologi di
oleh batuan gunung api produk lelehan dan Pegunungan Selatan Yogyakarta. Tesis S2, ITB,
168 p, tidak diterbitkan.
letusan serta beberapa produk dari batuan
Surono, Sudarno, I. dan Toha, B., 1992. Peta
sedimen klastika. Dari lokasi penelitian yang
Geologi Lembar Surakarta – Giritontro, Jawa,
terletak disekitar daerah Tawangsari, Jomboran, skala 1:100.000. Puslitbang Geologi, Bandung.
Sukoharjo, Wonogiri yang memiliki batuan Van Bemmelen, RW., 1949. The Geology of
yang dominan berupa batuan beku yang Indonesia, Vol IA. Government Printing Office,
The Hague, 732 h.
termasuk ke formasi mandalika yang memiliki
genesa terbentuknya wilayah penelitian Walker, G.P.L., 1993. Basaltic-Volcano Systems,
Magmatic Processes and Plate Tectonic. Dalam:
dicirikan adanya singkapan batuan beku berupa Prichard, H.M., Alabaster, T., Harris, N.B.W. dan
lava andesit basal yang menyusun dan dari hasil Neary, C.R. (Eds), Geol. Society Sp ecial
Publication, 76, h. 3-38.
peninjauan dari klasifikasi fasies dan ciri-ciri
yang didapat dari data lapangan dan jejak yang Wilson, M., 1989. Igneous Petrogenesis: A Global
Tectonic Approach. Unwin Hyman, London, 1st.
ditemui dapat di tentukan bahwa lokasi pub., 465 h.
penelitian termasuk kedalam area zona
Yuwono, Y.S., 1994. Gunungapi Bawah Laut
proksimal dari hasil penentuan klasifikasi fasies “Dakah” di Karangsambung, Kebumen, Jawa
gunung api. Tengah, Abstrak. Kumpulan Makalah Seminar:
Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Sejak
Ucapan Terima Kasih- Penulis mengucapkan
Akhir Mesozoik hingga Kuarter. Jur. Tek.
terima kasih kepada beberapa pihak yang telah Geologi, F. Teknik, UGM, Yogyakarta, h. 121.
membantu, sehingga makalah ini dapat
Soeria-Atmadja, R., Maury, R. C., Bellon, H.,
terselesaikan. Kepada para Bapak/Ibu Dosen Pringgoprawiro, H., Polve, M., dan Priadi, B.,
Pendamping Ekskursi Geologi Regional 2019 1994. The Tertiary Magmatic Belts in Java.
atas diskusinya yang menarik, dan para teman- Journal of SE-Asian Earth Sciences, 9, (1/2), h
teman kelompok (1) atas kerjasama dan diskusi 13-27.

dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Hartono, G., Sudradjat, A., dan Syafri, I., 2008.
Gumuk Gunung Api Purba Bawah Laut Di
Tawangsari – Jomboran, Sukoharjo – Wonogiri, Kecamatan Bayat, Klaten Jawa Tengah. Majalah
Jawa Tengah. Jurnal Geologi Indonesia, 3 (1), h. Geologi Indonesia, 19, h.147-163.
37-48. Bronto, S., 2003c. Gunungapi Tersier Jawa Barat:
Bronto, S., 2007. Fosil gunung api di Pegunungan Identifikasi dan Implikasinya. Majalah Geologi
Selatan Jawa Tengah. Seminar dan Workshop Indonesia, 18, h.111-135.
“Potensi Geologi Pegunungan Selatan dalam Akmaluddin, D.L. Setijadji, Watanabe, K., dan Itaya,
Pengembangan Wilayah”, Kerja sama PSG, T., 2005. New interpretation on magmatic belts
UGM, UPN “Veteran”, STTNAS dan ISTA, evolution during the Neogene-Quaternary
Yogyakarta, 27-29 Nov. periods as revealed from newly collected K-Ar
Bronto, S., Bijaksana, S., Sanyoto, P., Ngkoimani, ages from Central-East Java – Indonesia. Joint
L.O., Hartono, G., dan Mulyaningsih, S., 2005. Convention IAGI-HAGI-PERHAPI, Nov. 28-30,
Tinjauan Vulkanisme Paleogen Jawa. Majalah 2005, Surabaya.
Geologi Indonesia, 20, (4), h.195-204. Bogie, I. dan Mackenzie, K.M., 1998. The
Cas, R.A.F. dan Wright, J.V., 1987. Volcanic application of a volcanic facies models to an
Successions, Modern and Ancient, Allen & andesitic stratovolcano hosted geothermal system
Unwin, London, 528 h. at Wayang Windu, Java, Indonesia. Proceedings
Fisher, R. V. dan Schmincke, H. M., 1984. of 20th NZ Geothermal Workshop, h.265-276.
Pyroclastic Rocks. Springer-Verlag, Berlin, 472
h.
Fisher, R. V. dan Smith, G. A., 1991. Volcanism,
Tectonics and Sedimentation; Sedimentation In
Volcanic Settings. Dalam: Fisher, R. V. dan
Smith, G. A., (Eds.), SEPM Special Edition,
(45), Tusla, Oklahoma, USA, h.1-5.
Gill, J.B., 1981. Orogenic Andesites and Plate
Tectonics, Springer – Verlag, 390 h.
Hartono, G. dan Syafri, I., 2007. Peranan Merapi
Untuk Mengidentifikasi Fosil Gunung Api Pada
“Formasi Andesit Tua”: Studi Kasus Di Daerah
Wonogiri. Geologi Indonesia: Dinamika dan
Produknya, Publikasi Khusus, 2 (33), Pusat
Survei Geologi, Bandung, h. 63-80.
Hartono, G., 2000. Studi Gunung api Tersier:
Sebaran Pusat Erupsi dan Petrologi di
Pegunungan Selatan Yogyakarta. Tesis S2, ITB,
168 h. Tidak diterbitkan.
Bronto, S., Hartono, G., dan Astuti, B., 2004b.
Hubungan genesa antara batuan beku intrusi dan
batuan beku ekstrusi di Perbukitan Jiwo,

Anda mungkin juga menyukai