Anda di halaman 1dari 11

(Pola Matematika ∪ KEARIFAN LOKAL)

By
Juki and Friends Project

(Maret 2019)
MUSIC : Days Are Long - Silent Partner (No Copyright Music)

INSERT SUBTITLE:

I. POLA MATEMATIKA ∪ KEARIFAN LOKAL


II. JUKI AND FRIENDS PROJECT

SCENE 1 (INT. KAMAR VINDA)

Cerita berawal dari 3 orang sahabat sedang bercengkrama di dalam


sebuah kamar.

Shoot 1 : Shoot Petra membuka pintu kamar kos Vinda (kamera dari
belakang)
Shoot 2 : Petra duduk dan bercanda bersama Vinda dan Octa

Petra
“Gengs,kalian hari ini ada acara gak? Aku mau cari oleh-oleh
nih, kan bentar lagi libur”

Octa
“Selo sih, emang kamu mau beli oleh-oleh apaan?”

Vinda
“Aku juga mau dong, aku mau beliin keluargaku sekalian”

Petra
“Bebas deh pokoknya yang khas jogja”

Octa
“Walah, yawes kalau mau khas Jogja mending ke pasar
Beringharjo aja langsungan”

Vinda dan Petra


“Asyiaaapppppppppppppppppp…. Gaskan”

SCENE 2 (EXT. PASAR BERINGHARJO)

Octa, Vinda dan Petra pun berkeliling di pasar Beringharjo.


Mereka melihat-melihat barang yang dijual yang sekiranya cocok
dijadikan oleh-oleh.

Shoot 1 : Vinda, Octa dan Petra sedang berjalan, ditampilkan


suasana pasar
Octa
“Pet, Vin, kalian jadinya mau beli apa?”

Petra
“Aku sih pengennya beli batik aja, cuman masih bingung ni sama
motif batiknya yang bagus yang mana”

Vinda
“Aku paling cuman beli makanan untuk orang rumah. Pada suka
cemilan soalnya hhhahhaah (sambil tertawa)”

Octa
“Heleh, pantes kamu berisi vin. Yaudah kita pilih batik dulu
aja buat Petra”

Petra dan Vinda


“Asyiiiaaaappp…”

Setelah lama berjalan-jalan akhirnya mereka bertiga sampai di


penjual baju batik. Mereka memilih-milih baju batik yang
sekiranya cocok untuk oleh-oleh.

Shoot 2 : Petra memilih batik kemudian tertarik mengambil batik


dengan motif kawung.

Petra
“Ehhh, bentar tadi kayaknya aku ada lihat motif yang bagus
nih”

Vinda
“Ambil, Pet”

Petra
“Nahhhh ini batiknya bagus gak sih?”

Octa
“Bagus kok, Pet. Ini kalau disini namanya batik kawung, Pet”

Petra
“Oh batik kawung. Batik kawung ini bedanya apa dengan yang
lain?”
Penjual Batik
“Motif batik kawung ini bentuknya berupa bulatan mirip buah
kawung, mbak. Buah kawung itu sejenis kelapa atau kadang juga
dianggap sebagai aren atau kolang-kaling”

Octa
“Iya, pet, terus disusunnnya rapi secara simetris gitu. Liat
sama kan ukurannya atas-bawah, kanan-kirinya (sambil menunjuk
motif kawung pada batik)”

Vinda
“Wihh iyaayaa, simetris banget jadi keliatan rapih gitu
bunganya. Aku juga suka”

Petra
“Mantap. Berapa buk harganya?”

Penjual Batik
“Rp 75.000,00 aja mbak”

Petra
“Yaudah bu, saya ambil ini satu”

Shoot 3 : Petra menyerahkan batik yang dipilihnya dan uang


sebesar Rp 100.000,00
Shoot 4 : Cara penjual memberikan kembalian kepada Petra

Penjual Batik
“Tadi uangnya Rp 100.000,00 ya mbak, ini Rp 75.000,00,
(memberikan uang Rp 5.000,00) Rp 80.000,00,
(memberikan uang Rp 20.000,00) Rp 100.000,00.
Pas ya mbak, kembaliannya Rp 25.000,00”

Setelah mendapatkan batik yang Petra inginkan, mereka bertiga


melanjutkan berkeliling ke sisi pasar yang lain.

Shoot 5 : Perjalanan Petra, Vinda, dan Octa di area Pasar


Beringharjo

Petra
“Penjual tadi ngitungnya gimana ya? Kok malah dijumlahin sih?”

Vinda
“Iya e, bukannya tinggal dikurangin aja ya?”
Octa
“Emang biasanya di pasar kayak gitu vin, pet. Penjual mah
nggak kenal istilah rumus uang kembalian ngitungnya pake uang
yang dibayar dikurangi total harga. Apalagi simbah-simbah yang
udah sepuh yang nggak makan bangku sekolah. Nggak perlu formal
pake rumus gitu, asalkan mereka lebih mudah ngitungnya ya udah
pake itu aja”

Petra
“Ohhh gitu….assyiiiaappp yuk lanjut deh”

Vinda
“Gantian dong, aku mau beli makanan buat oleh-oleh. Kira-kira
apa ya?

Octa
“Bakpia lah, Vin, yang khas jogja”

Vinda
“Jangan bakpia, aku udah pernah bawa. Lagi pengen yang lain
tapi tetep khas Jogja”

Tiba-tiba datang seorang penjual kerpik belut.

Shoot 6 : Seorang penjual belut datang menghampiri ketiganya

Juki
“Monggo mbak, ditumbas keripik welute, asli saking Godean
mbak, dijamin wenakkkkkk tenannnnn”

Vinda
“Dia bilang apa e, Ta?”

Octa
“Itu bapaknya nawarin keripik belut, asli Godean dijamin enak
katanya”

Vinda
“Aku mau dong, satu”

Petra
“Ih mau aku keripik belut nih keliatannya enak. Saya juga satu
ya, pak”
Juki
“Yang besar atau yang kecil mb, kalau yang besar harganya
Rp 50.000,00 yang kecil Rp 30.000,00”

Vinda
“Yang kecil satu aja pak”

Petra
“Aku juga satu yang kecil pak”

Juki menyerahkan dua bungkus keripik belut ukuran kecil kepada


Petra dan Vinda.

Octa
“Kok kayaknya kemarin sabtu, saya jalan-jalan kesini tapi
nggak lihat bapak jualan keripik belut ya, pak? Padahal saya
kemarin juga kesininya jam segini”

Juki
“Sabtu kemarin saya jualan di Pasar Godean mbak, Pon-Ponan”

Vinda
“Pon-ponan itu apa, pak?”

Juki
“Pon itu hari pasaran, mbak. Ada Pon, Wage, Kliwon, Legi
Pahing. Nek di Jawa itu harinya nggak cuma Senin, Selasa
sampai Minggu mbak tapi ada hari pasaran juga. Dulu kan pasar
tradisional cuma buka di hari tertentu, mbak, yo pas hari
pasaran e itu mbak. Nah nek pasaran e Godean itu Pon, mbak,
biasanya le nyebut Pon-ponan”

Petra
“Berarti sekarang pasarnya tutup, pak?”

Juki
“Nek sekarang yo udah modern mbak, buka terus tapi ramainya
tetep pas pasaran e mbak”

Vinda
“Oh berarti tiap Sabtu bapak nggak jualan disini ya pak?”
Juki
“Bukan tiap sabtu mbak, tapi Pon. Nek hari biasa kan 7 hari,
nek pasaran cuma 5 hari mbak”

Vinda
“Terus taunya Pon lagi gimana, pak?”

Juki
“Ya dihitung 5 hari lagi aja mbak dari hari Pon-nya. Karna
kemarin Setu Pon, ya berarti 5 hari lagi… Minggu, Senin,
Selasa, Rabu, Kamis (menghitung nama hari selanjutnya dengan
jari). Hari Kamis, mbak, Pon-nya”

Vinda
“Oalah, aku baru paham, berarti harus dihitung satu-satu ya,
pak?”

Juki
“Nggak juga sih mbak, kalau saya sih sudah hafal ganti
harinya”

Vinda
“Masak pak? Coba pak kalau 3 minggu lagi hari apa pak? Hehe”

Juki
“Sekarang kan Minggu Wage, mbak, berarti Wage lagi itu besok
Jumat, Rabu, Senin, Sabtu (sambil menghitung dengan jarinya).
Nah berarti Minggu-nya itu Minggu Kliwon, mbak”

Vinda
“Wihh Bapaknya hebatt”

Petra
“Iya e. Makasih ya, pak, malah jadi gangguin bapaknya jualan”

Juki
“Nggak apa-apa kok, mbak, biar mbaknya juga tahu budaya Jogja”

Octa
“Iya, pak, hehe. Nuwun, nggih, pak”

Shoot 7 : Perjalanan Petra, Vinda, dan Octa keluar dari Pasar


Beringharjo
Octa
“Makan yo, aku laper e”

Petra
“Yok, gasss cari tempat makan”

SCENE 3 (INT. RUMAH MAKAN)

Petra, Vinda, Octa melanjutkan perjalanan dan memutuskan untuk


makan di daerah sekitar Malioboro. Selama menunggu pesanan,
mereka berbincang mengenai permasalahan selama di perkuliahan.

Shoot 1 : Petra, Vinda, Octa saling bercanda dengan suasana di


rumah makan

Petra
“Vin, Ta, aku nih kok kayak salah jurusan ya. Kuliah di
Pendidikan Matematika tapi masih bingung kegunaannya
Matematika apa tuh lho. Makanya aku males banget belajar,
kayak abstrak banget”

Octa
“Coba kamu keluarin batik yang tadi kamu beli, Pet”

Petra mengeluarkan batik yang tadi dibelinya dari plastik


belanjaannya.

Octa
“Coba liat ini pet, perhatiin motifnya baik-baik. Mirip kayak
apa?”

Petra
“Bunga”

Octa
“Lainnya? Pola geometris gitu?”

Petra
“Oh, elips ya?”

Octa
“Nah bener, selain bentuk buah kawung dan bunga, kita juga
bisa melihatnya serupa bentuk elips kan? Aspek matematisnya
itu gini pet, (mengeluarkan kertas kemudian mengguntingnya
menyerupai elips seukuran motif kawung) elipsnya itu
sebenarnya cuma satu elips dan semula bentuknya horizontal.
Lalu elips ini dirotasikan terhadap suatu titik pusat dengan
sudut putar 45°. Nah hasilnya dirotasi lagi deh dengan sudut
putar 90°, 180°, dan 270° untuk menyusun unsur motif kawung yang
unik kayak gini (sambil memperagakan cara rotasi dengan
potongan kertas berbentuk elips)”

Petra
“Lho iya ya”

Octa
“Terus to, Pet, motifnya disusun menurut garis diagonal miring
ke kiri dan ke kanan berselang-seling. Nah, nek kata simbahku
itu motif kawung bermakna kiblat papat lima pancer yang
artinya empat penjuru mata angin dengan satu pusat sebagai
simbol Tuhan Yang Maha Esa”

Vinda
“Nahhh benar tuh yang Octa bilang. Selain itu juga, kamu tadi
perhatiin nggak sih kalau ibu penjual batiknya tadi ngasih
kembaliannya gimana?”

Petra
“Ngitung harganya Rp 75.000,00 terus ditambah uang Rp 5.000,00
dan Rp 20.000,00, terus Rp 25.000,00 kasih ke aku buat
kembalian (kelihatan mengingat)”

Shoot 2 : Flashback saat penjual batik memberikan uang


kembalian pada Petra

Vinda
“Nah itu. Kalau secara formal kan kita tahu rumus menghitung
uang kembalian itu dengan mengurangkan uang yang dibayar
dengan harga barang. Tetapi cara ibuk tadi tidak salah juga,
karena pengurangan dan penjumlahan itu memang saling
berkebalikan. Ketika kita mencari hasil pengurangan, kita
dapat mencari bilangan yang jika dijumlakan dengan bilangan
pengurang maka hasilnya adalah bilangan yang dikurangi.
Misalnya nih, 8 dikurang 5 berapa, pet?”

Petra
“Tiga”
Vinda
“Gimana caranya?”

Petra
“Langsung kurangi, lah”

Vinda
“Nah itu kalau kamu udah belajar pengurangan, tetapi kalau
belum, kamu bisa menghitung bilangan berapa yang jika ditambah
5 hasilnya 8. Tahu enggak?

Petra
“Ya tiga, kan 3 tambah 5 sama dengan 8”

Vinda
“Yaps, tepat sekali, jadi seperti itu, Pet”

Petra
“Ohhh ternyata tanpa kita sadari banyak kosep matematika yang
ada di sekitar kita ya (sambil mengangguk-angguk). Aku jadi
inget tadi yang dijelasin bapaknya soal hari pasaran. Aku
penasaran deh kenapa dia bisa hitungnya cepet terus hafal gitu
ya”

Octa
“Sini ku kasih tau, mumpung kemarin aku habis belajar
pemrograman bikin perhitungan hari biasa. Nah jadi to Pet,
perhitungan pasaran itu mirip dengan perhitungan hari biasa,
pake konsep sisa hasil bagi. Bedanya kalau hari biasa kan ada
7, jadi sisa hasil bagi dengan 7, sedangkan pasaran pakainya
sisa hasil bagi dengan 5. Misalnya tadi pas ditanya 3 minggu
lagi itu hari apa. Caranya tuh gini, 3 minggu kan ada 21 hari,
nah tinggal 21 dibagi 5 hasilnya berapa terus sisa berapa?”

Petra
“4 sisa 1”

Octa
“Tepat sekali. Nah sisanya itu kan satu artinya satu hari lagi
setelah hari Pasaran sekarang. Apa hayo?”

Petra
“Nggak tahu”
Octa
“Urutannya itu Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing. Kan sekarang
pasarannya Wage, berarti satu hari setelah Wage itu Kliwon.
Terus untuk harinya sendiri bisa dihitung dengan cara yang
sama tetapi dibagi 7, karena seminggu kan ada 7 hari. Coba
hari apa, Pet?”

Petra
“Berarti 21 dibagi 7 ya?”

Octa
“Iyak”

Petra
“3 sisa 0 berarti 0 hari setelah Minggu? Ha? Apaan?”

Vinda
“Ya Minggu lah, Pet (sambil tertawa)”

Petra
“Oh iya ya, berarti 3 minggu lagi hari Minggu Kliwon, saatnya
balik Kalimantaaaan”

Petra, Vinda dan Octa tertawa.

Shoot 6: Pesanan datang dan mereka makan.

Petra
“Ternyata banyak banget manfaat matematika di kehidupan kita.
Okelah kalau gitu, aku akan belajar lebih tekun lagi biar
kalau anakku nanya tentang matematika aku bisa jawab”

Octa
“Eitsss, belum selesai. Coba hitung 100 hari lagi setelah hari
ini”

Credit roll

Anda mungkin juga menyukai