BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mencacah botol plastik hingga ukuran yang diinginkan (Iwan Agustiawan, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas, diperlukan kegiatan rancang bangun yang
bertujuan untuk memperoleh karakterisitik mesin yang dianggap paling tepat untuk
mencacah limbah botol plastik untuk kemudian menjadi serpihan-serpihan kecil
sebagai bahan baku plastik kemasan, botol plastik jenis PET dan benang polyester.
1.3 Tujuan
Meninjau dari rumusan masalah yang telah ada, maka tujuan dapat
disampaikan sebagai berikut:
1. Mengetahui daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin pencacah
limbah botol plastik.
2. Menentukan daya motor yang dibutuhkan agar kapasitas kinerja mesin yang
diinginkan dapat tercapai sesuai rancangan.
3. Dapat menentukan spesifikasi komponen mesin pencacah limbah botol plastik
yang akan dirancang.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari perancangan mesin limbah botol plastik ini, sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
a. Menerapkan ilmu yang diperoleh dalam proses perkuliahan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Yang termasuk plastik thermoplast antara lain: PE, PP, PS, ABS, SAN,
nylon, PET, BPT, Polyacetal (POM), PC dll. Sedangkan palstik thermoset adalah
plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat dicetak kembali
karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi.
4
5
meningkatkan sifat fisik, kejernihan, dan sifat penghalang gas, yang semuanya
penting dalam produk seperti botol.
Teknologi tersebut juga membuat PET film berbentuk botol yang tahan pecah
dan mempunyai bentuk yang cukup kuat namun ringan. Sehingga pada tahun 1973
PET berbentuk botol dipatenkan dan pada tahun 1977 merupakan tahun pertama
PET botol di daur ulang.
PET merupakan plastik yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai
kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik, dengan pemanasan akan
menjadi lunak dan mencair pada suhu 110 C. Berdasarkan sifat permealibilitasnya
yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, PET mempunyai ketebalan
0,001 sampai 0,01 inchi, yang banyak digunakan sebagai botol kemasan air mineral,
botol minyak goreng dan botol jus. Selain kemasan botol, PET resin hasil daur
ulang dapat juga digunakan untuk memproduksi pakaian, onderdil kendaraan,
karpet dan lain – lain. Angka daur ulang PET di USA dan Eropa berturut – turut
sekitar 31% dan 52% pada tahun 2012.
Untuk dapat mendaur ulang plastik PET, langkah awal yang harus dilakukan
adalah menghancurkan plastik ini terlebih dahulu. Dapat dilakukan dengan cara
dilelehkan ataupun dihancurkan menjadi cacahan–cacahan kecil. Tabel yang
menunjukkan sifat karakteristik mekanis dari plastik PET untuk dapat dihancurkan,
dapat dilihat melalui tabel 2.1 di bawah ini:
hancur. Ilustrasi perbedaan sistem pemotong tipe reel dengan tipe crusher dapat
dilihat pada gambar 2.3 (a) dan (b) di bawah ini:
a
A
A
b
A
A
Keterangan:
𝑉 = volume botol plastik (cm3)
𝑎 = putaran poros (rpm)
10
d. Menentukan hasil botol plastik setelah dicacah dalam satu putaran poros
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘
= 𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚 𝑘𝑔 (3)
𝑎
Keterangan:
𝑎 = putaran poros (rpm)
𝑚 = massa botol plastik setelah dicacah dalam satu putaran poros
e. Agar rencana kapasitas w kg/menit tercapai, maka:
𝑤
= 𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (4)
𝑚
Keterangan:
𝑤 = rencana kapasitas mesin per menit
𝑚 = massa botol plastik setelah dicacah dalam satu putaran poros
Dengan 𝑆𝐹𝑃 = 1,2 maka 𝑛 × 1,2 = 𝑛 𝑟𝑝𝑚
f. Menghitung Torsi
𝑇 = 𝐹. 𝑟. 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑠𝑎𝑢 (5)
Keterangan:
𝑇 = torsi (kg.mm)
𝐹 = gaya potong (kgf)
𝑟 = diameter pisau (m)
g. Menghitung daya minimal
𝑇 𝑛
( )×(2𝜋× )
1000 60
𝑃= (6)
102
Keterangan:
𝑃 = daya (kW)
𝑇 = torsi (kg.mm)
𝑛 = putaran mesin (rpm)
Pemilihan penampang sabuk-V yang cocok ditentukan atas dasar daya rencana
dan putaran poros penggerak, bisa dilihat pada gambar 2.5 diagram pemilihan tipe
sabuk. Daya rencananya sendiri dapat diketahui dengan mengalihkan daya yang
akan diteruskan dengan faktor koreksi yang ada di tabel 2.2.
12
Puli dan sabuk-V merupakan komponen penting yang tidak bisa dipisahkan
atau bisa disebut satu paket karena putaran puli hanya bisa ditransmisikan ke puli
13
yang lain menggunakan media sabuk. Berikut adalah tahapan cara merencanakan
puli dan sabuk-V:
a. Daya Rencana
𝑃𝑑 = 𝐹𝑐 × 𝐻𝑃 (7)
Keterangan:
𝑃𝑑 = Daya Rencana (HP)
F𝑐 = Faktor Koreksi
𝐻𝑃 = Daya Motor (HP)
Faktor koreksi menggunakan 1,6 dikarenakan masuk dalam kategori
mesin crushers. Dapat dilihat pada tabel 2.2.
b. Pemilihan Sabuk
Pemilihan sabuk ditentukan dari daya rencana dan putaran poros
penggerak dengan melihat diagram pemilihan sabuk gambar 2.5.
c. Rasio Kecepatan
𝑛1 /𝑛2 (8)
Keterangan:
𝑛1 = Putaran Motor (Puli 1) (rpm)
𝑛2 = Putaran Poros (Puli 2) (rpm)
d. Menentukan Ukuran Puli
Pemilihan diameter puli ditentukan dari daya rencana dan putaran poros
penggerak dengan melihat diagram daya rata-rata sabuk.
14
Keterangan:
𝑛1 = Putaran Motor (Puli 1) (rpm)
𝑛2 = Putaran Poros (Puli 2) (rpm)
𝐷1 = Diameter Puli 1 (Puli Motor) (in)
𝐷2 = Diameter Puli 2 (Puli Poros) (in)
e. Menentukan Daya Rata-Rata Sabuk
Menentukan daya rata-rata dilihat dari perbandingan ukuran puli dan
putaran poros dengan melihat gambar 2.6 diagram daya rata-rata sabuk.
f. Menentukan Asumsi Jarak Sumbu Poros
𝐷2 < 𝐶 < 3(𝐷2 + 𝐷1 ) (10)
15
Keterangan:
𝐶 = Jarak Sumbu Poros (asumsi awal)
Keterangan:
𝐿 = Panjang Sabuk (in)
𝐶 = Jarak Sumbu Poros (asumsi awal) (in)
Setelah menghitung panjang sabuk, kemudian memilih panjang sabuk
standart yang terdekat dengan melihat tabel 2.3. pemilihan panjang sabuk
standart.
Keterangan:
𝐿 = Panjang Sabuk (in)
𝐵 = Variabel untuk menentukan C
𝐶 = Jarak Sumbu Poros (asumsi awal) (in)
i. Menghitung Sudut Kontak pada Puli
𝐷2 −𝐷1
𝜃 = 180° − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ] (14)
2𝐶
Keterangan:
𝜃 = Sudut Kontak Puli (°)
j. Menentukan Faktor Koreksi
Menentukan Faktor Koreksi dapat dilihat pada Gambar 2.8 (a) dan (b).
Diagram faktor koreksi suduk kontak dan panjang sabuk.
a
A
A
b
A
A
dimensi yang tepat dan aman. Untuk merencanakan poros, hal-hal penting yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan poros
Poros dapat mengalami beban puntir, beban lentur, bahkan beban gabungan.
Sehingga harus memperhatikan ukuran diameter poros terhadap konsentrasi
tegangan yang terjadi.
2. Kekakuan poros
Meskipun kekuatan poros yang dimiliki cukup tinggi, akan tetapi jika terkena
lenturan dan defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
atau getaran dan suara. Selain kekuatan, kekakuan juga perlu diperhatikan pada
saat merencanakan poros yang hendak dipakai.
3. Putaran kritis
Putaran kritis adalah apabila suatu mesin dinaikkan maka pada putaran tertentu
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Hal ini dapat terjadi pada motor
bensin, motor diesel, motor listrik dan dapat menyebabkan kerusakan pada
poros dan bagian-bagian yang lainnya.
4. Bahan poros
Bahan dari poros sendiri relatif beragam tergantung dari beban dan gaya-gaya
yang terjadi pada poros.
Keterangan:
𝑇 = Torsi (lb.in)
𝑃 = Daya Motor (hp)
𝑛 = Putaran Mesin (rpm)
c. Menghitung gaya-gaya yang bekerja pada poros
Gaya pada puli
𝐷𝑝
𝐹𝑏 = 1,5. 𝑇/ ( 2 ) (18)
Keterangan:
19
Keterangan:
𝑊𝑡 = Gaya tangensial pada roda gigi (lb)
𝑇 = Torsi (lb.in)
𝐷𝑟𝑔 = Diameter roda gigi (in)
Gaya radial pada roda gigi
𝑊𝑟 = 𝑊𝑡. 𝑡𝑎𝑛 𝜃 (22)
Keterangan:
𝑊𝑟 = Gaya radial pada roda gigi (lb)
𝑊𝑡 = Gaya tangensial pada roda gigi (lb)
Gaya pada pisau pemotong/pencacah
Gaya potong arah sumbu x
𝐹𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 ×𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑖𝑠𝑎𝑢×𝐿𝑝𝑖𝑠𝑎𝑢
𝐹𝑐𝑥 = (23)
2
d. Menghitung reaksi dan momen yang terjadi pada bidang horizontal dan
vertikal dengan membuat diagram bidang gaya dan diagram bidang momen
e. Menentukan material poros beserta properti atau karakteristiknya
Yield strength (𝑆𝑦)
Yield strength (𝑆𝑦) ditentukan dengan berdasar Tabel 2.4.
Tensile strength (𝑆𝑢)
Tensile strength (𝑆𝑢) ditentukan dengan berdasar Tabel 2.4.
20
Keterangan:
𝐷 = Diameter poros (in)
𝐾𝑡 = Faktor konsentrasi tegangan
𝑆𝑦 = Yield Strength (psi)
𝑀 = Momen (lb.in)
𝑇 = Torsi (lb.in)
𝑁 = Faktor desain
23
Jika tidak ada torsi dan momen yang terjadi pada suatu titik (pada
umumnya digunakan pada dudukan Bearing di ujung poros), maka
diameter minimal dapat dicari dengan rumus 27.
𝑁
𝐷 = √2,94 × 𝐾𝑡 × (𝑣) × 𝑆′𝑛 (27)
Keterangan:
𝑣 = √(𝐹𝑥)2 + (𝐹𝑦)2 (28)
a b
A A
A A
a b
A A
A A
Gambar 2.12 (a) Angular ball Bearing (b) Cylindrical roller Bearing
Sumber: Robert L. Mott (2004)
a b
A A
A A
Gambar 2.14 (a) Spherical roller Bearing (b) Tapered roller Bearing
Sumber: Robert L. Mott (2004)
𝑣 = Faktor koreksi
𝑅 = Beban radial (lb)
Jika beban radial memiliki dua arah maka dicari resultannya
𝑅 = √(𝑅𝐵𝑥 )2 + (𝑅𝐵𝑦 )2 (30)
Keterangan:
𝑅𝐵𝑥 = Beban radial atau gaya reaksi arah sumbu x (lb)
𝑅𝐵𝑦 = Beban radial atau gaya reaksi arah sumbu y (lb)
b. Menentukan diameter minimal poros, sebagai batas bawah lubang Bearing
c. Menentukan jenis Bearing berdasar Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Jenis Bearing
e. Menentukan faktor kecepatan dan faktor umur untuk Bearing yang dipilih
dengan mengacu Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Faktor Umur dan Faktor Kecepatan Ball Bearings dan Roller Bearings
Sumber: Robert L. Mott (2004)
Keterangan:
𝐶 = Basic dynamic load rating
𝑃𝑑 = Beban desain (lb)
𝑓𝐿 = Faktor Umur
𝑓𝑛 = Faktor Kecepatan
g. Menentukan calon Bearing yang memiliki nilai mendekati C berdasar Tabel
2.8.
h. Memilih Bearing yang memiliki geometri yang mudah, murah, ketersediaan
dan harga terjangkau
i. Menghitung umur desain
𝐶 3
𝐿𝑑 = (𝑃𝑑) × 106 (32)
Keterangan:
𝐿𝑑 = Umur desain Bearing
𝑃𝑑 = Beban desain (lb)
27
Gambar 2.17 (a) Plain Taper Key (b) Alternate Plain Taper Key
Sumber: Robert L. Mott (2004)
29
Keterangan:
𝜎𝑑 = Gaya tekan (psi)
31
Keterangan:
𝐿 = Panjang pasak (in)
𝑇 = Torsi (lb.in)
𝜎𝑑 = Gaya tekan (psi)
𝐷 = Diameter poros (in)
𝐻 = Tinggi pasak (in)
g. Menentukan chordal height
𝐷−√𝐷 2 −𝑊 2
𝑌= (35)
2
Keterangan:
𝑌 = chordal height (in)
𝐷 = Diameter poros (in)
𝑊 = Lebar pasak (in)
h. Menentukan depth of shaft keyseat
𝐻
𝑆 =𝐷−𝑌− 2 (36)
Keterangan:
𝑆 = depth of shaft keyseat (in)
𝐷 = Diameter poros (in)
𝑌 = chordal height (in)
𝐻 = Tinggi pasak (in)
i. Menentukan depth of hub keyseat
𝐷+𝐻+√𝐷2 −𝑊 2
𝑇= +𝐶 (37)
2
Keterangan:
𝑇 = depth of hub keyseat (in)
𝐷 = Diameter poros (in)
32
t. Umur rancangan
v. Tegangan lengkung
𝐾𝑅 (𝑆𝐹)
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃 (51)
𝑌𝑁𝑃
𝐾𝑅 (𝑆𝐹)
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺 (52)
𝑌𝑁𝐺
x. Tegangan kontak
𝐾𝑅 (𝑆𝐹)
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑃 (54)
𝑍𝑁𝑃
𝐾 (𝑆𝐹)
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺 𝑍 𝑅 (55)
𝑁𝐺 𝐶𝐻
BAB III
METODE PERHITUNGAN
Mulai A
Menentukan
Desain Mesin Pencacah
Diameter Poros 1
& Spesifikasi
Mesin Pencacah
Menentukan Dimensi
dan Bahan Roda Gigi
45
46
Mulai
Selesai
Mulai A
Daya Motor,
Putaran Motor, Menghitung panjang sabuk
Putaran Poros
Mulai
Spesifikasi Diameter
Poros
Selesai
Gaya Puli ke arah sumbu x dan sumbu y berdasar persamaan (19) dan (20)
𝐹𝑏𝑥 = 66 × cos 60° = 33 𝑙𝑏
𝐹𝑏𝑦 = 66 × 𝑠𝑖𝑛 60° = 57,1 𝑙𝑏
Untuk berat puli dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑢𝑙𝑖 = 𝜌. 𝑉
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑢𝑙𝑖 = 7833,45 × 5,67 × 10−3 = 44,4 𝑘𝑔 ≈ 97,8 𝑙𝑏
d. Perhitungan gaya pada Roda Gigi
Gaya tangensial pada roda gigi menggunakan persamaan (21)
119
𝑊𝑡 = = 59,2 𝑙𝑏
4
(2)
Poros sumbu X
Diagram gaya
∑ 𝑀𝐴 = 0
∑ 𝑀𝐸 = 0
Diagram momen
Poros sumbu Y
Diagram gaya
∑ 𝑀𝐴 = 0
∑ 𝑀𝐸 = 0
Diagram momen
𝟐 𝟐
No. Momen ∑ 𝑴𝑿 ∑ 𝑴𝒀 √(∑ 𝑴𝑿 ) + (∑ 𝑴𝒀 )
1⁄
3
2 2
32 × 3,0 1,6 × 0 3 119
𝐷𝐴 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐴 = 0,47 𝑖𝑛
61
Titik B → (Torsi: 119 lb.in), (Momen: 330 lb.in), dan (Kt: 2,5)
1⁄
2 3
2
32 × 𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐵 3 𝑇
𝐷𝐵 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 3,0 2,5 × 330 3 119
𝐷𝐵 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐵 = 1,23 𝑖𝑛
Titik C → (Torsi: 119 lb.in), (Momen: 9199,1 lb.in), dan (Kt: 2,5)
1⁄
2 3
2
32 × 𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐶 3 𝑇
𝐷𝐶 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 3,0 2,5 × 9199,1 3 119
𝐷𝐶 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐶 = 3,7 𝑖𝑛
Titik D → (Torsi: 238 lb.in), (Momen: 2314,7 lb.in), dan (Kt: 2,5)
1⁄
2 3
2
32 × 𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐷 3 𝑇
𝐷𝐷 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 3,0 2,5 × 2314,7 3 238
𝐷𝐷 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐷 = 2,3 𝑖𝑛
Titik E → (Torsi: 238 lb.in), (Momen: 0 lb.in), dan (Kt: 1,6)
1⁄
2 3
2
32 × 𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐸 3 𝑇
𝐷𝐸 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 3,0 1,6 × 0 3 238
𝐷𝐸 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐸 = 0,59 𝑖𝑛
62
Mulai
Selesai
𝑅 = √(𝑅𝐵𝑥 )2 + (𝑅𝐵𝑦 )2
𝑅 = √(846,3)2 + (426,5)2
𝑅 = 947,6 𝑙𝑏
c. Menentukan beban desain (beban ekuivalen) dengan menggunakan
persamaan (29)
𝑃𝑑 = 𝑣 × 𝑅
(𝑤𝑝𝑢𝑙𝑖 + 𝑤𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ + 𝑤𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑖𝑔𝑖 + 𝑤𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 )
𝑃𝑑 = 𝑣 × 𝑅 +
2
(97,8 + 660 + 48,7 + 279,5)
𝑃𝑑 = 1 × 947,6 +
2
𝑃𝑑 = 1490,6 𝑙𝑏
d. Menentukan jenis bearing bisa dilihat pada Tabel 2.6. Pada perancangan ini
ditentukan bearing tipe Single-Row, Deep Groove Ball dikarenakan memiliki
ketahanan yang baik terhadap beban radial.
e. Menentukan umur desain Bearing berdasar Tabel 2.7. Bearing yang ingin
direncanakan adalah untuk aplikasi general industrial machines dengan umur
desain 20000 jam.
f. Menentukan faktor kecepatan dan faktor umur untuk Bearing yang dipilih
dengan mengacu gambar 2.15.
Faktor kecepatan 𝑓𝑁 @528 rpm : 0,39
Faktor umur 𝑓𝐿 @20000 jam : 3,42
65
Bearing di titik D
a. Data yang diketahui
𝐷𝐷 = 2,3 in
Putaran poros = 528 rpm
b. Beban Radial dengan menggunakan persamaan (30)
𝑅 = √(𝑅𝐵𝑥 )2 + (𝑅𝐵𝑦 )2
𝑅 = √(257,8)2 + (496,3)2
𝑅 = 559,2 𝑙𝑏
66
Mulai
Spesifikasi Pasak
Selesai
𝐻 1⁄8 1
→ =
2 2 8
Fillet radius : 1/8 → 1/32
45° chamfer : 1/8 → 3/64
d. Menentukan bahan pasak : AISI 1040 Hot-Rolled (Sy = 42.000 psi). Diketahui
bahan poros : AISI 1020 Hot-Rolled dengan (Sy = 30.000 psi).
e. Menentukan kekuatan luluh berdasarkan material pasak dan poros (σ pasak >
σ poros) maka digunakan persamaan (33)
𝑆𝑦
𝜎𝑑 =
𝑁
42.000
𝜎𝑑 = = 14000
3
𝜎𝑑 = 14000 𝑝𝑠𝑖
f. Menghitung panjang pasak minimum digunakan persamaan persamaan (34)
4𝑇
𝐿=
𝜎𝑑 × 𝐷 × 𝐻
4 × 119
𝐿=
14000 × 0,47 × 1⁄8
𝐿 = 0,5 𝑖𝑛
69
𝐻 3⁄16 1
→ =
2 2 8
Fillet radius : 1/8 → 1/32
70
Mulai A
Daya Motor,
Putaran pada roda Menentukan bahan roda gigi
gigi
A
Selesai
Sepasang roda gigi dirancang memiliki diameter dan putaran yang sama.
Adapun detail tahapan perhitungan roda gigi adalah sebagai berikut:
a. Data yang diketahui
Daya = 1 HP
Putaran pada roda gigi = 528 rpm
b. Daya perancangan yang ditransmisikan dengan menggunakan persamaan
(38)
𝑃𝑑𝑒𝑠 = 𝑃. 𝐾𝑜
𝑃𝑑𝑒𝑠 = 1 × 1,25
𝑃𝑑𝑒𝑠 = 1,25 𝐻𝑃
Faktor beban lebih (𝐾𝑜 ) ditentukan dengan tabel 2.12 dengan nilai 1,25
(karena menggunakan penggerak yang seragam dan mesin yang digerakkan
dengan kejutan berat).
c. Jumlah gigi untuk roda gigi dengan menggunakan persamaan (39)
𝑁𝑝 = 𝑃𝑑 . 𝐷𝑝
𝑁𝑝 = 16 × 1,5
𝑁𝑝 = 24
Diametral pitch (𝐷𝑝 ) dan pitch diameter (𝑃𝑑 ) ditentukan dengan gambar
2.23. Didapatkan nilai 𝐷𝑝 = 1,5 dan 𝑃𝑑 = 16.
d. Rasio kecepatan nominal ditentukan dengan persamaan (40)
𝑉𝑅 = 𝑛𝑃 /𝑛𝐺
73
𝑉𝑅 = 528/528
𝑉𝑅 = 1
e. Jumlah gigi pendekatan roda gigi besar dengan persamaan (41)
𝑁𝐺 = 𝑁𝑃 /𝑉𝑅
𝑁𝐺 = 24/1
𝑁𝐺 = 24
f. Rasio kecepatan sebenarnya ditentukan dengan persamaan (42)
𝑉𝑅 = 𝑁𝐺 /𝑁𝑝
𝑉𝑅 = 24/24
𝑉𝑅 = 1
g. Kecepatan output aktual dengan persamaan (43)
𝑛𝐺 = 𝑛𝑃 (𝑁𝑃 /𝑁𝐺 )
𝑛𝐺 = 528(24/24)
𝑛𝐺 = 528 𝑟𝑝𝑚
h. Diameter jarak bagi dengan persamaan (44) dan (45)
24
𝐷𝑝 = = 1,5 𝑖𝑛
16
24
𝐷𝐺 = = 1,5 𝑖𝑛
16
Jarak antar pusat ditentukan dengan persamaan (46)
24 + 24
𝐶= = 1,5 in
2 × 16
Kecepatan garis jarak bagi ditentukan dengan persamaan (47)
𝑣𝑡 = 𝜋 × 1,5 × 528/12 = 207 𝑓𝑡/𝑚𝑖𝑛
Beban yang ditransmisikan ditentukan dengan persamaan (48)
1,25
𝑊𝑡 = 33000 × = 199 𝑙𝑏
207
i. Lebar muka pinyon dan roda gigi pasangannya
Batas bawah = 8/16 = 0,5 in
Batas atas = 16/16 = 1 in
Nilai nominal = 12/16 = 0,75 in
j. Bahan roda gigi ditentukan melalui Tabel 2.13
Bahan roda gigi keduanya terbuat dari Steel dengan 𝐶𝑝 = 2300
74
1
𝐶𝑝𝑓 =
10 × 1,5
𝐶𝑝𝑓 = 0,06
𝐶𝑚𝑎 = 0,127 + 0,0158𝐹 − 1,093 × 10−4 𝐹 2
𝐶𝑚𝑎 = 0,127 + 0,0158 × 1 − 1,093 × 10−4 × 12
𝐶𝑚𝑎 = 0,14
𝐾𝑚 = 1,0 + 𝐶𝑝𝑓 + 𝐶𝑚𝑎
𝐾𝑚 = 1,0 + 0,06 + 0,14
𝐾𝑚 = 1,2
p. Faktor ukuran ditentukan dengan melihat Tabel 2.15
𝐾𝑠 = 1,00
q. Faktor ketebalan bingkai ditentukan dengan melihat Gambar 2.29
𝐾𝐵 = 1,00
r. Faktor Layanan
𝑆𝐹 = 1,00
75
Mulai
Spesifikasi Diameter
Poros
Selesai
Poros sumbu X
Diagram gaya
∑ 𝑀𝐼 = 0
Diagram momen
Poros sumbu Y
Diagram gaya
∑ 𝑀𝐼 = 0
Diagram momen
𝟐 𝟐
No. Momen ∑ 𝑴𝑿 ∑ 𝑴𝒀 √(∑ 𝑴𝑿 ) + (∑ 𝑴𝒀 )
1⁄
3
2 2
32 × 3,0 1,6 × 0 3 119
𝐷𝐹 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐹 = 0,47 𝑖𝑛
Titik G → (Torsi: 119 lb.in), (Momen: 330 lb.in), dan (Kt: 2,5)
1⁄
2 3
2
32 × 𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐺 3 𝑇
𝐷𝐺 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2
32 × 3,0 2,5 × 330 3 119 2
𝐷𝐺 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐺 = 1,23 𝑖𝑛
Titik H → (Torsi: 119 lb.in), (Momen: 4514,6 lb.in), dan (Kt: 2,5)
1⁄
2 3
2
32 × 𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐻 3 𝑇
𝐷𝐻 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 3,0 2,5 × 4514,6 3 119
𝐷𝐻 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 13365 4 30000
𝐷𝐻 = 2,9 𝑖𝑛
84
𝑁
𝐷𝐼 = √2,94 × 𝐾𝑡 × (𝑣) ×
𝑆′𝑛
3
𝐷𝐼 = √2,94 × 2,5 × 451,6 ×
13365
𝐷𝐼 = 0,86 𝑖𝑛
Dengan
𝑣 = √(𝐹𝑥)2 + (𝐹𝑦)2
𝑣 = √(324,8)2 + (313,9)2
𝑣 = 451,6 𝑙𝑏
Mulai
Selesai
𝑅 = √(𝑅𝐵𝑥 )2 + (𝑅𝐵𝑦 )2
𝑅 = √(296,7)2 + (454)2
𝑅 = 542,3 𝑙𝑏
c. Menentukan beban desain (beban ekuivalen) dengan menggunakan
persamaan (29)
𝑃𝑑 = 𝑣 × 𝑅
(𝑤𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ + 𝑤𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑖𝑔𝑖 + 𝑤𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 )
𝑃𝑑 = 𝑣 × 𝑅 +
2
(660 + 48,7 + 279,5)
𝑃𝑑 = 1 × 542,3 +
2
𝑃𝑑 = 1036,4 𝑙𝑏
d. Menentukan jenis bearing bisa dilihat pada Tabel 2.6. Pada perancangan ini
ditentukan bearing tipe Single-Row, Deep Groove Ball dikarenakan memiliki
ketahanan yang baik terhadap beban radial.
e. Menentukan umur desain Bearing berdasar Tabel 2.7. Bearing yang ingin
direncanakan adalah untuk aplikasi general industrial machines dengan umur
desain 20000 jam.
f. Menentukan faktor kecepatan dan faktor umur untuk Bearing yang dipilih
dengan mengacu gambar 2.15.
Faktor kecepatan 𝑓𝑁 @528 rpm : 0,39
Faktor umur 𝑓𝐿 @20000 jam : 3,42
87
Bearing di titik I
a. Data yang diketahui
𝐷𝐼 = 0,86 in
Putaran poros = 528 rpm
b. Beban Radial dengan menggunakan persamaan (30)
𝑅 = √(𝑅𝐵𝑥 )2 + (𝑅𝐵𝑦 )2
𝑅 = √(324,8)2 + (313,9)2
𝑅 = 451,6 𝑙𝑏
88
Mulai
Spesifikasi Pasak
Selesai
𝐻 1⁄8 1
→ =
2 2 8
Fillet radius : 1/8 → 1/32
45° chamfer : 1/8 → 3/64
d. Menentukan bahan pasak : AISI 1040 Hot-Rolled (Sy = 42.000 psi). Diketahui
bahan poros : AISI 1020 Hot-Rolled dengan (Sy = 30.000 psi).
e. Menentukan kekuatan luluh berdasarkan material pasak dan poros (σ pasak >
σ poros) maka digunakan persamaan (33)
𝑆𝑦
𝜎𝑑 =
𝑁
42.000
𝜎𝑑 = = 14000 𝑝𝑠𝑖
3
𝜎𝑑 = 14000
f. Menghitung panjang pasak minimum digunakan persamaan persamaan (34)
4𝑇
𝐿=
𝜎𝑑 × 𝐷 × 𝐻
4 × 119
𝐿=
14000 × 0,47 × 1⁄8
𝐿 = 0,5 𝑖𝑛
91
Mulai
Spesifikasi Pasak
Selesai
𝐻 3⁄16 1
→ =
2 2 8
Fillet radius : 1/8 → 1/32
45° chamfer : 1/8 → 3/64
d. Menentukan bahan pasak : AISI 1040 Hot-Rolled (Sy = 42.000 psi). Diketahui
bahan poros : AISI 1020 Hot-Rolled dengan (Sy = 30.000 psi).
e. Menentukan kekuatan luluh berdasarkan material pasak dan poros (σ pasak >
σ poros) maka digunakan persamaan (33)
𝑆𝑦
𝜎𝑑 =
𝑁
42.000
𝜎𝑑 =
3
𝜎𝑑 = 14000 𝑝𝑠𝑖
f. Menghitung panjang pasak minimum digunakan persamaan persamaan (34)
4𝑇
𝐿=
𝜎𝑑 × 𝐷 × 𝐻
4 × 211,5
𝐿=
14000 × 0,59 × 3⁄16
𝐿 = 0,5 𝑖𝑛
94
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan perencanaan mesin pencacah botol plastik dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Mesin pencacah botol plastik dalam sistem mekanisnya tersusun atas
komponen-komponen yang saling berkaitan. Sumber daya dan putaran mesin
diperoleh dari motor listrik, sedangkan untuk pentransmisi daya dan
pereduksi putaran digunakan sistem puli dan sabuk-V serta roda gigi. Adapun
untuk sistem pencacahan, pisau diletakkan dalam sebuah poros dengan
penumpu bantalan sehingga putarannya dapat berlangsung secara halus dan
aman. Untuk mengaitkan pentransmisi daya dan pereduksi putaran (puli dan
sabuk-V serta roda gigi) dengan poros digunakan elemen pasak.
2. Adapun hasil perhitungan spesifikasi komponen mesin pencacah botol plastik
adalah sebagai berikut.
Motor Listrik: Daya 2 HP dengan putaran 1400 rpm
Pulley and V-belt: Jenis sabuk 3V dengan menggunakan 1 sabuk, 𝐷1 4,10
in, 𝐷2 10,8 in, rasio putaran 1 : 2,65, panjang sabuk 71 in, sudut kontak
163°.
Poros 1: 𝐷𝐴 (0,47 in), 𝐷𝐵 (1,23 in), 𝐷𝐶 (3,7 in), 𝐷𝐷 (2,3 in), 𝐷𝐸 (0,59 in).
Sedangkan poros 2: 𝐷𝐹 (0,47 in), 𝐷𝐺 (1,23 in), 𝐷𝐻 (2,9 in), 𝐷𝐼 (0,86 in)
Bearing: Bearing yang digunakan adalah seri 6207 dan seri 6213 pada
poros 1, sedangkan pada poros 2 menggunakan bearing seri 6207 dan seri
6205. Adapun dimensi masing-masing bearing adalah sebagai berikut.
Seri 6207: d (1,3780 in), D (2,8346 in), B (0,6693 in), r* (0,039 in),
berat (0,64 lb), C (4450 lb).
Seri 6213: d (2,5591 in), D (4,7244 in), B (0,9055 in), r* (0,059 in),
berat (2,18 lb), C (9900 lb).
Seri 6205: d (0,9843 in), D (2,0472 in), B (0,5906 in), r* (0,039 in),
berat (0,29 lb), C (2430 lb).
95
96
4.2 Saran
Saran diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil perencanaan
selanjutnya. Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan.
1. Dalam pemilihan motor listrik sesuaikan dengan kebutuhan mesin, jika tidak
ada spesifikasi yang sama dengan kebutuhan mesin maka cari nominal yang
paling mendekati dan pastikan ketersediaan produk dipasaran selalu ready.
2. Untuk mengetahui besar gaya pemotongan pada botol plastik, disarankan
dilakukan dengan eksperimen menggunakan timbangan digital. Agar hasil
yang diperoleh lebih akurat.
3. Untuk pengoperasian mesin disarankan untuk tidak melebihi kapasitas dan
kemampuan kerja mesin.
4. Tidak disarankan penggunaan mesin untuk material yang memiliki kekerasan
melebihi botol plastik.
97
DAFTAR PUSTAKA