Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 2


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Sasaran .................................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 9
3.1 Tahapan Pengumpulan Data .......................................................... 9
3.2 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 10
4.1 Gambaran Umum Wilayah ........................................................... 10
4.1.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 10
4.1.2 Kondisi Eksisting Wilayah ....................................................... 10
4.1.3 Potensi dan Masalah ............................................................. 11
4.1.4 Pola Aktivitas Masyarakat ...................................................... 12
4.2 Analisis Kondisi Eksisting ............................................................ 13
4.2.1 Ketersediaan Lahan ............................................................. 13
4.2.2 Aksesibilitas ...................................................................... 14
4.2.3 Kondisi Hidrologi ................................................................ 14
4.2.4 Iklim ............................................................................... 14
4.2.5 Arah Matahari dan Arah Angin ................................................. 15
4.2.6 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau .............................................. 17
BAB V PENUTUP .............................................................................. 20
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………….…………………………………………………………………….21

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan Wilayah dan Kota yang baik merupakan perencanaan yang
memperhatikan berbagai aspek kehidupan dalam suatu wilayah dan kota demi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta pembangunan wilayah dan kota
tersebut. Sehingga pembangunan suatu wilayah dapat tercapai dengan baik, denagn
tidak adanya kesenjangan antar aspek satu dan lainnya. Adapun aspek yang
dimaksud dapat berupa aspek fisik wilayah, aspek ekonomi, aspek sosial budaya,
aspek sarana dan prasarana, serta berbagai aspek lainnya yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan suatu wilayah dan kota. Perencanaan suatu wilayah juga dipengaruhi
oleh perencanaan dari aspek-aspek tersebut. Salah satu perencanaan yang memiliki
pengaruh besar yaitu perencanaan tapak.
Perencanaan tapak merupakan suatu proses perencanaan terhadap suatu
lahan yang akan difungsikan atau dibangun dengan berbagai peruntukan lahan,
dengan memperhatikan berbagai macam aspek mulai dari aspek fisik seperti air,
tanah, tanaman dan sebagainya, serta aspek non fisik seperti pola aktivitas lainnya.
Adanya perencanaan tapak penting bagi pengembangan suatu lahan, mulai dari
lahan permukiman, perkantoran, dan juga perumahan.
Lahan perumahan secara umum diperuntukan bagi bangunan atau sekumpulan
bangunan sebagai tempat tinggal masyarakat. Perumahan yang baik merupakan
perumahan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya mulai dari aspek
psikologis yaitu kenyamanannya serta aspek lainnya seperti sarana & prasarana.
Salah satu sarana yang terkadang masih kurang dperhatikan yaitu sarana ruang
terbuka hijau.
Ruang terbuka hijau merupakan sarana yang dibutuhkan masyarakat, karena
dengan adanya ruang terbuka, masyarakat dapat memiliki sarana pendukung dalam
melakukan aktivitas serta bersosialisasi dengan nyaman antara satu dengan lainnya.
Kota Palu merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki jumlah
penduduk kurang lebih 400.000 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang mulai
berkembang dari tahun ke tahunnya maka aktivitas serta kebutuhan di Kota Palu
juga menjadi beragam. Mulai dari sektor perdagangan dan jasa, pendidikan,
kesehatan, bahkan juga kebutuhan dasar yaitu rumah. Adanya kebutuhan
masyarakat akan tempat tinggal tersebut memicu berkembangnya berbagai kawasan
perumahan di Kota palu. Salah satunya yaitu Perumahan Teluk Palu Permai.
Perumahan Teluk Palu permai terletak di Kelurahan Talise, Kecamatan
Mantikulore, Kota Palu. Perumahan ini merupakan salah satu dari sekian banyak
perumahan yang dikembangkan oleh Developer di Kota Palu. Namun masih banyak
kekurangan atau permasalahan mengenai kondisi perumahan serta kebutuhan
perumahan. Salah satunya yaitu sarana ruang terbuka hijau yang belum terbangun.

2
1.2 Rumusan Masalah
Melihat permasalahan dari latar belakang sebelumnya, maka beirkut masalah
yang dirumuskan.
1. Bagaimana rencana Ruang Terbuka Hijau di Perumahan Teluk Palu Permai?
1.3 Tujuan dan Sasaran
Setelah mengetahui masalah yang dirumuskan, maka berikut tujuan serta
sasaran dari penulisan laporan
Tujuan : Merencanakan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Perumahan Teluk
Palu Permai
Sasaran : 1. Mengetahui jumlah penduduk di Perumahan Teluk Palu Permai
2. Menghitung luas wilayah total kawasan Perumahan Teluk Palu
Permai
3. Mengidentifikasi luas kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di
Perumahan Teluk Palu
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai isi dari laporan, berikut sistematika
penulisan yang digunakan penulis.
Bab I Pendahuluan yang memuat latar belakang mengapa penelitian dilakukan serta
rumusan masalah dan tujuan dari penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka berisi tentang teori serta standar yang digunakan dalam
melakukan analisis.
Bab III Metodologi Penelitian yang memuat tentang metode penelitian yang
digunakan oleh penulis dalam menganalisis dan menyelesaikan laporan.
Bab IV Pembahasan yang memuat tentang analisis dalam menjawab rumusan masalah
serta gambaran umum wilayah yang berisi tentang lokasi penelitian serta kondisi
eksistingnya.
Bab V Penutup yaitu bab yang berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perumahan
2.1.1 Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman, Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.
Dengan begitu dapat dipahami bahwa perumahan adalah suatu kawasan
dimana terbangun kumpulan rumah sebagai tempat tinggal atau hunian masyarakat.
Selain dalam undang-undang tersebut, pengertian mengenai perumahan juga
terdapat di SNI yang menyatakan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan.
2.1.2 Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Pasal 28 (1) menyatakan bahwa Perencanaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan meliputi:
a. rencana penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari
permukiman; dan
b. rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.
Pada ayat (2), Rencana penyediaan kaveling tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a digunakan sebagai landasan perencanaan prasarana, sarana,
dan utilitas umum.
Pada ayat (3) Rencana penyediaan kaveling tanah dimaksudkan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah bagi kaveling siap bangun sesuai
dengan rencana tata bangunan dan lingkungan.
Sedangkan pada Pasal 29 ayat (1) dijelaskan bahwa Perencanaan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 harus memenuhi
persyaratan administratif, teknis, dan ekologis. Ayat (2) Perencanaan prasarana,
sarana, dan utilitas umum yang telah memenuhi persyaratan wajib mendapat
pengesahan dari pemerintah daerah.
Pada Pasal 30 ayat (1) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
dapat dilakukan oleh setiap orang. Ayat (2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib memiliki keahlian di bidang perencanaan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4
2.2 Ruang Terbuka Hijau
2.2.1 Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang, Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya. Sedangkan Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang terbuka hijau itu sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu ruang terbuka
hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan
ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum antara lain seperti taman
kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai.
Sedangkan yang termasuk ruang terbuka hijau privat yaitu kebun atau halaman
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008
Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan
Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Selain berdasarkan undang-undang dan peraturan menteri, pengertian Ruang
Terbuka Hijau juga dipaparkan oleh ahli salah satunya yaitu Purnomo Hadi (1995)
yang menyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau adalah:
1. Suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata,
mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu);
2. Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk
dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang didalamnya
terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan
pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak,
rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap,
serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang
bersangkutan.
2.2.2 Standar dan Ketentuan RTH
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang, dinyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit yairu 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Dan proporsi ruang
terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas
wilayah kota. Yang mana berarti, sekitar 10% dari luas wilayah kota disediakan untuk
ruang terbuka privat.

5
Berdasarkan jenis batasan wilayahnya, penggolongan sarana ruang terbuka
hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap
sejumlah penduduk. Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah :
a) setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1 untuk
taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara segar maupun
cahaya matahari, sekaligus tempat bermain anak-anak;
b) setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-
kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah
terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk sebaiknya, yang
berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah raga
kegiatan olah raga;
c) setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman
dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area
terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya;
d) setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki
sekurangkurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang berfungsi sebagai
tempat pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola basket dan lain-lain),
upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan tempat yang luas dan
terbuka;
e) setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki
sekurangkurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi sebagai
kuburan/pemakaman umum; dan
f) selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur
hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai
filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi menyebar.
g) diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api,
dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi menyebar;
h) pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai sebagai
ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan olahraga.
Setelah dibagi berdasarkan batasan wilayahnya, terdapat ketentuan mengenai
kebutuhan luas lahan RTH untuk masing-masing jenis batasan wilayah. Berikut
kebutuhan luas lahan ruang terbuka hijau berdasarkan kapasitas pelayanan sesuai
jumlah penduduk, dengan standar 1 m2 /penduduk.
a) taman untuk unit RT ≈ 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan 250 m2
atau dengan standar 1 m2/penduduk.
b) taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m 2 atau
dengan standar 0,5 m2/penduduk yang lokasinya dapat disatukan dengan pusat
kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya.

6
c) taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2/penduduk.
d) taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2/penduduk.
e) dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2 / penduduk yang lokasinya menyebar; dan
f) besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem
penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau
sistem penyempurnaan.
Untuk lebih jelasnya, persyaratan serta kriteria mengenai luasan maupun lokasi
sarana ruang terbuka hijau dapat dilihat pada tabel berikut.

(sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan


perumahan di perkotaan)
Selain mengenai luasan lahan, terdapat pula standar atau ketentuan mengenai
Vegetasi untuk RTH Taman dan Taman Kota yang nantinya akan digunakan di Ruang
terbuka Hijau. Berikut ketentuannya.
a) tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak
mengganggu pondasi;
b) tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
c) ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;
d) perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
e) kecepatan tumbuh sedang;

7
f) berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
g) jenis tanaman tahunan atau musiman;
h) jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
i) tahan terhadap hama penyakit tanaman;
j) mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
k) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

Untuk lebih jelasnya, contoh vegetasi dapat dilihat pada tabel berikut:

(Sumber:Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang


Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan)

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahapan Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data pada laporan ini yaitu pengumpulan data Data
Primer.
Data Primer adalah data yang didapatkan secara langsung yang diperoleh dari
Instansi terkait. Tahap pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi lapangan di wilayah kajian
dan wawancara langsung ke Instansi.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada laporan ini guna untuk
melengkapi kebutuhan analisis, terrbagi dalam beberapa jenis metode atau teknik.
Berikut penjabarannya.
1.Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat
atau mengamati secara langsung kondisi eksisting Perumahan Teluk Palu Permai
dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti Kamera sebagai alat dokumentasi,
alat tulis,
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dalam bentuk gambar atau
potret. Adapun gambar tersebut ditujukan sebagai data pendukung di dalam
penyusunan laporan.
3.3 Teknik Analisis Data
Dalam menyelesaikan permasalahan ataupun penelitian maka diperlukan
analisis yang dalam hal ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik analisis
deskriptif yaitu teknik analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan atau
menguraikan pemahaman penulis mengenai hasil identifikasinya terhadap suatu
permasalahan.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah
4.1.1 Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian perlu adanya kejelasan dalam lokasi atau tempat
yang menjadi studi kasus atau sebagai objek penelitian. Hal ini diperlukan agar
nantinya dalam melakukan analisis penulis mengetahui batasan-batasan ruang yang
menjadi fokus penelitian.Adapun laporan ini, objek yang menjadi studi penelitian
yaitu Perumahan Teluk Palu Permai.
Perumahan Teluk Palu Permai merupakan salah satu perumahan di Kota Palu
yang mana dikembangkan oleh Bank BTN atas kerja sama dengan perusahaan
properti PT. Tri Putra Cipta Sejati.
Perumahan Teluk Palu Permai terletak di Kelurahan Talise, Kecamatan Palu
Mantikulore, Kota Palu, tepatnya berada di samping gedung RSUD Undata Palu
namun dipisahkan oleh sungai musiman (lihat gambar 4.1). Perumahan ini sendiri
dapat diakses melalui jalan RE. Martadinata ataupun melalui jalan Soekarno-Hatta.
4.1.2 Kondisi Eksisting Wilayah
Perumahan Teluk Palu Permai telah dibangun dari sekitar tahun 2004, dengan
total luas wilayah ± 54.634 m2 dimana ± 7.000 m2 dari luas total tersebut merupakan
semak belukar atau lahan yang tidak terbangun. Sama seperti hal nya dengan
perumahan pada umumnya, Perumahan Teluk Palu Permai membagi tiap kelompok
rumah kedalam beberapa blok dengan 3 jenis tipe rumah yaitu tipe 70, 45, dan 36.
Namun terdapat beberapa rumah pada jalan utama yang tidak di kelompokan
ke dalam blok-blok tersebut. Adapun pembagian serta letak blok dapat dilihat pada
gambar berikut.

10

(Gambar 4.1 Persebaran Blok di Perumahan Teluk Palu Permai)


Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pembagian blok rumah cukup teratur
namun jumlah rumah di dalam setiap blok belum sepenuhnya terbagi secara rata.
Dapat dilihat bahwa terdapat tiga pembagian Blok A yaitu Blok A1, Blok A2, dan Blok
A3 yang mana berdasarkan hasil observasi, terdapat sekitar 10-12 rumah di tiap
bloknya. Sedangkan pada Blok B tidak terdapat pembagian lebih lanjut seperti
halnya pada blok A, dengan kata lain hanya terdapat satu Blok B, yang mana terdiri
dari 5 rumah. Sedangkan Blok C sendiri tidak tersedia di Perumahan ini karena
berdasarkan keterangan warga, bahwa lahan yang seharusnya diperuntukan untuk
blok C memiliki kendala, dimana pemilik lahan tersebut tidak mengizinkan lahannya
untuk dijual ke Developer, sehingga pembangunan tetap dilanjutkan namun tanpa
adanya Blok C.
Selain pada ketiga blok tersebut, terdapat blok-blok selanjutnya yang dibagi
hingga menjadi 9 Blok yaitu Blok D yang terbagi menjadi Blok D1 dan D2, serta blok
E yang juga menjadi Blok E1 dan E2, Blok F yang menjadi Blok F1 dan F2, serta Blok
G yang menjadi 4 blok yaitu Blok G, Blok G1, Blok G2, dan Blok G3. Selanjutnya yaitu
Blok H yang terbagi menjadi Blok H1 dan Blok H2, serta Blok I, Blok J, Blok K, dan
Blok L yang tidak diklasifikasi lebih lanjut.
Sedangkan berdasarkan observasi lapangan, terdapat kurang lebih 200 unit
rumah yang telah terbangun. Dimana pada setiap blok terdapat sekitar 5-12 rumah.
Selanjutnya, berdasar pada jumlah rumah tersebut maka selanjutnya diasumsikan
terdapat 1000 jiwa penduduk di Perumahan Teluk Palu Permai. Adapun jumlah total
penduduk ini berasal dari asumsi dimana setiap rumah terdiri dari 1 KK yang
beranggotakan 5 jiwa penduduk.
4.1.3 Potensi dan Masalah
Adanya suatu penggunaan lahan bagi peruntukan ataupun fungsi tertentu,
tentunya memiliki potensi tersendiri, bahkan juga masalah yang dapat timbul baik
dari kesalahan penduduk yang bertinggal atau menggunakan lahan tersebut, ataupun
kesalahan pihak pengembang kawasan tersebut.
Perumahan Teluk Palu Permai memiliki cukup banyak lahan yang belum
terbangun, yang mana dalam hal ini masih berbentuk semak belukar. Adanya lahan
ini dapat menjadi potensi bagi Perumahan tersebut untuk melakukan
pengembangan. Baik bagi pengembangan unit rumah maupun fasilitas pendukung
masyarakat lainnya.
Namun adanya lahan yang belum terbangun, dapat menjadi masalah bagi
masyarakat sekitar. Adanya lahan tersebut dapat menjadi sasaran bagi penduduk
setempat maupun penduduk di sekitar perumahan untuk membuang sampah pada
lahan tersebut (lihat gambar 4.2), sehingga hal ini dapat mengganggu kenyamanan,
baik bagi penduduk sekitar maupun pengunjung Perumahan Teluk Palu.
Selain masalah tersebut, Perumahan Teluk Palu Permai juga memiliki masalah
yang cukup memberikan dampak, yaitu masalah prasarana khsusnya jaringan
drainase. Jaringan drainase di Perumahan ini telah tersedia, namun sangat

11
disayangkan, tidak adanya pemeliharaan maupun pemerataan terhadap prasarana
tersebut, sehingga terdapat beberapa rumah yang tidak memiliki jaringan drainase
sehingga air limbah dibuang begitu saja dan mengalir ke jalan sehingga menimbulkan
genangan air yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Selain tidak
terdapat jaringan drainase, beberapa rumah juga memiliki jaringan drainase yang
tidak mengalir dengan baik sehingga harus mengurasnya sendiri secara manual.

(Gambar 4.2 Pembuangan sampah sembarangan)


4.1.4 Pola Aktivitas Masyarakat
Suatu masyarakat yang bermukim pada suatu kawasan yang sama tentunya
akan menimbulkan interaksi sosial. Yang mana selanjutnya interaksi tersebut
melahirkan aktivitas masyarakah pada suatu kawasan.
Pada Perumahan Teluk Palu sendiri terdapat beberapa klasifikasi pola
aktivitas masyarakat yaitu sebagai berikut:
1. Aktivitas Umum : Secara umum aktivitas masyarakat di Perumahan Teluk
Palu Permai yaitu bermukim. Namun setiap masyarakat memiliki pekerjaan baik
pelajar, mahasiswa, pegawai, maupun karyawan. Adapun aktivitas tersebut
umumnya berjalan pada pagi hari.
2. Aktivitas Pendukung : Selain aktivitas masyarakat secara umum yaitu
bermukim, terdapat pula beberapa aktivitas pendukung yang dapat menunjang
kebutuhan sehari-hari masyarakat di Perumahan Teluk Palu Permai, seperti hal nya
yaitu Saran Peribadatan (lihat gambar 4.4) serta Sarana Perdagangan berupa Mini
Market pada gambar berikut yang terletak di Blok D Perumahan Teluk Palu Permai.

Gambar 4.3 Aktivitas Pelayanan di Perumahan Teluk Palu

12
Gambar 4.4 Masjid Ar-Rahman Kompleks Teluk Palu Permai
3. Aktivitas Lainnya : Merupakan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
diluar dari akttivitas umum dan aktivitas pelayanan. Salah satu aktivitas yang
umumnya dilakukan oleh masyarakat yang dalam hal ini yaitu anak-anak, adalah
bermain pada waktu sore hari seperti pada gambar berikut.

Gambar 4.5 Aktivitas Lainnya


4.2 Analisis Kondisi Eksisting
Sebelum mengeluarkan rekomendasi terhadap suatu perencanaan, maka
tentunya diperlukan data mengenai kondisi eksisting serta analisisnya agar dapat
dikeluarkan rekmendasi maupun output yang tepat bagi suatu pengembangan
sarana yang dalam hal ini yaitu Ruang Terbuka Hijau. Maka berikut penjabaran dari
setiap komponen wilayah yang dibutuhkan serta dianalisis.
4.2.1 Ketersediaan Lahan
Pembangunan suatu sarana khususnya Ruang Terbuka Hijau tentunya
membutuhkan lahan sebagai tempat pembangunan maupun pengembangannya. Jika
tidak terdapat lahan yang tersedia, maka suatu sarana tidak dapat dikembangkan.
Perumahan Teluk Palu Permai memiliki luas lahan total yaitu sekitar ± 54.634
m2. Adapun luas total wilayah tersebut terdiri dari lahan terbangun dan tak
terbangun. Dimana sekitar ± 7.000 m2 dari luas total tersebut merupakan semak
belukar atau lahan yang tidak terbangun.
Sehingga lahan tak terbangun tersebut merupakan lahan yang berpotensi
untuk dikembangkan sebagai lokasi sarana Ruang Terbuka Hijau di Perumahan Teluk
Palu Permai, yaitu dengan luas sekitar 7.000 m2

13
4.2.2 Aksesibilitas
Selain lokasi suatu sarana, akses juga merupakan salah satu aspek yang dapat
menunjang keberhasilan perencanaan suatu sarana. Untuk itu perlu adanya akses
yang jelas dan mudah untuk mencapai suatu sarana yang mana dalam hal ini yaitu
Ruang Terbuka Hijau.
Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa Perumahan Teluk Palu
Permai terletak di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore, dan tepatnya berada di
samping Rumah Sakit Umum Undata Palu yang berada di Jl. RE. Martadinata.
Untuk itu dalam mencapai lokasi Perumahan Teluk Palu Permai dapat diakses
melalui Jl. RE. Martadinata serta dari Jl. Soekarno Hatta. Sedangkan kondisi
prasarana penunjang aksesibilitas yaitu jalan, memiliki kondisi yang cukup baik,
namun masih terdapat beberapa titik jalan yang rusak, dan rusak ringan.
4.2.3 Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi merupakan kondisi ketersediaan sumber daya air pada suatu
wilayah seperti sungai, maupun pantai.
Perumahan Teluk Palu Permai terletak di Kelurahan Tondo yang mana pada
data Badan Pusat Statistik dalam buku Kecamatan Mantikulore Dalam Angka 2017
disebutkan bahwa pada Kelurahan Tondo terdapat sungai dengan nama Sungai
Watutela dengan panjang sekitar 6km. Namun kondisi sungai tersebut dapat
dikatakan tergolong sungai musiman karena hanya dialiri air pada saat-saat tertentu
saja seperti musim hujan. Adapun letak sungai dapat dilihat pada gambar 4.1.
4.2.4 Iklim
Iklim atau kondisi cuaca merupakan salah satu pertimbangan dalam
mengembangkan suatu perencanaan sarana khususnya Ruang Terbuka, karena dapat
menjadi acuan bagi konsep pengembangan sarana RTH itu sendiri.
Perumahan Teluk Palu Permai terletak di Kelurahan Tondo, Kecamatan
Mantikulore. Yang mana kondisi iklim dalam satu kecamatan tersebut tentunya
sama. Maka dari itu, berdasarkan data BPS Kota Palu dalam Bukuu Kecamatan
mantikulore Dalam Angka 2017, berikut tabel mengenai kondisi iklim di Kecamatan
Mantikulore, yang mana dalam hal ini merupakan lokasi Perumahan Teluk Palu
Permai.
Tabel 4.1 Kondisi Iklim Kecamatan Mantikulore tahun 2016
Suhu Udara Curah Hujan
No. Bulan
(oC) (mm)
1. Januari 29 27,4
2. Februari 28,8 8,8
3. Maret 29,2 25,8
4. April 28,9 87,1
5. Mei 28,8 27,8

14
6. Juni 27,8 66,4
7. Juli 27,7 61,9
8. Agustus 28,4 47,5
9. September 27,7 63,5
10. Oktober 27,5 187,3
11. November 28,1 21,1
12. Desember 27,6 33,5
Rata-Rata 28,3 54,9
Sumber : BPS Kota Palu

Pada tabel diatas dapat dilihat kondisi suhu udara di Kecamatan Mantikulore
yang merupakan lokasi Perumahan Teluk Palu Permai pada tahun 2016 memiliki rata-
rata yaitu 28,3 oC. Yang mana suhu udara tersebut tergolong cukup panas sehingga
hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa sarana Ruang Terbuka Hijau
diperlukan di Perumahan Teluk Palu Permai. Adapun intensitas curah hujan pada
tahun 2016 yaitu sebesar 54,9 mm.
4.2.5 Arah Matahari dan Arah Angin
Arah matahari menjadi pertimbangan dalam pembangunan Ruang Terbuka
Hijau, karena hal ini dapat menjadi dasar atau pedoman dalam peletakan vegetasi
di RTH yang akan dibangun nantinya.
Adapun arah matahari di kawasan Perumahan Teluk Palu Permai dapat dilihat
pada gambar berikut.

Pukul 9:00

15
Pukul 12:00

Pukul 15:00

Setelah mengetahui arah matahari pada jam-jam tertentu tersebut maka


selanjutnya dapat diketahui peletakan vegetasi yang tepat sesuai dengan waktu
dimana masyarakat dominan melakukan interaksi, yaitu pada sore hari atau pukul
15:00. Sehingga dengan begitu, vegetasi pada ruang terbuka dapat diletakkan di
bagian barat Ruang Terbuka Hijau.
Selain arah matahari, selanjutnya yang diperlukan yaitu arah mata angina di
Kawasan Perumahan Teluk Palu Permai yang terletak pada Kecamatan Mantikulore.
Adapun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Palu tahun 2016, dikatakan
bahwa arah pergerakan angin yang dominan dalam kurun waktu seatu tahun yaitu
kearah Barat Laut. Untuk itu hal ini dapat menjadi pegangan dalam membentuk
desain dari RTH nantinya, dimana pada bagian Tenggara dan Selatan tidak diletakkan
bangunan atau massa lainnya yang dapat menghalangi sirkulasi angina bagi Ruang
Terbuka Hijau.

16
4.2.6 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Setelah melihat standar ketentuan mengenai kebutuhan ruang terbuka hijau
yang diperlukan untuk setiap jumlah penduduk, maka berikut analisis kebutuhan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perumahan Teluk Palu Permai.
Jumlah penduduk di Kawasan Perumahan Teluk Palu Permai yaitu sekitar 1000
jiwa. Dan Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan, bahwa setiap 250 jiwa penduduk pendukung dibutuhkan
RTH dengan luas lahan minimal 250m2 dengan jenis sarana Taman atau Tempat
Main.
Untuk itu berdasarkan standar tersebut, maka dengan jumlah penduduk
sebanyak 1000 jiwa dibutuhkan luas lahan RTH sebesar ±1000 m 2. Luasan ini dihitung
dari standar yang sebelumnya disebutkan.
Selain standar dengan penduduk pendukung minimal 250 jiwa, terdapat pula
standar dengan jumlah penduduk pendukung sebanyak 2500 jiwa. Namun
perhitungan kebutuhan luas lahan RTH di Kawasan Perumahan Teluk Palu Permai
tidak menggunakan jenis standar tersebut karena jumlah penduduk pendukung
hanya sekitar 1000 jiwa.
Dengan begitu dapat diketahui bahwa jenis sarana Ruang Terbuka Hijau yang
dibutuhkan di Kawasan Perumahan Teluk Palu yaitu Taman atau Tempat Main dengan
Luas Lahan sekitar 1000 m2 dengan kriteria lokasi dan penyelesaian yaitu di tengah
kelompok tetangga atau di tengah kawasan perumahan.
4.2.7 Kontur
Kontur merupakan ukuran ketinggian dari kondisi topografi suatu wilayah baik
berdasarkan ketinggian diatas permukaan laut maupun berdasarkan presentasi
kemiringan tertentu. Data kondisi kontur suatu wilayah dibutuhkan dalam
pembangunan RTH karena pembangunan atau pengembangan RTH akan menjadi
cukup sulit jika lokasi terletak pada topografi dengan interval kontur yang tinggi.
Perumahan Teluk Palu Permai sendiri terletak di Kelurahan Tondo, yang mana
setelah melihat kondisi kontur Kelurahan Tondo terdapat beragam interval
ketinggian. Dimana Perumahan Teluk Palu Permai (di lingkaran merah) berada pada
interval ketinggian 25 m – 50 m di atas permukaan laut, seperti pada gambar berikut.

17
4.3 Rekomendasi Perencanaa Sarana Ruang Terbuka Hijau
Setelah mengetahui kebutuhan luas lahan Sarana Ruang Terbuka Hijau, maka
perlu diidentifikasi lokasi yang tepat dan sesuai dengan kriteria pada standar yang
menyebutkan bahwa lokasi Taman atau Tempat Main yaitu berada di tengah
kelompok warga atau di tengah kawasan perumahan.
Untuk itu setelah mempertimbankan standar dan kriteria lokasi yang telah
disebutkan, maka lokasi yang tepat sebagai lahan Sarana Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perumahan Teluk Palu Permai yaitu pada lahan kosong yang tepatnya
berada di depan jalan utama perumahan serta dekat dengan Blok F dan H yang mana
dengan begitu, lokasi yang direkomendasi ini berada di tengah kelompok warga atau
di tengah perumahan sehingga hal ini telah sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Seperti pada gambar berikut.

18
Pemilihan lokasi tersebut tidak lain juga bertujuan agar anak-anak maupun
masyarakat lainnya dapat memiliki wadah untuk bermain dan berinteraksi. Selian
dari pada itu, adanya pengembangan RTH pada lokasi ini juga akan menghilangkan
adanya pembuangan sampah liar disekitar perumahan yang dapat merusak
lingkungan di Perumahan Teluk Palu Permai. Adapun ilustrasi dari wujud
perencanaan RTH di Perumahan Teluk Palu Permai yaitu sebagai berikut. Namun
hanya saja perlu ditambahkan beberapa permainan sebagai sarana pendukung
aktivitas anak-anak.

Sumber : Permen PU no. 5 Tahun 2008

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan disetiap
kawasan dengan berbagai tujuan. Tujuan yang dimaksud yaitu sebagai salah satu
wujud usaha dalam melestarikan lingkungan, serta memberikan wadah interaksi bagi
masyarakat di suatu wilayah. Untuk itu perlu adanya perencanaan RTH di suatu
kawasan.
Perencanaan RTH tidak dapat dilakukan dengan semena-mena. Perlu adanya
kajian dalam pengembangan RTH yang mana dalam hal ini yaitu SNI Tentang Tata
Cara Lingkungan Perumahan Di Perkotaan, serta Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
dan Permen Pu No. 05 Tahun 2008. Dengan pedoman tersebut maka arahan
perencanaan sarana RTH menjadi lebih jelas.
Perumahan Teluk Palu Permai merupakan salah satu dari sekian banyak
perumahan di Kota Palu. Namun sayangnya belum terdapat sarana Ruang Terbuka
Hijau di kawasan perumahan ini. Untuk itu, dilakukanlah analisis terkait
perencanaan RTH di Perumahan Teluk Palu Permai yang antara lain dilakukan dengan
mengumpulkan data eksisting terkait; 1. Pola Aktivitas Masyarakat; 2. Ketersediaan
lahan; 3.Aksesibilitas; 4. Kondisi Hidrologi; 5. Iklim; 6.Arah Matahari dan Arah Angin;
7.Kebutuhan RTH.
Setelah menimbang dari beberapa aspek kondisi eksisting tersebut serta
standar dan regulasi yang ada, maka ditemukan bahwa kebutuhan luas lahan bagi
Perumahan Teluk Palu Permai yaitu sekitar 1000m2, dengan lokasi yang berada
ditengah perumahan dan ilustrasi model RTH yang dilengkapi dengan taman
bermain, yang bertujuan untuk menyediakan wadah bagi masyarakat khususnya
anak-anak agar memiliki tempat bermain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan


Kawasan Permukiman
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di
Perkotaan

21

Anda mungkin juga menyukai