1,2
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
Abstract
Health problemisone of the effectsofair pollutionthatmostly feltindeveloping countries. This
study aims to estimate the economic impact of air pollution on health in Indonesia. Air
pollution indicator used is particulate matter matter 10 (PM10). The economic impact
is measured by costs incurred due to the occurrence of human health problems, which
consists of mortality and morbidity. Estimation technique involves two approaches, namely
epidemiology to assess the causal relationship between the level of concentration of PM10
with health risks, and economic valuation to provide monetary value on these health risks.
The result indicates the economic costs caused by the concentration of PM10 to the health
are Rp 373.1 billion, equivalent to 5.03% of Gross Domestic Product (GDP). Of these costs,
60.9% is the cost of mortality in the form of premature death and 9.1% is morbidity which
the largest component costs (approximately 50%) of hospital admission for respiratory
causes. Society must bear the cost of pollution on average about Rp 1.53 million or 6.7% of
per capita income
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
Email : deniku13@gmail.com
Djoko Mursinto & Deni Kusumawardani / Estimasi Dampak Ekonomi dari Pencemaran Udara
164
KEMAS 11 (2) (2016) 163-172
merupakan nilai sumber daya yang hilang, yang cost of illness (COI). Sementara itu, estimasi
meliputi biaya morbiditas dan mortalitas, biaya biaya mortalitas akibat pencemaran melibatkan
pengobatan informal, dan biaya kehilangan teknik yang lebih kompleks dan seringkali
akibat tindakan kriminal. Sementara itu, menimbulkan kontroversi seputar masalah
intangible cost merupakan jenis biaya yang sulit etika/moral terkait dengan pemberian satuan
diukur karena terkait dengan perasaan, baik moneter pada nilai kehidupan (value of life).
fisik dan psikologi, seperti sakit, menderita, Oleh karena itu, para ahli tidak menggunakan
dan tidak nyaman (Sangkey, 2011). biaya kematian dalam arti psikologis, tetapi
Penilaian dampak ekonomi dari melalui proksi berupa hilangnya penghasilan
pencemaran udara terhadap kesehatan (forgone earning) akibat mati secara dini . Konsep
seringkali dihindari karena dua kesulitan yang ini dikenal dengan nilai hidup secara statistik
sekaligus menjadi masalah utama, yaitu: (1) atau Value of Statistical Life (VSL). Metode
menetapkan hubungan sebab-akibat secara yang sering digunakan untuk mengestimasi
langsung antara pencemaran dan gangguan biaya mortalitas adalah pendekatan modal
kesehatan; (2) mengestimasi nilai moneter pada manusia atau Human Capital (HC) dengan
dampak kesehatan akibat pencemaran. Masalah prinsip bahwa value of life seseorang ditentukan
pertama merupakan bagian dari studi tentang oleh tingkat produktivitas kerja yang biasanya
penilaian risiko epidemiologi (epidemiological diukur berdasarkan nilai sekarang (present
risk assessment), terutama terkait dengan value) dari aliran pendapatan di masa datang.
penentuan ada tidaknya hubungan sebab- Kelemahan dari pendekatan HC tersebut
akibat (cause-effect relationship) (WHO, 2002). adalah tidak mampu mengestimasi preferensi
Studi ini melibatkan beberapa tahap penilaian, seseorang tentang nilai hidupnya, sehingga
yaitu identifikasi risiko kesehatan, penilaian dalam praktiknya pendekatan ini sudah jarang
eksposur (paparan pencemar), penilaian dose- digunakan.Sebagai alternatif, VSL biasanya
response, dan yang terakhir adalah identifikasi diestimasi melalui kesediaan membayar atau
karakter dari masing-masing risiko kesehatan. willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap
Masalah kedua, yaitu estimasi nilai pengurangan, bukan penghindaran, tingkat
ekonomi dalam satuan moneter(sering disebut risiko kematian (Yaduma, 2012).
valuasi ekonomi) dari dampak kesehatan akibat Studi tentang dampak ekonomi dari
pencemaran merupakan sesuatu yang cukup pencemaran udara terhadap kesehatan telah
kompleks karena kesehatan bukanlah suatu banyak dilakukan dalam beberapa tahun
komoditas pasar yang sederhana.Konsep ini terakhir, baik pada tingkat negara maupun
didasarkan pada teori ekonomi kesejahteraan tingkat daerah (biasanya kota) dalam satu
(welfare economics) yang mengasumsikan negara. Indikator pencemaran udara yang
bahwa kesehatan memiliki nilai selayaknya digunakan berbeda-beda, tetapi sebagian
barang ekonomi lainnya, dan nilai tersebut besar menggunakan PM10. Penilaian dampak
dapat diperbandingkan. Secara lebih spesifik, kesehatan akibat pencemaran pada studi
teori tersebut mengasumsikan bahwa tersebut dilakukan melalui metode Dose-
masyarakat cukup rasional dalam mengambil Response Function (DRF). Sementara itu,
keputusan yang bersifat ‘trade-off ’antara risiko biaya ekonomi dari dampak kesehatan
kesehatan (health risks) dan barang ekonomi tersebut diestimasi oleh pendekatan value of
lainnya (Septiyantie, 2013). statistical life (VSL) untuk mortalitas dan costs
Dewasa ini telah berkembang berbagai of illness (COI) untuk morbiditas. Hasil studi
teknik evaluasi untuk mengestimasi dampak menunjukkan besarnya biaya mortalitas yang
ekonomi dari pencemaran terhadap kesehatan. diakibatkan oleh konsentrasi PM10adalah US$
Dampak kesehatan secara umum terdiri 1.773 juta atau setara dengan 2.09% dari PDB
dari kesakitan (morbiditas) dan kematian (Produk Domestik Bruto), sedangkan biaya
(mortalitas). Metode umum yang digunakan morbiditas sekitar US$ 1.889,33 juta atau setara
untuk menilai biaya morbiditas adalah loss of dengan 2.22% dari PDB Singapura tahun 1999.
earnings dan medical cost. Kombinasi kedua Pada kasus di Indonesia, studi tentang
metode tersebut sering disebut dengan metode dampak kesehatan dari pencemaran udara
165
Djoko Mursinto & Deni Kusumawardani / Estimasi Dampak Ekonomi dari Pencemaran Udara
166
KEMAS 11 (2) (2016) 163-172
Tabel 1. Tingkat Risiko dari Dampak Kesehatan akibat Perubahan Konsentrasi 10 µg/m3 PM10
Faktor Risiko Relatif
Jenis Dampak Kesehatan
Bawah Sentral Atas
Kematian dini 0.000896 0.002567 0.00421
Perawatan rumah sakit akibat penyakit kardiovaskuler 0.000598 0.000896 0.001292
Perawatan rumah sakit akibat penyakit pernapasan 0.001292 0.001587 0.00198
Bronkitis akut 0.012663 0.026697 0.04068
Serangan asma 0.004593 0.004974 0.005354
Jumlah hari tidak bekerja 0.007603 0.008984 0.010346
Gangguan saluran pernapasan 0.00198 0.006766 0.010436
Sumber: WHO (2002)
Selanjutnya langkah terakhir adalah dan biaya. Sebagaimana studi-studi terdahulu,
menentukan perubahan tingkat konsentrasi penelitian ini menggunakan pendekatan
PM10 (dA). Secara matematis, perubahan Benefit Transfer (BT), yaitu metode sekunder
tingkat konsentrasi PM10 adalah sebagai berikut (secondary methods) yang menggunakan hasil
dari studi-studi primer terdahulu dengan
(3) penyesuaian nilai parameter untuk menangkap
perbedaan karakteristik lokasi dan sosial-
dimana adalah konsentrasi PM10 pada tahun ekonomi penelitian. Pendekatan BT terdiri dari
penelitian dan adalah baseline concentration, tiga jenis metode, yaitu penyesuaian preferensi
yaitu konsentrasi terendah dimana dampak (preference calibration), transfer nilai (value
kesehatan mulai dapat dirasakan. transfer), dan analisis meta-regresi (meta-
Pada umumnya baseline concentration regression analysis) (Yaduma, 2012). Metode
diambil sebagai konsentrasi dasar untuk penyesuaian preferensi mengintegrasikan
pencemaran udara, tetapi sebagian besar fungsi preferensi individu dengan informasi
studi merekomendasikan bahwa tidak ada mengenai nilai manfaat (VSL) yang tersedia,
tingkat ambien minimum untuk PM10 di mana sedangkan metode transfer nilai menyesuaikan
dampak negatif kesehatan mulai muncul. Ini estimasi nilai VSL suatu negara dengan negara
berarti risiko kesehatan terjadi pada setiap yang bersangkutan. Adapun metode meta-
tingkat paparan PM10.Mengacu pada pendapat regression analysis merupakan metode statistik
tersebut, penelitian ini menggunakan zero yang mengkombinasikan hasil studi VSL dari
ambient concentration level sebagai baseline berbagai negara untuk menghasilkan suatu
concentrationdari PM10. fungsi VSL yang kemudian digunakan sebagai
Teknik valuasi yang digunakan untuk nilai VSL negara yang bersangkutan.
mengestimasi biaya ekonomi dari pencemaran Jenis metode dalam pendekatan BT yang
terhadap kesehatan adalah pendekatan Value of digunakan dalam penelitian ini adalah transfer
Statistical Life (VSL) berdasarkan Willingness nilai (Value Transfer) dengan alasan utama
To Pay (WTP) untuk kasus mortalitas dan adalah aspek kesederhanaan, sehingga mudah
pendekatan Costs of Illness (COI) untuk kasus untuk dilakukan perhitungan. Penyesuaian
morbiditas. Pendekatan VSL didasarkan nilai VSL dan COI menggunakan rasio paritas
pada preferensi individu yang tercermin daya beli (purchasing power parity) antara dua
dari kesediaan seseorang untuk membayar negara.Pada penelitian ini, besarnya biaya
pengurangan tingkat risiko kematiannya. ekonomi per kasus kesehatan mengacu pada
Sementara itu, pendekatan COI terdiri dari studi EPA yang dilakukan di Amerika Serikat.
biaya berobat secara medis (medical costs) dan Oleh karena itu, rasio paritas daya beli yang
hilangnya produktivitas yang dicerminkan oleh digunakan adalah negara Indonesia dengan
hilangnya pendapatan seseorang akibat sakit Amerika Serikat. Secara matematis, besarnya
(loss of productivity). nilai COI dan VSL dihitung sebagai berikut
Untuk mengestimasi VSL dan COI
diperlukan survei atau pengamatan perilaku dan (4)
preferensi individu secara menyeluruh, yang
membawa konsekuensi pada kendala waktu
167
Djoko Mursinto & Deni Kusumawardani / Estimasi Dampak Ekonomi dari Pencemaran Udara
kepustakaan.
168
KEMAS 11 (2) (2016) 163-172
Value of statistical life Nilai hidup secara statistik yang diukur oleh kesediaan untuk Penelitian Ostro (1994),
(VSL) membayar atau willingness to pay (WTP) dalam rangka dan EPA (2011)
pengurangan tingkat risiko dari kematian dalam satuan US$.
Paritas daya beli Perbandingan tingkat daya beli antara dua negara yang diukur World Development
berdasarkan tingkat pendapatan nasional bruto per kapita Indicators (World Bank,
(Gross National Income Product per capita) atas dasar harga 2014)
berlaku pada tahun 2011.
prevalensi dari suatu penyakit, yang kasus morbiditas total akibat konsentrasi PM10
menggambarkan kejadian penyakit dalam di Indonesia adalah 568.701.096 kasus (estimasi
suatu populasi masyarakat pada kurun waktu sentral) (lihat Tabel 3). Dari angka tersebut,
tertentu. Dalam penelitian ini indikator lebih dari separuh (sekitar 53%) berupa kasus
morbiditas yang digunakan mengacu pada bronkitis akut.
WHO (2002), yaitu perawatan rumah sakit Besarnya biaya ekonomi dari gangguan
akibat penyakit kardiovaskuler, perawatan kesehatan yang diakibatkan dari konsentrasi
rumah sakit akibat penyakit pernapasan, PM10 diestimasi menggunakan persamaan (1).
bronkitis akut, serangan asma, jumlah hari tidak Secara matematis, biaya tersebut merupakan
bekerja, serta gangguan saluran pernapasan. hasil perkalian antara jumlah kasus kesehatan
Jumlah penduduk berisiko terkena dampak yang dihitung dari persamaan (2) dengan biaya
untuk masing-masing indikator morbiditas ekonomi dari masing-masing kasus kesehatan
tersebut berbeda-beda seperti yang dijelaskan seperti pada persamaan (4) untuk mortalitas
sebelumnya. Dengan jumlah penduduk dan persamaan (5) untuk morbiditas. Beberapa
Indonesia tahun 2011 sebanyak 243.801.639 informasi penting pada tahun 2011 yang
jiwa, maka estimasi sentral jumlah perawatan diperlukan untuk perhitungan biaya ekonomi
rumah sakit akibat penyakit kardiovaskuler tersebut adalah sebagai berikut (World Bank,
sebanyak 10.201.361 kasus, jumlah perawatan 2014): (1) nilai GNI Indonesia adalah US$
rumah sakit akibat penyakit pernapasan 3.368,319 dan Amerika Serikat adalah US$
sebanyak 18.088.984 kasus, dan gangguan 50.863,886, sehingga rasio paritas daya beli
saluran pernapasan sebanyak 77.102.582 kasus. adalah 0,0662; (2) nilai tukar (kurs) rupiah
Selanjutnya dari jumlah penduduk tersebut, terhadap dollar Amerika Serikat adalah Rp
proporsi penduduk yang berusia di bawah 18 8.770,43 per US$; dan (3) laju inflasi di Amerika
tahun sebesar 30% atau sekitar 73.140.492 jiwa, Serikat sebesar 11,6%.
sedangkan penduduk usia kerja (di atas 15 Berdasarkan studi EPA (2011), nilai VSL
tahun) sebesar 65% atau sekitar 158.471.065 untuk kasus mortalitas berupa kematian dini
jiwa. Berdasarkan informasi tersebut, maka di Amerika Serikat pada tahun 2010 adalah
estimasi sentral jumlah penderita bronkitis akut US$ 7.400.000 per kasus. Dengan melibatkan
sebanyak 304.233.119 kasus, dan serangan asma informasi tentang rasio paritas daya beli,
sebanyak 56.685.196 kasus. Adapun estimasi nilai tukar, dan laju inflasi seperti yang telah
sentral jumlah hari tidak bekerja sebanyak diuraikan, maka diperoleh biaya mortalitas per
102.380.855 kasus. Dengan menjumlahkan kasus senilai Rp 1.234 juta atau sekitar Rp 1,2
semua kasus tersebut diketahui bahwa jumlah (e=1,5). Selanjutnya berdasarkan persamaan (1)
169
Djoko Mursinto & Deni Kusumawardani / Estimasi Dampak Ekonomi dari Pencemaran Udara
170
KEMAS 11 (2) (2016) 163-172
171
Djoko Mursinto & Deni Kusumawardani / Estimasi Dampak Ekonomi dari Pencemaran Udara
studi yang ditujukan untuk menutupi kedua PAru dan Kadar Continine pada Urin
keterbatasan tersebut akan memberikan hasil Karyawan yang Terpapar Asap Rokok Orang
yang lebih komprehensif tentang dampak dari Lain. Jurnal Kemas 10 (1).
pencemaran udara. Sengkey,SL., Jansen, F., Wallah, S., 2011. Tingkat
Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas
Ucapan terima kasih ditujukan
dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala
kepada semua pihak yang telah membantu Mikro. Jurnal Kemas 1 (2): 119-126.
proses penelitian ini. Secara khusus, kami Septiyantie, UP., & Cahyadin. 2013. Hubungan
mengucapkan terima kasih kepada: (1) Fakultas Antara Realisasi Dana Bantuan Operasional
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, Kesehatan dengan Indikator Gizi KIA di
Surabaya atas pendanaan penelitian ini; dan Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2012.
(2) Nurul Fitri R. yang telah membantu proses Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 2 (4).
pengumpulan dan pengolahan data. Sugiarti. 2009. Gas Pencemar Udara dan
Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia.
Jurnal Chemica 10 (1): 50-58.
Daftar Pustaka WHO. 2000. Air Quality Guidelines for Europe.
Basri, S. dkk. 2015. Analisis Risiko KEsehatan Copenhagen: WHO Regional Office for
Lingkungan (Mdel Pengukuran Risiko Europe.
Pencemaran Udara terhadap Kesehatan). Yaduma, N. 2012. Estimating Mortality and
Jurnal Kesehatan 7 (2). Economic Costs of Particulate Air Pollution
Mulyadi. 2015. Paparan Timbal Udara terhdap in Developing Countries: The Case of
Timbal Darah, Hemoglabin, Cystatin C Nigeria. Economics Discussion Paper Series.
Serum Pekerja Pengecatan Mobil. Jurnal EDP Vol. 1223.
Kemas. 11 (1).
Nurjanah, KL. Mufid, A. 2014. Gangguan Fungsi
172