Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Promosi kesehatan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui pembelajaran diri agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan

kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011). Promosi kesehatan adalah

suatu proses pemberdayaan masyarakat agar dapat berperilaku memelihara, meningkatkan

dan melindungi kesehatannya. Masalah kesehatan di masyarakat disebabkan oleh tiga faktor

yaitu bibit penyakit, lingkungan yang menyebabkan timbulnya bibit penyakit dan perilaku

manusia yang tidak peduli akan lingkungan sekitar. Promosi kesehatan oleh puskesmas

dilaksanakan agar masyarakat dapat berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai

bentuk pemecahan masalah kesehatan yang berpotensi mengancam kesehatan. Petugas

kesehatan harus menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan

PHBS (Depkes RI, 2011).

Penyakit tidak menular sangat berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat dan

dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya. Seperti kebiasaan merokok, kurang

aktivitas fisik, konsumsi minuman berakohol, dan diet tidak sehat. Diet tidak sehat seperti

asupan kalori berlebih dan kontaminasi bahan berbahaya. Faktor risiko penyakit tidak

menular tersebut saling terkait satu sama lain. Jika asupan makanan dengan kalori berlebih

berisiko menyebabkan kegemukan. Hal itu berujung pada gangguan kesehatan, seperti

diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Untuk mengendalikannya

dilakukan deteksi dini dan diintervensi secara dini agar tidak berlanjut menjadi fase akhir.

1
World Health Organization (WHO) tahun 2013 menyatakan dengan mengkonsumsi

makanan tinggi serat, olahraga yang cukup, dan tidak merokok dapat mencegah (90%)

penyakit diabetes tipe-2, (80%) penyakit kardiovaskular, dan (33%) penyakit kanker.

Melakukan aktifitas fisik secara benar, teratur dan terukur makan makanan bergizi dengan

pola seimbang, cukup buah dan sayur serta mengelola stres dengan tepat dan benar. Tetapi

masyarakat Indonesia masih jauh dari pola hidup sehat. Survei yang diinisiasi AIA Healthy

Living Index 2013 pada 15 negara di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringat terendah

dalam penerapan pola hidup sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka disimpulkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana kerangka konsep dalam promosi kesehatan?

2. Apa pengertian dari perilaku manusia dan perilaku pencarian pelayanan kesehatan?

3. Bagaimana kerangka kerja precede?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, disimpulan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kerangka konsep dalam promosi kesehatan

2. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku manusia dan perilaku pencarian pelayanan

kesehatan

3. Untuk mengetahui kerangka kerja precede

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Konsep dalam Promosi Kesehatan


Penyuluhan KB
dengan Ceramah
Memori
Pengetahuan KB Retensi Memori
Penyuluhan KB
dengan Video

2.1.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat

menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat,

sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Prinsip dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan, partisipatif, holistik, intersektoral, adil,

berkelanjutan, dan multi-strategi. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, promosi kesehatan

memungkinkan individu atau masyarakat untuk merasa memiliki daya dalam mempengaruhi

kesehatan mereka dengan terlibat dalam tahap perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi untuk

mendorong kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual melalui kolaborasi dengan berbagai

instansi terkait berdasarkan kesetaraan dan keadilan sosial untuk membawa perubahan dan

mempertahankannya dengan menggunakan berbagai pendekatan.

Menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah serangkaian

proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Proses pemberdayaan dilakukan dari oleh masyarakat yang artinya proses pemberdayaan

tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat bahkan semua

komponen masyarakat. Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan

3
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang

dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi

kesehatan. (Lawrence Green, 1984). Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang

mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984).

2.2 Perilaku Manusia dan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Perilaku Manusia

Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari

luar organisme (orang). Dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau

faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama

bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda (Niven, 2009). Perilaku

merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat,

bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).

Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala

bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat (overt)

sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, seperti misalnya pengetahuan, persepsi atau

motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku kedalam tiga domain yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude,

practice (Sarwono, 2004).

Bloom yang dikutip dalam Niven (2009) seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain, ranah, atau kawasan, yakni: kognitif (cognitive),

afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).

4
Perilaku manusia dibagi atas Pengetahuan, Sikap dan Praktek/Tindakan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni melalui mata dan telinga. Ada 6 tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam

ranah kognitif ini, yaitu:

(1) Tahu (know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu;

(2) Memahami (comprehension), artinya seseorang itu telah dapat mengenterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut;

(3) Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya pada

situasi yang lain;

(4) Analisis (analysis),adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/ atau

memisahkan , kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui;

(5) Sintesis (synthesis), menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki;

(6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2005).

2. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan

5
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

(Notoatmodjo, 2005). Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah

kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Sikap merujuk

pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut

memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok

sosial dan objek (Baron, 2004).

3. Tindakan (praktek)

Praktik mempunyai beberapa tingkatan:

(1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

(2) Respons terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.

(3) Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga.

(4) Adopsi (adoption), adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang mudah

berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2007). Terbentuknya suatu perilaku baru,

terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih

dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya.

Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya

menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu.

Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan

menimbulkan respons lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau

sehubungan dengan stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Namun demikian didalam

kenyataannya, stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan.

6
Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu

makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus

didasari oleh pengetahuan atau sikap.

2.2.1 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok

dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk

dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya (Depkes, 2009).

Perilaku pencarian pelayanan kesehatan adalah perilaku individu maupun

kelompokatau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian

pengobatan di masyarakat sangat bervariasi. Variasi pencarian pengobatan di masyarakat

dipengaruhi dengan jumlah sarana pelayanan kesehatan yang semakin bertambah serta jenis,

metode serta peralatan pelayanan kesehatan yang tersedia di sarana pelayanan kesehatan juga

semakin beragam.

Menurut Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat

dibedakan atas dua, yaitu :

a. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical

services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice)

atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utama untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaran terutama untuk perseorangan dan

keluarga.

7
b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public

health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama

dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya adalah memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.

2.3 Kerangka kerja precede

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan dan

memiliki dua bagian yang berbeda :

1. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in,

Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation).

2. PROCEED(Policy,Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational,

Enviromental, Development).

Model Procede dan Proceed juga berperan penting dalam perencanaan pendidikan

dan promosi kesehatan karena menyediakan bentukuntuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

berkaitan dengan masalah kesehatan, perilakudan pelaksanaan program. Yang terbaik untuk

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede-

Proceed. Precede bagian dari fase (1-4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian

Proceed fase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi. Delapan fase dari model

panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang lebih

umum ke hasil yang lebih spesifik. Secara bertahap, proses mengarah ke penciptaan sebuah

program, pemberian program, dan evaluasi program (Fertman, 2010).

8
Delapan Fase Procede-Proceed (Fertman, 2010) :

a. Fase 1: Penilaian Sosial

Dalam fase ini, program fokus pada kualitas dari hasil keluaran secara spesifik,

indikator utama sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat

kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran, atau tingkat pendidikan yang rendah)

yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup. Sebagai contoh, pada pekerjaan

industri yang kumuh dan berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang tinggi dan

sedikitnya pelayanan kesehatan.

b. Fase 2: Penilaian Epidemiologi

Masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor, yaitu bagaimana

hubungannya dengan masalah kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam

penilaian sosial dan bagaimana menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada.

Setelah prioritas utama masalah kesehatan stabil, identifikasi pada munculnya masalah

kesehatan. Kepentingan yang sama dan analisis perubahan akan menampilkan identifikasi

faktor mana yang menjadi target dalam program promosi kesehatan. Setelah penyakit

diurutkan berdasarkan kepentingan dan kemampuan untuk diubah, perencana akan

memilih salah satu masalah kesehatan. Langkah selanjutnya dalam penilaian ini adalah

mengidentifikasi penyebab utama dari penyakit tersebut, seperti faktor lingkungan

(contohnya racun, kondisi kerja yang penuh tekanan, atau kondisi pekerjaan yang tidak

terkontrol), faktor prilaku (contohnya sedikitnya aktivitas fisik, diet yang buruk, merokok,

atau konsumsi alkohol), dan faktor genetik (contohnya riwayat keluarga). Perubahan data

akan dianalisis, dan kemudian satu atau beberapa dari faktor resiko ini akan dipilih

menjadi fokus. Untuk melengkapi fase ini, tujuan status kesehatan, perilaku objektif, dan

lingkungan objek akan disusun.

9
c. Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis

Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-faktor predisposisi,

faktor-faktor pemungkin dan faktor-faktor penguat (Green &Kreuter,2005). Faktor-faktor

predisposisi adalah yang dapat mendukung atau mengurangi untuk memotivasi perubahan,

seperti sikap dan pengetahuan. Faktor-faktor pemungkin adalah yang dapat medukung

atau mengurangi dari perubahan, seperti sumber daya atau keahlian. Faktor-faktor penguat

yang dapat membantu melanjutkan motivasi dan merubah dengan memberikan umpan

balik atau penghargaan .Faktor-faktor ini dianalisis berdasarkan pentingnya, perubahan,

dan kemungkinan (seberapa banyak faktor yang mungkin dapat dimasukan dalam sebuah

program). Faktor-faktor kemudian dipilih untuk disajikan sebagai dasar untuk

pengembangan program, dan keobjektifitasan pendidikan yang telah disusun.

d. Fase 4:Administrasi & Penilaian Kebijakan& Keselarasan Intervensi

Fokus utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan dan keselarasan intervensi

dalam fase ke empat adalah pemastian kenyatan, untuk meyakinkan bahwa ini ada dalam

aturan (sekolah, tempat kerja, organisasi pelayanan kesehatan, atau komunitas) semua

dukungan yang memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber

daya lainnya akan ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program.

e. Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan

Penyampaian program terjadi selama fase 5.Juga, proses evaluasi (fase 6), yang mana

dalam fase evaluasi yang pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan program.

f. Fase 6: Proses Evaluasi

Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang muncul selama

pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan baik data kuantitatif dan

kualitatif untuk mengakses kemungkinan dalam program sebagaimana untuk meyakinkan

penyampaian program yang berkualitas.

10
g. Fase 7: Pengaruh Evaluasi

Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah program selesai, untuk

mencari tahu pengaruh interfensi dalam prilaku atau lingkungan. Waktunya akan

bervariasi mulai dari sesegera mungkin setelah selesai dari menyelesaikan aktivitas

intervensi sampai beberapa tahun kemudian.

h. Fase 8: Hasil atau Keluaran Evaluasi

Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus ketika semua proses berjalan sampai

indikator evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri

sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Prinsip dari promosi

kesehatan adalah pemberdayaan, partisipatif, holistik, intersektoral, adil, berkelanjutan, dan

multi-strategi. Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan

dari luar organisme (orang). Dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik

atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya

sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda (Niven, 2009).

Perilaku pencarian pelayanan kesehatan adalah perilaku individu maupun

kelompokatau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian

pengobatan di masyarakat sangat bervariasi. Variasi pencarian pengobatan di masyarakat

dipengaruhi dengan jumlah sarana pelayanan kesehatan yang semakin bertambah serta jenis,

metode serta peralatan pelayanan kesehatan yang tersedia di sarana pelayanan kesehatan juga

semakin beragam.

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan dan

memiliki dua bagian yang berbeda, yaitu PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling,

Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation) dan PROCEED (Policy,

Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental, Development).

12
3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan mahasiswi keperawatan

dalam melaksanakan promosi kesehatan. Diharapkan semua petugas kesehatan terlibat dalam

program promosi kesehatan tidak hanya petugas promosi kesehatan dan penyakit tidak

menular saja.

13
DAFTAR PUSTAKA

digilib.unila.ac.id. 2018. Tinjauan Pustaka, (Online), (http:// digilib. unila. ac. Id/2379/8/

BAB%20II.pdf), diakses pada 18 Agustus 2018.

Rahman, Prabamurti, Riyanti. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Pencarian Pelayanan Kesehatan (Health Seeking Behavior) pada Santri di Pondok

Pesantren Al Bisyri Tinjomoyo Semarang, (Online), (https:// media. neliti. com/ media/

publications/105704-ID-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-pe.pdf), diakses pada

18 Agustus 2018.

repository.usu.ac.id. 2018. Bab 2 Tinjauan Pustaka, (Online), (http: // repository. usu. ac. id/

bitstream/123456789/48574/4/Chapter%20II.pdf), diakses pada 18 Agustus 2018.

edoc.site. 2018. Model Precede-Proceed, (Online), (https://edoc.site/teori-precede-pdf-

free.html), diakses pada 18 Agustus 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai