NIM : 11010115140250
Judul Skripsi :
SEMARANG
2018
A. Pokok – Pokok Pemikiran
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi internasional
yang bersifat global yang dibentuk pada tanggal 24 Oktober 1945 dengan
jumlah anggota awalnya yang berjumlah 51 negara. Organisasi ini merupakan
pengganti dari organisasi Liga Bangsa-Bangsa yang dianggap gagal mencegah
terjadinya Perang Dunia II (1939 – 1945) serta didirikan guna mencegah konflik
hal serupa terulang kembali. Saat ini PBB mempunyai anggota yang berjumlah
193 negara dan 2 negara pengamat, organisasi ini mempunyai markas besar di
kota New York, Amerika Serikat. Sejak awal didirikan pula PBB mempunyai 5
tujuan utama, yaitu:
1. Menjaga perdamaian dan keamanan dunia;
2. Memajukan dan mendorong hubungan persaudaraan antarbangsa
melalui penghormatan hak asasi manusia;
3. Membina kerjasama internasional dalam pembangunan bidang
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan;
4. Menjadi pusat penyelarasan segala tindakan bersama terhadap
negara yang membahayakan perdamaian dunia; dan
5. Menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan,
bencana alam, dan konflik bersenjata.
Dari kelima tujuan tersebut dapat kita simpulkan bahwa satu tujuan utama dari
dibentuknya PBB adalah demi terciptanya perdamaian di dunia ini.
Hak veto adalah hak istimewa yang dimiliki setiap lima anggota tetap
DK PBB. Hak istimewa tersebut dapat membatalkan suatu keputusan yang
diajukan oleh anggota-anggota DK PBB. Hak veto memang tidak secara tertulis
ada dalam Piagam PBB namun secara implisit diatur dalam Pasal 23 ayat (3)
Piagam PBB yang mengatakan bahwa setiap pengambilan keputusan DK PBB
harus minimal terdapat sembilan suara anggota DK PBB dimana lima
diantaranya harus dari suara anggota tetap. Hak veto dimiliki lima anggota tetap
DK PBB karena mereka dianggap sebagai pendiri PBB yang juga sebagai the
big five pemenang Perang Dunia II. Kekuatan hak veto yang semula
dimaksudkan sebagai alat agar DK PBB memiliki kekuatan yang memadai,
dalam prakteknya telah menyimpang dari maksud semula.
Di awal abad ke-21 ini keberadaan hak veto yang termasuk juga sebagai
kewenangan hukum anggota tetap DK PBB banyak mendapat kritikan dari
masyarakat internasional karena disalahgunakan untuk melindungi kepentingan
negara pemegang hak veto serta negara-negara sekutu pemgang hak veto. Salah
satu contoh penyalagunaan hak veto dapat dilihat pada kasus jatuhnya pesawat
Malaysia Airlines di Ukraina. Rusia menjatuhkan veto terhadap draft resolusi
nomor S/2015/562 yang berisi tuntutan untuk membentuk lembaga peradilan
khusus untuk menyelidiki kasus jatuhnya pesawat tersebut, sehingga Piagam
tersebut tidak dapat diadopsi oleh DK PBB. Contoh yang kedua pada tanggal
28 November 2017 Republik Rakyat Tiongkok dan Rusia menggunakan hak
veto terhadap draft resolusi nomor S/2017/172 tentang pemberian sanksi PBB
terhadap negara Suriah dalam penggunakan senjata kimianya dalam Perang
Saudara Suriah, Suriah merupakan sekutu dari negara Rusia. Contoh terakhir
yaitu pada tanggal 1 Juni 2018 Amerika Serikat yang menggunakan hak
vetonya terhadap resolusi nomor S/2018/516 tentang konflik yang terjadi di
perbatasan Gaza, Palestina dengan negara Israel, konflik tersebut sudah terjadi
sejak bulan Maret 2018 lalu dan sampai sekarang konflik tersebut masih
berlangsung. Konflik tersebut sudah memakan korban 168 warga Palestina yang
meninggal dan sekitar 15.000 warganya luka-luka akibat konflik perbatasan
tersebut. Amerika Serikat menggunakan hak vetonya karena Israel merupakan
sekutu utama Amerika Serikat.
Dari ketiga kasus di atas dapat terlihat bahwa hak veto yang dimiliki
anggota tetap DK PBB justru menghambat proses untuk menyelesaikan setiap
masalah yang mengancam perdamaian serta keamanan internasional.
Berdasarkan paparan tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian atau penulisan
hukum yang berjudul Kewenangan Hukum Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa dalam Menciptakan Perdamaian Dunia di Awal Abad ke-
21.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan kewenangan hukum Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa sesuai Piagam PBB dalam pemeliharaan perdamaian dan
keamanan internasional?
2. Apakah kewenangan hukum yang dimiliki Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa tersebut masih relevan di awal abad ke-21 ini?