PENDAHULUAN
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan
(ginjal, ureter, dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung kemih dapat menyebabkan
penyumbatan dan pengosongan kandung kemih tidak sempurna, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal yang merupakan jalur akhir dari penyakit
urinarius.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya
perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindak lanjuti maka dapat
menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran
kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal.
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan
terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit
yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta
segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera
ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu menjaga
kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal yang harus
diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan pemeliharaan kesehatan seperti
berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari penyakit infeksi yang
menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengkajian dari Post Operasi Bedah Ginjal ?
1.2.2 Apa Diagnosa yang Muncul dari Operasi Bedah Ginjal ?
1.2.3 Bagaimana Intervensi dari Post Operasi Bedah Ginjal ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengkajian dari post operasi bedah ginjal
1.3.2 Untuk mengetahui diagnose dari post operasi bedah ginjal
1.3.3 Untuk mengetahui intervensi dari post operasi bedah ginjal
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala: pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas/ imobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya (contoh penyakit yamg tidak sembuh, cedera medulla
spinalis)
2. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/ nadi (nyeri ansietas, gagal ginjal)
Kulit hangat: pucat
3. Eliminasi
Gejala: riwayat adanya/ISK kronis: obstruksi sebelumnya (kalkulus)
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, diare
Tanda: oliguria, hematuria, piuria
Perubahan pola berkemih
4. Makanan/ cairan
Gejala: mual/ muntah, nyeri tekan abdomen
Diet tinggi purin, kalsium oksalat dan posfat
Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
Tanda: distensi abdomen, penurunan/ tidak adanya bising usus, muntah
5. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: episode akut nyeri berat, nyeri balik, lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul difegio sudut kostoverbal; dapat menyebar
kepunggung, abdomen dan turun kelipat paha/ genitalia. Nyeri dangkal
konstan menunjukkan kalkulus ada dipelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri
dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain.
3
Tanda: melindungi; perilaku distraksi, nyeri tekan pada area ginjal pada
palpasi.
6. Keamanan
Gejala: penggunaan alcohol, demam dan menggigil
7. Penyuluhan/ pembelajaran
4
2.2 Diagnosa Kepearawatan Post Operasi
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri akut b.d insisi bedah
c. Perubahan pola eliminasi b.d inverse perkemihan sementara (selang nefrostomi,
kateter uretra, intervensi pembedahan)
d. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d insisi operasi dan pemasangan kateter.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
perawatan pasca operasi.
5
4. Anjurkan pasien untuk merubah posisi atau kateter saat mengubah posisi
R/ mencegah perdarahan pada luka insisi.
5. Kaji balutan selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan lapor ke
dokter.
R/ Mengetahui adanya perdarahan
Kriteria hasil :
- Pasien mampu bergerak dengan mudah
- Pasien mampu menunjukkan ekspresi wajah dan tubuh rileks.
Aktifitas yang dilakukan :
1. Kaji intensitas, lokasi, pencetus, skala nyeri dan penghilang faktor-
faktor nyeri.
R/ Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Kaji insisi dari kemerahan, nyeri tekan, bengkak.
R/ Peradangan dapat menimbulkan bengkak, nyeri, kemerahan
persepsi nyeri.
4. Istirahatkan pasien
6
suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan
7
- Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.
- Drainage dari selang dan kateter kuning jernih/ bersih
Aktifitas yang dilakukan :
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala adanya infeksi (demam, nyeri tekan, pus).
R/ Mengintervensi tindakan selanjutnya.
2. Ukur suhu tiap 4 jam.
R/ Peningkatan suhu menandakan adanya infeksi.
3. Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang
waktu
R/ balutan yang basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk
pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka
4. Anjurkan pasien menghindari/menyentuh insisi, balutan dan drainage.
R/ Menghindari infeksi silang
5. Pertahankan teknik steril untuk mengganti balutan dan melakukan perawatan
luka.
R/ Menghindari infeksi silang.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik.
R/ Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi dan membunuh bakteri.
8
4. Intruksikan pada pasien untuk memantau dan melaporkan jika terjadi
peningkatan suhu tubuh, kemerahan, bengkak, keras dan drainase dari luka insisi.
5. Intruksikan pada pasien untuk melaporkan bila terjadi haematuri.
6.Ajarkan merawat luka dan mengganti balutan pasca operasi.
7. Intruksikan pasien untuk menghindari pemakaian obat melebihi ketentuan
dokter tanpa sepengetahuan dokter
8. Ajarkan pentingnya rawat jalan terus menerus.
Discharge Planning
• Untuk membantu pemulihan pasca bedah atau tindakan.
a. Anjurkan untuk banyak minum untuk mempercepat pengeluaran partikel-
partikel batu.
b. Jelaskan bahwa mungkin akan ada darah yang terdapat dalam urine selama
beberapa minggu
9
. c. Anjurkan klien untuk sering berjalan demi membantu keluarnya pecahan-
pecahan batu.
d. Ajarkan tentang penggunaan obat analgetik yang masih diperlukan untuk
mengurangi nyeri kolik yang menyertai keluarnya pecahan batu.
10
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang
cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat,
aman dan nyaman.
Jadi, Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan
akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah
sakit atau membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif
sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery
room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup
aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini
fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien
dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Edisi 8 Vol 1. EGC.
Jakarta.
Barbara C. Long. (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan. Bandung.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2. EGC. Jakarta.
12