Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING

Traumatic Cataract

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Mata
RSUD Ambarawa

Diajukan Kepada :
Pembimbing
dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M

Disusun Oleh :
Anisa Faqih 1710221041

Kepaniteraan Klinik Departemen Mata RSUD Ambarawa


Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Periode 28 Januari 2019 – 01 Maret 2019
Journal Reading dengan Judul:
Traumatic Cataract

Diajukan untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Mata
RSUD Ambarawa

Disusun Oleh:

Anisa Faqih 1710221041

Telah diajukan pada tanggal, Februari 2019

Mengesahkan:

dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M

ii
Katarak Traumatik
Achyut N. Pandey
1
Departement of ophthalmology, VCSG Medical College and Research Institute, Srikot, Srinager Garhwal,
Uttarakhand-246174, India

Abstrak
Katarak traumatik sering terjadi pada mereka di usia muda. Katarak traumatik merupakan
penyebab utama kehilangan kemampuan melihat/visual uniokular yang terjadi secara tiba
tiba. Lensa yang traumatik akan rusak akibat cedera mekanik dan non mekanik. Katarak
traumatik merupakan indikasi dilakukannya implantasi lensa intraokular pada anak anak.
Trauma visual/penglihatan tergantung pada jarak mulai dari terjadinya cedera hingga
dilakukannya pembedahan. Intervensi lebih dini akan menghasilkan penglihatan yang lebih
baik dan beresiko lebih kecil untuk terjadinya amblyopia maupun strabismus. Implantasi
lensa intraokular pada katarak unilateral, pada anak anak berperan penting dalam
memperbaiki aphakia, sehingga membuat penglihatan menjadi lebih baik sekaligus
membantu mempertahankan binokularitas. Artikel ini menjelaskan patologi dasar yang
terlibat dalam katarak traumatik, patogenesis, serta tatalaksananya.

Kata kunci : amblyopia;katarak rosette;cincin vissius;phacoemulsi

PENDAHULUAN
Mata merupakan organ tubuh yang sangat tipis. Seperti organ lain pada tubuh, mata juga
tidak lepas dari cedera meskipun dilindungi oleh kelopak mata, batas orbital yang
diproyeksikan ke mata, hidung serta bantalan lemak disampingnya. Cedera okular merupakan
penyebab penting hilangnya penglihatan pada anak anak. Cedera okular sering menyebabkan
katarak traumatik seiring dengan kerusakan pada struktur mata lainnya. Katarak traumatik
merupakan penyebab penting dari kehilangan penglihatan uniokular dan sering terjadi secara
tiba tiba. Kerusakan lensa traumatik mungkin disebabkan oleh cedera mekanik maupun non
mekanik. Katarak traumatik merupakan indikasi implantasi lensa intraokular (IOL) pada anak
anak. Implantasi IOL sering digunakan untuk
a) Untuk mempertahankan kemampuan melihat dengan koreksi optik
b) Untuk mencegah berkembangnya amblyopia
c) Untuk mempertahankan penglihatan tunggal binokular (binocular single vision)
d) Untuk mencegah ketidaknyamanan kontak lensa atau kacamata bukan hanya pada
anak anak namun juga pada orangtua
e) Untuk mencegah penyimpangan dari lensa Plus berdaya tinggi yang biasa digunakan
pada aphakia
Kemampuan melihat setelah dilakukan implantasi IOL bervariasi tergantung tingkat
kerusakan hingga struktur okular lainnya serta komplikasi post operatif. Oleh karena itu,
penelitian ini mencoba mengevaluasi kemampuan melihat pada anak anak dengan katarak
traumatik setelah implantasi IOL.

ANATOMI LENSA
Lensa merupakan struktur kristal bikonveks transparan yang terletak antara iris dan vitreous
pada lekukan seperti piring dari fossa patelar dan disokong oleh ligamen
suspensori/suspensory ligament.

KATARAK TRAUMATIK
Katarak merupakan sesuatu yang meredupkan (seperti awan/clouding) pada lensa mata yang
seharusnya transparan, sehingga mencegah terbentuknya gambar yang jelas pada retina. Baik
cedera penetrasi maupun benturan keras dapat menyebabkan katarak traumatik.
Katarak traumatik juga dapat disebabkan oleh kecepatan mendadak yang ditimbulkan karena
gaya tumpul. Katarak traumatik sering terlihat setelah pukulan langsung pada bola mata. Hal
ini terjadi pada 60% kasus setelah terjadi benturan keras minor pada bagian globe mata
(bulbus oculi). Efek total pada bola mata mungkin karena beberapa faktor seperti dampak
langsung dari kekuatan yang mengarah pada bulbus oculli dengan efek maksimumnya adalah
pada titik di mana pukulan tersebut terjadi.
Gaya yang ditransmisikan muncul sebagai gelombang dari suatu tekanan, ketika mata
dikompresi secara tiba-tiba melalui seluruh isi cairannya ke segala arah kadang-kadang
dengan kekuatan ekspulsif, dimana kekuatan maksimumnya mungkin mengarah jauh dari
tempat utama terjadinya benturan (contre-coup). Kekuatan tidak langsung dimana bola mata
tiba tiba terdorong melawan bagian elastis dari orbit mata dan bagian dinding tulang yang
resisten. Efek dari tabrakan tersebut adalah terjadinya gelombang tekanan yang melintang isi
cairan dari mata dimana kornea juga ikut terlibat, aquous terdorong balik ke belakang,
membuat nya berada pada posisi paling depan dari lensa, serta vitreous terlempar ke kutub
posterior dari mata.

PATOGENESIS KATARAK TRAUMATIK


1. Protein
Konsentrasi protein tak larut (albuminoid) tetap stabil sedangkan protein yang larut
tampak menurun dan sintesisnya juga ikut menurun. Hilangnya fraksi beta kristalin
selalu lebih mencolok serta berkurangnya jumlah gugus protein sulfidryl. Protein yang
larut aktif memberikan tempat untuk zat aktif sehingga cenderung terjadi inersia
metabolik.. Perubahan ini terjadi setelah opasitas lensa mulai terbentuk. Tahap
selanjutnya dari pengembangan proteolisis katarak terjadi di mana protein menjadi larut
karena dipecah oleh enzim. Jumlah albuminoid cenderung sedikit pada serat lensa yang
masih muda, dimana semua proteinnya hancur. Hidrolisis lengkap meningkatkan tekanan
osmotik sekitar 400 kali, efek awalnya adalah penghambatan besar terhadap air dengan
pembengkakan yang konsekuen. Hal ini bisa saja diikuti dengan proses difusi sekaligus
hilangnya seluruh substansi lentikular. Jika terjadi ruptur kapsul, protease dalam aqueous
serta sel phacocytic akan menjangkau serat mata dan hal ini membantu untuk melengkapi
proses pemecahan protein.
2. Peptida
Yang paling penting adalah glutatione. Menurun pada semua jenis katarak.
3. Nukleotide
ATP, diphospophyridine (DNPH) dan triphospopyhridine nukleotide (TPNH) semuanya
menurun pada katarak.
4. Lemak total
Semuanya meningkat pada katarak khususnya lemak bebas (kolesterol). Pada fase akhir
dari opasitas, lemak bebas mungkin muncul sebagai deposit kristalin yang tampak jelas.
5. Bahan inorganik
Konsentrasi kalsium menurun pada katarak. Gangguan molekular pada struktur
protoplasmik dari sel. Pada tingkat sel, perubahan intrasitoplasmik membuat terjadinya
fragmentasi dan nekrosis pada sel dari epitelium kapsular lensa.

JENIS JENIS KATARAK TRAUMATIK


- Total/difus
- Kapsular anterior
- Subkapsular posterior
- Intumesent
- Ruptur kapsula anterior dengan lensa flocculent pada ruang anterior
- Sebagian terserap

OPASITAS LENTIKULAR
Hal ini terjadi oleh karena imbibisi (peristiwa masuknya air pada suatu benda) aqueous atau
sebagian oleh karena efek mekanik langsung dari cedera pada serat lensa. Cedera tumpul
mungkin menyebabkan opasitas baik pada fase akut maupun sebagai suatu gejala sisa.
Katarak berasal dari kapsul lensa yang ruptur oleh karena cedera langsung maupun
countercoup. Kecepatan pembentukan katarak tergantung pada apakah kapsul lensanya juga
ikut ruptur. Apabila ada ruptur maka lensa akan menjadi terhidrasi dan terjadi pembentukan
katarak dalam kurun waktu beberapa jam.

a) Opasitas cincin vissius


Cincin sirkular berpigmen coklat akan tampak pada kapsul lensa bagian anterior. Hal ini
terjadi karena terkenanya batas pupil yang kontraksi melawan bagian kristal lensa.
Opasitas diskret subepitel—yang paling sering terjadi
Opasitas traumatik subepitelial diseminata
Opasitas subkapsular cobweb
Opasitas berbentuk rossete akibat traumatik
Katarak rossete merupakan gambaran klinis yang khas dikarenakan adanya benturan keras
maupun cedera perforata. Hal ini terjadi baik dengan adanya maupun tidak adanya capsular
tears (robekan kapsular).
b) Rossete fase awal (punctuate)
Terkadang hal ini terjadi pada kapsul anterior dan juga pada kapsul posterior atau keduanya
secara simultan. Awalnya perubahan pertama adalah tampak adanya karpet dari droplet cairan
yang muncul antara serat lensa yang berpendar dengan cepat dibawah epitelium kapsular. Hal
ini tampak sebagai garis keruh disepanjang sutura berbentuk bintang, biasanya di korteks
posterior.
c) Karatarak rosette fase akhir
Hal ini terjadi setelah beberapa tahun setelah trauma dan biasanya ditemukan pada bagian
paling dalam dari korteks dan nukleus. Hal ini berkembang pada korteks posterior. Perluasan
suturanya lebih pendek dan lebih padat dari pada katarak fase awal.
d) Katarak traumatik zonular (lamellar)
Biasanya terjadi setelah trauma pada awal masa muda dan mirip dengan katarak lamellar.
Akibat tambahan mungkin ada tapi pinggiran lensa tampak bersih.
e) Atrofi lensa post traumatik
Ciri khasnya adalah adanya penipisan kandungan/substansi lensa. Adanya penyusutan
mungkin sebagian diakibatkan oleh absorpsi beberapa kandungan lensa atau sebagian karena
gangguan pertumbuhan serat baru akibat kerusakan epitelial.
f) Perubahan lensa senilis dan presenilis
Katarak koroner, celah air, opasitas kortikal pungtuatif dan opasitas nuklear sklerotik
g) Katarak difuse akibat benturan keras
Hal ini jarang terjadi, kecuali yang berkaitan dengan ruptur kapsul. Pada beberapa kasus akan
timbul milkiness secara cepat dan mengimbibisi jumlah cairan aqueous, membuat opasitas
mirip luka berlubang pada lensa. Jika robekan meluas, serat yang bengkak mungkin akan
herniasi
keluar dari
pembukaan
yang menonjol
ke dalam
ruang anterior
atau vitreous.
h) Absorpsi
lensa
traumatik
Hal ini bisa saja
terjadi terkadang
pada anak yang
masih kecil dan

menyebabkan aphakia.
i) Subluksasi lensa
Biasanya terjadi karena robekan sebagian zonula. Lensa yang sublukasi sedikit berpindah ke
area pupil. Saat pupil berdilatasi, pinggirannya mungkin dapat terlihat. Hal ini tergantung
pada lokasi robekan zonular. Subluxasio bisa dalam bentuk vertikal (keatas atau kebawah)
atau lateral (nasal atau temporal)
j) Dislokasi lensa
Hal ini terjadi akibat ruptur zonula total. Bisa mengenai intraokular maupun ekstra okular.
Dislokasi intraokular mungkin anterior (ruang anterior) atau posterior (kedalam vitreous).
Dislokasi ekstraokular bisa terjadi di ruang subkonjungtiva (phakocele) atau diluar dari mata.
k) luka Penetrasi dan perforasi dari mata
Trauma penetrasi disebabkan oleh tabrakan dengan kecepatan tinggi. Cedera penetrasi
merupakan luka tunggal dengan dinding mata berketebalan tinggi akibat benda tajam. Ketika
cedera perforasi merujuk pada luka dengan dua ketebalan penuh (satu yang masuk dan yang
keluar) dari dinding mata akibat benda tajam atau peluru. Setiap cedera penetrasi atau
perforasi di anterior mata dapat berkomplikasi dengan merusak lensa okular. Hal ini biasanya
terjadi khususnya pada anak anak saat bermain. Penyebabnya bisa saja pisau, garpu, pensil,
kuku, anak panah, kompas, sekrup maupun benda tanjam lainnya dan benda asing yang
terbang.
Berbagai bentuk katarak terjadi oleh karena cedera perforasi. Kerusakan lensa dapat
bervariasi mulai dari bagian kecil pada kapsul anterior yang membuat katarak terlokalisir
hingga gangguan katarak total dengan bahan lensa flokulennya mengisi bagian anterior.
Kerusakan kapsular menetap pada beberapa cedera, robeknya kapsul pada awalnya
cenderung menganga dan ujungnya menggulung ke arah luar, sementara di antaranya terdapat
serat-serat lensa yang terkadang menjulur seperti jamur kedalam ruang anterior. Jika terjadi
penyembuhan, sikatriks kecil akan terbentuk di tempat tersebut dengan lipatan traksi dari
kapsul yang berpendar. Perubahan terlokalisir pada berbagai bahan penyusun lensa mulai dari
titik kecil hingga opasitas linier sampai kabut yang tampak seperti sebuah massa.
- Rossete
- Katarak traumatik total
- Katarak intumescent
- Katarak laserasi

IMPLANTASI INTRAOKULAR PEDIATRIK


Ketika menggunakan kacamata aphakic, gambar akan tampak lebih besar, terdapat efek
prismatik dan aberrasional, tidak ada daya akomodasi, dan lapang pandang terbatas dengan
skotoma berbentuk cincing disekelilingnya, penilaian jarak jauh terganggu dan tidak ada
penglihatan binokular jika kondisinya unilateral. Anak anak yang mengalami beberapa faktor
ini akan mengembangkan amblyopia dense (padat) nantinya. Implantasi lensa intraokular
pada mata anak anak pertama kali dilakukan oleh Choyce pada tahun 1958 diikuti oleh
Binkhorst pada tahun 1959. Implantasi IOL juga diindikasikan pada katarak parsial unilateral
maupun bilateral (kongenital/didapat), diketahui bahwa daya penglihatan tersebut tidak cukup
untuk proses pembelajaran/pendidikan dan dapat berkembang menjadi keadaan juling. IOL
merupakan jalan terbaik untuk meningkatkan kemampuan melihat dan merupakan
kesempatan yang baik untuk mengambungkan mata yang mengalami juling. Terdapat dua
indikasi besar dilakukannya implantasi IOL pada anak anak, pertama dan yang paling penting
adalah mempertahankan penglihatan dan mencegah amblyopia. Kedua adalah
mengembangkan suatu proses fusi/penggabungan. Ekstraksi katarak ekstrakapsular dengan
implantasi IOL akan meningkatkan hasil yang memuaskan pada anak anak dengan katarak
traumatik. hubungan antara komplikasi segmen posterior serta perkembangan PCO
merupakan kendala utama pada rehabilitasi visual.

IOL PADA KATARAK TRAUMATIK


Katarak traumatik merupakan indikasi dari implantasi IOL pada anak anak. Implantasi lensa
intraokular pada anak anak terkadang sangat sulit. Masalah akan semakin intensif dan besar
jika terdapat faktor tambahan yang terjadi bersamaan dengan trauma. Tidak ada perubahan
besar dalam pandangan visual untuk memuaskan fungsi penglihatan pada anak-anak muda
yang mengalami katarak traumatik. Namun katarak traumatik yang tidak diperparah oleh
kerusakan struktur mata lain yang berat merupakan indikasi mutlak untuk intervensi bedah
dini dengan implantasi IOL.
Selain itu, mata anak-anak cenderung menunjukkan peningkatan respons inflamasi terhadap
cedera apa pun yang terjadi. Adanya darah, lensa, elemen uveal dan vitreous di bilik anterior
menstimulasi Iridocyclitis yang berat, pembentukan synechiae, cyclitic dan membran
vitreous. Terapi amblyopic pada pasien yang cenderung rawan untuk terjadinya amblyopia
adalah dengan melakukan koreksi menggunakan kacamata untuk semua pasien yang sedang
dalam pemulihan fungsi penglihatan. Jika Strabismus terjadi pada awal pembedahan,
diindikasikan untuk mengembalikan batas okular normal dan mengamankan penglihatan
perifer jika tidak ada penglihatan sentral. Lensa intraokular posterior sebaiknya ditanam pada
mata anak-anak berusia 2 tahun atau lebih. Opasitas kornea dan ambliopia adalah penyebab
paling sering dari buruknya ketajaman penglihatan.

TATALAKSANA
Stegmann percaya bahwa prognosis katarak traumatik bisa saja sama dengan katarak senilis
yang biasa terjadi bilamana katarak traumatik tersebut diatasi dengan tepat. Pengecualian
pada kasus dimana kerusakan terjadi pada segmen posterior, vitreous akan menjadi berkabut,
dan retina akan rusak oleh karena trauma yang sama maupun karena penyebaran infeksi.
Katarak traumatik merupakan indikasi dari implantasi IOL pada anak anak. IOL baik primer
maupun sekunder akan berfungsi setelah dilakukannya ekstraksi katarak traumatik. dengan
dasar pemikiran ini, IOL dilakukan setelah ekstrasi lensa yang mengalami trauma tersebut
dilakukan.

TATALAKSANA KATARAK TRAUMATIK DILAKUKAN DENGAN


1. Aspirasi phaco
2. Operasi katarak dengan insisi kecil
3. Ekstraksi katarak ekstrakapsular
4. Tatalaksana pembedahan
Tatalaksana operasi dari katarak traumatik dilakukan baik melalui pendekatan limbal anterior
atau pendekatan pars plana posterior. Dasar pemilihan nya adalah tergantung pada derajat
cedera pada lensa dan kemungkinan hilangnya vitreous. Pendekatan bedah anterior berguna
dalam keadaan berikut:
- katarak tanpa dislokasi dengan kapsul utuh,
- ruptur kapsuler dengan katarak,
- subluksasi lensa dengan atau tanpa katarak, dan
- dislokasi lensa anterior dengan atau tanpa katarak.
Pendekatan bedah posterior biasanya berfungsi pada ruptur kapsul posterior dengan
katarak, subluksasi lensa dengan atau tanpa katarak, dan dislokasi lensa posterior dengan atau
tanpa katarak.

KESIMPULAN
Pada kebanyakan anak anak, katarak dapat menyebabkan morbiditas visual oleh karena
trauma okular. Keberhasilan tatalaksana dari katarak traumatik tergantung pada usia,
perluasan dari katarak dan kerusakan pada struktur okular lainnya, jenis cedera dan operasi
yang dijalani. Katarak traumatik lebih sering terjadi pada mereka di usia muda. Cedera
penetrasi juga sering muncul. kacamata aphakia dan lensa kontak tidak baik untuk rehabilitas
dari aphakia karena berbagai masalah yang ada berkaitan dengan penggunaannya. Pelepasan
lensa dengan implantasi pada ruang posterior lensa sekarang ini telah menjadi metode yang
ideal untuk rehabilitasi pasien dengan katarak traumatik. Tindakan operasi yang tepat waktu
dan implantasi lensa pada ruang posterior intraokular merupakan metode permanen untuk
koreksi optik yang mana dapat memperbaiki dan menstabilkan gambar yang ditangkap oleh
retina, meminimalisir aniseikonia dan membantu mempertahankan binokularitas. Pada
trauma visual, hasil nya tergantung pada interval mulai dari cedera hingga dilakukannya
operasi. Intervensi awal akan memperbaiki penglihatan dan sedikit kemungkinan untuk
terjadinya amblyopia maupun strabismus. Seluruh perkembangan penglihatan serta
kepribadian anak bergantung pada pemberian ketajaman visual terbaik kepada pasien yang
berusia muda sedini mungkin. Katarak unilateral pada anak-anak berperan pasti dalam
mengoreksi aphakia, menghasilkan hasil visual yang baik dan dengan demikian membantu
mempertahankan binocularitas.

DAFTAR PUSTAKA
rd
(a) Albert Jakobiec’s: Principles and practices of ophthalmology. 3 Edition. 2008;2:
1375-1377.

rd
(b) Albert Jakobiec’s: Principles and practices of ophthalmology. 3 Edition. 2008;2:
1380-1399.

(c) Dinakaran S, Kayarkar VV. Traumatic retinal break from a viscoelastic cannula
during cataract surgery. Arch Ophthalmol. 2004;122(6):936.

(d) Sarikkola AU, Sen HN, Uusitalo RJ, Laatikainen L. Traumatic cataract and other
adverse events with the implantable ontact lens. J Cataract Refract Surg. 2005;31(3):511-
24.

(e) Shah MA, Shah SM, Shah SB, Patel CG, Patel UA. Morphology of traumatic
cataract: Does it play a role in final visual outcome? BMJ Open. 2011;1(1):e000060.

(f) Shah MA, Shah SM, Patel KD, Shah AH, Pandya JS. Maximizing the visual outcome
in traumatic cataract cases: The value of a primary posterior capsulotomy and anterior
vitrectomy. Indian J Ophthalmol. 2014; 62(11):1077-1081.

(g) Trivedi RH, Wilson ME. Posterior capsule opacification in pediatric eyes with and
without traumatic cataract. J Cataract Refract Surg. 2015;41(7):1461-4.

(h) Chuang LH, Lai CC. Secondary intraocular lens implantation of traumatic cataract in
open-globe injury. Can J Ophthalmol. 2005;40(4):454-9.

(i) Phillips PM, Shamie N, Chen ES, Terry MA. Transscleral sulcus fixation of a small-
diameter iris-diaphragm intraocular lens in combined penetrating keratoplasty and cataract
extraction for correction of traumatic cataract, aniridia, and corneal scarring.J Cataract
Refract Surg. 2008; 34(12):2170-3.

(j) Kumar S, Panda A, Badhu BP, Das H. Safety of primary intraocular lens insertion in
unilateral childhood traumatic cataract. JNMA J Nepal Med Assoc. 2008; 47(172):179-85.

th
(k) Khurana AK.ophthalmology. Ocular injuries. 4 Edition, 2007;401-403.

(l) Menapace R, Findl O, Georgopoulos M, et al. The capsular tension ring: Designs,
applications, and techniques. J Cataract Refract Surg. 2000;26:898–912.

(m) Ohar SRK, Savalia NK, Vasavada AR, Gupta PD. Epidemiology based etiological
study of pediatric cataracts in western India. Indian J Med Sci. 2004;58:115–121.

(n) Tassignon MJ, Gobin L, Mathysen D, Van Looveren J, De Groot V. Clinical outcomes
of cataract surgery after bag-in-the-lens intraocular lens implantation following ISO
standard 11979-7:2006. J Cataract Refract Surg. 2011;37:2120–2129.

(o) Ram J, Gupta N, Sukhija JS, Chaudhary M, Verma N, Kumar S, Severia S. Outcome
of cataract surgery with primary intraocular lens implantation in children. Br J
Ophthalmol. 2011;95:1086– 1090.
(p) Verma N, Ram J, Sukhija J, Pandav SS, Gupta A. Outcome of in-the-bag implanted
square-edge polymethyl methacrylate intraocular lenses with and without primary
posterior capsulotomy in pediatric traumatic cataract. Indian J Ophthalmol.
2011;59:347–351.

Anda mungkin juga menyukai