Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, laki-laki berusia 16 tahun mendapatkan perawatan di

Ruang Anggrek Lantai 4 THT RSUD ULIN Banjarmasin. Pasien dirawat mulai

tanggal 15 Februari 2016 hingga 19 Februari 2016 dengan keluhan utama ingin

operasi akibat adanya riwayat keluar cairan dari telinga dan penurunan

pendengaran. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan

penunjang, pasien didiagnosa sebagai otitis media supuratif kronik tipe aman.

Diagnosis otitis media supuratif kronik tipe aman berdasarkan anamnesis

pasien mempunyai riwayat keluar cairan dari kurang lebih 6 bulan yang lalu

pasien mengaku pernah keluar cairan di telinga kanan bening, tidak kental dan

tidak berbau. Pasien mengaku telinga mengalami penurunan pendengaran.

Terdapat riwayat keluar cairan di telinga kanan ± 12 tahun yang lalu, cairan yang

keluar kental, berwarna kuning, berbau, tidak bercampur darah. Pemeriksaan fisik

didapatkan MAE kanan hiperemi, jaringan granulasi (-), perforasi membran

timpani daerah sentral. Hal ini juga ditunjang dari pemeriksaan garpu tala

didapatkan kesan tuli konduktif telinga kanan. Pada pemeriksaan CT Scan kepala

didapatkan hasil mastoiditis kronis kanan, tak tampak cholesteatoma.

Berdasarkan tinjauan pustaka, proses perjalanan OMA menjadi kronik

disebabkan beberapa faktor yaitu adanya gangguan fungsi tuba eustachius yang

kronis atau berulang akibat infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau

obstruksi anatomik tuba eustachius parsial atau total, perforasi membran timpani

46
yang menetap, terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap

lainya pada telinga tengah, obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga

mastoid, terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di

mastoid dan faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau

perubahan mekanisme pertahanan tubuh.10 Pada kasus ini, didapatkan bahwa

faktor risiko penyebab pasien menjadi OMSK adalah perforasi membran timpani

menetap dan infeksi hidung dan tenggorok berulang.

Pada kasus, perforasi terletak di pars tensa, di bagian tepi perforasi masih

ada sisa membran timpani. Letak perforasi berhubungan dengan tipe OMSK.

OMSK tipe aman, perforasi terletak di sentral daerah pars tensa. Proses

peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak

mengenai tulang. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi

yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteatoma.2 Berdasarkan aktivitas sekret yang

keluar pasien merupakan tipe OMSK tenang/inaktif dimana keadaan kavum

timpaninya terlihat kering. Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali

mengeluh gangguan pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo,

tinnitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.5

Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebab dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi

faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan

anatomi yang menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses

infeksi yang terdapat di telinga. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit

47
dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas konservatif dan

operasi.11

OMSK tipe aman untuk tipe tenang tidak memerlukan pengobatan, dan

dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu

mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas

atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi

(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan

pendengaran.11

Pada kasus, komplikasi OMSK adalah telah terjadi perforasi membran

timpani persisten. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi

yang berbahaya.2

Pada tanggal 16 Februari 2016, pasien dilakukan timpanoplasti, hal ini

sesuai dengan indikasi dilakukannya timpanoplasti yaitu pasien mengalami tuli

konduksi akibat perforasi membran timpani dan otitis media kronik atau rekuren.

Sedangkan syarat dilakukannya timpanoplasti telah terpenuhi seperti perforasi

terjadi di sentral dimana keadaan telinga sudah kering paling tidak 6 minggu,

mukosa telinga tengah normal, osikular yang utuh, dan keadaan kokhlea baik.8

Pada kasus dilakukan timpanoplasti tipe I disebut Miringoplasti. Hanya

merekonstruksi membran timpani yang berlubang karena osikular masih dalam

kondisi baik.

48
BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus seorang perempuan usia 17 tahun yang

dirawat di Ruang Kemuning (Bangsal THT) RSUD Ulin Banjarmasin dari tanggal

06 Maret 2016 hingga 11 Maret 2016. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis menderita abses peritonsil.

Penatalaksanaan insisi abses peritonsil pada pasien dilakukan pada tanggal 7

Maret 2016.

49

Anda mungkin juga menyukai