PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
1) Agar dapat mengetahui kinerja lalu lintas yang ada pada jalinan bundaran
Gitajalatama.
2) Agar dapat menemukan alternative solusi yang dapat meningkatkan kualitas
kinerja lalu lintas pada jalinan bundaran Gitajalatama
BAB II
METODOLOGI
Jl. Marthadinata
B
D
C
II.2. Perangkat Survey
A. Alat dan Bahan : Hand Counter, Meteran, Clif Board, Ballpoint, Kertas,
Jam Tangan, dan HP (kamera)
HP
B. Penempatan Surveyor :
Nama Surveyor (1,2) : Indah Permata Sari dan Zainal Abidin
Lokasi : Jalan Jenderal Sudirman
Kode Ruas Jalan :A
Nama Surveyor (3,4) : Agrario Ezra Joni dan Timor Yudha Qurbaini
Lokasi : Jalan Marthadinata
Kode Ruas Jalan :B
Nama Surveyor (5,6) : Cica Andriyani dan Cristian Yeremia
Lokasi : Jalan Panglima Batur
Kode Ruas Jalan :C
2. Arus Lalu Lintas. Terdiri dari Semua arus lalu lintas kendaraan bermotor dan
kendaraan tak bermotor:
Kendaraan bermotor: Kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), sepeda
motor (MC).
Kendaraan tak bermotor : Becak, Sepeda, Andong.
3. Derajat Kejenuhan, Tundaan, Peluang Antrian, dan Penilaian Perilaku Lalu lintas.
Data lalu lintas dibagi dalam beberapa tipe kendaraan yaitu kendaraan ringan
(LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor (UM).
Arus lalu lintas tiap pendekat dibagi dalam tipe pergerakan, antara lain: gerakan belok
kanan (RT), belok kiri (LT), dan lurus (ST). Arus lalu lintas ini kemudian dikonversi
dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan
menggunakan ekuivalen mobil penumpang (smp) yang dapat dilihat pada tabel :
Tabel Faktor ekuivalensi mobil penumpang
No Jenis Kendaran Kelas (emp)
1 Kendaraan Ringan LV 1,0
2 Kendaraan Berat HV 1,3
3 Sepeda Motor MC 0,5
(Sumber: MKJI, 1997)
Kondisi lalu lintas dapat ditentukan menurut Lalu Lintas Harian Rata-Rata
tahunan (LHRT) dengan faktor k yang sesuai untuk konversi dariLHRTmenjadi arus
per jam. Nilai normal variabel umum lalu lintas yang dapat digunakan untuk keperluan
perencanaan adalah nilai normal faktor k, nilai normal komposisi lalu lintas, dan nilai
normal lalu lintas umum, dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Nilai normal faktor k
Faktor k
Lingkungan Jalan
>1 juta penduduk <1 juta penduduk
Jalan di daerah komersial dan jalan arteri 0,07 – 0,08 0,08 – 0,10
Jalan di daerah pemukiman 0,08 – 0,09 0,09 – 0,12
(Sumber: MKJI, 1997)
A. Kapasitas Simpang
Kapasitas dasar (CO) tergantung dari lebar jalinan (WW), rasio rata-rata/lebar
jalinan (WF / WW), rasio menjalin (PW) dan rasio lebar/panjang jalinan (WW / LW), yang
dapat dihitung dengan menggunakan rumus atau dengan diangram gambar. Adapun
rumusnya sebagai berikut:
CO = 135 x WW1,3 x (1 + WF / WW)1,5 x (1 - PW/3)0,5 x (1+WW/LW)-1,8
= Faktor WW x faktor WE/WW x faktor PW x faktor WW/LW
Dengan CO : Kapasitas Dasar (smp/jam)
Faktor WW : Rasio lebar jalinan
Fakor WE/WW : Rasio rata-rata lebar jalinan
Faktor PW : Rasio menjalin
Faktor WW/LW : Rasio panjang jalinan
Kapasitas sesungguhnya bagian jalinan adalah hasil perkalian antara kapasitas
dasar (CO) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor penyesuaian (F),
dengan memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan sesungguhnya terhadap
kapasitas. Dalam menentukan besarnya kapasitas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
C = CO x FCS x FRSU
Dengan:
C : Kapasitas (smp/jam)
CO : Kapsitas dasar (smp/jam)
FCS : Faktor penyesuai ukuran kota
FRSU : Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan
tak bermotor
B. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah nilai perbandingan antara arus lalu lintas jam puncak
atau arus lalu lintas sesungguhnya dengan kapasitas sesungguhnya, seperti dalam
rumus Derajat kejenuhan yaitu rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor
utama dalam menentukan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai derajat
kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas
atau tidak (MKJI, 1997). Menurut MKJI (1997), derajat kejenuhan bagian jalinan,
dihitung sebagai berikut:
Dengan rumus:
𝑄 𝑠𝑚𝑝
DS = Dengan :
𝐶
Qsmp : Arus total (smp/jam), dihitung sebagai berikut:
Qsmp : Qkend x Fsmp
Fsmp : Faktor smp, dihitung sebagai berikut:
Fsmp : (LV% + HV% empHV + MC%empMC)
C : kapasitas (smp/jam)
C. Tundaan
Tundaan yaitu waktu tambahan yang diperlukan untuk melewati bundaran di
bandingkan dengan lintasan tanpa melalui bundaran.
Dengan rumus:
(DTR) = Σ (Qi x DT) / Q masuk
Dengan :
i : Bagian jalinan I dalam bundaran
n : Jumlah bagian jalinan dalam bundaran
Qi : Arus total pada bagian jalinan I (smp/jam)
Qmasuk : Jumlah arus yang masuk bundaran (smp/jam)
Tundaan lalu lintas bagian jalinan (DT), menurut MKJI 1997 tundaan lalu lintas
ditentukan dari hubungan empiris antara tundaan lalu lintas dan derajat kejenuhan.
Dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DT = 2 + 2,68982 x DS – (1-Ds) x 2, Ds ≤ 0,75
DT = 1/( ,59186 – 0, 5252 5 x Ds) – (1-Ds) x 2, Ds > 0,75
D. Peluang antrian bagian jalinan (QP%)
Menurut MKJI (1997), peluang antrian dihitug dari hubungan empiris antara
peluang antrian dan derajat kejenuhan yang dapat dihitung menggunakan rumus:
Batas atas QP = 26,65 x DS – 55,55 x DS2 + 108,7 DS3
Batas bawah QP = 9,41 x DS + 29,967 x DS4,619
LANGKAH B: KAPASITAS
B-1: Parameter geometrik bagian jalan
B-2: Kapasitas dasar
B-3: Faktor penyesuaian ukuran kota
B-4: Faktor penyesuaian tipe lingkugan, hambatan samping dan
kend. Tak bermotor
B-5 : Kapasitas
Perubahan
tidak
Akhir analisa
B. Langkah Kapasitas
Kapasitas (smp/jam), dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
C = 135 X Ww1,3 X (1+WE/WW)1,5 X (1-pw/3)0,5 x (1+WW/LW)-1,8 X FCS X FRSU
Perhitungan dilakukan dalam beberapa langkah yang ditunjukkan pada bagan
alir di bawah, gambar B:1.
sejumlah bagian yang harus diisi dengan data umum sebagai berikut :
● Jenis survey
● Kode ruas jalan/ simpang
● Lokasi (nama jalan/simpang)
● Hari/ tanggal
● Waktu (pagi, siang, sore)
● Cuaca
● Hambatan samping (rendah, sedang. Tinggi)
● Nama surveyor
BAB III
PEMBAHASAN
B
D
C
III.3. Kondisi Arus Lalu Lintas
Arus lalu lintas merupakan interaksi yang unik antar pengemudi, kendaraan, dan jalan.
Tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan pada keadaan yang serupa, sehingga arus pada
suatu ruas jalan tertentu selalu bervariasi. Walaupun demikian diperlukan parameter yang dapat
menunjukkan kondisi ruas jalan atau yang akan dipakai untuk desain. Para meter tersebut
adalah volume, kecepatan, kerapatan, tingkat pelayanan, dam derajat kejenuhan.
1) Arus Tidak Terganggu
Arus tidak terganggu yaitu arus lalu lintas pada jalan tanpa pengaturan seperti
rambu pemberi jalan ,rambu stop atau lampu lalu lintas yang menyebabkan kendaraan-
kendaraan harus berhenti secara periodik. Arus lalu lintas pada jalan seperti ini tidak
selalu berarti lancar. Karena paabila volume lalu lintas sudah mendekati kapasitasnya,
arus lalu lintas dapat menjadi tidak lancar, sehingga dapat terjadi kemacetan lalu lintas.
2) Arus Terganggu
Arus terganggu yaitu arus lalu lintas pada jalan dengan pengaturan yang
menyebabkan kendaraan harus berhenti secara periodik. Pengaturan tersebut antara
lain dapat berupa rambu beri jalan, rambu stop, lampu penyeberangan,dan lampu lalu
lintas (dipersimpangan).
Arus terganggu tidak mencerminkan kualitas arus lalu lintas yang terjadi
sesungguhnya. Pada prasarana jalan arus terganggu ini dapat terjadi kendaraan dapat
bergerak dengan bebas, lancar tanpa gangguan. Jika jarak antara pengaturan lalu lintas
pada suatu segmen berjarak lebih dari 3 kilometer, maka arus lalu lintas pada segmen
itu tergolong arus tidak terganggu.
0
6.00-7.00 7.00-8.00 10.00-11.00 11.00-12.00 16.00-17.00 17.00-18.00
WAKTU
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa Volume Jam Puncak (VJP) yang
digunakan untuk analisis adalah pada hari Kamis, pagi jam 06.00 – 07.00 WITA.
III.4. Perhitungan
Data mengenai ukuran (lebar dan panjang) jalinan pada lokasi bundaran
Gitajalatama dan daerah sekitarnya yang diukur dalam m (meter) dapat dilihat pada
tabel berikut :
Jalinan
No Keterangan
AB BC CD DA
1 Lebar Pendekat (W1) 8,8 12,2 10,8 13,25
2 Lebar Pendekat (W2) 9,25 9,4 7 9,4
Lebar Masuk Rata - rata
3 9,025 10,8 8,9 11,325
(We)
4 Lebar Jalinan (Ww) 10,25 15 9,85 16,1
5 Panjang Jalinan (Lw) 26,15 19,5 21,65 20,4
Lebar Masuk Rata – rata/
6 0,86 0,72 0,90 0,70
Lebar Jalinan (We/Ww)
Rasio Lebar/Panjang
7 0,39 0,76 0,45 0,78
(Ww/Lw)
D. Kondisi Lingkungan
a). Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS)
Penduduk Kota Tarakan berjumlah ±300.000 jiwa.
Berdasarkan Tabel (kondisi lingkungan) dapat diketahui Fcs = 0.82
b). Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak
bermotor (PUM), berdasarkan Tabel MKJI dapat diketahui hasil analisisnya pada
Tabel (volume lalu lintas jam puncak) Hasil survey hambatan samping adalah sebagai
berikut:
- Jenis lingkungan dikategorikan komersil
- Hambatan samping dikategorikan Tinggi
Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan dan kendaraan tak bermotor (FRSU)
a) Jalinan AB
c) Jalinan CD
d) Jalinan DA
F. Kapasitas Sesungguhnya
C = CO x FCS x FRSU
Bagian Jalinan Co (smp/jam) FCS FRSU C (smp/jam)
AB 3581 0.82 0.7 2055
BC 3125 0.82 0.7 1794
CD 3077 0.82 0.7 1766
DA 3451 0.82 0.7 1981
G. Derajat Kejenuhan
Tabel Derajat Kejenuhan Masing-Masing Bagian Jalinan
DT = 2 + 2.68982 x DS – ( 1 – DS ) x 2
DT = 2 + 2.68982 x DS – ( 1 – DS ) x 2
DT = 2 + 2.68982 x DS – ( 1 – DS ) x 2
DT = 2 + 2.68982 x DS – ( 1 – DS ) x 2
Perhitungan arus masuk bagian jalinan yang dapat dilihat pada tabel.
Selanjutnya diketahui arus masuk bundaran =1191.75 smp/jam berdasarkan pada
rumus, maka dapat diketahui perhitungan nilai Tundaan Lalu Lintas Bundaran sebagai
berikut:
𝜀(𝑄𝐷𝑇)
= 𝜀(𝑄1𝐷𝑇1) = 2205.1
𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
2205.1
DTR= = 1.81 DET/SMP
1.816
J. Tundaan Bundaran
K. Peluang Antrian
Tundaan antrian (QP %) yaitu peluang terjadinya antrian pada bundaran oleh
kendaraan.
Dengan rumus:
QPR = 26.28 %
Hasil analisis simpang Gitajalatama (Kamis, 03 Mei 2018) yang arus lalu lintas
jam puncaknya terjadi di waktu pagi, maka kinerja atau tingkat pelayanan Bundaran
Gitajalatama ini dalam melayani arus lalu lintas yang ada masih dianggap layak. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan derajat kejenuhan (DS) untuk tiap bagian jalinannya
masih kurang (≤ 0.75).