Disusun oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2017
iv
HALAMAN PENGESAHAN
i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NSCN 2017
Nama Anggota :
1) Isa Rahayu
2) Anisa Kirnawati
Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya tulis dengan
judul diatas benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh pebulis dan belum
pernah dipublikasikan dan / atau dilombakan diluar kegiatan “National Science
Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang diselenggarakan oleh Program Studi
Ilmu Keperawatan Universtias Jember. Demikian penyataan ini, kami buat dengan
sebenernya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami
siap untuk diskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban
kami.
ii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis mahasiswa dalam rangka Lomba Karya Tulis
Ilmiah”National Nursing Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang
diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, yang
berjudul “Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola Asuh, dan Perlindungan
Autisme Di Masyarakat”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
Sebagai insan biasa yang tidak punya daya dan upaya, kami sadar
sepenuhnya bahwa dalam karya tulis ini banyak kekurangan. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi menyempurnakan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
iii
DAFTAR ISI
iii
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………... 19
5.2. Saran ………………………………………………………………. 19
Daftar Pustaka …………………………………………………………. vii
Lampiran ...................................................................................................
Lampiran 1. Lembar Orisinalitas karya..................................................... viii
Lampiran 2 Daftar Riwayat hidup ketua................................................... ix
Lampiran 3 Daftar Riwayat hidup anggota 1............................................ x
Lampiran 4 Daftar Riwayat hidup anggota 2............................................ xi
iv
1
Abstrak*
Autisme merupakan suatu abnormalitas perkembangan yang dialami oleh seorang
anak dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi. Hal ini menjadi sebuah peran
penting bagi orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk membantu pemulihan
gangguan perkembangan yang terjadi. Namun, adanya persepsi keliru yang
berkembang dimasyarakat mengenai individu dengan spektrum autisma atau
orang awam menyebutnya sebagai spektrum anak autis, membawa dampak buruk
bagi anak autis juga keluarga, terutama orangtuanya. Tak jarang pula ada kasus
mengenai bullying pada autisme.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan peran penting dari orang tua,
keluarga, dan masyarakat yang dapat membantu pada pemulihan gangguan
perkembangan, meningkatkan autisme dalam berkomunikasi, dan kesejahteraan
antar sesama. Selain itu, membangun sebuah komunitas peduli autisme yang
bertujuan pada pencegahan, perawatan, pendidikan, dan pemulihan autisme yang
masyarakat ikut terlibat didalamnya.
BAB 1. PENDAHULUAN
Istilah autisme pada masyarakat dan orang tua pada umumnya masih belum
jelas. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman masyarakat, disebabkan karena
buku-buku dan berbagai jenis sumberbacaan berupa majalah, surat kabar,
makalah, dan sejenisnya yang membahas tentang autis dan permasalahannya
masih susah ditemukan. Disamping itu, belum ada penelitian khusus yang dapat
memaparkan masalah dan dampak yang dihadapi terkait autisme pada keluarga
maupun lingkungan sekitarnya.
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan dalam usaha pendidikan dan
pembinaan untuk menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, dan sosial.
Didalam keluarga orang tua (ayah-ibu) mempunyai tugas, fungsi dan peran yang
sangat penting dalam menuntun dan mengarahkan proses pertumbuhan dan
perkembangan emosi, berpikir, dan sosial psikologis serta rohani anak menuju
kematangan/kedewasaan yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti yang luhur.
Bagi orang tua yang memiliki anak dengan autisme. Mereka mengharapkan
pertumbuhan dan perkembangan anak atau buah hatinya dapat seperti keadaan
anak pada umumnya atau normal dan dapat diterima oleh masyarakat umum.
Namun, Kenyataannya pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya mengalami
ketidak normalan atau memiliki gangguan pertumbuhan dan perkembangan
sehingga anak memiliki kebutuhan khusus, seperti gangguan pada autisme
2
Beberapa masalah yang secara umum terdapat pada anak dengan gangguan pada
aspek komunikasi yang sangat kurang atau lambat dan perilaku yang menyimpang
atau pengulangan. Keadaan ini dapat kita amati pada anak, seperti kurang
mampunya untuk menjalin interaksi yang timbal balik secara baik dan memadai,
kurang kontak mata, ekspresi wajah yang kurang ceria atau hidup, serta gerakk-
gerik anggota tubuh yang kurang tertuju, tidak dapat bermain dengan teman
sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau cenderung menjadi penyendiri bahkan
tidak dapat berempati atau merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Selain itu, perkembangan komunikasi setiap anak autis berbeda-beda, ada dari
mereka yang kemampuan berbalnya jelas, adapula yang sama sekali tidak
mengeluarkan kata-kata, serta sifat repetitif atau pengulangan kata yang mereka
dengar atau “membeo”, mereka senang meniru apa yang didengarnya, contohnya
meniru suara alam yang ada di stasiun, iklan ditelivisi, slogan, serta menirukan
pertanyaan yang oranh ain tujukan pada mereka, dan itu mereka lakukan secara
berulang-ulang. Dalam hal perilaku, umumnya yang masyarakat kenali dari anak
autis adalah sifat mereka yang hiperaktif (berperilaku berlebihan atau aktif),
padahal tidak semua anak autis itu hiperaktif, bahkan ada dari mereka yang justru
hipaktif (berprilaku berkekurangan atau pasif) yakni lambat atau sangat pelan
dalam pola perilakunya.
harus disesuaikan pada setiap individu, guna memperbaiki kualitas pribadi autis,
berbagai terapi disediakan sesuai dengan kebutuhannya.
a. Komunikasi
Ditandai dengan perkembangan bahasa lambat atau sama
sekali tidak ada, anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, kadang
kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya, mengoceh tanpa arti
berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang
lain, bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi, senang meniru atau
membeo (echolalia), bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata
atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya, sebagian dari anak ini
tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
sampai usia dewasa, senang menarik-narik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang dia inginkan.
b. Interaksi Sosial
Penyandang autistik lebih suka menyendiri, tidak tertarik
untuk bermain bersama teman, bila diajak bermain, ia tidak mau dan
menjauh.
c. Gangguan Sensoris
Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk, bila
mendengar suara keras langsung menutup telinga, senang mencium-
cium, menjilat mainan atau benda-benda, Tidak sensitif terhadap
rasa sakit dan rasa takut.
d. Pola Bermain
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, tidak suka bermain
dengan anak sebayanya, tidak kreatif, tidak imajinatif, tidak bermain
sesuai fungsi mainan.
e. Perilaku
Perilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit),
memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,
mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang
berulang-ulang, tidak suka pada perubahan, dapat pula duduk
bengong dengan tatapan kosong, Sering marah-marah tanpa alasan
yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan, tempertantrum
7
1. Terapi perilaku
10
2. Terapi Biomedik
Terapi biomedik yaitu dengan cara mensuplay terhadap anak-anak
autis dengan pemberian obat dari dokter spesialis jiwa anak.
risperidone, ritalin, haloperidol, pyrodoksin, , magnesium, Omega-3,
dan Omega-6 dan sebagainya.
3. Terapi Fisik
Bertujuan untuk mengembangkan, mengembalikan kemampuan
maksimal gerak. Misalnya gerakan menekuk kaki, menekuk tangan,
membungkuk berdiri seimbang, berjalan hingga berlari.
4. Terapi sosial
Membantu memberikan fasilitas pada anak-anak autis untuk bergaul
dengan teman-teman sebayanya karena biasanya anak-penyandang
autis memiliki kelemahan dalam bidang komunikasi dan interaksi.
5. Terapi bermain
Bertujuan untuk membantu anak autism dapat bersosialisasi dengan
anak-anak yang lainnya. Supaya anak memiliki sikap yang riang dan
gembira.
6. Terapi perkembangan
Anak akan mempelajari minat, kekuatan, dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial,
emosional dan intelektualnya sampai benar-benar anak tersebut
mengalami kemajuan .
10
8. Terapi musik
Tujuan dari terapi musik ini adalah agar anak dapat menanggap
melalui pendengarnnya, lalu diaktifkan di dalam otaknya, kemudian
dihubungkan ke pusat-pusat saraf yang berkaitan dengan emosi,
imajinasi dan ketenangan.
9. Terapi obat
Dalam terapi obat, penderita autis dapat diberikan obat-obatan hanya
pada kondisi-kondisi tertentu saja,pemberiannya pun sangat terbatas
karena terapi obat tidak terlalu menentukan dalam penyembuhan
anak-anak autis.
3.6.Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dan analisa penulis lakukan
dengan analisa data sekunder. Kemudian, diseleksi dan menjawab
permasalah. Selanjutnya data tersebut diolah dengan melakukan
penggalian teori, pemikiran, dan penafsiran.
14
BAB 4. PEMBAHASAN
kurang (Dupont, 2009; Farrugia, 2009; Kent, 2001; Phelps et al., 2009;
Schaaf et al., 2011; Werner Degracee, 2004). Dalam penelitian ini semata-
mata meliputi keparahan anak, dicatat bahwa beberapa anggota keluarga
merasakan perhatian yang kurang karena orang tua dan keluarga yang
terfokus kepada penderita. (Wenner DeGrace, 2004, p.545). saudara yang
menderita keparahan autis menyebabkan anggota keluarga terfokus ke anak
autis daripada keluarganya lainnya (Kent, 2011; Phepps et al., 2009; Wenner
Degrace, 2004). Penelitian ini menghasilkan perubahan bentuk keluarga
dimana saudara bungsu akan melakukan perawatan daripada saudara yang
lebih tua dengan autism (Kent, 2011). Selain itu, hubungan pernikahan
dipengaruhi oleh perawatan dengan autism (Bilgin & Kuck, 2010; Bultas &
Pohlman, 2014; Kent 2011; Phleps et al., 2009). Konflik pernikahan
dilaporkan meliputi ayah yang objektif kepada ibu dalam melakukan
perawatan kepada anaknya (Bilgin & Kuck, 2010) dan munculnya
perbedaan pola asuh (Kent, 2011; Phelps et al., 2009).
4.3.Penerapan atau Implementasi yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah
Autisme
Pada jurnal yang kami analisa menemukan keterlibatan kepada penyedia
layanan kesehatan yang melakukan perawatan secara langsung dukungan
psikologi kepada keluarga yang memiliki keparahan anak autisme. Selain itu,
menemukan alat meletakkan dasar untuk mempengaruhi perubahan kebijakan
pada perawatan kesehatan. Keterlibatan pelatihan dapat menjadi dasar dalam
membangun sistem kesehatan keluarga didiskusikan oleh Anderson and
Tomlinson (1992). Melihat pembangunan ini membutuhkan pertimbangan
keluarga sebagai satuan yang berbeda ketika memahami kesehatan dan
penyakit dan ketika memformulasikan penelitian dan intervensi perawatan
kesehatan.
Keterlibatan pelatihan mungkin meliputi, pertama, mengingatkan
kebutuhan unik dari setiap keluarga yang memiliki anak dengan keparahan
autisme dalam pengaturan perawatan kesehatan. Alasannya tantangan
perilaku dan komunikasi dari keparahan anak autisme, perlunya tambahan
ketika kunjungan perawatan kesehatan ke klinik anak, dokter gigi, atau rumah
17
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Simpulan dari karya penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Kepeduliaan masyarakat terhadap autisme masih rendah, ditandai
dengan adanya pembullyan terhadap anak autis.
2. Home care merupakan salah satu bentuk implementasi dalam
mengatasi permasalahan autisme di masyarakat. Dimana di dalam
home care tersebut tidak hanya memberikan pemberdayaan kepada
anak autis tetapi juga memberikan edukasi kepada orang tua
supaya dapat memperlakukan anaknya sebaik mungkin (bagi yang
mempunyai anak dengan keterbatasan mental) dan juga sebagai
pencegahan untuk menghindari adanya gejala autis di generasi
berikutnya.
3. Program ini Home Care ini dapat mendukung program pemerintah
untuk mengurangi kasus bullying yang
5.2 Saran
1. Penulis menyarankan agar program home care untuk pembinaan
anak autis sekaligus orang tua dapat diterapkan di setiap daerah.
2. Para tenaga kesehatan dan dinas kesehatan mendukung upaya ini
supaya permasalahan pembullyan terhadap anak-anak autis dapat
berkurang karena disini pentingnya Health Promotion.
3. Penulis mengharapkan masyarakat khusunya para orang tua untuk
berpartisipasi dalam program ini untuk kesejahteraan dan masa
depan sang anak.
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NSCN 2017
Nama Anggota :
1) Isa Rahayu
2) Anisa Kirnawati
Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya tulis dengan
judul diatas benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh pebulis dan belum
pernah dipublikasikan dan / atau dilombakan diluar kegiatan “National Science
Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang diselenggarakan oleh Program Studi
Ilmu Keperawatan Universtias Jember. Demikian penyataan ini, kami buat dengan
sebenernya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami
siap untuk diskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban
kami.
vii
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, KH, Tomlimson, PS. 1992. The family health system as an emerging.
IMAGE; Journal of Nursing Scholarship, 24,57-63
Anugrahadi, A, Haryanto, A. 2017. Farhan mahasiswa Gunadarma korban
bullying angkat bicara. Dapat diakses di
http://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/3029069/farhan-
mahasiswa-gunadarma-korban-bullying-angkat-bicara. [Diakses tanggal
10 Oktober 2017].
Bilgin,H, Kucuk, L.2010. Raising an autistic child: Perpective from turkish
mothers. Journal of child and psychiatric nursing. Dapat diakses di http:
//dx.doi.org/10.1111/j.1744-6171.2010.00228.x
Bultas, M, Pohlma, S. 2014. Silver lining; Journal of pediatric nursing,23,92-99,
Dapat diakses di http: dx.doi..org/10.1016/j.pedn.2014.03.023.
Cummins, RA. 2001. The subjective well-being of people caring for a family
member with a severe disability at home; A review. Journal of intellectual
and developmental Disability., 26, 83-10
Kemenkes. 2016. Kenali dan Deteksi Dini Individu dengan Spektrum Autisme
Melalui Pendekatan Keluarga untuk Tingkatkan Kualitas Hidupnya. Dapat
diakses di http://www.depkes.go.id/article/view/16041300001/kenali-dan-
deteksi-dini-individu-dengan-spektrum-autisme-melalui-pendekatan-
keluarga-untuk-tingkatka.html. [Diakses tanggal 27 Oktober 2017].
Kent, M. 2011. Autismspectrum disorders and the family: a qualitative study.
Berkeley California: Graduate School of physical, wright Institude.
Maryanti, NCW. 2012. Bab II kajian Pustaka.A. Autisme. Dapat diakses di
etheses.uin-malang.ac.id>08410062_Bab_2.pdf . [Diakses tanggal 27
Oktober 2017].
Suteja, Jaja. 2014. Bentuk dan Metode terapi terapi terhadap autisme akibat
bentukan perilaku sosial. Dapat diakses di
www.syeksnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/325
[Diakses tanggal 29 Oktober 2017].
Werner deGrace, B. 2004. The everyday occupation of families with children with
autism. The american Journal of Occupational Therapy, 58,548-550
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
Curiculum Vitae anggota 1
x
Curiculum Vitae anggota 2
xi
xi