Anda di halaman 1dari 32

National Science Competition of Nursing (NSCN) 2017

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, POLA ASUH, DAN


PERLINDUNGAN AUTISME DI MASYARAKAT

Disusun oleh:

Nisa Tsabita 152310101231 Angkatan 2015


Isa Rahayu 152310101233 Angkatan 2015
Anisa Kirnawati 162310101186 Angkatan 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

iv
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Upaya Peningkatan Pengetahuan,


Sikap, Pola Asuh, Dan Perlindungan
Autisme Di Masyarakat
2. Nama Peguruan Tinggi : Universitas Jember
3. Tema : Langkah Preventif dan Promotif
Kesehatan Jiwa Berbasis Komunitas
4. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Nisa Tsabita
b. NIM : 152310101231
c. Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan
d. Perguruan Tinggi : Program Studi Ilmu Keperawatan
e. Alamat Rumah dan No. Hp : Komplek garuda Blok A6 no. 23 Rt 02/
Rw 15, Desa Kp. Melayu timur, Kec.
f. Alamat Email Teluknaga, Kab. Tangerang, Prov.
Banten-15510. 087808036443
: nisatsb@gmail.com
5. Anggota Kelompok/ Penulis :
1. Isa Rahayu
2. Anisa Kirnawati
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ns. Erti I. Dewi, S. Kep., M. Kep., Sp.
Kep. Jiwa
b. NIP :198110282006042002
c. Alamat Rumah dan No. HP : Bondowoso / 08179416967

i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NSCN 2017

Judul Karya Tulis Ilmiah : Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola


Asuh, dan Perlindungan Autisme Di Masyarakat

Nama Ketua : Nisa Tsabita

Nama Anggota :

1) Isa Rahayu
2) Anisa Kirnawati

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya tulis dengan
judul diatas benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh pebulis dan belum
pernah dipublikasikan dan / atau dilombakan diluar kegiatan “National Science
Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang diselenggarakan oleh Program Studi
Ilmu Keperawatan Universtias Jember. Demikian penyataan ini, kami buat dengan
sebenernya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami
siap untuk diskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban
kami.

ii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis mahasiswa dalam rangka Lomba Karya Tulis
Ilmiah”National Nursing Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang
diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, yang
berjudul “Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola Asuh, dan Perlindungan
Autisme Di Masyarakat”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan;


2. Ns. Erti I. Dewi, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. Jiwa selaku dosen
pembimbing dalam pembuatan karya tulis ini;
3. Seluruh panitia National Science Competition of Nursing yang telah
membantu dalam memperlancar proses pendaftaran karya kami;
4. Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini.

Sebagai insan biasa yang tidak punya daya dan upaya, kami sadar
sepenuhnya bahwa dalam karya tulis ini banyak kekurangan. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi menyempurnakan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Jember, 30 Oktober 2017

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i
LEMBAR ORISINALITAS ................................................................... ii
PRAKATA .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 3
1.3. Tujuan ……………………………………………………………… 3
1.3.1. Tujuan Umum ……………………………………………… 3
1.3.2. Tujuan Khusus ……………………………………………... 3
1.4. Manfaat …………………………………………………………….. 4
1.4.1. Bagi Pemerintah ……………………………………………. 4
1.4.2. Bagi Peneliti ………………………………………………... 4
1.4.3. Bagi Masyarakat ……………………………………………. 4
BAB 2. KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Autisme ............................................................................. 5
2.2 Penyebab autisme ............................................................................... 5
2.3 Karakteristik autisme .......................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Autisme ............................................................................. 7
2.5 Metode dan terapi untuk anak autis .................................................. 8
2.6 Peran Pemerintah untuk Menangani autisme ..................................... 10
2.7 Pengertian Keluarga ........................................................................... 11
2.8 Fungsi Keluarga .................................................................................. 11
2.9 Pengertian Komunitas ......................................................................... 11
BAB 3. METODE PENULISAN
3.1.Jenis Penulisan ………………………………………………........... 12
3.2. Pengajuan Hipotesis …………………………………..................... 12
3.3. Fokus Penulisan …………………………………………………… 12
3.4. Sumber Data .....................………………………………………… 13
3.5. Teknik pengumpulan Data ….…………………………………….. 13
3.6. Analisis data ….……………………………………........................ 13
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1.Peningkatan Pengetahuan Masyarakat..……………………………. 14
4.2.Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati dengan Autisme. 15
4.3.Penerapan atau Implementasi..……………………………............... 16
BAB 5. PENUTUP

iii
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………... 19
5.2. Saran ………………………………………………………………. 19
Daftar Pustaka …………………………………………………………. vii
Lampiran ...................................................................................................
Lampiran 1. Lembar Orisinalitas karya..................................................... viii
Lampiran 2 Daftar Riwayat hidup ketua................................................... ix
Lampiran 3 Daftar Riwayat hidup anggota 1............................................ x
Lampiran 4 Daftar Riwayat hidup anggota 2............................................ xi

iv
1

Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola Asuh, Dan Perlindungan


Autisme Di Masyarakat
Nisa Tsabita1, Isa Tahayu2, Anisa Kirnawati3
123
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember
nisatsb@gmail.com

Abstrak*
Autisme merupakan suatu abnormalitas perkembangan yang dialami oleh seorang
anak dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi. Hal ini menjadi sebuah peran
penting bagi orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk membantu pemulihan
gangguan perkembangan yang terjadi. Namun, adanya persepsi keliru yang
berkembang dimasyarakat mengenai individu dengan spektrum autisma atau
orang awam menyebutnya sebagai spektrum anak autis, membawa dampak buruk
bagi anak autis juga keluarga, terutama orangtuanya. Tak jarang pula ada kasus
mengenai bullying pada autisme.

Penulis dalam karya tulis imiah ini mengggunakan metode kualitatif


dengan pendekatan analisis konsep. Penulis melakukan penelitian yang
memfokuskan kepada suatu konsep yang telah ada sebelumnya, agar dapat
dipahami, digambarkan, dijelaskan, dan di implementasikan di lapangan. Tujuan
penulisan adalah untuk peningkatan pengetahuan masyarakat dalam merawat,
menjaga, dan melindungi autisme. Serta, mencegah dan memberikan pola asuh
kepada orang tua terkait autisme.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan peran penting dari orang tua,
keluarga, dan masyarakat yang dapat membantu pada pemulihan gangguan
perkembangan, meningkatkan autisme dalam berkomunikasi, dan kesejahteraan
antar sesama. Selain itu, membangun sebuah komunitas peduli autisme yang
bertujuan pada pencegahan, perawatan, pendidikan, dan pemulihan autisme yang
masyarakat ikut terlibat didalamnya.

Keyword :Autisme, Pengetahuan, Masyarakat.


1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rigby (2002:15) mendefinisikan bullying sebagai “Penekanan atau penindasan


berulang-ulang, secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki
kekuatan atau kekuasaan yang kurang oleh orang atau kelompok orang yang lebih
kuat.” Pada beberapa bulan lalu terjadi kasus bullying pada tingkat pendidikan
tinggi. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa Universitas X yang melakukan
“Bully” kepada temannya yang mengalami Autisme.

Istilah autisme pada masyarakat dan orang tua pada umumnya masih belum
jelas. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman masyarakat, disebabkan karena
buku-buku dan berbagai jenis sumberbacaan berupa majalah, surat kabar,
makalah, dan sejenisnya yang membahas tentang autis dan permasalahannya
masih susah ditemukan. Disamping itu, belum ada penelitian khusus yang dapat
memaparkan masalah dan dampak yang dihadapi terkait autisme pada keluarga
maupun lingkungan sekitarnya.

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan dalam usaha pendidikan dan
pembinaan untuk menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, dan sosial.
Didalam keluarga orang tua (ayah-ibu) mempunyai tugas, fungsi dan peran yang
sangat penting dalam menuntun dan mengarahkan proses pertumbuhan dan
perkembangan emosi, berpikir, dan sosial psikologis serta rohani anak menuju
kematangan/kedewasaan yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti yang luhur.

Bagi orang tua yang memiliki anak dengan autisme. Mereka mengharapkan
pertumbuhan dan perkembangan anak atau buah hatinya dapat seperti keadaan
anak pada umumnya atau normal dan dapat diterima oleh masyarakat umum.
Namun, Kenyataannya pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya mengalami
ketidak normalan atau memiliki gangguan pertumbuhan dan perkembangan
sehingga anak memiliki kebutuhan khusus, seperti gangguan pada autisme
2

Beberapa masalah yang secara umum terdapat pada anak dengan gangguan pada
aspek komunikasi yang sangat kurang atau lambat dan perilaku yang menyimpang
atau pengulangan. Keadaan ini dapat kita amati pada anak, seperti kurang
mampunya untuk menjalin interaksi yang timbal balik secara baik dan memadai,
kurang kontak mata, ekspresi wajah yang kurang ceria atau hidup, serta gerakk-
gerik anggota tubuh yang kurang tertuju, tidak dapat bermain dengan teman
sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau cenderung menjadi penyendiri bahkan
tidak dapat berempati atau merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Umumnya, anak yang mengalami gejala autisme menunjukkan sikap menarik


diri dari linngkungan dan asyik dengan dunianya sendiri. Kata autis berasal dari
bahas Yunani, yakni “autos” yang berarti ‘sendiri’. Pada tahun 1943 seoorang
psikiater anak, Leo Kanner menjabarkan secara rinci gejala-gejala ‘aneh’ yang
ditemukan pada 11 pasiennya, kanner melihat banyak persamaan gejala pada
anak-anak ini dan yang sangat menonjol adalah mereka sangat asyik dengan
dirinya sendiri, seolah-olah mereka hanya hidup dalam dunianya sendiri,
kemudian Kanner menggunakan istilah “autisme” yang artinya hidup dalam
dunianya sendiri (Nugraheni, 2008).

Selain itu, perkembangan komunikasi setiap anak autis berbeda-beda, ada dari
mereka yang kemampuan berbalnya jelas, adapula yang sama sekali tidak
mengeluarkan kata-kata, serta sifat repetitif atau pengulangan kata yang mereka
dengar atau “membeo”, mereka senang meniru apa yang didengarnya, contohnya
meniru suara alam yang ada di stasiun, iklan ditelivisi, slogan, serta menirukan
pertanyaan yang oranh ain tujukan pada mereka, dan itu mereka lakukan secara
berulang-ulang. Dalam hal perilaku, umumnya yang masyarakat kenali dari anak
autis adalah sifat mereka yang hiperaktif (berperilaku berlebihan atau aktif),
padahal tidak semua anak autis itu hiperaktif, bahkan ada dari mereka yang justru
hipaktif (berprilaku berkekurangan atau pasif) yakni lambat atau sangat pelan
dalam pola perilakunya.

Setiap individu autis itu berbeda-beda, baik dalam perkembangan maupun


kemampuannya, maka berbagai upaya terapi maupun pendidikan yang diberikan
3

harus disesuaikan pada setiap individu, guna memperbaiki kualitas pribadi autis,
berbagai terapi disediakan sesuai dengan kebutuhannya.

Mendapati kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak bermasalah seperti


ini, maka sangat beragam reaksi dari orang tua dan dapat diduga bahwa reaksi
utama yang paling mungkin ditampilkan oleh para orang tua atau keluarga adalah
kekecewaan dan kesedihan serta kebingungan yang mungkin seterusnya akan
disusul dengan rasa malu sehingga membuat orang tua memilih untuk
bersembunyi bahkan menutup-nutupi keadaan buah hati mereka dari lingkungan
sekitarnya dengan mengurung anak didalam rumah bahkan kamar tertentu, serta
mengucilkan anak dari lingkungan mereka daripada mencari keterangan/informasi
yang benar mengenai gangguan atau kelainan tumbuh kembang anak mereka.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana Pengetahuan Masyarakat Mengenai Autisme di
Masyarakat?
1.2.2. Bagaimana Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati
dengan Autisme?
1.2.3. Bagaimana Penerapan atau Implementasi yang Dilakukan dalam
Mengatasi Masalah Autisme?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Penulisan ini diharapkan sebagai informasi baru maupun dinamis
untuk para informan untuk mengetahui lebih dalam mengenai masalah
autisme di masyarakat. Perbedaaan yang ada membuat masyarakat merasa
lebih kuat dan berbuat seenaknya kepada masyarakat yang lebih lemah,
sehingga penulisan ini bertujuan untuk masyarakat lebih berempati kepada
lingkungan sosial yang memiliki keterbatasan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Penulisan ini diharapkan sebagai informasi yang dapat
dikembangkan pada penelitian selanjutnya, serta dapat dikembangkan
dalam pengimplementasian untuk mengatasi masalah autisme yang ada di
masyarakat. Perlunya peran penting dan kesadaran pihak-pihak terkait,
4

seperti profesi dibidang kesehatan, pemerintahan, keluarga dan masyarakat


dalam memperjuangkan hak autisme dapat hidup seperti kebanyakan
orang pada umumnya.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Umum
Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk penulis maupun
pembaca dalam peningkatan pengetahuan dan kepedulian kepada
masyarakat yang dianggap minoritas atau memiliki kekurangan.
1.4.2. Manfaat Khusus
Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
keperawatan maupun pembuatan kebijakan yang dapat dilakukan
pemerintah dalam melindungi autisme, selain itu terfokus terkait
permasalahan yang dihadapi keluarga serta implementasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh
penderita autisme.
5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Autisme


Autis adalah salah satu kelompok dari gangguan perkembangan
pada anak. Dalam bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto” berarti
sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan gejala hidup
dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri.
(Veskarisyanti,2008). Sedangkan, Autisme adalah gangguan
perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama
kehidupan anak. Gangguan ini berpengaruh pada komunikasi, interaksi
sosial, imajinasi, dan sikap (Wright,2007) dalam Maryanti, 2012.
2.2.Penyebab Autisme
Penyebab seseorang terkena autisme adalah sebagai berikut,
Menurut Prasetyono (2008:69) penyebab autisme dan diagnosa
medisnya adalah :
a. Konsumsi obat pada ibu menyusui obat migraine seperti ergot
b. Gangguan susunan saraf pusat Di dalam otak anak autis ditemukan
adanya kelainan pada susunan saraf pusat di beberapa tempat.
c. Gangguan metabolisme (sistem pencernaan) Ada hubungan antara
gangguan pencernaan dengan gejala autis. Suntikan sekretin dapat
membantu mengurangi gangguan pencernaan.
d. Peradangan dinding usus. Sejumlah anak penderita gangguan autis,
umumnya, memiliki pencernaan buruk diduga disebabkan oleh virus.
e. Faktor genetika. Gejala autis pada anak disebabkan oleh faktor
turunan dan baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen.
f. Keracunan logam berat seperti arsetik (As), antimon (Sb), Cadmium
(Cd), air raksa (Hg), dan timbal (Pb), adalah racun yang sangat kuat.
2.3. Karakteristik Autisme
Karakteristik anak autisme menurut Suryana (2004: 16). Anak
Autis mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi
sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi:
7

a. Komunikasi
Ditandai dengan perkembangan bahasa lambat atau sama
sekali tidak ada, anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, kadang
kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya, mengoceh tanpa arti
berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang
lain, bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi, senang meniru atau
membeo (echolalia), bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata
atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya, sebagian dari anak ini
tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
sampai usia dewasa, senang menarik-narik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang dia inginkan.

b. Interaksi Sosial
Penyandang autistik lebih suka menyendiri, tidak tertarik
untuk bermain bersama teman, bila diajak bermain, ia tidak mau dan
menjauh.

c. Gangguan Sensoris
Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk, bila
mendengar suara keras langsung menutup telinga, senang mencium-
cium, menjilat mainan atau benda-benda, Tidak sensitif terhadap
rasa sakit dan rasa takut.

d. Pola Bermain
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, tidak suka bermain
dengan anak sebayanya, tidak kreatif, tidak imajinatif, tidak bermain
sesuai fungsi mainan.

e. Perilaku
Perilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit),
memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,
mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang
berulang-ulang, tidak suka pada perubahan, dapat pula duduk
bengong dengan tatapan kosong, Sering marah-marah tanpa alasan
yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan, tempertantrum
7

(mengamuk tak terkendali) jika dilarang tidak diberikan


keinginannya, kadang suka menyerang dan merusak, kadang-kadang
anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri, tidak mempunyai
empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
2.4. Klasifikasi Autisme
Menurut Mangunsong (2009: 169) Klasifikasi anak autis antara lain:
a. Autisme infantil atau autisme masa anak-anak
Autisme masa anak-anak yaitu penarikan diri yang ektrem dari
lingkungan sosialnya, gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah
laku yang terbatas dan berulang (strereotipik) yang muncul sebelum
usia 3 tahun. Gangguan ini 3 sampai 4 kali lebih banyak pada anak
lelaki daripada perempuan.
b. Asperger Syndrome (AS) Asperger Syndrome
yaitu abnormalitas yang secara kualitatif sama seperti autisme.
Dapat disebut sebagai mild autism, tanpa gangguan yang signifikan
dalam kognisi dan bahasa. Individu dengan sindrom asperger
memiliki tingkat intelegensi dan komunikasi yang lebih tinggi
daripada mereka yang autis masa anak-anak. Namun mereka kesulitan
dalam interaksi sosial. Secara umum, dapat dikatakan bahwa asperger
adalah bentuk lebih ringan dari autism.
c. Rett Syndrome Rett Syndrome
Sindrome ini muncul pada usia 7 sampai 24 bulan, dimana
sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti
dengan kemunduran berupa hilangnya kemampuan gerakan tangan
serta ketrampilan motorik yang telah terlalti. Biasanya dialami oleh
anak perempuan.
d. Childhood Disintegrative Disorder Childhood Disintegrative Disorder
Yaitu perkembangan yang normal hingga usia 2 sampai 10
tahun, kemudian diikuti dengan kehilangan kemampuan yang
signifikan dalam ketrampilan terlatih pada beberapa bidang
8

perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung. Terjadi


pula gangguan yang khas dari fungsi sosial, komunikasi, dan perilaku.
Sebagian penderita mengalami retardasi mental yang berat
e. Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Adalah individu yang menampilkan perilaku autis, tetapi pada
tingkat yang lebih rendah atau baru muncul setelah usia tiga tahun
atau lebih.
2.5. Bentuk dan Metode Terapi untuk Autis
Menurut Noviza (2004: 9) dalam Suteja, 2014 mengungkapkan
bahwa metode yang dapat digunakan terhadap penderita autisme
akibat dari kesalahan bentukkan perilaku social dapat dilakukan
dengan metode terapi:

a. Metode Terapi Applied behavioral Analysis (ABA)


ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah
dilakukan penelitian dan didesain khusus anak-anak penyandang
autisme. Metode yang dipakai dalam terapi ini adalah dengan
memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian).

b. Metode terapi TEACCH


TEACCH adalah Treatment and education of autistic and
Related Communication handicapped Children, yaitu suatu metode
yang dilakukan untuk mendidik anak autis dengan menggunakan
kekuatan relatifnya pada hal terstruktur dan kesenangannya pada
ritinitas dan hal-hal yang dapat diperkirakan dan relatif mampu
berhasil pada lingkungan yang visual dibanding yang auditori.

Sedangkan menurut Dr. Handojo (2004: 9) dalam


Suteja,2014 penanganan terpadu yang dilakukan pada penderita
autisme dapat dilakukan dengan menggunakan terapi:

1. Terapi perilaku
10

Terapi perilaku digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak


lazim. Terapi perilaku ini dapat dilakukan dengan cara terapi
okuvasi, dan terapi wicara. Terapi kuvasi dilakukan dalam upaya
membantu menguatkan, memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan ototnya. Sedangkan terapi wicara dapat menggunakan
metode ABA (Applied Behaviour Analysis).

2. Terapi Biomedik
Terapi biomedik yaitu dengan cara mensuplay terhadap anak-anak
autis dengan pemberian obat dari dokter spesialis jiwa anak.
risperidone, ritalin, haloperidol, pyrodoksin, , magnesium, Omega-3,
dan Omega-6 dan sebagainya.

3. Terapi Fisik
Bertujuan untuk mengembangkan, mengembalikan kemampuan
maksimal gerak. Misalnya gerakan menekuk kaki, menekuk tangan,
membungkuk berdiri seimbang, berjalan hingga berlari.

4. Terapi sosial
Membantu memberikan fasilitas pada anak-anak autis untuk bergaul
dengan teman-teman sebayanya karena biasanya anak-penyandang
autis memiliki kelemahan dalam bidang komunikasi dan interaksi.

5. Terapi bermain
Bertujuan untuk membantu anak autism dapat bersosialisasi dengan
anak-anak yang lainnya. Supaya anak memiliki sikap yang riang dan
gembira.

6. Terapi perkembangan
Anak akan mempelajari minat, kekuatan, dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial,
emosional dan intelektualnya sampai benar-benar anak tersebut
mengalami kemajuan .
10

7. Terapi visual Terapi ini bertujuan agar anak-anak autis dapat


belajar dan berkomunikasi dengan cara melihat (visual learner)
gambar-gambar yang unik dan disenangi. Misalnya dengan metode
PECS (Picture Exchange Communication System).

8. Terapi musik
Tujuan dari terapi musik ini adalah agar anak dapat menanggap
melalui pendengarnnya, lalu diaktifkan di dalam otaknya, kemudian
dihubungkan ke pusat-pusat saraf yang berkaitan dengan emosi,
imajinasi dan ketenangan.

9. Terapi obat
Dalam terapi obat, penderita autis dapat diberikan obat-obatan hanya
pada kondisi-kondisi tertentu saja,pemberiannya pun sangat terbatas
karena terapi obat tidak terlalu menentukan dalam penyembuhan
anak-anak autis.

10. Terapi Lumba-lumba


tujuan untuk menyeimbangkan hormone endoktrinnya dan sensor
yang dikeluarkan melalui suara lumba-lumba dapat bermanfaat
untuk memulihkan sensoris anak penyandang autis.

11. Sosialisasi ke sekolah Reguler


Anak autis yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai
dengan umurnya, tetapi terapi perilakunya jangan ditinggalkan.

12. Sekolah Pendidikan khusus


Karena di dalam pendidikan khusus biasanya telah mencakup terapi
perilaku, terapi wicara, dan terapi okuvasi.

2.6.Peran Pemerintah terhadap Autisme


a. Memberikan kesempatan baik dalam pelayanan kesehatan,
rehabilitasi, maupun fasilitas pendidikan dan pelatihan kerja.
11

b. Peningkatan jumlah tenaga ahli dalam penanganan autisme, seperti


tenaga terapis bicara, psikiater serta psikolog klinis anak, dan
tenaga professional lainnya, baik melalui memperbanyak pelatihan
maupun jalur pendidikan formal; serta metoda terbaru pengasuhan
autisme, baik dengan banyak membaca, maupun mengikuti seminar
dan lokakarya terkait.
c. Penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap individu dengan
gangguan autisme (Kemenkes, 2016)
2.7.Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
2.8. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto,
(2007), antara adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif (The affective function)
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social
placement fungtion)
c. Fungsi Reproduksi (reproductive function)
d. Fungsi Ekonomi (the economic function)
e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care
function)
2.9.Pengertian Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
12

BAB 3. METODE PENULISAN

3.1. Jenis Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
metode eksploratif, yang menggali teori dan hasil penelitian dengan
metode analisis pada kekuatan dan kelemahan. Pada kajian ini, akan digali
kekuatan dan kelemahan dari masalah autisme dan kemungkinannnya pada
penerapan yang akan dilakukan di Indonesia. Disamping itu, pengkajian
dapat dilakukan dari segi pengetahuan masyarakat mengenai autisme.

3.2. Pengajuan Hipotesis


Dalam analisa yang kami peroleh dari beberapa kajian teori jurnal.
Kami menemukan masalah terkait kurangnya pengetahuan orang tua dan
tingkat stress yang dialami keluarga dalam permasalahan autisme, hal ini
juga menyebabkan kurangnya perawatan dan ketidakpedulian masyarakat
dalam menangani masalah autisme. Beberapa pengalaman dijelaskan dari
jurnal perilaku masyarakat yang menyimpang ketika berhadapan langsung
dengan autisme. Selain itu, perlunya peningkatan pengetahuan untuk
mengubah perilaku keluarga dan masyarakat lebih peduli terkait masalah
autisme karena tanpa dukungan mereka akan membuat keparahan autisme
dan akan berdampak pada individu autisme, keluarga, sosial, ekonomi,
maupun negara.

3.3. Fokus Penulisan


Penulisan ini termasuk penelitian kualitatif, menurut Strauss dan
Corbin (2003), dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu
berangkat dari masalah. Beberapa masalah dapat diamati dari fenomena-
fenomena yang terkait di lingkungan kehidupan, sehingga penuli
membatasi masalah-masalah dengan Fokus Penulisan dalam Penulisan
Karya Ilmian ini, adalah sebagai berikut
13

3.3.1. Peningkatan pengetahuan Masyarakat Mengenai Autisme di


Masyarakat.
3.3.2. Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati dengan Autisme.
3.3.3. Penerapan atau Implemenntasi yang Dilakukan dalam Mengatasi
Masalah Autisme.

3.4. Sumber Data


Penulisan Karya Ilmiah memiliki sumber data diperoleh dari
sumber-sumber dan literatur jurnal, buku bacaan, internet, media sosial,
dan literatur lainnya seperti, majalah, koran, komunitas peduli sosial di
media internet, pengetahuan atau pengalaman yang sudah ada.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan penulis menggunakan cara
dengan mengumpulkan sumber-sumber referensi kemudian
dikelompokkan, dianalisa, dan diklasifikasikan sesuai dengan data yang
diinginkan.

3.6.Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dan analisa penulis lakukan
dengan analisa data sekunder. Kemudian, diseleksi dan menjawab
permasalah. Selanjutnya data tersebut diolah dengan melakukan
penggalian teori, pemikiran, dan penafsiran.
14

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1. Peningkatan Pengetahuan Masyarakat mengenai Autisme di Masyarakat


4.1.1. Permasalahan yang terjadi menai autisme di Indonesia
Goresan tinta hitam kembali mencoreng dunia pendidikan
Indonesia. Beredarnya video bullying terhadap mahasiswa autis di
kampus Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat, Sejak Sabtu
(15/07/17), menjadi bukti bahwa bullying yang kerap terjadi (baik secara
verbal hingga menggunakan kekerasan) tak boleh lagi dipandang sebelah
mata.
Pada kasus tersebut, seorang mahasiswa berkebutuhan khusus yang
menggunakan jaket abu-abu dikerjai oleh teman-teman sekelasnya. Tas
mahasiswa autis tersebut ditarik oleh salah seorang pemb-bully sehingga
dia kesulitan berjalan.
Mirisnya, mahasiswa lain yang berada disekitarnya hanya bisa
diam melihat, bahkan ada yang ikut nimbrung dengan menertawakan,
menyoraki, dan merekam kejadian tersebut. Video diakhiri dengan
mahasiswa berkebutuhan khusus yang berjalan menjauh setelah
“dilepaskan” oleh pem-bully dan dia kemudian melemparkan tong
sampah kearah pem-bully. (Liputan6.com)
4.1.2. Peningkatan cara pandang masyarakat terhadap autisme
Kepedulian masyarakat terhadap autisme, ternyata masih aja
kurang. Tidak hanya soal pengetahuan juga penanganan terhadap
penyandangnya. Bahkan memprihatinkan, belum ada perhatian khusus
dan intensif, seperti tersedianya payung hukum, anggaran, dokter,
lembaga penelitian, dan obat yang memadai. Oleh karena itu, kondisi
ideal mengenai gangguan autis perlu diketahui dan dimengerti oleh
seluruh masyarakat. Selain itu, mengetahui gejala-gejala dari gangguan
autis itu sendiri, berbagai pihak perlu berkolaborasi dan mengetahui cara
penangan, pendekatan, dan mendidik anak-anak autis serta yang
terpenting tidak ada salah perlakuan.
15

Masalah autisme bukan masalah yang mengancam jiwa sehingga


banyak orang kurang memperhatikan apa itu autisme. Pengetahuan
autisme dimasyarakat dapat dilakukan dengan berbagi informasi dan
pengetahuan melalui beberapa berita, talkshow, surat kabar, atau media
online. Dengan perkembangan informasi yang mudah seharusnya sudah
bisa dikembangkan mengenai masalah autisme melalui berbagai aplikasi
atau media internet.
Diadakan pula komunitas peduli autism baik dikota maupun di luar
daerah. Hal ini dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses
informasi dan berhubungan dengan berdiskusi mengenai autism, serta
berperan aktif dalam kepedulian terhadap penyandang. Kegiatan ini juga
dapat membantu masyarakat untuk mencegah autisme sendiri, dari
beberapa referensi autisme dapat dicegah melalui pola hidup yang baik,
perencanaan dan perawatan yang tepat sebelum kehamilan, dan pola asuh
yang diberikan orang tua kepada anaknya. Kemudian, adanya kegiatan
rutin seperti membagikan pamfleat, pendidikan kesehatan, masukan baru
dalam penanganan autisme di berbagai kegiatan masyarakat, seperti car
freeday, acara kepedulian sosial, ataupun pada hari-hari besar.
4.2.Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati dengan Autisme
Pada analisa jurnal ini, penelitian yang dikembangkan melalui penelitian
sebelumnya. Diawali tahun 1950 pada pembukaan sekolah untuk anak
berkebutuhan khusus, banyaknya bagian waktu keperawatan yang disediakan
di rumah oleh keluarga. Keluarga menjadi pelayanan perawatan utama untuk
anak berkebutuhan khusus dan anak autis, untuk melewati kehidupan mereka
(Cummins, 2001). Studi pustaka melalui pengalaman perawatan untuk anak
dengan autis dirumah terfokus pada stres keluarga itu. Pengalaman stres
keluarga meliputi stigma isolasi keluarga dari orang lain atau keluarga
besarnya yang orang lain tidak mengerti kondisi dari keluarga yang memiliki
anak autis (Bilgin & Kucuk, 2010; Bultas & Pohlman, 2014; Safe et al.,
2012).
Tantangan keluarga yang selalu berubah menjadikan kecemasan adalah
masalah utama. Khususnya waktu keluarga yang dihabiskan bersama menjadi
16

kurang (Dupont, 2009; Farrugia, 2009; Kent, 2001; Phelps et al., 2009;
Schaaf et al., 2011; Werner Degracee, 2004). Dalam penelitian ini semata-
mata meliputi keparahan anak, dicatat bahwa beberapa anggota keluarga
merasakan perhatian yang kurang karena orang tua dan keluarga yang
terfokus kepada penderita. (Wenner DeGrace, 2004, p.545). saudara yang
menderita keparahan autis menyebabkan anggota keluarga terfokus ke anak
autis daripada keluarganya lainnya (Kent, 2011; Phepps et al., 2009; Wenner
Degrace, 2004). Penelitian ini menghasilkan perubahan bentuk keluarga
dimana saudara bungsu akan melakukan perawatan daripada saudara yang
lebih tua dengan autism (Kent, 2011). Selain itu, hubungan pernikahan
dipengaruhi oleh perawatan dengan autism (Bilgin & Kuck, 2010; Bultas &
Pohlman, 2014; Kent 2011; Phleps et al., 2009). Konflik pernikahan
dilaporkan meliputi ayah yang objektif kepada ibu dalam melakukan
perawatan kepada anaknya (Bilgin & Kuck, 2010) dan munculnya
perbedaan pola asuh (Kent, 2011; Phelps et al., 2009).
4.3.Penerapan atau Implementasi yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah
Autisme
Pada jurnal yang kami analisa menemukan keterlibatan kepada penyedia
layanan kesehatan yang melakukan perawatan secara langsung dukungan
psikologi kepada keluarga yang memiliki keparahan anak autisme. Selain itu,
menemukan alat meletakkan dasar untuk mempengaruhi perubahan kebijakan
pada perawatan kesehatan. Keterlibatan pelatihan dapat menjadi dasar dalam
membangun sistem kesehatan keluarga didiskusikan oleh Anderson and
Tomlinson (1992). Melihat pembangunan ini membutuhkan pertimbangan
keluarga sebagai satuan yang berbeda ketika memahami kesehatan dan
penyakit dan ketika memformulasikan penelitian dan intervensi perawatan
kesehatan.
Keterlibatan pelatihan mungkin meliputi, pertama, mengingatkan
kebutuhan unik dari setiap keluarga yang memiliki anak dengan keparahan
autisme dalam pengaturan perawatan kesehatan. Alasannya tantangan
perilaku dan komunikasi dari keparahan anak autisme, perlunya tambahan
ketika kunjungan perawatan kesehatan ke klinik anak, dokter gigi, atau rumah
17

sakit. Seharusnya, meliputi lebih dari tenaga profesional untuk mendukung


keluarga dalam menemani dengan prosedur-prosedur dan pelayanan
kesehatan yang sensitif peduli untuk pengalaman stres yang menetap.
Penelitian dilakukan mengenai pengalaman keluarga dalam merawat
keparahan autism. Dalam penelitian ini menjelaskan beberapa aspek yang
dirasakan oleh keluarga dan pengaruh kehidupan yang dirasakan dalam
melakukan perawatan autisme. Hal ini juga menjelaskan pelayanan perawatan
dalam peningkatan autisme perlu ditingkatkan. Selain itu pandangan buruk
yang orang lain lihat hingga membentuk pembatasan sosial antara masyarakat
umum kepada autisme. Pengembangan keilmuan ini dapat diterapkan di
Indonesia. Jurnal ini menilai pengalaman dan pengetahuan orang tua yang
memiliki anak dengan autism. Selain itu, penilaian pengetahuan ini dapat
dikembangkan dalam promosi kesehatan mengenai perawatan autism dan
mengurangi tingkat stress dari keluarga yang merawat anak autism.
Selain itu, perlunya pengenalan atau kegiatan komunitas yang memberikan
informasi mengenai autism, hubungan sosial autism, dan cara bersosialisasi
dengan penderita kepada masyarakat umum. Mengurangi tingkat bullying dan
diskriminasi autism di masyarakat dengan peraturan lisan maupun tertulis
yang di kenakan sanksi sesuai dengan perbuatan. Kemudian, pelayanan
kesehatan baik umum maupun khusus untuk menangani masalah autism.
Pengetahuan ini mencari dan berbagi informasi mengenai pengalaman
keluarga dalam merawat anak autism yang memiliki keparahan, disana
ditemukan beberapa masalah yang dirasakan oleh keluarga dan terfokus
dengan bagaimana pola asuh yang diberikan keluarga, serta perhatian
lingkungan sekitar terhadap penderita autism. Hal ini berhubungan dengan
teori keluarga menurut friedman (1998), yaitu keluarga adalah dua atau lebih
individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi
diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Friedman menjelaskan fungsi keperawatan kesehatan pada keluarga, yaitu
keluarga mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu mengambil
keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, keluarga mampu
18

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, memodifikasi


lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah sehat,
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya yang
mempunyai peranan sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku
sehat. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk
dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga,
yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi keluarga dan masyarakat yang
ada disekitarnya.
Home Care merupakan salah satu tempat (facilitas)untuk menampung
anak autis . Jadi, di home care ini para anak autis dikumpulkan dengan tujuan
supaya mereka merasa bahwa teman mereka banyak, mereka tidak sendiri.
Selain itu tujuan didirikannya home care ini juga memberikan kesempatan
kepada mereka (para autisme) untuk membuka diri, mengekspresikan
keinginan mereka, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka
untuk mengungkapkan pendapat. Tidak hanya pemberdayaan kepada sang
anak, tetapi dengan adanya home care ini diharapkan orang tua ikut
berpartisipasi dalam kegiatanya. Supaya dapat mengetahui sikap dan perilaku
apa yang seharusnya para orang tua lakukan ketika sang anak terkena
kelainan tersebut, karena dukungan keluarga terutama orang tua merupakan
faktor utama untuk masa depan anak. Jadi, di dalam home care ini anak akan
diberikan suatu terapi, seperti terapi fisik, terapi bermain, dsb. Selain terapi
tersebut, diberikan juga edukasi kepada orang tua tentang makanan yang tepat
sang anak baik untuk nutrisi anak autis maupun sebagai pencegahan supaya
buah hatinya kelak terhindar dari autisme.
19

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Simpulan dari karya penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Kepeduliaan masyarakat terhadap autisme masih rendah, ditandai
dengan adanya pembullyan terhadap anak autis.
2. Home care merupakan salah satu bentuk implementasi dalam
mengatasi permasalahan autisme di masyarakat. Dimana di dalam
home care tersebut tidak hanya memberikan pemberdayaan kepada
anak autis tetapi juga memberikan edukasi kepada orang tua
supaya dapat memperlakukan anaknya sebaik mungkin (bagi yang
mempunyai anak dengan keterbatasan mental) dan juga sebagai
pencegahan untuk menghindari adanya gejala autis di generasi
berikutnya.
3. Program ini Home Care ini dapat mendukung program pemerintah
untuk mengurangi kasus bullying yang
5.2 Saran
1. Penulis menyarankan agar program home care untuk pembinaan
anak autis sekaligus orang tua dapat diterapkan di setiap daerah.
2. Para tenaga kesehatan dan dinas kesehatan mendukung upaya ini
supaya permasalahan pembullyan terhadap anak-anak autis dapat
berkurang karena disini pentingnya Health Promotion.
3. Penulis mengharapkan masyarakat khusunya para orang tua untuk
berpartisipasi dalam program ini untuk kesejahteraan dan masa
depan sang anak.
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NSCN 2017

Judul Karya Tulis Ilmiah : Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola


Asuh, dan Perlindungan Autisme Di Masyarakat

Nama Ketua : Nisa Tsabita

Nama Anggota :

1) Isa Rahayu
2) Anisa Kirnawati

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya tulis dengan
judul diatas benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh pebulis dan belum
pernah dipublikasikan dan / atau dilombakan diluar kegiatan “National Science
Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang diselenggarakan oleh Program Studi
Ilmu Keperawatan Universtias Jember. Demikian penyataan ini, kami buat dengan
sebenernya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami
siap untuk diskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban
kami.

vii
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, KH, Tomlimson, PS. 1992. The family health system as an emerging.
IMAGE; Journal of Nursing Scholarship, 24,57-63
Anugrahadi, A, Haryanto, A. 2017. Farhan mahasiswa Gunadarma korban
bullying angkat bicara. Dapat diakses di
http://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/3029069/farhan-
mahasiswa-gunadarma-korban-bullying-angkat-bicara. [Diakses tanggal
10 Oktober 2017].
Bilgin,H, Kucuk, L.2010. Raising an autistic child: Perpective from turkish
mothers. Journal of child and psychiatric nursing. Dapat diakses di http:
//dx.doi.org/10.1111/j.1744-6171.2010.00228.x
Bultas, M, Pohlma, S. 2014. Silver lining; Journal of pediatric nursing,23,92-99,
Dapat diakses di http: dx.doi..org/10.1016/j.pedn.2014.03.023.
Cummins, RA. 2001. The subjective well-being of people caring for a family
member with a severe disability at home; A review. Journal of intellectual
and developmental Disability., 26, 83-10
Kemenkes. 2016. Kenali dan Deteksi Dini Individu dengan Spektrum Autisme
Melalui Pendekatan Keluarga untuk Tingkatkan Kualitas Hidupnya. Dapat
diakses di http://www.depkes.go.id/article/view/16041300001/kenali-dan-
deteksi-dini-individu-dengan-spektrum-autisme-melalui-pendekatan-
keluarga-untuk-tingkatka.html. [Diakses tanggal 27 Oktober 2017].
Kent, M. 2011. Autismspectrum disorders and the family: a qualitative study.
Berkeley California: Graduate School of physical, wright Institude.
Maryanti, NCW. 2012. Bab II kajian Pustaka.A. Autisme. Dapat diakses di
etheses.uin-malang.ac.id>08410062_Bab_2.pdf . [Diakses tanggal 27
Oktober 2017].
Suteja, Jaja. 2014. Bentuk dan Metode terapi terapi terhadap autisme akibat
bentukan perilaku sosial. Dapat diakses di
www.syeksnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/325
[Diakses tanggal 29 Oktober 2017].
Werner deGrace, B. 2004. The everyday occupation of families with children with
autism. The american Journal of Occupational Therapy, 58,548-550

viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curiculum Vitae Ketua

Nama Nisa Tsabita


TTL Tangerang, 27 November 1996
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Status Pelajar
Alamat Komplek Garuda Blok a6 No 23
Teluknaga Tangerang Kab. Tangerang
Prov. Banten 15510
Telp/ HP 087808036443
Email nisatsb@gmail.com
Motto Hidup Be Yourself
Program studi Ilmu Keperawatan
Prestasi -
Panitia Kegiatan yang pernah -
dilakuakan
Penelitian yang pernah diikuti -

ix
Curiculum Vitae anggota 1

Nama Isa Rahayu


Jenis kelamin Perempuan
Agama Kristen
Tempat, Tanggal lahir Lumajang, 8 Mei 1997
Alamat Jalan Indragiri No 10 RT 02 RW 05
Jogoyudan Lumajang
Program studi Ilmu Keperawatan
Angkatan 15
No Hp 081231614647
Email isarahayu18@yahoo.co.id
Prestasi -

x
Curiculum Vitae anggota 2

Nama Anisa Kirnawati


Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Tempat, Tanggal lahir Kediri,16 April 1998
Alamat Desa Sepawon RT/RW 002/03 Kec.
Plosoklaten Kab. Kediri
Program studi Ilmu Keperawatan
Angkatan 16
No Hp 082230161526
Email Anisakirnawati16@gmail.com
Prestasi -

xi
xi

Anda mungkin juga menyukai